• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHL UNIT XV GUNUNG BALAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHL UNIT XV GUNUNG BALAK"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KPHL UNIT XV GUNUNG BALAK

(PERIODE 2016 – 2025)

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) UNIT XV GUNUNG BALAK

LAMPUNG TIMUR, 2015

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (RPHJP KPHL)

UNIT XV GUNUNG BALAK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016 – 2025

Disusun Oleh :

Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Unit XV Gunung Balak

SASTRA WIJAYA, S.Hut.,M.M.

NIP. 19780104 199803 1 007

Diketahui Oleh :

Kepala Dinas

Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur,

Dr. Ir. DAVID ARISWANDY, M.M.

NIP. 19640626 199002 1 006

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung,

Ir. S U T O N O, M.M.

NIP. 19580728 198602 1 002

Disahkan Oleh :

An. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktur Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung,

Ir. B. HERUDOJO TJIPTONO, M.P.

NIP. 19610526 198903 1 001

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit XV Gunung Balak Tahun 2016 - 2025.

Maksud dari penyusunan RPHJP ini adalah Menyediakan rencana pengelolaan (management plan) jangka panjang kurun waktu 10 tahun (2016-2025) untuk mengarahkan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan pada setiap blok dan petak di wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak dan Memberikan arahan bagi para pihak (stakeholder) yang berkepentingan dalam kegiatan pembangunan kehutanan di wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak. Adapun tujuan penyusunan RPHJP KPHL Unit XV Gunung Balak adalah Mewujudkan tata hutan dalam bentuk rancang bangun wilayah KPH untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengelolaan hutan dan Mewujudkan rencana pengelolaan hutan yang menjadi acuan KPH dalam pencapaian fungsi ekologi, ekonomi dan sosial secara optimal.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Unit XV Gunung Balak ini disusun berdasarkan pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.S/VII- WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP,) bekerjasama dengan Tim pakar dari Universitas Lampung dan dibiayai dari DIPA Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XX Bandar Lampung Tahun Anggaran 2015.

Dokumen RPHJP KPHL Unit XV Gunung Balak ini berfungsi sebagai pedoman dalam kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan Jangka Pendek dan Rencana Bisnis KPH.

Atas tersusunnya Dokumen RPHJP ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

BPKH Wilayah XX Bandar Lampung yang telah memfasilitasi penyusunan Tata Hutan dan RPHJP, Tim Pakar dari Universitas Lampung, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur dan semua pihak yang telah membantu baik dalam penyediaan data dan Informasi, analisis data, penulisan serta pembahasan draft dokumen. Semoga Dokumen RPHJP ini dapat bermanfaat sesuai dengan peruntukannya.

Lampung Timur, 2016 Kepala UPTD

KPHL Unit XV Gunung Balak,

Sastra Wijaya, S.Hut.,M.M.

NIP. 19780104 199803 1 007

vi

(4)

I I I . . . P P P E E E N N N D D D A A A H H H U U U L L L U U U A A A N N N

A. Latar Belakang

Secara ideal, pengelolaan kawasan hutan harus disinkronkan dengan aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang berada di dalam/sekitar kawasan hutan. Hal ini penting dilakukan karena kawasan hutan merupakan lokasi sumber mata pencaharian guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Permasalahan utama yang dihadapi dalam mengelola sumber daya hutan di Indonesia termasuk di Provinsi Lampung adalah permasalahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat desa di dalam/sekitar kawasan hutan seperti : perambahan kawasan hutan, perladangan berpindah, klaim okupasi berupa desa/pemukiman, klaim sebagai lahan adat dan sebagainya. Dengan demikian, dalam mengelola hutan tidak dapat mengabaikan hak-hak masyarakat di sekitarnya, maka pengelolaan sumber daya hutan hendaknya dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan. Masyarakat harus secara aktif ikut serta dalam perencanaan, pengelolaan dan pengawasan kawasan hutan, yang selanjutnya dapat ikut serta menikmati hasilnya.

Keberhasilan dalam mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat merupakan salah satu indikasi keberhasilan pengelolaan sumber daya hutan secara lestari.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan membuat kebijakan untuk menciptakan model pengelolaan hutan yang optimal, efisien, dan lestari melalui pembentukan kelembagaan pengelolaan hutan di tingkat tapak dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada setiap fungsi kawasan hutan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo. PP Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dijelaskan bahwa Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah unit terkecil pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

(5)

Sesuai dengan PP Nomor 44 tahun 2004 pasal 32 ayat (1) bahwa institusi pengelola kehutanan bertanggungjawab terhadap pengelolaan hutan yang meliputi antara lain: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengelolaan, serta pengendalian dan pengawasan.

Tindak lanjut dari kebijakan Pemerintah tersebut, Kementerian kehutanan telah menetapkan 16 wilayah KPH Provinsi Lampung seluas ± 518.319 Ha yang terdiri dari 9 unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) seluas ± 277.690 Ha dan 7 unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) seluas ± 241.223 Ha melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor S K . 68/Menhut-II/2010 tanggal 28 Januari 2010. Dari 9 unit KPHL tersebut diantaranya adalah KPHL Gunung Balak yang merupakan unit XV seluas ± 25.015 Ha. Kemudian pada tahun 2013 Pemerintah kabupaten Lampung Timur menetapkan Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 11 Tahun 2013 tanggal 01 Mei 2013 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Lampung Timur Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Tenis Dinas dan Badan. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa KPHL Gunung Balak merupakan UPTD dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur. Susunan organisasi terdiri dari Kepala UPTD (Eselon IV a), Kasubbag Tata Usaha (Eselon IV b), Kelompok Jabatan Fungsional dan Resort. Sampai saat ini personil yang ada hanya Kepala UPTD 1 orang, Kasubbag TU 1 orang dan Polhut sebanyak 11 orang.

Gambar 1 : BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) GUNUNG BALAK

Kepala UPTD

Kelompok Jabatan Fungsional 1. Polisi Kehutanan

2. Penyuluh Kehutanan

Kasubbag Tata Usaha

Resort Gunung Balak Utara Resort Gunung Balak Selatan Resort Muara Sekampung

(6)

Wilayah kelola KPHL Unit XV Gunung Balak berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK.617/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 14 Desember 2015 tentang Penetapan Lokasi Fasilitasi pada 4 (Empat) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) di Provinsi Lampung adalah seluas ± 24.285 Ha yang meliputi 3 (tiga) Kawasan Hutan Lindung yaitu Register 38 Gunung Balak seluas ± 22.635 Ha, Register 15 Muara Sekampung seluas ± 1.210 Ha (Hutan Mangrove) dan Rawa Selapan Seluas ± 440 Ha yang seluruhnya mempunyai fungsi sebagai hutan lindung. Pada wilayah Register 38 berfungsi sebagai catchment area bagi bendungan Way Jepara, dan Register 15 berfungsi sebagai penahan abrasi air laut yang harus dipertahankan sebagai hutan mangrove pantai timur Lampung.

Agar tujuan pengelolaan hutan di wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak dapat tercapai secara optimal maka perencanaan kegiatan harus disusun dengan cermat dan terarah serta dilaksanakan dengan profesional dan akuntabel. Agar dapat mencapai tujuan pengelolaan tersebut maka disusunlah naskah Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Unit XV Gunung Balak untuk periode 2016 - 2025.

