PEMERINTAH KABUPATEN BIAK NUMFOR
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG
(KPHL)
MODEL BIAK NUMFOR
Jalan Yafdas - Biak Telp/Fax. (0981) 26043, Kode Pos 98117
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
JANGKA PANJANG
KPHL MODEL BIAK NUMFOR
DI KABUPATEN BIAK NUMFOR
PROVINSI PAPUA
DISUSUN OLEH :
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL BIAK NUMFOR BIAK, OKTOBER 2014
BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHL MODEL BIAK NUMFOR
Digandakan dan dijilid oleh :
Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Tahun 2015
HALAMAN JUDUL
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KPHL MODEL BIAK NUMFOR
DI KABUPATEN BIAK NUMFOR
PROVINSI PAPUA
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor
: SK. 6544/Menhut-II/Reg.4-1/2014
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG
MODEL
BIAK NUMFOR
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN
JANGKA PANJANG
PERIODE 2015-2024
KABUPATEN BIAK NUMFOR
PROVINSI PAPUA
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL
BIAK NUMFOR
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Rencana Pengelolaan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Biak Numfor 2015-2024 adalah panduan yang memuat tujuan, kegiatan dan perangkat yang diperlukan untuk pengelolaan kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Biak Numfor. Tujuan penyusunan rencana pengelolan adalah sebagai acuan pengelolaan jangka panjang agar pelaksanaan pengelolaan KPHL lebih efektif dan efisien guna mewujudkan kelestarian kawasan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.
Rencana pengelolaan ini merupakan hasil analisa dan proyeksi terhadap kondisi ekologi lingkungan dan sosial budaya masyarakat di dalam dan sekitar kawasan, yang dilakukan semua pemangku kepentingan dalam kawasan (stakeholders), sehingga tersusun RPH yang bersifat komprehensif, holistik dan integratif dengan pembangunan daerah guna mendukung pengelolaan berkelanjutan.
Visi pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Biak Numfor ”Terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari bagi Peningkatan Ekonomi
yang Mandiri di Tahun 2024”
Demi mewujudkan visi pengelolaan tersebut misi pengelolaan yang akan ditempuh adalah : Pembangunan sistem dan mekanisme kelembagaan KPHL yang profesional, efektif dan efisien dalam pengelolaan sumberdaya hutan; Memantapkan penataan fungsi kawasan KPHL Biak Numfor dan areal kelola masyarakat adat; Meningkatkan produktifitas hutan; Merasionalisasi pemanfaatan hutan sesuai potensi dan fungsi kawasan; Meningkatkan kesempatan dan kemampuan masyarakat adat dalam pengelolaan hutan;Perlindungan dan konservasi ekosistem kawasan KPHL Biak Numfor.
Kondisi umum yang diingkan di kawasan KPHL Biak Numfor adalah :
1. Kapasitas kelembagaan; Kapasitas kelembagaan kawasan KPHL yang
mantap adalah faktor yang paling dominan dalam pengelolaan yang optimal;
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
iv
2. Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dikelola secara optimal,
sehingga jenis dan kelimpahannya dapat dipertahankan;
3. Terwujudnya kesadaran masyarakat berupa peran dan partisipanya dalam
pengelolaan dan pemanfaatan SDA di KPHL termasuk di dalamnya peningkatan kesejahteraan masyarakat;
4. Terwujudunya sinergitas/harmonisasi pengelolaan kolaborasi KPHL dengan
melibatkan para pihak/stakeholders yang berkepentingan;
5. Kawasan KPHL yang memiliki daya saing tinggi sebagai pengembangan
ekowisata, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengacu pada hasil analisis SWOT, faktor-faktor kunci keberhasilan (critical success factors) sebagai faktor penentu adalah sebagai berikut :
a. Kapasitas kelembagaan KPHL Model Biak Numfor
b. Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
c. Regulasi yang berpihak pada masyarakat adat
d. Sarana prasarana KPHL Model Biak Numfor yang memadai
e. Dukungan pemerintah dan para pihak
Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, serta kondisi yang diinginkan, maka KPHL Model Biak Numfor bersama para pihak terkait dalam pengelolaan kawasan merencanakan beberapa kegiatan dalam kurun waktu 10 tahun mendatang (2015–2024). Rencana kegiatan tersebut antara lain :
1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan 2. Pemanfaatan Wilayah Tertentu
3. Pemberdayaan Masyarakat
4. Pembinaan, Pemantauan, Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizin
5. Rehabilitasi pada areal kerja diluar izin
6. Pembinaan, pemantauan, rehabilitasi dan reklamasi didalam areal yang berizin
7. Rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam
8. Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin 9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
v
10. Penyediaan dan peningkatan SDM 11. Penyediaan pendanaan
12. Pengembangan data base 13. Rasionalisasi wilayah kelola 14. Review rencana pengelolaan 15. Pengembangan investasi 16. Kelas perusahaan
Dalam rangka menuju pengelolaan KPHL Biak Numfor yang berkelanjutan diperlukan suatu pembinaan, pengendalian, pengawasan dan pelaporan terhadap pengelolaan kawasan. Tujuan dari dilaksanakannya pembinaan, pengendalian, pengawasan dan pelaporan adalah agar sistem pengelolaan yang dilakukan dapat terarah dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan rencana pengelolaan yang telah ditetapkan. Kegiatan tersebut dilakukan secara periodik oleh KPHL Biak Numfor bersama staf kemudian pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan. Kemudian untuk ketertiban, pada setiap pelaksanaan kegiatan pengelolaan KPHL Biak Numfor didokumentasikan dalam bentuk laporan yang penyusunan dan penyampaiannya disesuaikan ada yang insidental dan ada yang berkala.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Biak Numfor periode 2015-2024.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Biak Numfor ini disusun berdasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Biak Numfor ini memuat bagian-bagian pendahuluan, deskripsi kawasan, visi dan misi pengelolaan hutan, analisis dan proyeksi, rencana kegiatan, pembinaan pengawasan dan pengendalian, pemantauan evaluasi dan pelaporan serta penutup. Penyusunan dokumen ini sebagai acuan pengelolaan jangka panjang agar pelaksanaan pengelolaan KPHL lebih efektif dan efisien guna mewujudkan kelestarian kawasan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.
Terselesainya dokumen rencana pengelolaan ini tidak terlepas dari peran dan kerja keras berbagi pihak, oleh sebab itu disampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak baik Menteri Kehutanan melalui Dirjen Planologi, Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Biak Numfor, Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga akademisi Kehutanan, Lembaga Adat dan masyarakat adat yang berada di dalam dan di luar kawasan yang telah berkontribusi.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
vii
Besar harapan kami dokumen ini dapat memberikan sumbangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan di Provinsi Papua khususnya di Kabupaten Biak Numfor.
Biak, Oktober 2014
Kepala KPHL Model Biak Numfor
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
viii DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul ... i Lembar Pengesahan ... iiRingkasan Eksekutif... iii
Kata Pengantar ... vi
Daftar Isi ... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Maksud dan Tujuan Pengelolaan ... 2
1.3.Sasaran ... 3
1.4.Dasar Hukum ... 3
1.5.Ruang Lingkup ... 4
1.6.Batasan Pengertian ... 5
BAB II DESKRIPSI KAWASAN 2.1.Risalah Wilayah KPHL Biak Numfor ... 8
2.1.1.Letak dan Luas Wilayah KPHL ... 8
2.1.2.Sejarah Pembentukan KPHL Model Biak Numfor ... 10
2.1.3.Pembagian Blok KPHL ... 14 2.2.Potensi Wilayah KPHL ... 16 2.2.1.Tutupan Lahan ... 16 2.2.2.Topografi ... 19 2.2.3.Geologi ... 20 2.2.4.Jenis Tanah ... 21 2.2.5.Iklim ... 22
2.2.6.Tata Guna Lahan ... 23
2.2.7.Tipe Hutan dan Potensi Flora-Fauna... 24
2.2.8.Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam ... 37
2.3.Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya ... 40
2.3.1.Demografi (Kependudukan) ... 40
2.3.2.Angka Ketergantungan Penduduk (AKP) ... 42
2.3.3.Sosial Budaya ... 43
2.3.4.Tipologi Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Biak Numfor ... 45
2.3.5.Hak Kepemilikan dan Pola Pemanfaatan Hutan ... 46
2.4.Izin Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ... 52
2.5.Posisi KPHL Biak Numfor dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah Kabupaten Biak Numfor dan Pembangunan Daerah ... 52
2.6.Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan... 57
2.6.1.Faktor Internal ... 59
2.6.2.Faktor Eksternal ... 67
BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN 3.1.Nilai Strategis Pembangunan KPHL Biak Numfor ... 72
3.2.Visi, Misi dan Tujuan ... 74
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
ix
Halaman
BAB VI ANALISIS DAN PROYEKSI
4.1.Analisis Data dan Informasi ... 77
4.1.1.Analisis Ekologi ... 77
4.2.Analisis Sosial Ekonomi dan Budaya ... 81
4.2.1.Analisis Kelembagaan ... 83
4.3.Strategi dan Rencana ... 91
BAB V RENCANA KEGIATAN 5.1.Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan ... 102
5.1.1.Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola ... 102
5.1.2.Penataan Hutan... 103
5.2.Pemanfaatan Wilayah Tertentu ... 104
5.3.Pemberdayaan Masyarakat ... 106
5.4.Pembinaan, Pemantauan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Pada Areal yang Berizin ... 107
5.5.Rehabilitasi Pada Areal Kerja di Luar Izin ... 108
5.6.Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Restorasi di dalam Areal yang Berizin ... 109
5.7.Rencana Penyelengaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ... 109
5.8.Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin ... 110
5.9.Koordinasi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait ... 110
5.10.Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM ... 114
5.11.Penyediaan Pendanaan ... 115
5.12.Pengembangan Data Base ... 115
5.13.Rasionalisasi Wilayah Kelola ... 116
5.14.Review Rencana Pengelolaan ... 116
5.15.Pengembangan Investasi ... 116
5.16.Kelas Perusahaan ... 116
BAB VI PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 6.1.Pembinaan ... 118
6.2.Pengawasan ... 119
6.3.Pengendalian ... 119
BAB VII PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN 7.1.Pemantauan ... 121
7.2.Evaluasi ... 122
7.3.Pelaporan ... 123
BAB VIII PENUTUP 8.1.Kesimpulan ... 124
8.2 Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 126 LAMPIRAN
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.Komposisi Fungsi Kawasan Hutan di Wilayah KPHL
Biak Numfor ... 10
Tabel 2.Pembagian Blok pada KPHL Biak Numfor ... 15
Tabel 3.Pembagian Wilayah KPHL Biak Numfor Berdasarkan RPH ... 15
Tabel 4.Tutupan Lahan pada Wilayah KPHL Biak Numfor Tahun 2000-2009 ... 17
Tabel 5.SebaranTopografi KPHL Biak Numfor ... 19
Tabel 6.Formasi Geologi di KPHL Biak Numfor ... 20
Tabel 7.Jenis Tanah dan Pesebarannya ... 21
Tabel 8.Rata-rata Tekanan Udara di Biak Numfor Tahun 2008-2012 ... 22
Tabel 9.Tata Guna Lahan KPHL Biak Numfor ... 24
Tabel 10.Jenis-jenis Kayu Komersil di Wilayah Hutan KPHL Biak Numfor .... 28
Tabel 11.Pohon Komersil dan bukan komersil pada Hutan Produksi RPH Dasandoi ... 29
Tabel 12.10 Jenis pohon besar (diameter > 35) dan pohon kecil (diameter 20-34) dominan HPT Makmakerbo dan HPT Sawadori .... 30
Tabel 13.Jenis Unggas Pulau Numfor dan Status Konservasinya ... 35
Tabel 14.Jenis Herpeto Fauna yang dijumpai di Pulau Numfor ... 36
Tabel 15.Jenis-Jenis Mamalia dilindungi di Pulau Numfor ... 36
Tabel 16.Obyek Wisata di Kabupaten Biak Numfor Berdasarkan RPH ... 37
Tabel 17.Luas Wilayah tiap Distrik, Jumlah Penduduk dan Kepadatan di KPHL Biak Numfor ... 41
Tabel 18.Sebaran Suku di Kabupaten Biak Numfor ... 44
Tabel 19.Efisiensi Kepemilikan atas Sumberdaya lahan/tanah dan Sumberdaya Alam di Kabupaten Biak Numfor ... 47
Tabel 20.Berbagai Manfaat yang diperoleh Masyarakat Biak Numfor dari Sumberdaya Hutan disekitarnya ... 51
Tabel 21.Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Rencana Pengelolaan KPHL Biak Numfor ... 58
Tabel 22.Pertumbuhan Ekonomi Biak Numfor Tahun 2004-2009 ... 83
Tabel 23.Bentuk Pemberdayaan dan Lembaga yang Berkompeten... 88
Tabel 24.Penentuan Unit Pengelolaan Areal Kelola di Hutan Produksi, Lindung dan Konservasi ... 91
Tabel 25.Strategi menggunakan Kekuatan untuk Memanfaatkan Peluang (strategy S-O) ... 92
Tabel 26.Strategi Menggunakan Kekuatan untuk Mengatasi Ancaman (strategy S-T) ... 94
Tabel 27.Strategi Mengurangi Kelemahan dan Mengatasi Ancaman (strategy W-T) ... 96
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
xi
Halaman
Tabel 29.Rencana Penataan Hutan ... 104
Tabel 30.Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu ... 105
Tabel 31.Pemberdayaan Masyarakat ... 107
Tabel 32.Pembinaan dan Pemantauan pada areal yang dibebani Izin ... 108
Tabel 33.Target Pencapaian Rehabilitasi pada Areal Kerja di Luar Izin ... 108
Tabel 34.Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ... 109
Tabel 35.Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Izin di KPHL Biak Numfor ... 110
Tabel 36.Koordinasi/Konsultasi dengan Instansi stakeholder terkait ... 110
Tabel 37.Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM PNS ... 114
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Peta Tata Guna Hutan KPHL Biak Numfor ... 9
Gambar 2.Peta Pembagian Wilayah KPHL Biak Numfor Berdasarkan RPH .... 16
Gambar 3.Perubahan Tutupan Lahan di KPHL Biak Numfor Tahun 2000-2009 ... 18
Gambar 4.Curah Hujan, Hari hujan dan Curah Hujan Terbesar sepanjang Tahun 2012 di Kabupaten Biak Numfor ... 23
Gambar 5.Gubal Gaharu (Aquilaria fillaria) ... 27
Gambar 6.Berbagai Spesis Burung di Pulau Biak ... 31
Gambar 7.Dua Spesies Kuskus di Cagar Alam Biak Utara ... 32
Gambar 8.Wisata Air Terjun Wafsarak di Distrik Warsa ... 38
Gambar 9.Wisata Air Terjun Wapsdori di Distrik Biak Barat ... 38
Gambar 10.Situs Budaya Mansar Manarmakeri Lokasi Kampung Sopen Distrik Biak Barat ... 39
Gambar 11.Perkembangan Kunjungan Wisatawan di Biak Numfor ... 40
Gambar 12.Angka Ketergantungan Penduduk di Kabupaten Biak Numfor ... 42
Gambar 13.Sarana Prasarana Pendidikan di Kabupaten Biak Numfor ... 43
Gambar 14.Tingkat Ketergantungan Masyarakat terhadap Hutan ... 49
Gambar 15.Struktur Kelembagaan Tim Pengendali Teknis ... 85
Gambar 16.Model Partisipasi Pembinaan Masyarakat Hukum Adat ... 86
Gambar 17.Model Kemitraan Pengelolaan Kawasan Hutan... 87
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengelolaan hutan di Papua khususnya di Kabupaten Biak Numfor dalam empat dekade terakhir belum menunjukkan hasil pengelolaan yang berasaskan manfaat dan lestari secara maksimal. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya permasalahan yang belum ditangani secara baik. Sumber masalah utama yang perlu diperhatikan adalah lemahnya kepastian hak masyarakat atas kawasan hutan yang menyebabkan konflik pemanfaatan lahan antara negara dan masyarakat, dan lemahnya kelembagaan pengembangan kehutanan yang dapat menangani masalah di lapangan, yang tercermin dari belum adanya lembaga pengelolaan di tingkat tapak. Namun demikian, terkait kepastian hak atas kawasan hutan terdapat konflik atau potensi konflik baik di kawasan yang dikelola dan yang tidak dikelola berupa tumpang tindih klaim hutan negara dan klaim masyarakat adat atau masyarakat lokal lainnya, pengembangan desa/kampung, serta adanya izin sektor lain yang dalam praktiknya terletak dalam kawasan hutan.