Penyusunan RPHJP KPHL Unit XV Gunung Balak telah dilaksanakan sejak bulan Juli tahun 2015 dengan diawali pelaksanaan inventarisasi Biogeofisik dan inventarisasi sosial ekonomi dan budaya yang telah dilaksanakan oleh BPKH wilayah XX, dan kemudian dilanjutkan dengan penyusunan tata hutan.

Kegiatan penyusunan RPHJP berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan oleh BPKH dan KPHL Unit XV Gunung Balak difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui BPKH Wilayah XX Bandar Lampung dengan melibatkan pihak akademisi dari Universitas Lampung sebagai pakar/pendamping.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan RPHJP KPHL Unit XV Gunung Balak ini adalah:

1. Tersusunnya rencana pengelolaan (management plan) jangka panjang kurun waktu 10 tahun (2016-2025) untuk mengarahkan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan pada setiap blok dan petak di wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak.

2. Memberikan arahan bagi para pihak (stakeholder) yang berkepentingan dalam kegiatan pembangunan kehutanan di wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak.

(7)

Adapun tujuan penyusunan RPHJP KPHL Unit XV Gunung Balak, antara lain : 1. Mewujudkan tata hutan dalam bentuk rancang bangun wilayah KPH untuk

mendukung efektivitas dan efisiensi pengelolaan hutan.

2. Mewujudkan adanya mekanisme perencanaan pengelolaan hutan yang menjadi acuan KPH dalam pencapaian fungsi ekologi, ekonomi dan sosial secara optimal.

C. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai adalah :

1. Mantapnya wilayah pengelolaan KPHL Unit XV Gunung Balak melalui penataan hutan dan administrasi KPHL serta pengelolaan hutan yang berbasis masyarakat.

2. Kembalinya fungsi hutan lindung di wilayah kelola KPHL Unit XV Gunung Balak melalui peningkatan presentase penutupan vegetasi hutan.

3. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat di dalam/sekitar kawasan hutan yang mampu melaksanakan usaha.

4. Meningkatnya kerjasama parapihak dalam pengelolaan, perlindungan, dan pengamanan hutan, serta pemasaran hasil hutan.

5. Meningkatnya pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan dalam mendukung revitalisasi hutan dan optimalisasi pemanfaatan hutan.

D. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Penyusunan RPHJP KPHL Unit XV Gunung Balak adalah:

1. Pendahuluan, berisi: latar belakang; maksud dan tujuan; sasaran; ruang lingkup; dan pengertian.

2. Deskripsi Kawasan KPHL Unit XV Gunung Balak, yang terdiri dari: a) Risalah wilayah (letak, luas, aksesibilitas kawasan, batas-batas, sejarah wilayah, dan pembagian blok); b) Potensi wilayah (penutupan vegetasi, potensi kayu dan bukan kayu, keberadaan flora dan fauna, potensi jasa lingkungan dan wisata alam); c) Data dan informasi sosial budaya masyarakat di dalam dan sekitar hutan termasuk keberadaan masyarakat hukum adat; d) Data dan informasi ijin- ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di wilayah kelola; e) Kondisi posisi KPHL Gunung Balak dalam perspektif tata ruang wilayah dan daerah; dan f) Isu strategis, kendala dan permasalahan.

(8)

3. Visi dan Misi Pengelolaan Hutan, menguraikan tentang kondisi yang ingin dicapai oleh KPHL Unit XV Gunung Balak di masa depan serta target capaian- capaian utama yang diharapkan.

4. Analisis dan Proyeksi, meliputi: a) Analisis data dan informasi yang tersedia;

dan b) Proyeksi kondisi wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak di masa yang akan datang

5. Rencana Kegiatan, terdiri dari: a) Inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataan hutan, b) Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu; c) Pemberdayaan masyarakat; d) Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal yang berijin;

e) Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin; f) Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan; g) Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam; h) Koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin; i) Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait; j) Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM; k) Penyediaan pendanaan; l) Pengembangan database; m) Rasionalisasi wilayah kelola; n) Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali); dan o) Pengembangan investasi.

6. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian 7. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

8. Penutup 9. Lampiran

E. Batasan Pengertian

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.

4. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya di sebut KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.

(9)

5. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan lindung.

6. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi.

7. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan yang disusun oleh Kepala KPH berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek.

8. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL atau KPHP yang selanjutnya disebut RPHJP KPHL atau KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh wilayah kerja KPHL atau KPHP dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun.

9. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHL atau KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk kegiatan KPHL atau KPHP dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.

10. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, pemanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta pemungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

11. Penggunaan Kawasan Hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan.

12. Rehabilitasi Hutan dan Lahan adalah upaya memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

13. Reklamasi Hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali hutan atau lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat penggunaan kawasan hutan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

14. Perlindungan Hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.

(10)

15. Inventarisasi Hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap.

16. Wilayah Tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga dan atau berada di luar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan untuk mengembangkan pemanfaatannya.

17. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

18. Blok Pemanfaatan adalah blok yang difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan peraturan perundang-undangan pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai hutan lindung.

19. Blok Inti adalah blok yang difungsikan sebagai perlindungan tata air dan perlindungan lainnya serta sulit untuk dimanfaatkan.

20. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama.

21. Resort Pengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL yang merupakan bagian dari wilayah KPHL yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL dan bertanggung jawab Kepada Kepala KPHL.

22. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut HHBK adalah hasil hutan hayati dan hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

23. Jasa lingkungan adalah suatu produk yang dapat atau tidak dapat diukur secara langsung berupa Jasa Wisata Alam/rekreasi, Perlindungan Sistem Hidrologi, Kesuburan Tanah, Pengendalian Erosi dan Banjir, Keindahan, Keunikan dan Kenyamanan.

24. Menteri adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang Lingkungan Hidup dan kehutanan.

(11)

I II I I I. . . D DE D E ES S SK K K R RI R I IP P PS S SI I I K KA K A A W WA W A AS S SA A AN N N

A. Risalah Wilayah

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah

a. Secara geografis KPHL Unit XV Gunung Balak terletak pada 105°30'0"

BT – 106°0'0" BT dan 5°0'0" LS - 5°30'0" LS.

b. Kawasan KPHL Unit XV Gunung Balak meliputi kawasan Hutan Lindung Register 38 Gunung Balak, kawasan Hutan Lindung Register 15 Muara Sekampung berupa hutan mangrove dan kawasan Hutan Lindung Rawa Selapan.

c. Berdasarkan administrasi pemerintahan, wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak terletak di Kabupaten Lampung Timur dan tercakup dalam 9 kecamatan, yaitu Kecamatan Sekampung Udik, Bandar Sribhawono, Way Jepara, Melinting, Jabung, Marga Sekampung, Waway Karya, Labuhan Maringgai, dan Pasir Sakti.

d. Luas areal kelola KPHL Unit XV Gunung Balak yang ditetapkan adalah berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:

SK.617/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 14 Desember 2015 tentang Penetapan Lokasi Fasilitasi pada 4 (Empat) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) di Provinsi Lampung adalah seluas ± 24.285 Ha.

Perkembangan Luas areal pada KPHL Unit XV Gunung Balak adalah sebagai berikut:

1. Register 38 Gunung Balak seluas ± 22.292,5 Ha (SK Menhut No.

SK.72/Menhut-II/2000), Register 15 Muara Sekampung seluas ± 1.349,2 Ha (SK Menhut No. SK.256/Kpts-II/2000) dan Rawa Selapan seluas ± 405,1 Ha (SK Menhut No. SK.256/Kpts-II/2000), jumlah 24.046,8 Ha.

2. Berdasarkan SK Menhut Nomor : SK.68/Menhut-II/2010 tanggal 28 januari 2010 adalah seluas ± 25.015 Ha.

(12)

3. Berdasarkan Luas Lampung Update tahun 2015 seluas ± 23.448,666 Ha terdiri dari : Register 38 Gunung Balak seluas ± 21.406,564 Ha, Register 15 Muara Sekampung seluas ± 1.630,167 Ha dan Rawa Selapan seluas ± 411,935 Ha.

4. Luas areal kelola KPHL Unit XV Gunung Balak yang ditetapkan adalah berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK.617/Menlhk-Setjen/2015 tanggal 14 Desember 2015 tentang Penetapan Lokasi Fasilitasi pada 4 (Empat) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) di Provinsi Lampung adalah seluas ± 24.285 Ha. Terdiri dari Register 38 Gunung Balak seluas ± 22.635 Ha, Register 15 Muara Sekampung seluas ± 1.210 Ha (Hutan Mangrove) dan Rawa Selapan Seluas ± 440 Ha. Luasan ini yang dipakai sebagai acuan dalam pengelolaan Hutan di KPHL Unit XV Gunung Balak.

e. Kawasan KPHL Unit XV Gunung Balak pada Register 38 merupakan cacthment area bendungan Way Jepara yang berfungsi untuk mengairi areal persawahan (Irigasi) di beberapa kecamatan sekitar bendungan.

Areal ini merupakan kawasan hutan yang sebagian besar wilayahnya telah dirambah oleh masyarakat. Selain itu didalamnya terdapat beberapa desa definitif juga terdapat banyak fasilitas umum yang telah dibangun diantaranya Sekolah, Pasar, Tempat Ibadah, Kantor Desa dan lain-lain, Wilayah ini rawan akan konflik. Wilayah Rawa Selapan kondisinya juga tidak jauh berbeda dengan di Register 38, yaitu berupa hamparan lahan yang sudah terbuka dimanfaatkan oleh masyarakat untuk penanaman palawija (singkong, jagung) dan kelapa sawit, wilayah ini sebagian besar berupa rawa yang digenangi air.

Untuk Register 15 Muara Sekampung hutan mangrove kondisinya relatif lebih bagus karena konfliknya minim dan masyarakatnya tinggal di sekitar/di luar kawasan hutan atau tidak ada yang tinggal di dalam hutan.

(13)

f. Batas-batas KPHL Unit XV Gunung Balak adalah sebagai berikut : 1) Sebelah utara : Kecamatan Way Jepara

2) Sebelah selatan : Kecamatan Jabung dan Waway Karya

3) Sebelah barat : Kecamatan Sekampung Udik dan Kecamatan Marga Sekampung

4) Sebelah timur : Kecamatan Melinting dan Kecamatan Bandar Sribawono serta Laut Jawa

Untuk Register 38 Gunung Balak telah dilakukan kegiatan Penataan Batas yang dimulai dari tahun 1999 s.d 2000, dengan Penetapan melalui SK Menteri Kehutanan Nomor 72/Kpts-II/2000 tanggal 22 Desember 2000 dengan Luas +22.292,50 Ha, dengan panjang 81.357,10 m dan jumlah pal sebayak 650 Pal (BHL 1 s.d BHL 650), dan Register 15 Muara Sekampung dan Rawa Selapan telah ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan Nomor : 256/Kpts-II/2000. Register 15 Muara Sekampung dengan luas + 1.349,20 Ha dan panjang 50.04 km. Rawa Selapan dengan luas + 405,1 Ha dan panjang 15,90 km.

Dalam tata hutan pada KPH, blok diartikan sebagai bagian dari wilayah KPH yang memiliki persamaan karakteristik biogeofisik dan sosial budaya, bersifat relatif permanen yang ditetapkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen. Dengan definisi tersebut, maka wilayah kelola KPHL Unit XV Gunung Balak dibagi menjadi 2 blok, yaitu blok inti dan blok pemanfaatan.

a. Blok Inti, difungsikan sebagai perlindungan tata air dan perlindungan lainnya.

b. Blok Pemanfaatan Hutan Lindung, difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfaatan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pemanfaatan hutan pada kawasan hutan yang berfungsi hutan lindung. Pembagian Blok sebagaimana Tabel 1 di bawah ini :

(14)

Tabel 1. Pembagian Blok Pengelolaan KPHL Unit XV Gunung Balak

No Uraian Luas (Ha)

1. Blok Inti 563

2. Blok Pemanfaatan 23.722

a. Areal yang sudah mendapat PAK,

belum mendapat IUPHKm 920

b. Areal Pemanfaatan Hutan Mangrove 647

c. Areal tidak ada kelompok tani / belum ada izin

22.155

Jumlah 24.285

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit XV Gunung Balak dibentuk Resort sebagai Satuan Wilayah Pengelolaan. Untuk efisiensi pengelolaan, maka wilayah kelola KPHL Gunung Balak telah dibagi menjadi 3 (Tiga) resort yaitu: Resort Gunung Balak Utara, Resort Gunung Balak Selatan dan Resort Muara Sekampung.

2. Kondisi Biofisik

Secara umum kondisi wilayah di KPHL Unit XV Gunung Balak merupakan dataran rendah dengan kemiringan lahannya termasuk kedalam kategori landai dengan kelerengan <150. Ketinggian dari permukaan laut sesuai hasil pengukuran menggunakan GPS berkisar antara 50 m s/d 200 m di atas permukaan laut.

Secara geologi, di wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak dan desa-desa umumnya didominasi oleh tanah jenis podsolik merah kuning, podsolik kekuning-kuningan, latosol coklat kemerahan, latosol merah, hidromorf kelabu, alluvial hidromorf, regosol coklat kekuningan, latosol merah kekuningan, alluvial coklat kelabu dan latosol merah.

Kabupaten Lampung Timur merupakan wilayah yang termasuk dalam kategori iklim B yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember s/d bulan Juni dengan temperatur rata-rata 24-34 ºC. Curah hujan merata tahunan sebesar 2000-2500 mm.

Akses menuju KPHL Unit XV Gunung Balak secara umum mudah dilalui karena topografi yang relatif landai, Jaringan jalan antar wilayah sekitar kawasan KPHL Gunung Balak cukup baik, sebagian besar jaringan jalan sudah

(15)

beraspal dan diperkeras sehingga dapat dilalui kendaraan roda empat. Sarana perhubungan menuju kota kecamatan atau kota kabupaten umumnya menggunakan sarana sepeda motor dan sebagian lagi menggunakan angkutan umum. Selain cukup baiknya aksesibilitas desa-desa sekitar kawasan hutan didukung juga dengan ketersediaan jaringan listrik dan telekomunikasi.