Selain konflik hak atas kawasan hutan, masalah kehutanan semakin kompleks dengan adanya persoalan kelembagaan termasuk masih lemahnya
hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah serta terlalu
memprioritaskan perlindungan dan rehabilitasi hutan daripada mengatasi akar masalah seperti tumpang tindih lahan. Salah satu langkah strategis yang ditempuh pemerintah saat ini untuk menjamin suatu model pengelolaan hutan lestari sesuai dengan fungsi pokoknya adalah melalui pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada tingkat tapak. Pembentukan KPH diperlukan karena dapat menjamin pengelolaan hutan yang tepat, terpadu dan komperehensif sehingga lebih bermanfaat.
Langkah strategis ini semakin jelas dengan adanya surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : 648/Menhut-II/2010 tanggal 22 November 2010 tentang KPHL Biak Numfor dan diperkuat lagi dengan adanya Peraturan Daerah
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
2
Kabupaten Biak Numfor Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja KPHL Biak Numfor yang menjadikan KPHL Biak Numfor sebagai Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD).
Pengelolaan hutan yang tepat, terpadu dan komperehensif melalui skema KPH dapat berlangsung dengan baik apabila menyusun rencana yang baik yang
mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 yang
menyatakan bahwa rencana kawasan hutan berdasarkan skala geografis terdiri dari Rencana Kehutanan Tingat Nasional, Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi, Rencana Kehutanan Tingkat Kota/Kabupaten dan Rencana Kesatuan Pengelolaan Hutan. Peraturan tersebut mengacu pada Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 pasal 10 ayat 2 dan Sistem Perencanaan Kehutanan (P.42/Menhut-II/2010).
Penyusunan dokumen rencana pengelolaan ini diharapkan dapat menjadi dokumen yang akan dipedomani oleh pihak pengelola KPHL Biak Numfor sebagai institusi pengelola hutan di tingkat tapak dan seluruh stakeholder kehutanan secara umum. Data yang dilibatkan dalam penyusunan rencana pengelolaan ini meliputi seluruh karakteristik ekologi, sosial dan ekonomi, serta dilengkapi dengan isu dan permasalahan yang dihadapi guna membentuk baseline data dalam penentuan prioritas pengelolaan.
1.2. Maksud dan Tujuan Pengelolaan
Maksud Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang RPHJP-KPHL Biak Numfor ini adalah :
1. Menyediakan rencana pengelolaan (management plan) jangka panjang kurun waktu 10 tahun (2015-2024) untuk mengarahkan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan pada setiap blok di wilayah KPHL Biak Numfor.
2. Memberikan arahan bagi stakeholder kehutanan yang berkepentingan dalam kegiatan pembangunan kehutanan di wilayah KPHL Biak Numfor.
Tujuan pengelolaan hutan selama 10 tahun di Kawasan Hutan KPHL Biak Numfor adalah untuk :
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
3
2. Pemanfaatan kawasan hutan dan hasil hutan secara bertanggung jawab, arif, bijaksana dan lestari
3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan
4. Perlindungan hutan dan konservasi alam
1.3. Sasaran
Hasil yang ingin dicapai selama pengelolaan 10 tahun kedepan di KPHL Biak Numfor, antara lain:
1. Terdefinisinya wilayah KPHL Biak Numfor dari aspek ekologi yang berkaitan dengan: a). Kondisi fisik wilayah antara lain : Tutupan lahan, topografi, geologi, jenis tanah, iklim dan tata guna lahan, b). Kondisi hutan yang meliputi : jenis dan volume tegakan hutan, sebaran vegetasi, flora dan fauna, potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan dan c) Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS);
2. Terdefinisinya kondisi ekonomi yang berkaitan dengan: a). Aksesibilitas wilayah KPHL Biak Numfor, b). Potensi pendukung ekonomi sekitar wilayah KPHL Biak Numfor, c). Batas administrasi pemerintahan dan d). Nilai tegakan hutan baik kayu maupun bukan kayu termasuk jasa lingkungan;
3. Terdefenisinya kondisi sosial yang berkaitan dengan: a). Perkembangan demografi sekitar kawasan, b). Pola-pola hubungan sosial masyarakat dengan hutan, c). Keberadaan kelembagaan masyarakat dan d). Pola penguasaan lahan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.
1.4. Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan terdiri dari :
a. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Jo Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
4
e. Permenhut P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
(NSPK) Pengelolaan Hutan pada KPH Lindung (KPHL) dam KPH Produksi (KPHP)
f. Permenhut P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan
g. Permenhut P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kehutanan 2010-2014
h. Permenhut No. P.57/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan tahun 2012
i. Permenhut No. P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kehutanan Tingkat
Nasional 2011-2030
j. Permenhut No. P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat
Setempat
k. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 648/Menhut-II/2010 tanggal 22 November 2010 tentang KPHL Biak Numfor
l. Peraturan Dirjen Planologi No. P.05 Tahun 2012 tentang tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan
m. Peraturan Daerah Kabupaten Biak Numfor Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja KPHL Biak Numfor.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Biak Numfor berada pada Bab V,VI dan VII yang meliputi :
a. Bab V berisi :
1. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan yang meliputi: a). Inventarisasi berkala wilayah kelola dan b). Penataan Hutan
2. Pemanfaatan hutan wilayah tertentu 3. Pemberdayaan masyarakat
4. Pembinaan, pemantauan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizin
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
5
6. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di dalam areal yang Berizin
7. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 8. Rencana penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar Pemegang izin 9. Koordinasi/konsultasi dengan instansi dan stakeholder terkait
10. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM 11. Penyediaan Pendanaan
12. Pengembangan Data Base 13. Rasionalisasi Wilayah Kelola 14. Review Rencana Pengelolaan 15. Pengembangan Investasi 16. Kelas Perusahaan
b. Bab VI. Berisi : Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian. c. Bab VII. Berisi : Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.
1.6. Batasan Pengertian
Beberapa batasan mengenai istilah yang digunakan dalam buku ini adalah sebagai berikut:
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (pasal 1 ayat 2 UU No. 41 Tahun 1999).
2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap (pasal 1 ayat 3 UU No. 41 Tahun 1999).
3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah (pasal 1 ayat 4 UU No. 41 Tahun 1999).
4. Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan (pasal 1 ayat 7 UU No. 41 Tahun 1999).
5. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
6
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah (pasal 1 ayat 8 UU No. 41 Tahun 1999).
6. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya (pasal 1 ayat 9 UU No. 41 Tahun 1999).
7. Hutan tanaman industri adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan (pasal 1 ayat 18 PP No. 6 Tahun 2007).
8. Hutan tanaman rakyat adalah tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (pasal 1 ayat 19 PP No. 6 Tahun 2007).
9. Hutan tanaman hasil rehabilitasi adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktifitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan (pasal 1 ayat 20 PP No. 6 Tahun 2007).
10. Kesatuan pengelolaan hutan selanjutnya disingkat KPH adalah unit pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari (pasal 1 ayat 1 PP No. 6 Tahun 2007). 11. KPH Model adalah wujud awal dari KPH yang secara bertahap
dikembangkan menuju situasi dan kondisi aktual KPH ditingkat tapak, yang diindikasikan oleh suatu kemampuan menyerap tenaga kerja, investasi, memproduksi barang dan jasa kehutanan yang melembaga dalam sistem pengelolaan hutan secaraa efisien dan lestari (pasal 1 ayat 2 Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan No. SK. 80/VII-PW/2006).
12. Rencana pengelolaan hutan adalah konfigurasi peta situasi, visi-misi, tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam resep atau arah manajemen strategis yang terpadu yang menyangkut kelola kawasan, kelola pemanfaatan hutan,
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
7
kelola pasar, kelola konservasi dan kelola rehabilitasi-restorasi dalam kerangka pencapaian fungsi ekonomi, lingkungan dan sosial yang optimal. 13. Rencana pengelolaan jangka panjang adalah rencana pengelolaan pada
tingkat strategis berjangka waktu atau selama jangka benah pembangunan KPH.
14. Rencana pengelolaan jangka pendek adalah rencana pengelolaan hutan berjangka waktu satu tahun pada tingkat operasional berbasis petak dan/atau zona dan/atau blok.
15. Resort hutan merupakan bagian dari hutan yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan pengendalian dan pengawasan teritorial (pada waktu yang lalu disebut Blok RKL dan Blok RKT).