Sebagian besar dari wilayah kelola KPHL Unit XV Gunung Balak telah terbuka dan memadai aksesibilitasnya.

Berdasarkan Data lahan kritis dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Way Seputih Way Sekampung, dari luas total hutan Lindung di Kabupaten Lampung Timur sekitar 25.289,13 Ha, terdapat 10,73 hektar (0,04 %) sangat kritis, 4.370,61 hektar (17,28 %) Kritis, 16.014,88 hektar (63,33 %) Agak Kritis, 3.834,38 hektar (15,16 %) Potensial Kritis dan 1.058,53 hektar (4,19 %) tidak kritis. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.

Data lahan kritis pada Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Lampung Timur di bawah ini :

Tabel 2. Data Lahan Kritis pada Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Lampung Timur NO Kode DAS Nama DAS

Kekritisan Lahan (Ha)

Total (Ha) Tidak

Kritis

Potensial Kritis

Agak

Kritis Kritis Sangat Kritis 1 DAS110095 Way Jepara

871,36

2.808,13 10.335,61 1.575,62 - 15.590,72 2 DAS110096 Way Nibung

157,37

655,72

805,95

183,65 10,73

1.813,42 3 DAS110097 Way Karyatani

-

- 34,09

44,38 -

78,47 4 DAS110098 Pasir Sakti

-

- 84,22

104,77 -

188,99 5 DAS110099 Purworejo

-

-

219,40

86,26 -

305,66 6 DAS120089 Seputih

29,00

167,30

721,78

136,57 -

1.054,65 7 DAS120100 Sekampung

0,80

203,23

3.813,83 2.239,36 -

6.257,22 Total (Ha) 1.058,53 3.834,38 16.014,88 4.370,61 10,73 25.289,13 Persentase (%) 4,19 15,16 63,33 17,28 0,04 100,00 Sumber: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Way Seputih Way Sekampung Tahun 2009

Tabel 3. Data Tingkat Kekritisan Lahan pada KPHL Unit XV Gunung Balak

No Tingkat Kekritisan Lahan Luas (Ha) %

1. Agak Kritis 15.542 64

(16)

2. Belum Teridentifikasi 436 1,79

3. Kritis 1.335 5,50

4. Potensial Kritis 6.260 25,78

5. Sangat Kritis - -

6. Tidak Kritis 712 2,93

Jumlah 24.285 100

Sumber : BPKH Wilayah XX Lampung Tahun 2015

3. Penutupan Vegetasi

3.1. Penutupan Vegetasi di Register 38 dan Rawa Selapan

Perambahan hutan dan okupasi lahan secara besar-besaran oleh masyarakat mencapai puncaknya pada tahun 1998 – 1999. Pada waktu itu sebagian besar masyarakat yang sudah di Transmigrasikan kembali lagi menduduki lahan mereka. Hampir semua tutupan lahan di wilayah Register 38 dan Rawa Selapan terbuka dan hanya sebagian kecil yang masih berupa hutan. Sebagian besar lahan sudah berupa lahan non hutan yaitu lahan pertanian, semak belukar, lahan terbuka dan pemukiman. Jenis tanaman pertanian yang banyak ditemui adalah tanaman palawija berupa singkong, Jagung, Pisang, dan Pepaya. Luasan penutupan lahan disajikan pada Tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Luasan penutupan lahan

No Penutupan Lahan Luas (Ha) %

1. Semak Belukar 69 0,28

2. Pemukiman 1.811 7,46

3. Lahan Terbuka 16 0,07

4. Tubuh Air 364 1,50

5. Hutan Mangrove Sekunder 105 0,43

6. Pertanian Lahan Kering 2.468 10,16

7. Pertanian Lahan Kering Campur 2.888 11,89

8. Sawah 15.824 65,16

9. Tambak 741 3,05

Jumlah 24.285 100

Sumber : BPKH Wilayah XX Lampung Tahun 2015

3.2. Penutupan Vegetasi Hutan Mangrove di Register 15 Muara Sekampung

(17)

Menurut Data Bidang Rehabilitasi dan perlindungan Hutan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupeten Lampung Timur pada tahun 2014, perkembangan hutan mangrove khususnya di dua desa yaitu Desa Mulyosari dan Desa Purworejo pada periode 2000 hingga 2014 dapat dijelaskan sebagai berikut: pada tahun 2000 dapat dikatakan tidak ada hutan, pada tahun 2007 kondisi hutan di Mulyosari telah mencapai 50 hektar, dan Purworejo 10 hektar.

Perubahan signifikan terjadi sejak tahun 2007 hingga 2011 yang merupakan hasil rehabilitasi melalui GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan) dan RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan) Hutan Mangrove yang difasilitasi oleh Kementerian Kehutanan, sehingga pada tahun 2011 kondisi hutan di Desa Mulyosari mencapai 150 hektar dan 100 hektar di Purworejo.

Keberadaan Pamswakarsa dan Tim Pengamanan Terpadu Hutan Mangrove (TPPHM) yang aktif dalam rehabilitasi, perlindungan serta pengamanan hutan mampu menjaga kelestarian kawasan, serta mendukung penutupan tanah timbul dengan tanaman api-api (Avicenia marina) yang secara masif menghasilkan luas hutan mangrove bertambah signifikan. Selain itu juga Pamswakarsa dan TPPHM juga berperan aktif melalui kegiatan KBR (Kebun Bibit Rakyat) Mangrove di kedua desa tersebut yaitu dengan mengembangkan tanaman Bakau (Rhizophora stylosa). Pada tahun 2014 penutupan lahan di kedua desa sudah mencapai 200 hektar pada masing-masing desa, yaitu Purworejo dan Mulyosari.

Tanaman hasil rehabilitasi melalui kegiatan RHL dan juga suksesi alami di lokasi tersebut didominasi oleh dua jenis tanaman yaitu Avicennia marina (api-api) dan Rhizophora stylosa (Bakau).

Disamping itu, keberadaan Mangrove Lampung Center (MLC) di desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai yang merupakan program kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dengan Univesitas Lampung juga sudah memberikan dampak yang signifikan terhadap luasan penutupan lahan yang ada di sekitar desa Margasari.

B. Potensi Wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak 1. Massa Tegakan

(18)

Berdasarkan hasil inventarisasi hutan yang dilakukan oleh BPKH Wilayah XX Bandar Lampung pada tahun 2015, massa tegakan di KPHL Unit XV Gunung Balak termasuk dalam kategori sedikit berhutan dengan potensi seluruh jenis pohon yang berdiameter 20 cm keatas sebanyak 69 batang/ha dan volume sebesar 110,33 m³/ha.

Berdasarkan kelompok jenis, meliputi : Kelompok Jenis Kayu Indah/

Kelompok Indah II, terdiri 3 jenis berupa kayu Sonobrit (Delbergia latifolia Roxb) terdiri dari 14 batang, volume 12,91 m³,Johar (Polyanthia glauce) terdiri dari 7 batang, volume 4,63 m³ Kayu Doyo 18 batang, volume 6,41 m³. Kelompok Jenis Meranti/Kelompok Komersil II yang berjumlah 3 jenis terdiri dari kayu Bayur 10 batang, volume 14,49 m³, kayu Waru Gunung 9 batang, volume 9,67 m³, jenis Pete-petean 7 batang,volume 6,17 m³, dan Kelompok Komersil I ,kayu medang yang berjumlah 18 jenis terdiri dari 18 batang, volume 14,49 m³.