16. Zona merupakan bagian dari KPH yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi manjemen, terutama dalam fungsi konservasi, yang menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan konservasi lestari.
17. Blok pada unit KPH model adalah bagian areal yang secara geografis bersifat permanen, yang secara strategis ditetapkan untuk meningkatkan efetifitas dan efisiensi manjemen, terutama dalam fungsi perlindungan hidro-orologi yang menjadikannya sebagai kesatuan pengelolaan perlindungan hidrologi lestari. 18. Petak adalah unit terkecil lahan hutan yang lokasi geografisnya bersifat
permanen, sebagai basis pemberian perlakukan pengelolaan dan menjadi satuan administrasi dari setiap kegiatan pengelolaan (silvikultur) yang sama untuk diterapkan atasnya.
19. Anak petak adalah bagian dari petak yang bersifat temporer, yang oleh sebab tertentu memperoleh perlakuan silvikultur atau kegiatan pengelolaan yang khusus dan selanjutnya akan ditetapkan oleh pengelola KPH.
20. Jangka benah (bera) adalah rentang waktu perencanaan yang diperlukan untuk merubah kondisi pengelolaan yang ada saat ini menjadi kondisi yang terstruktur bagi kegiatan pengelolaan hutan lestari.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
8
DESKRIPSI KAWASAN
2.1. Risalah Wilayah KPHL Biak Numfor 2.1.1. Letak dan Luas Wilayah KPHL
Secara geomorfologi wilayah Kabupaten Biak Numfor merupakan rangkaian kepulauan yang terdiri dari dua pulau besar yakni Pulau Biak dan Pulau Numfor serta sekitar 42 pulau-pulau kecil (Kepulauan Padaido), sehingga wilayah cakupan KPHL Biak Numfor terbagi di kedua pulau tersebut. Keadaan fisik yang demikian juga mempengaruhi jumlah dan luas wilayah pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yakni DAS Biak dan DAS Numfor. DAS Biak terdiri dari SubDAS Dasandoi, Napi, Mansoben, Sorendi dan Wari. DAS Biak dan Numfor masuk dalam kategori DAS prioritas 2.
Secara geografis Kabupaten Biak Numfor terletak antara 134047’00”–
136005’00” Bujur Timur dan 0055’00”–10 27’00” Lintang Selatan. Dengan luas
wilayah 2.269,84 km2. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Supiori dan Samudera Pasifik - Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Yapen
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. - Sebelah Timur berbatasan dengan Samudera Pasifik.
Secara administrasi pemerintahan wilayah KPHL Biak Numfor terletak didalam wilayah pemerintahan Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa kawasan hutan terklasifikasi ke dalam tutupan lahan : hutan lahan kering primer, pertanian lahan kering campur, semak belukar, hutan lahan kering sekunder, lahan terbuka, pemukiman sampai pada daerah mangrove dengan fungsi kawasan yang dominan adalah Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
9
Gambar 1 Peta Tata Guna Hutan KPHL Biak Numfor
Kabupaten Biak Numfor sebagai salah satu kabupaten kepulauan di Provinsi Papua memiliki kedudukan yang strategis baik secara ekonomi maupun ekologi. Beragam sumberdaya alam termasuk hutan yang dimiliki telah menjadi penopang hidup masyarakat di wilayah ini, namun faktanya hutan mengalami penurunan kualitas dari waktu ke waktu. Guna mengatisipasi hal tersebut maka pemerintah melalui kementerian kehutanan telah mencanangkan pengelolaan hutan berbasis tapak (site) dengan membangun model-model pengelolaan hutan dalam bentuk KPH. Salah satu KPH model di Papua yang sudah disetujui legalitasnya adalah KPHL Model Biak Numfor.
KPHL Biak di Kabupaten Biak Numfor telah ditetapkan sebagai KPH Model melalui SK .No 648/Menhut-II/2010 tanggal 22 November 2010 dengan luas ± 206.016 ha, yang komposisi fungsinya terdiri dari hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi terbatas, areal penggunaan lain dan kawasan suaka alam berdasarkan SK. Menhut No. 891 Tahun 1999.
Luasan dan komposisi fungsi kawasan selanjutnya mengalami perubahan sejalan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 458 tanggal 15 agustus tahun 2012 tentang peta perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan, perubahan fungsi kawasan hutan dan penunjukan bukan kawasan
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
10
hutan menjadi kawasan hutan di Provinsi Papua. Berdasarkan surat keputusan Nomor 458 /2002 tersebut maka terjadi perubahan luas, terutama Pulau Biak dan Pulau Numfor. Luas Pulau Numfor 32.789,97 ha dan Pulau Biak seluas 172.816,1 ha, atau sama dengan 205.606,07 ha. Dari luasan tersebut 182.866,15 hektar merupakan kawasan hutan. Komposisi sebaran kawasan hutan di wilayah KPHL Biak disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Fungsi Kawasan Hutan di Wilayah KPHL Biak Numfor
No. SK Menhut No. 891 Tahun 1999 SK. Menhut No. 458 Tahun 2012 Fungsi
Kawasan Luas (Ha)
Fungsi
Kawasan Luas (Ha)
1. APL 264,61 APL - 2. HL 112.490,43 HL 121.593,50 3. HP 27.161,89 HP 25.747,31 4. HPT 42.227,62 HPT 35.539,34 5. HPK - HPK - 6. KSA 667,70 KSA - Total 182.866,15 Total 182.866,15
Setelah mengalami perubahan peruntukan, perubahan fungsi dan penunjukan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan maka di wilayah Kabupaten Biak Numfor tidak terdapat lagi kawasan konservasi. Sebagian besar (66,49%) kawasan hutan di dominasi oleh kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi 14,08% dan kawasan hutan produksi terbatas sebesar 19,43%. Besarnya dominansi kawasan lindung menjadi dasar penetapan KPH Biak Numfor sebagai KPH Lindung Model Biak Numfor.
2.1.2. Sejarah Pembentukan KPHL Model Biak Numfor Proses Pembentukan
Proses pembentukan KPH di Provinsi Papua hingga munculnya KPHL Model Biak Numfor, sebagai berikut:
a. Rapat Koordinasi Pembangunan Kehutanan Provinsi Papua
Pada tanggal 9 s/d 10 April 2008 di Serui Kabupaten Yapen dilangsungkan Rapat Koordinasi Pembangunan Kehutanan Provinsi Papua yang membahas
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
11
berbagai hal tentang Pengelolaan Kehutanan di Provinsi Papua. Pembangunan KPH merupakan salah satu agenda yang dibicarakan. Beberapa agenda yang dihasilkan dalam rakor tersebut adalah :
1. Proses pembentukan wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan di Papua dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Model (KPH Model) di Biak sebagai embrio pembangunan kesatuan pengelolan hutan di Papua perlu segera dipercepat agar ditetapkan oleh Menteri Kehutanan pada 2008 dan dilaunching pada tahun 2009
2. Penyusunan rancangan pembangunan (development plan) dan rencana tindak (action plan) kesatuan pengelolaan hutan di Papua dan kesatuan pengelolaan hutan di Yapen perlu diselesaikan pada tahun 2008 ini karena menjadi langkah prioritas awal percepatan pembangunan kesatuan pengelolaan hutan di Papua
3. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Model dapat dibangun juga di Jayapura, Jayawijaya, Boven Digoel, Sarmi dan kabupaten/kota lainnya dengan mengacu prototype KPH Model Biak sesuai ekosistem dan potensi hutannya.
4. Pembentukan kelompok kerja (working group) yang terdiri dari para pihak terkait Kesatuan Pengelolaan Hutan Papua (pemerintah, pemerintah daerah, akademisi, masyarakat sipil, donor dan mitrakerja kehutanan) untuk memobilisasi sumberdaya yang ada dalam mendorong percepatan pembangunan KPHModel dan KPH lainnya di Kab/Kota wilayah Provinsi Papua melalui Keputusan Gubernur.
5. Mobilisasi sumberdaya (man, money, material, machine, method) dari pemerintah (Kementerian Kehutanan), pemerintah daerah (Dinas Kehutanan Provinsi, Kabupaten/Kota), swasta (mitra kerja kehutanan) dan masyarakat sipil dalam program (penguatan kapasitas kelembagaan, database, sosialisasi, dll) serta pendanaan untuk mempercepat pembangunan KPH Model di Biak Numfor dan pembangunan KPH lainnya di wilayah Provinsi Papua.