Adapun potensi pada tingkat permudaan adalah sebagai berikut:

a. Tingkat semai (seedling) terdapat 7 jenis, total jumlah batang seluruh jenis sebanyak 14.928 batang/ha yang didominasi oleh jenis Api-api sebanyak 20 %, Bakau sebanyak 15 %, Sonobrit sebanyak 10 %.

b. Tingkat pancang (sapling) terdapat 7 jenis, total jumlah batang seluruh jenis sebanyak 2.389 batang/ha yang didominasi oleh jenis Api-api sebanyak 20

%, Bakau sebanyak 15 %, Sonobrit sebanyak 10 %.

c. Tingkat tiang (poles) terdapat 7 jenis, total jumlah batang seluruh jenis sebanyak 557 batang/ha yang didominasi oleh jenis Api-api sebanyak 20 %, Bakau sebanyak 15 %, Sonobrit sebanyak 10 %.

2. Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu

Sampai saat ini belum ada survey khusus tentang potensi hasil hutan bukan kayu (HHBK) dalam wilayah kelola KPHL Unit XV Gunung Balak.

Sebagai gambaran dari pengamatan di lapangan terdapat beberapa potensi HHBK yang dapat dikembangkan yaitu dari jenis tanaman penghasil buah antara lain :

Pala (Myristica fragrans), Jengkol (Pithecellobium jiringa), Petai (Parkia speciosa), Kemiri (Aleurites moluccana), Aren (Arenga pinnata), Nangka (Artocarpus integra), Kakao (Theobroma cacao L.), Alpukat (Persea americana

(19)

Mill), Durian (Durio zibethinus) dan dari jenis tanaman penghasil getah yaitu Karet (Havea braziliensis) yang merupakan hasil dari penanaman GNRHL pada tahun 2007 oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur.

Khusus untuk di hutan mangrove, potensi HHBK yang dapat dikembangkan adalah dari jenis tanaman Bakau (Rhizophora stylosa) dan Api-api (Avicennia marina) serta dari potensi kepiting bakau, udang, ikan dan lain-lain.

3. Flora dan Fauna Langka

Berdasarkan hasil inventarisasi Tim BPKH Wilayah XX Bandar Lampung pada tahun 2015, ditemukan jenis flora sebanyak 25 Jenis.

Adapun jenis flora yang mendominasi adalah jenis tumbuhan M edang (Berrya cordofolio Roxb) sebanyak 18 batang, Doyo (Pterospermum spp) sebanyak 18 batang dan Kayu Sonobrit (Dalbergia latifolia Roxb) sebanyak 14 batang dan Jenis Bakau (Rhizophora spp dan Bruguiera spp) terdiri dari 54 batang,volume 30,05 m³,

Jenis fauna yang ditemukan adalah jenis Ular Sanca dan Jenis burung yaitu burung tongtong, burung blekok, burung kuntul, dan burung gamblek.

Berdasarkan Data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur melalui Bidang Bina Rehabilitasi dan Perlindungan Hutan Tahun 2015, di wilayah hutan mangrove Register 15 Muara Sekampung didapatkan dua jenis flora yang menonjol yaitu tanaman api-api (Avicennia sp.) dan bakau (Rhizophora sp.)

Sedangkan fauna yang mendominasi Hutan Mangrove Register 15 Muara Sekampung adalah jenis burung, diantaranya Burung Kuntul Besar (Egretta alba) yang sering berada di atas permukaan air, dan burung Blekok Sawah (Ardeola speciosa).

Selain jenis burung juga banyak ditemui beberapa jenis ikan diantaranya ikan Belanak (Valamugil seheli), ikan Bilis (Mystacoleucus padangensis), ikan Sembilang (Siluroidea Plotosidae), dan Juga Kepiting Bakau, Udang, serta kerang hijau dan kerang putih.

Di hutan mangrove dalam kawasan Hutan Lindung Register 15 Muara Sekampung Pasir Sakti juga dapat dijumpai beberapa reptil yaitu biawak (Varanus sp.) dan ular bakau(Fordonia sp.)

4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

(20)

Pengembangan wisata dan jasa lingkungan menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan di hutan mangrove Lampung Timur. Hal ini dikarenakan hutan mangrove yang ada telah berkembang dengan baik, nampak dari kehidupan flora dan fauna mangrove, terjaganya ekosistem dari gangguan pihak yang tidak bertanggung jawab.

Ekosistem mangrove di Pasir Sakti, khususnya di Desa Purworejo dan Mulyosari yang terjaga dapat menjadi daya tarik pariwisata, khususnya pariwisata alam atau ekowisata berbasis masyarakat.

Lokasi mangrove pesisir Lampung Timur semakin menjanjikan karena didukung dengan akses transportasi yang dekat dan terjangkau. Hal ini dikarenakan Kecamatan Pasir Sakti dilintasi jalan lintas pantai timur sumatera.

Lokasi mangrove hanya berjarak tiga kilometer dari jalan lintas pantai timur tersebut.

Wisata alam dan lingkungan yang telah ada yaitu Penyusuran hutan mangrove di sungai alam desa Purworejo, Penyusuran hutan mangrove di pesisir laut, dan Arboretum Mangrove.

Penyusuran hutan mangrove dapat dilakukan dengan menggunakan perahu nelayan dan kapal patroli pengamanan hutan Lampung Timur. Titik keberangkatan dapat dimulai dari dermaga di parit 8 Desa Purworejo dan parit 12 Desa Mulyosari (Wicaksono, 2015).

Potensi Jasa Lingkungan yang dapat dikembangkan di KPHL Gunung Balak terdapat pada wilayah Hutan Mangrove Register 15 Muara Sekampung yaitu :

a. Wisata Hutan Mangrove di Desa Mulyosari

Wisata mangrove di Desa Mulyosari, diawali dari dermaga di parit 12 Desa Mulyosari. Dari dermaga ini wisatawan akan cepat menjangkau hutan mangrove di tepi laut. Wisatawan akan dapat menikmati flora dan fauna di ekosistem mangrove.

Pemerintah Kabupaten Lampung Timur membangun shelter dan jalan trek di hutan mangrove, tepatnya di Desa Mulyosari pada tahun 2011 lalu.

Wisatawan dapat turun di shelter dan berjalan di hutan mangrove melalui jalan trek sepanjang 200 meter. Kesegaran dan keindahan laut dan hutan mangrove dapat dinikmati secara bersamaan di lokasi ini. Namun pada

(21)

tahun 2013 yang lalu lokasi ini mengalami abrasi, yang mengakibatkan kerusakan shelter dan jalan track.

b. Wisata Hutan Mangrove di Desa Purworejo

Wisata mangrove di Desa Mulyosari, diawali dari dermaga di parit 8 Desa Purworejo. Dari dermaga ini wisatawan akan menikmati hutan mangrove sepanjang sungai alam hingga laut, selain itu juga terdapat arboretum.

c. Wisata Pendidikan

Pendidikan tidak hanya dapat dilakukan di ruang belajar, namun juga dapat dilakukan di alam terbuka. Wisata pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran lapangan yang dikemas dalam rangkaian perjalanan yang menyenangkan. Hal ini akan memberikan nilai lebih bagi siswa dan guru yang melakukan wisata pendidikan ini. Mereka dapat secara langsung melihat, mendengar, dan merasakan bahkan langsung menanam mangrove. Wisata pendidikan ini dapat memberikan bekal dan pengalaman yang tertanam dalam pikiran dan hatinya, dengan demikian akan menumbuhkan sikap bijak dan lebih perhatian terhadap lingkungan dan sumberdaya alam, khususnya sumber daya hutan.

Wisata Pendidikan Hutan Mangrove dapat menjadi salah satu muatan lokal di jenjang pendidikan formal dari sekolah tingkat dasar hingga menengah atas. Namun dapat pula menjadi kegiatan ekstra kurikuler bagi sekolah tersebut. SMA Negeri Pasir Sakti dan Madrasah Aliyah membentuk Kelompok Pecinta Alam, yang salah satu fokusnya adalah penyelamatan hutan mangrove. Aksi penanaman mangrove telah dilakukan setiap tahunnya oleh Dinas Perkebunan dan Kehutanan dengan mengajak para pihak seperti Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Sekampung (BPDAS WSS), Sekolah-sekolah yang ada di Lampung Timur, Kecamatan Pasir Sakti dan Labuhan Maringgai, Koramil dan Polsek di Pasir Sakti dan Labuhan Maringgai dan lain-lain.

Pesona hutan mangrove dan pantai di Kabupaten Lampung Timur menjadi sebuah altrenatif tujuan wisata di Propinsi Lampung. Keberadaan yang di sisi jalan lintas timur yang merupakan jalan yang menghubungkan seluruh propinsi di sisi timur sumatera dari Lampung hingga Aceh, yang terkoneksi dengan pelabuhan penyeberangan Bakauheni menjadikan hutan

(22)

mangrove sangat mudah dijangkau oleh masyarakat Sumatera dan Jawa yang melintasinya.

Keindahan hutan dengan berbagai jenis tanaman, serta habitat dari beberapa satwa menjadi daya tarik bagi wisata jasa lingkungan dan ekowisata. Selain itu juga tentunya dapat menjadi wisata pendidikan bagi siswa, serta lokasi penelitian bagi mahasiswa dan dosen. Tak kalah menariknya, bahwa menjadi lengkap dengan lokasi wisata kuliner dari hasil laut dan tambak. (Wicaksono,2015).

Disamping itu pula wisata pendidikan ini dapat dijadikan lokasi / lokus praktek lapangan atau Studi banding bagi peserta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KKPH) dari seluruh indonesia. Pada tanggal 1 Oktober 2015 Hutan Mangrove di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti menjadi tempat Praktek Lapangan bagi Peserta Diklat KKPH Angkatan V yang difasilitasi oleh Pusat Diklat SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kegiatan yang dilakukan adalah penanaman bibit Bakau di tanah timbul, diskusi dan tanya jawab mengenai pengelolaan hutan mangrove serta menikmati kuliner khas dari hutan mangrove.

Peserta Diklat KKPH memberikan apresiasi kepada Dinas Perkebunan dan Kehutanan dalam hal ini Bidang Rehabilitasi dan Perlindungan Hutan yang telah melakukan banyak hal dalam upaya rehabilitasi hutan mangrove sehingga telah membuahkan hasil, terlihat dari luasan penutupan vegetasinya mencapai 200 Ha dan pembinaan kelompok yang terus dilakukan secara intensif mulai dari tahun 2000 hingga 2013.

C. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat di Dalam dan Sekitar Hutan

1. Wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak terletak di Kabupaten Lampung Timur dan berhimpitan / tercakup dalam 9 kecamatan, yaitu Kecamatan Sekampung Udik, Bandar Sribhawono, Way Jepara, Melinting, Jabung, Marga Sekampung, Waway Karya, Labuhan Maringgai, dan Pasir Sakti.

(23)

2. Mata pencaharian penduduk sekitar KPHL Unit XV Gunung Balak adalah Pada umumnya, masyarakat desa bermata pencaharian sebagai petani, buruh tani, berladang, berkebun, peternak ikan, pegawai negeri, jasa angkutan, pengrajin industri kecil dan sebagian lainnya berdagang.

Mata Pencarian yang paling mendominasi adalah petani lahan pertanian dan perkebunan sekitar (85%).

3. Dari hasil inventarisasi sosial, ekonomi dan budaya yang dilaksanakan oleh BPKH XX Bandar lampung pada 4 titik sampel di desa sekitar wilayah kelola KPHL Unit XV Gunung Balak diperoleh data sebagai berikut :

a) Letak dan Luas Wilayah Desa

Desa yang menjadi sampel/diinventarisasi Sosial, Ekonomi, dan Budaya terdiri dari 4 (empat) desa dalam 2 (dua) kecamatan, yaitu Desa Sidorejo, Brawijaya, Pugung Raharjo berada di Kecamatan Sekampung Udik dan Desa Bandar Agung berada di Kecamatan Bandar Sribhawono. Secara Geografis desa-desa yang diinventarisasi sosekbudnya terletak antara 105º 15’ BT - 106º 20’ BT dan 4º 37’ LS - 5º 37’ LS. Luas wilayah administrasi desa berdasarkan data desa yang diperoleh yaitu Desa Sidorejo 14,3 km², Desa Brawijaya 9,21 km2, Desa Pugung Raharjo 6 km2, dan Desa Bandar Agung 30,81 km².

b) Topografi

Secara umum kondisi wilayah di desa-desa yang diinventarisasi merupakan dataran rendah dengan kemiringan lahannya termasuk kedalam kategori landai dengan kelerengan <150. Ketinggian desa dari permukaan laut sesuai hasil pengukuran menggunakan GPS berkisar antara 50 m s/d 200 m di atas permukaan laut.

c) Geologi

Secara geologi, di wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak dan desa-desa umumnya didominasi oleh tanah jenis podsolik merah kuning, podsolik kekuning-kuningan, latosol coklat kemerahan, latosol merah, hidromorf kelabu, alluvial hidromorf, regosol coklat kekuningan, latosol merah kekuningan, alluvial coklat kelabu dan latosol merah.

d) Iklim

Kabupaten Lampung Timur merupakan wilayah yang termasuk dalam kategori iklim B yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu pada bulan Desember s/d bulan Juni dengan temperatur rata-rata 24-34 ºC.