6. Pembagian peran dan tanggung jawab para pihak dalam mewujudkan KPH Model dan KPH Kabupaten/Kota lainnya di wilayah Provinsi Papua.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
12
b. Brain Storming Pembangunan Kehutanan Provinsi Papua
Bertempat di Ruang rapat BPKH Wilayah X Jayapura pada tanggal 13 Mei 2008 dilangsungkan diskusi brain storming pembangunan kehutanan Provinsi Papua yang membahas berbagai hal tentang pengelolaan kehutanan di Provinsi Papua termasuk di dalamnya Pembangunan KPH Papua. Adapun pokok – pokok pikiran yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
1. Perlunya penyusunan konsep pancangan KPH di Papua. 2. Penyusunan prototype KPH.
3. Replikasi KPH model dapat dilakukan oleh institusi/Lembaga.
4. Perlunya pembagian peran dalam penyusunan rancang bangun (rancang bangun dan kelembagaan) dengan memasukan inisitif lokal.
5. Perlunya penyusunan peta penyebaran KPH
6. Perlunya menyusun petunjuk teknis penyusunan KPH di Provinsi Papua. 7. Perlunya mengidentifikasi Lesson Learn KPH sebagai dasar dalam
penyusunan konsep KPH (ciri khas KPH di Papua).
8. Dalam penyusunan KPH hendaknya diperlukan data-data tersedia : tutupan hutan, fungsi hutan, unit manajemen dan hutan adat, informasi sosial lainnya. 9. Perlunya peta penyebaran suku bangsa dalam penyusunan KPH (SIL).
10. Hendaknya KPH yang dibentuk di Papua memiliki ciri khas (adat,suku dan pemberdayaan masyarakat).
11. Dalam penyusunan KPH hendaknya berbasis DAS/Ekosistem, sebaran suku bangsa dan wilayah KPH.
12. Perlunya penyusunan manejemen pengelolaan terpadu lintas stakeholder.
13. Perlunya mempertimbangkan variabel-variabel (DAS, adat,
administrasi,fungsi kawasan) dalam rancang bangun KPH. 14. Pembentukan KPH oleh Gubernur Provinsi Papua
c. Pertemuan Lanjutan Hasil Brain Storming
Menindaklanjuti hasil brain storming sebelumnya, maka diadakan pertemuan pada tanggal 8 Juli 2008 tentang Pembangunan KPH di Papua.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
13
d. Workshop Penyusunan Naskah/Dokumen Akademik Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Papua
Kegiatan workshop ini dihadiri oleh Pakar Kehutanan, Praktisi Kehutanan, Akademisi dan Pemerintahan serta NGO’s pada tanggal 11 s/d 12 Oktober 2008 dilaksanakan workshop Penyusunan Naskah/Dokumen Akademik Pembangunan KPH Papua bertempat di ruang rapat Hotel Yasmin Jayapura.
e. Peta Rancang Bangun dan Arahan
Perencanaan pembentukan unit wilayah KPH Provinsi Papua dilakukan melalui proses overlay Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Papua, Peta Daerah Aliran Sungai dan Peta Administrasi Pemerintahan.
Dari overlay peta-peta dan analisis data yang ada maka Kawasan Provinsi Papua telah didesain dan dibagi habis menjadi 56 unit KPH dan untuk mendukung rencana manajemen setiap unit KPH diberi nomor register yang disusun secara terarah dan berurutan.
Proses Penetapan KPH
Hasil rancang bangun yang telah disepakati para pemangku kepentingan tersebut, selanjutnya diusulkan Gubernur Papua kepada Menteri Kehutanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.481/Menhut-II/2009 tanggal 18 Agustus 2009, telah dicadangkan 56 KPH yang terdiri 25 unit KPHL dan 31 unit KPHP, termasuk KPHL Biak Numfor yang ditetapkan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Sosialisasi dari Kementerian Kehutanan tentang pemantapan rencana pembentukan KPH Model Biak Numfor pada tanggal 30 Agustus 2010. Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Biak Numfor menyambut baik rencana pembentukan KPH Model tersebut.
2. Berdasarkan hasil sosialisasi, Bupati Biak Numfor menyampaikan surat ke Menteri Kehutanan Nomor: 522.1/638 tanggal 28 September 2010 tentang tindak lanjut Sosialisasi Pembentukan KPH Model Biak Numfor.
3. Usulan KPHL Model tersebut selanjutnya disetujui dan ditetapkan Menteri Kehutanan sesuai keputusan KPH Model melalui SK .No 648/Menhut-II/2010 tanggal 22 November 2010 dengan luas ± 206.016 ha dengan rincian sebagai berikut:
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
14
Hutan Lindung : ± 120.340 Ha (58,41%)
Hutan Produksi Terbatas : ± 55.149 Ha (26,76%)
Hutan Produksi Tetap : ± 30.527 Ha (14,83%)
4. Dinas Kehutanan dan Perkebunan menyusun draf rancangan Peraturan Bupati tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (UPTD KPHL) Model Biak Numfor pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Biak Numfor.
5. Pemerintah Kabupaten Biak Numfor melakukan kajian hukum pada bagian organisasi dan tata laksana dan bagian hukum Sekretariat Daerah Biak Numfor untuk mempercepat proses pembentukan kelembagaan KPHL Biak Numfor. Akhirnya pada tanggal 31 Mei 2011 lewat voting fraksi di DPRD Kabupaten Biak Numfor ditetapkanlah SKPD KPHL oleh DPRD Kabupaten Biak Numfor.
6. Bupati Biak Numfor selanjutnya mengeluarkan peraturan daerah (PERDA) Nomor 28 Tahun 2011 tanggal 14 Desember 2011 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja KPHL Kabupaten Biak Numfor.
7. KPHL Biak Numfor sebagai KPH pertama di Indonesia berstatus SKPD yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2010.
2.1.3. Pembagian Blok KPHL
Pembagian blok KPHL Biak Numfor dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
- Pendekatan ekosistem dengan memperhatikan batasan Sub DAS
- Kombinasi dengan pembagian ke dalam grid seluas 289 ha, mengacu pada modul analisis pemodelan spasial tata hutan
- Penentuan pengelolaan blok dengan syarat dan kriteria petunjuk teknis (juknis) tata hutan
- Hasil inventarisasi dan tata hutan KPHL Biak Numfor
Berdasarkan langkah prosedur tersebut di atas maka KPHL Biak Numfor dibagi-bagi ke dalam unit pengelolaan yang lebih kecil, yaitu sebanyak 700 blok dengan perincian sebagaimana tersajikan pada Tabel 2.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
15
Tabel 2. Pembagian Blok pada KPHL Biak Numfor
No Fungsi Hutan Pembagian Blok Luas (ha) Proporsi (%)
1 Lindung Blok Inti 117.367 64.05
Blok Pemanfaatan 4.218 2.30
2 Produksi
Blok Perlindungan 16.290 8.89
Blok Pemanfaatan
HHK-HT 14.358 7.83
Blok Pemanfaatan Jasa
Lingkungan dan HHBK 20.029 10.93
Proporsi terbesar dari KPHL Biak Numfor berada di kawasan hutan dengan fungsi lindung sebagai blok inti dengan luas mencapai 64,05%, disusul blok pemanfaatan untuk jasa lingkungan dan hasil hutan bukan kayu pada kawasan hutan produksi sebesar 10,93%, blok perlindungan 8,89%, blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman 7,83% dan blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam seluas 6%. Blok terkecil adalah blok pemanfaatan pada kawasan hutan produksi sebesar 2.30%. Pembangunan Resort Pengelolaan Hutan (RPH) berdasarkan Sub Daerah Aliran Sungai (Sub-Das) dilakukan untuk memudahkan upaya pengelolaan maka wilayah KPHL Biak Numfor.