(24)

Curah hujan merata tahunan sebesar 2000-2500 mm.

e) Kondisi Hutan

Kabupaten Lampung Timur mempunyai 5 kawasan hutan yang tersebar di Gunung Balak, Way Kambas, Muara Sekampung, Way Kibang, dan Gedong Wani. Luas kawasan hutan Kabupaten Lampung Timur yakni 162.277,16 Ha. Rinciannya, luas Hutan Produksi (HP) 13.175 Ha, Hutan Lindung (HL) luasnya 23.780,86 Ha dan Hutan Pelestarian Alam seluas 125.621,3 Ha.

f) Penduduk

Hasil dari identifikasi data peta KPHL Unit XV Gunung Balak, terdapat 9 kecamatan yang berbatasan langsung dengan kawasan KPHL Gunung Balak. yaitu Sekampung Udik, Bandar Sribhawono, Marga Sekampung, Way Jepara, Melinting, Jabung, Waway Karya, Labuhan Maringgai, dan Pasir Sakti. Jumlah penduduk keseluruhan kecamatan tersebut mencapai 412.349 jiwa yang terdiri dari 212.040 jiwa penduduk laki-laki dan 200.309 jiwa penduduk perempuan.

Tabel 5 Data Luas Wilayah dan Kependudukan dalam Kecamatan di Sekitar KPHL Gunung Balak.

No Kecamatan

Luas Wilayah (km²)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Sex Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Sekampung Udik 339,12 36.188 34.474 70.662 104,97

2 Bandar Sribhawono 185,71 24.888 23.455 48.343 106,11

3 Marga Sekampung 79,56 14.157 13.510 27.667 104,79

4 Way Jepara 229,27 27.509 25.915 53.424 106,15

5 Melinting 139,3 13.082 12.170 25.252 107,49

6 Jabung 267,85 25.089 23.697 48.786 105,87

7 Waway Karya 211,07 17.237 16.545 33.782 104,18

8 Labuhan Maringgai 194,99 35.443 33.056 68.499 107,22

9 Pasir Sakti 193,94 18.447 17.487 35.934 105,49

Jumlah 1840,81 212.040 200.309 412.349 -

Sumber: Kabupaten Lampung Timur Dalam Angka 2014.

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Labuhan Maringgai sebesar 351,29 jiwa/km² dan kepadatan terendah di Kecamatan Melinting sebesar 181,28 jiwa/km². Kepadatan penduduk Kecamatan Labuhan Maringgai sangat tinggi dikarenakan luas kecamatannya hanya 194,99 km² dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi 68.499 jiwa.

(25)

Kepadatan penduduk Kecamatan Melinting rendah karena luas kecamatannya memiliki luas mencapai 139,3 km² namun jumlah penduduknya hanya 25.252 jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk rata-rata untuk seluruh kecamatan sekitar kawasan KPHL Unit XV Gunung Balak adalah 224 jiwa/km².

Sex ratio penduduk kecamatan sekitar kawasan KPHL Gunung Balak adalah 105,81 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 5,81% lebih banyak dibanding penduduk perempuan atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Melinting, dan sex ratio yang paling kecil terdapat di Kecamatan Waway Karya

Tabel 6. Jumlah Penduduk pada Desa Sampel.

No Nama Desa

Luas Wilayah (km²)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Sex Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Sidorejo 14,3 5.973 6.274 12.067 92

2 Brawijaya 9,21 2.810 2.641 5.452 106

3 Pugung Raharjo 6 3.587 3.705 7.292 97

4 Bandar Agung 30,81 7.607 7.987 15.594 95

Jumlah 60,32 19.977 20.607 40.405 -

Sumber: Data monografi desa, 2015

Pada desa sampel yang diambil data kependudukan, menunjukkan bahwa jumlah penduduk keseluruhan desa tersebut mencapai 40.765 jiwa yang terdiri dari 19.977 jiwa penduduk laki-laki dan 20.607 jiwa penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Desa Pugung Raharjo sebesar 1.215,33 jiwa/km² dan kepadatan terendah di Desa Bandar Agung sebesar 517,82 jiwa/km². Kepadatan penduduk Desa Pugung Raharjo sangat tinggi dikarenakan luas kecamatannya hanya 6 km² dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi 7.292 jiwa. Kepadatan penduduk Desa Bandar Agung rendah karena luas kecamatannya memiliki luas mencapai 30.81 km² namun jumlah penduduknya hanya 15.954 jiwa. Sedangkan kepadatan penduduk rata-rata untuk seluruh desa sampel adalah 697,81 jiwa/km².

Sex ratio penduduk desa sampel adalah 97,5 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 2,5% lebih sedikit dibanding penduduk perempuan atau setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Melinting, dan sex ratio yang paling kecil terdapat di Desa Sidorejo.

g) Pendidikan

(26)

Berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan di 4 desa yang dijadikan sampel, ada 2 (dua) desa yang kurang lengkap dalam menyajikan data jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di monografi desanya, yaitu Desa Sidorejo dan Pugung Raharjo. Sarana pendidikan yang terdapat di 2 desa sampel dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah.

Tabel 7. Sarana Pendidikan di Dua Desa Sampel

Nama Desa TK SD SMP SMA/K

Pondok Pesantren

Madrasah

Pendidikan Non-Formal

Sidorejo 6 4 2 2 - - -

Brawijaya 2 2 2 - - - -

Pugung Raharjo

3 6 4 3 - - -

Bandar Agung

4 7 3 2 3 2 9

Sumber: Data monografi desa sampel, 2015

Tingkat pendidikan masyarakat khususnya di desa-desa yang dijadikan sampel masih relatif rendah s/d sedang. Namun secara keseluruhan lulusan pendidikan tinggi masih relatif rendah dibawah 2% dari jumlah penduduknya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang berpendidikan tinggi (Sarjana/D1/D2/D3) masih kurang dari 2% dari jumlah keseluruhan penduduk desa tersebut. Rata-rata masyarakat berpendidikan tamat SD.

Komposisi jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8 dibawah.

Tabel 8 Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Sampel.

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk (jiwa)

Sidorejo* Brawijaya* Pugung Raharjo* Bandar Agung

1 TK - - - 160

2 SD - - - 3468

3 SMP - - - 1613

(27)

4 SMA - - - 1316

5 Diploma - - - 212

6 Sarjana 125 - - 110

7 Lainnya - - - 604

Sumber: Data monografi desa, 2015 (*) = tidak ada data/kurang lengkap.

h) Agama dan Bahasa

Penduduk desa yang diinventarisasi menganut berbagai agama.

Bahasa mayoritas yang digunakan masyarakat di sekitar kawasan hutan KPHL Gunung Balak adalah bahasa daerah Jawa, Bali dan Lampung.

Sedangkan untuk berkomunikasi dengan orang luar daerah biasanya menggunakan Bahasa Indonesia.

Tabel 9. Agama yang Dipeluk Masyarakat.

No Nama Desa Islam Kristen Katholik Hindu Budha Jumlah

1 Sidorejo 11.701 32 215 48 71 12.067

2 Brawijaya 5.300 55 45 27 25 5.452

3 Pugung Raharjo 7.059 46 60 35 92 7.292

4 Bandar Agung 13.684 196 1.546 126 42 15.594

Jumlah 37.744 329 1.866 236 230 40.405

Sumber: Data monografi desa, 2015

i) Sarana dan Prasarana 1. Perekonomian

Sarana dan prasarana perekonomian masyarakat di sekitar kawasan hutan KPHL Unit XV Gunung Balak pada 4 desa yang dijadikan sampel sudah cukup memadai. Sarana dan prasarana di sekitar kawasan KPHL Gunung Balak dipengaruhi dengan keberadaan Ibu Kota Kecamatan, semakin dekat jaraknya maka sarana dan prasarana perekonomian semakin lengkap. Kondisi sarana perekonomian masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11 di bawah.