Tabel 3. Pembagian Wilayah KPHL Biak Numfor Berdasarkan RPH
No RPH Lokasi Luas ( Ha)
1 Dasandoi I Distrik Yendidori, Biak Kota, Samofa
dan Sebagian Distrik Biak Utara
52,945.69
2 Dasandoi II Distrik Biak Timur, Oridek, Padaido,
dan Distrik Aimando
33,188.37
3 Napi dan
Dasandoi
Distrik Swandiwe, Biak Barat dan Sebagian Distrik Warsa
38,747.79
4 Numfor Distrik Numfor Barat, Numfor Timur,
Orkeri, Poiru, dan Bruyadori
32,983.62
5 Sorendi dan
Mansoben
Sebagian Distrik Swandiwe dan sebagian Distrik Bondifuar
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
16
No RPH Lokasi Luas ( Ha)
6 Wari Sebagian Distrik Bondifuar, Sebagian
Distrik Warsa, Distrik Yawosi, Andei Dalam dan sebagian distrik Biak Utara
57,210.13
RPH Wari dan Dasandoi I merupakan RPH terluas, hal ini terlihat dari jumlah wilayah administrasi tingkat distrik yang masuk dalam RPH tersebut, walaupun sub das tidak mengenal batas-batas administrasi suatu wilayah, namun respons pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan sering mempertimbangkan batas administrasi sehingga perlu dipetakan secara jelas. Perhitungan luas kawasan masing-masing RPH perlu dimasukan dalam implementasi program dan kegiatan pengelolaan KPHL.
Gambar 2. Peta Pembagian Wilayah KPHL Biak Numfor Berdasarkan RPH
2.2. Potensi Wilayah KPHL 2.2.1. Tutupan Lahan
Data penutupan lahan untuk KPHL Biak Numfor tersedia untuk tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yang bersumber dari interpretasi visual
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
17
terhadap Citra Landsat. Berikut ini adalah perubahan penutupan lahan dalam wilayah KPHL Biak Numfor (Tabel 4).
Perubahan tutupan lahan pada tahun 2000-2003 terjadi pada hutan lahan kering primer menjadi hutan lahan kering sekunder sebesar 93,19 hektar dan semak belukar seluas 158,54 hektar. Hal ini menunjukan bahwa hutan lahan kering primer telah mengalami perubahan luasan selama 3 tahun sebesar 0.54% atau 0.083% per tahun.
Tabel 4. Tutupan Lahan pada Wilayah KPHL Biak Numfor Tahun 2000-2009
Sumber : Interpretasi Citra Satelit oleh BPKH
Tutupan Lahan
Tahun 2000 Tahun 2003 Tahun 2006 Tahun 2009 Luas (Ha) Luas
(%) Luas (Ha)
Luas
(%) Luas (Ha) Luas (%) Luas (Ha) Luas (%)
Hutan Lahan Kering Primer 101008.10 45.87 100756.36 45.76 100665.8 45.72 98801.88 44.87 Hutan Lahan Kering Sekunder 64691.26 29.38 64784.45 29.42 64053.02 29.09 62051.3 28.18 Hutan Mangrove Primer 4848.68 2.20 4,849 2.20 4,849 2.20 4,849 2.20 Hutan Rawa Primer 200.62 0.09 201 0.09 201 0.09 201 0.09 Semak Belukar 28876.74 13.11 29035.28 13.19 29857.26 13.56 30305.09 13.76 Pemukiman 60.27 0.03 60 0.03 60 0.03 60 0.03 Lahan Terbuka 2317.21 1.05 2,317 1.05 2,317 1.05 2682.97 1.22 Hutan Mangrove Primer 0.06 0.00 0.057525 0.00 0.057525 0.00 0.057525 0.00 Hutan Rawa Sekunder 607.98 0.28 608 0.28 608 0.28 608 0.28 Semak Belukar Rawa 129.39 0.06 129 0.06 129 0.06 129 0.06 Pertanian Lahan Kering 3124.70 1.42 3,125 1.42 3,125 1.42 3,125 1.42 Pertanian Lahan Kering Campur Semak 13534.19 6.15 13534.19 6.15 13534.19 6.15 16586.53 7.53 Awan 749.10 0.34 0 0.00 0 0.00 0 0.00 Rawa 37.80 0.02 787 0.36 787 0.36 787 0.36 Jumlah 220.186.12 100.00 220.186.12 100.00 220.186.12 100.00 220.186.12 100.00
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
18
Pada tahun 2003-2006 perubahan lahan yang terbesar terjadi pada hutan lahan kering sekunder dan hutan lahan kering primer menjadi semak belukar seluas 821,98 hektar. Dan tahun 2006-2009 perubahan tutupan lahan terjadi pada hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder berubah menjadi semak belukar seluas 447,83 hektar, lahan terbuka 365,761 hektar, dan pertanian lahan kering campur semak seluas 3.052,34 hektar.
Gambar 3. Perubahan Tutupan Lahan di KPHL Biak Numfor tahun 2000-2009 Secara keluruhan perubahan lahan yang paling besar terjadi pada hutan lahan kering sekunder dimana sejak tahun 2000 sampai dengan 2009 telah mengalami pengurangan luas sebesar 2001,72 hektar atau rata-rata sebesar 222,33 hektar per tahun. Hal ini mengindikasikan telah terjadi deforestasi yang secara langsung mengurangi tingkat kelestarian hutan. Bila diperhatikan, perubahan tutupan lahan hutan memberikan gambaran trend (kecederungan) meningkat dari waktu ke waktu sehingga tingkat keterancaman sumberdaya hutan akan semakin tinggi dan dapat menciptakan ekosistem yang rapuh dalam wilayah KPHL Biak Numfor. Dengan demikian setiap upaya pengelolaan maupun pemanfaatan sumberdaya hutan harus diletakan pada kerangka pembangunan berkelanjutan. Perubahan lahan yang terus meningkat akan berdampak pada penurunan debit air, tingginya erosi dan sedimentasi sehingga mempengaruhi kinerja DAS.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
19
2.2.2. Topografi
Keadaan topografi Kabupaten Biak Numfor sangat bervariasi mulai dari daerah pantai yang terdiri dari dataran rendah dengan lereng dan landai sampai dengan daerah pedalaman yang memiliki kemiringan terjal. Berdasarkan ketinggiannya, Kabupaten Biak Numfor berada pada ketinggian 0 sampai dengan 920 m dpl. Ketinggian daerah pantai antara 0 – 5 m dpl yang meliputi pantai pada Pulau Biak dan Pulau Numfor.
Secara morfologi, Pulau Biak terbagi 4 (tiga) satuan, yaitu dataran, datar berombak, berbukit dan bergunung. Daerah dataran terletak terutama di daerah pantai dan sebagian merupakan hutan pantai, yaitu sekitar pulau Biak, Bosnik, dan Marauw. Daerah yang bermorfologi berombak dengan kemiringan antara 3-15% dimana luasnya lebih kurang 20% dari Pulau Biak, serta terbentang dibagian tengah. Sebagian kecil berada di kampung Wardo, kota Biak dan ke arah timur serta sebagian kampung Korem. Sebaran topografi di wilayah KPHL Biak Numfor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel. 5. Sebaran Topografi KPHL Biak Numfor
Selain berada di kawasan samudera Pasifik, Pulau Biak berada di jalur gempa. Gempa Biak terjadi pada Jalur Patahan Sorong yang memanjang dari Papua sampai Kepulauan Sula di Maluku. Secara tektonis, wilayah Indonesia Timur merupakan lokasi pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak dari arah timur ke barat, Lempeng Australia yang bergerak dari arah tenggara ke barat laut dan Lempeng Eurasia yang bergerak dari arah barat laut ke tenggara. Berdasarkan peta rawan bencana yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kawasan KPHL Biak Numfor masuk dalam kategori rawan gempa kuat, menengah dan kurang kuat. Daerah kategori
No. Topografi Ketinggian (m) Luas (ha)
< 100 100 – 300 300 – 500 500 - 1000 1. 0 – 8% 2.901,79 0,775 - - 2.902,56 2. 8 – 15% 26.871,08 22.503,50 29,671 - 49.404,25 3. 15 – 45% 27.656,88 11.125,59 2.312,43 41,55 41.136,47 4. ≥ 45% 25.394,01 61.438,20 2.517,58 73,142 89.422,93 Jumlah 182.866,23
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
20
rawan gempa kuat adalah Distrik Biak Timur, Oridek dan sebagian Samofa yang secara geografis berbatasan langsung dengan samudera Pasifik di bagian Timur dari Pulau Biak. Sedangkan untuk kategori rawan gempa menengah adalah distrik Bondifuar, Warsa, Swandiwe, Yawosi dan sebagian distrik Andei.
2.2.3. Geologi
Tatanan stratigrafi wilayah KPHL Biak Numfor tersusun dari beberapa formasi batuan yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Formasi Geologi di KPHL Biak Numfor
No. Formasi Pemerian/Deskripsi Luas (ha)
1. Waigeo Batu gamping dengan sisipan batu gamping
pasiran dan napal; foram besar foram kecilnya. 867,67
2. Napisendi
Batu gamping berlapis, batu gamping klastik tufaan, sisipan konglomerat andesit-basal, breksi, batu gamping lepidocyclina, batu gamping pasiran, napal pasiran dan batu pasir
348,75
3. Wainukendi
Batu gamping hablur, napal, batu gamping berfosil banyak dan grewake, setempat lensa konglomerat basal
879,37
4. Endapan
lumpur
lumpung dan lumpur merupakan endapan hasil
leleran poton 42.563,09
5.
Terumbu koral terangkat
Batu gamping koral, batu gamping koral guaan
865,46
6. Klasafet Batu napal, batu lumpur gampingan, sisipan
kalsilutit 59.560,92
7. Wardo Batu gamping napalan dan pasiran disertai banyak
sekali foraminifera 34.109,39
8. Mokmer Batu gamping koral dan kapur 28.695,61
9. Aluvium Kerakal, kerikil, pasir, gambut dan lanau 2.944,11
10. Auwewa Lava basal, tufa, litis, tufa hablur, setempat breksi
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
21
Formasi terbesar adalah formasi klasafet dengan luas wilayah 59.560,92 hektar. Formasi ini terdiri dari batu napal, batu lumpur gampingan, sisipan kalsilutit. Napal merupakan kalsium karbonat atau kapur kaya lumpur atau batu lumpur yang mengandung sejumlah variabel tanah liat dan aragonit. Napal awalnya merupakan istilah lama secara bebas diterapkan untuk berbagai bahan, yang sebagian besar terjadi secara bebas, deposito membumi yang terdiri terutama dari campuran tanah liat dan inti kalsium karbonat yang terbentuk di bawah kondisi air tawar, khusus zat yang mengandung tanah liat meluas dari 35-65% dan 65-35% karbonat (Wikipedia, 2012). Sedangkan kalsilutit merupakan batu gamping klastis berbutir halus.
2.2.4. Jenis Tanah
Kepulauan di wilayah Kabupaten Biak Numfor terbentuk dari batu karang metamorfik (filit, kuartit dan chrit) sebagai bagian dari lempengan Pasifik yang terdesak tanggul-tanggul baltik. Jenis tanah yang terdapat di daerah ini adalah renzina litosol dan latosol yang terbentuk dari bahan induk batu gamping (dominan), batu karang dan bahan volanik.
Pada daerah dengan relief datar-berombak, jenis tanah didominasi oleh litosol dengan bahan induk batu karang. Jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan rendah, karena didominasi oleh tekstur pasir dengan solum tanah yang relatif dangkal. Jenis tanah ini sangat dominan di Pulau Numfor. Jenis tanah renzina terdapat pada daerah dengan relief bergunung dan berbukit yang tersebar dari Distrik Yendidori sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Supiori. Sedangkan tanah latosol banyak terdapat pada daerah berrelief gunung di sekitar Distrik Oridek dan Biak Timur. Profil tentang jenis tanah dan sebarannya untuk KPHL Biak Numfor sebagaimana disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jenis Tanah dan Persebarannya
No. Bahan Induk Subland Relief Jenis Tanah Luas (ha)
1. Batu gamping Pegunungan Karst Bergunung Renzina/Rendoll 1.243,98
2. Batu gamping Perbukitan Karst Berbukit Renzina/ Rendoll 94.406,42
3. Batu karang Terumbu karang
Datar-berombak
Litosol/Enthisol 83.037,33
4. Volkanik Pegunungan
Volkan
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
22
Jenis tanah yang tersebar paling merata adalah jenis Renzina/Rendoll, yakni sebanyak 52,31%, disusul jenis tanah litosol dengan luas mencapai 45%. Jenis tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan yang rendah, sehingga mempengaruhi produktifitas hasil-hasil pertanian di Kabupaten Biak Numfor.
2.2.5. Iklim
Iklim suatu wilayah sangat menentukan rencana pengelolaan kawasan hutan. Sedangkan iklim sendiri ditentukan oleh curah hujan yang terjadi dalam 1 (satu) tahun, yaitu ditentukan oleh banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam tahun tersebut. Tipe iklim dalam suatu wilayah dapat ditentukan menggunakan klasifikasi Schmidt Ferguson. Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).
Temperatur di Kabupaten Biak Numfor berkisar antara 26,60 C sampai
dengan 27,40 C dimana fluktuasi perubahan temperatur terjadi hampir sama setiap
bulannya.
Tabel 8. Rata-Rata Tekanan Udara di Biak Numfor Tahun 2008-2012
Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 Januari 1 005,5 1 007,0 1 007,8 1 005,7 1 006,7 Februari 1 006,5 1 006,4 1 009,4 1 006,4 1 006,3 Maret 1 007,0 1 007,5 1 008,5 1 006,5 1 006,5 April 1 006,8 1 007,0 1 008,6 1 007,2 1 008,0 Mei 1 007,6 1 007,1 1 007,1 1 007,4 1 007,0 Juni 1 008,1 1 008,2 1 008,1 1 007,3 1 007,8 Juli 1 008,1 1 007,3 1 007,8 1 007,5 1 007,1 Agustus 1 007,3 1 007,8 1 008,0 1 009,2 1 008,5 September 1 008,4 1 007,4 1 007,7 1 008,4 1 008,1 Oktober 1 008,0 1 007,9 1 007,0 1 007,8 1 007,9 November 1 006,8 1 006,4 1 006,8 1 006,3 1 008,3 Desember 1 006,2 1 007,5 1 005,0 1 005,4 1 006,7 Rata-Rata 1 007,2 1 007,3 1 007,6 1 007,1 1 007,4
Sumber: Biak Numfor dalam Angka, Tahun 2013
Tekanan udara berfluktuasi rata-rata 26 sampai 27,4% per tahun. Sejak tahun 2008-2012 tekanan udara berfluktuasi relatif kecil. Sedangkan curah hujan di Kabupaten Biak Numfor yang diperoleh dari rekaman hasil pengamatan oleh stasiun meteorologi klas 1 Frans Kaisiepo Biak pada tahun 2011 menunjukkan
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
23
bahwa fluktuasi curah hujan hampir merata sepanjang tahun dengan rata-rata 287,5 mm dan rerata jumlah hari hujan 24. Hari hujan tertiggi terjadi pada bulan agustus 456,1 hari hujan dan terendah pada bulan November 123 hari sebagaimana disajikan pada Gambar 4. Perbedaan antara musim hujan dan musim kemarau tidak nampak jelas karena distribusi hujan terjadi secara merata akibat pola angin lokal yang bertiup dengan kecepatan yang tidak merata. Kedudukan Biak Numfor sebagai kabupaten yang terbangun atas gugusan pulau juga memberikan pengaruh nyata terhadap pola angin lokal dan terjadinya gelombang dan hujan lebat.
Gambar 4. Curah Hujan, Hari hujan dan Curah Hujan Terbesar sepanjang tahun 2012 di Kabupaten Biak Numfor
Berdasarkan perhitungan Shcmidt dan Ferguson, iklim di Kabupaten Biak Numfor dikategorikan sebagai daerah tipe A yang berarti sangat basah. Hal ini memberikan gambaran bahwa Biak Numfor merupakan gugusan pulau dengan karakteristik tipe hutan hujan tropika yakni hutan yang selalu terlihat hijau (evergreen). Oleh sebab itu pulau ini memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
2.2.6. Tata Guna Lahan
Gambaran umum tentang tata guna lahan pada KPHL Biak Numfor didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Biak Numfor
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
24
dan keadaan tutupan lahan terbaru, dimana arahan untuk tata guna dikelompokkan dalam bidang kehutanan, perkebunan, pertanian dan pariwisata. Untuk sektor kehutanan dikategorikan berdasarkan kepentingan produksi dan perlindungan, untuk pertanian di alokasikan untuk palawija, dan kelapa sedangkan untuk perkebunan diarahkan untuk kelapa sawit, karet dan pengembangan komoditas perkebunan lainnya.
Berdasarkan arahan RTRW penggunaan lahan terbesar dialokasikan untuk kegiatan di bidang pariwisata (81,84%), disusul bidang kehutanan (10,64%) dan disektor lainnya sebagai pendukung, hal ini menunjukan bahwa pariwisata merupakan sektor unggulan yang diharapkan dapat memberikan topangan ekonomi yang kuat bagi kesejahteraan masyarakat.
Tabel 9. Tata Guna Lahan KPHL Biak Numfor
No. Tata Guna Luas (Ha) Proporsi (%)
1. Kehutanan 92.097,3 10.64
2. Perkebunan 38.313,4 4.43
3. Pertanian 24.354,1 2.81
4. Perikanan 2.392,3 0.28
5. Pariwisata 708,117 81.84
2.2.7. Tipe Hutan dan Potensi Flora-Fauna a. Tipe Hutan dan Penyebarannya
Secara umum kawasan hutan di Biak Numfor membentuk tipe ekosistem unik karena adanya bentangan samudera dan laut di sekitarnya serta pengaruh jenis tanah (edafic) dan iklim (climetic), sehingga mempengaruhi keanekaragaman jenis (biodiversity) dan habitatnya. Hal ini tidak hanya berpengaruh pada keragaman dan penyebaran vegetasi, namun juga berlaku pada kekayaan fauna hutan yang ada, baik pada tingkat terendah seperti serangga (insect) hingga pada tingkat teratas pada hewan menyusui (mamals). Pembentukkan tipe hutan yang terjadi pada kawasan ini diperkirakan dipengaruhi oleh faktor jenis tanah (edafic) dan letak ekosistemnya. Berdasarkan hasil eksplorasi dan pengamatan, pengelompokan tipe hutan yang terdapat di kawasan ini terdiri atas hutan pantai, hutan rawa, hutan payau dan hutan dataran rendah.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
25
Hutan pantai merupakan tipe hutan yang penyebarannya paling merata karena berada di sepanjang garis pantai. Ekosistem hutan pantai wilayah ini terdiri atas 2 sub tipe hutan yang dipengaruhi oleh letak dan jenis tanahnya, dimana sebagian besar merupakan tipe ekosistem hutan pantai yang tumbuh di atas tanah berpasir dan berbatasan langsung dengan garis pantai serta sedikit mengalami gempuran ombak. Sedangkan pada sisi lainnya terutama pada daerah yang menghadap ke Samudra Pasifik memutar hingga ke bagian selatan merupakan kawasan yang mengalami gempuran ombak dan arus Samudra Pasifik serta angin timur yang kencang dengan ekosistemnya yang didominasi oleh bebatuan cadas pada bagian depan dan pada beberapa bagian membentuk pantai tebing berbatu (fyord) akibat hantaman ombak. Bebatuan cadas ini menjadi penghalang dan pembatas (barier) bagi vegetasi yang tumbuh di atas atau dibelakangnya dari gempuran ombak dan arus samudera.
Tipe hutan rawa termasuk rawa gambut dan payau umumnya terletak di delta-delta sungai-sungai besar dan sepanjang tepi sungai berukuran sedang dan kecil serta wilayah pesisir yang landai dan terdapat di wilayah Biak Numfor. Camnosperma sp merupakan spesies dominan dapat mencapai ketinggian 30-35 mdpl di hutan rawa. Komposisi jenis hutan rawa bervariasi menurut luas lokasi awalnya dan ketersediaan benihnya. Komunitas hutan rawa tersebar sangat sedikit di Pulau Biak dan Pulau Numfor. Hutan rawa bertajuk rata dan agak terbuka, kadang rapat di beberapa tempat dan sebatang pohon dapat mencapai ketinggian 30 m. Jenis-jenis lain yang juga dominan adalah
Terminalia caniculatai, Nauclea coadunate, Zyzigium, Alstonia scholaris, Bischofia javanica dan Palaquium.
Hutan mangrove membentuk pola-pola persebaran jenis yang kompleks dan terselubung di seluruh bentang laut pasang surut dan di hulu hilir, yang terkait dengan toleransi individu suatu jenis dengan faktor abiotik. Hutan mangrove di wilayah ini merupakan hutan mangrove yang berkembang menghadap ke laut didominasi oleh Avicennia marina dan Soneratia alba. Pada daerah hulu vegetasi didominasi oleh Rhizophora apiculata dan
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
26
Tipe hutan dataran rendah secara umum dijumpai pada seluruh wilayah. Tipe hutan dataran rendah ini terbagi menjadi dua tipe hutan, yaitu tipe hutan dataran rendah primer dan tipe hutan dataran rendah sekunder. Tipe hutan dataran rendah primer masih memiliki tegakan hutan dataran rendah primer yang alami pada beberapa ratus meter dari garis pantai, namun pada beberapa bagian juga telah mengalami gangguan aktifitas manusia. Areal hutan dataran rendah primer cenderung masih cukup baik karena sebagian besar areal ini sulit dijangkau akibat topografinya yang cukup berat (terjal) dengan kemiringan di atas 40%. Sedangkan tipe hutan dataran rendah sekunder kebanyakan terbentuk akibat aktifitas pertanian tradisional (perladangan berpindah) dan penebangan liar (baik untuk kayu perkakas maupun kayu/bahan bakar) banyak dijumpai dan menyebar di seluruh wilayah pulau Biak dan Numfor.
Hutan dataran rendah merupakan tipe vegetasi darat yang paling kompleks dan tertinggi jenisnya di dunia (Whitemore, 1984). Menurut Paijmans (1976) hutan dataran rendah dicirikan oleh vegetasi yang tinggi dan komposisi floranya yang sangat kaya. Dimasing-masing lapisan, komposisi floranya tidak beraturan, ketinggian, tutupan dan ukuran tajuknya bervariasi dan sangat mencolok bila dilihat dari udara. Hutannya lebih terbuka dan memiliki banyak celah yang dihuni pepohonan yang lebih rendah. Jenis pohon yang selalu ada di lapisan atas adalah Pometia pinnata, Pterygota horsfieldii dan Palaquium amboinensis.
b. Potensi Flora
Hutan KPHL Biak Numfor merupakan tipe hutan dataran rendah yang berada pada ketinggian 0-1000 m dpl. Karakteristik hutan dataran rendah yang membedakannya dengan bioma teresterial lainnya terletak pada tingginya kerapatan jenis pohon dan range ketinggian 0-1200 m dpl. Hutan dataran rendah di Papua termasuk wilayah KPHL Biak Numfor memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Berdasarkan hasil kompilasi data sekunder flora berkayu dari kelompok pohon yang terdata sebanyak 135 spesies dari 41 famili. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan (Kepmenhut) Nomor 163/Kpts- II/2003, maka dari 135 spesies pohon yang ada, terdapat 30 spesies pohon (39,06%) yang
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
27
masuk dalam kategori kayu komersil (Tabel 10). Hasil hutan kayu yang selama ini dimanfaatkan didominasi jenis pohon seperti merbau, nyatoh, agathis, matoa dan bitanggur. Jenis-jenis pohon ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai komoditi unggulan daerah dibidang kehutanan. Jenis-jenis kayu ini dimanfaatkan baik sebagai bahan konstruksi bangunan maupun bahan-bahan baku meubel yang sangat diminati oleh masyarakat.
Selain untuk keperluan bangunan dan meubel kayu di Kabupaten Biak Numfor dominan digunakan juga untuk keperluan bahan bakar (kayu bakar). Masyarakat di Distrik Numfor Barat menggunakan berbagai jenis kayu dengan rata-rata konsumsi per kk/hari sebesar 0,089 sm yang berada dalam interval 0,08 sm s/d 0,097 sm (Bondo, 2005). Jenis-jenis kayu tersebut antara lain kayu “Bram” (Linociera macrophylla), “Mes” (Pometia coriceae), America (Timoniussp.), Parem (Ceriops tagal), Kor/Mampiu (Rhizophora apiculata), dan Aibon (Bruguiera gymnorrhiza). Faktor yang diduga mempengaruhi konsumsi kayu bakar adalah aksesibilitas, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga serta tingkat pendidikan.
Selain potensi kayu terdapat juga Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) potensial seperti rotan dan gaharu. Sumberdaya ini dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk kepentingan konsumtif maupun semi komersial dalam meningkatkan nilai tambah penerimaan rumah tangga.
Gambar 5 Gubal Gaharu (Aquilaria fillaria)
Pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan mangrove relative tinggi hal ini terlihat dari jumlah jenis yang dimanfaatkan sebanyak delapan jenis (Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Rhizhophora apiculata, R. mucronata,