Tabel 10 Kelompok Pertokoan, Pasar Umum, Pasar Hewan dan Minimarket.

No Nama Desa Kelompok Pertokoan Pasar Umum Pasar Hewan Minimarket

1 Sidorejo 1 1 - 2

2 Brawijaya - - - -

3 Pugung Raharjo 1 1 - 2

4 Bandar Agung - - - -

(28)

Sumber: Data monografi desa,2015

Tabel 11. Tempat Usaha Ekonomi menurut Jenisnya

Sumber Datamonografi desa, 2015

2. Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan desa sekitar kawasan KPHL Unit XV Gunung Balak cukup baik karena hampir semua desa memiliki sarana kesehatan minimal Posyandu dan bidan desa. Sarana kesehatan dan tenaga kesehatan desa sekitar kawasan KPHL Gunung Balak dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 12 Fasilitas Kesehatan di Desa Sampel.

Nama Desa Puskesmas/Pus tu

Poskesdes Posyandu Praktek Kesehatan

Sidorejo 1 1 8 4

Brawijaya - 1 6 8

Pugung Raharjo 1 1 2 6

Bandar Agung 2 1 26 2

Sumber: Data monografi desa, 2015

Tabel 13 Jumlah Tenaga Kesehatan di Desa Sampel.

Nama Desa Dokter Tenaga

Paramedis Bidan Dukun Bayi

Sidorejo 2 - 1 3

Brawijaya - - 1 1

Pugung Raharjo 2 1 4 -

Bandar Agung 1 4 2 2

Nama Desa

Toko/Warung Kelontong

Warung/Kedai Makanan

Restoran/Warung Makan

Sidorejo 97 67 -

Brawijaya 45 15 -

Pugung Raharjo 60 35 -

Bandar Agung 31 5 -

(29)

Sumber: Data monografi desa, 2015

3. Peribadatan

Sarana dan prasarana tempat peribadatan yang paling banyak terdapat di desa sekitar kawasan KPHL Unit XV Gunung Balak adalah masjid/mushalla mengingat penduduk di desa-desa tersebut mayoritas memeluk agama Islam.

Tabel 14 Jumlah Tempat Ibadah di Desa Sampel.

No Nama Desa Masjid Mushola Gereja Vihara Pura

1 Sidorejo 8 36 2 1 3

2 Brawijaya 3 17 1 - 2

3 Pugung Raharjo 4 25 2 - -

4 Bandar Agung 11 47 3 1 -

Sumber: Data monografi desa,2015

4. Perhubungan

Jaringan jalan antar wilayah sekitar kawasan KPHL Unit XV Gunung Balak cukup baik, sebagian besar jaringan jalan sudah beraspal dan diperkeras sehingga dapat dilalui kendaraan roda empat. Sarana perhubungan menuju kota kecamatan atau kota kabupaten umumnya menggunakan sarana sepeda motor dan sebagian lagi menggunakan angkutan umum. Selain cukup baiknya aksesbilitas desa-desa sekitar kawasan hutan yang dijadikan sampel didukung juga dengan ketersediaan jaringan listrik dan telekomunikasi. Pada Desa Sidorejo, Desa Pugung Raharjo, dan Desa Bandar Agung terdapat pemancar telepon genggam.

j) Sistem dan Struktur Masyarakat

Hasil pendataan melalui responden masing-masing desa sampel di sekitar Wilayah KPHL Unit XV Gunung Balak diketahui bahwa masyarakat di wilayah pedesaan memegang erat sistem persaudaraan antar individu.

Dengan demikian, hampir semua orang yang ada di desa tersebut saling mengenal satu sama lainnya. Kehidupan sehari-hari mereka masih

(30)

tradisional. Pada umumnya, masyarakat desa bermata pencarian sebagai petani, buruh tani, berladang, berkebun, peternak ikan, pegawai, jasa angkutan, pengrajin industri kecil dan sebagian lainnya berdagang. Mata Pencarian yang paling mendominasi adalah petani lahan pertanian dan perkebunan (85%). Mengenai struktur masyarakat desa sampel merupakan masyarakat majemuk yang dicirikan oleh keanekaragaman etnisnya namun didominasi oleh masyarakat asli Lampung. Keragaman etnis tersebut tidak memberi warna terhadap agama yang dianut, karena seluruh penduduk di desa mempunyai agama yang beragam dan didominasi oleh agama Islam.

k) Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Fasilitas perekonomian di desa sampel terdiri atas : pasar tradisional berbagai bangunan, toko dan kios yang tersebar di tiap desa. Untuk memenuhi kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) dan papan (bahan bangunan yang diproduksi) pada umumnya masyarakat melakukan transaksi di desa masing-masing, desa tetangga, kota kecamatan, kota kabupaten, pedagang keliling yang menjajakan barang dengan mobil atau pada hari pasar yang telah ditentukan waktu dan tempatnya. Sementara pedagang keliling juga bertransaksi membeli hasil bumi dan pangan untuk dijual di kota kabupaten atau kota provinsi.

Mata pencaharian utama masyarakat pada desa sampel didominasi oleh sektor pertanian dengan jenis komoditi tanaman pangan yaitu padi dan singkong serta tanaman perkebunan yaitu coklat, kopi, kelapa dan karet.

Dengan adanya jaringan jalan dan hubungan telekomunikasi yang telah menjangkau pedesaan berdampak positif terhadap aktifitas perekonomian menjadi mudah dan lancar. Sebagian besar jalan penghubung antar desa sudah beraspal dan sebagai lainnya jalan berbatu atau tanah.

l) Analisis Usaha Kehutanan dan Tani Masyarakat

Usaha kehutanan yang dilakukan oleh masyarakat di desa sampel yaitu usaha pengelolaan kawasan hutan dengan ditanami jenis coklat, karet dan kopi. Masyarakat rata-rata menguasai lahan garapan seluas 1-2 Ha di kawasan hutan. Masyarakat memperoleh lahan garapan di dalam kawasan hutan dengan cara pembukaan langsung oleh nenek moyang yang telah

(31)

diwariskan turun-temurun.

Selain masyarakat desa sekitar kawasan hutan yang menggarap kawasan hutan terdapat juga masyarakat dari luar desa tersebut.

Masyarakat di luar desa tersebut mendapatkan lahan garapannya berdasarkan transaksi ganti rugi lahan garapan tanaman yang dilakukan dengan masyarakat setempat.

D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Dengan kondisi seperti dijelaskan di atas, sudah tergambar bahwa dalam wilayah kelola KPHL Unit XV Gunung Balak Khususnya di Register 38 dan Rawa Selapan didominasi pemanfaatan oleh masyarakat untuk Pertanian / perkebunan, pemukiman dan sarana sosial lainnya.

Sampai saat ini baru terdapat 1 (satu) Gapoktan yang telah memperoleh SK Penetapan Areal Kerja dari Kementerian Kehutanan yaitu Gapoktan Sejahtera. Jumlah anggota Gapoktan adalah 623 KK, berlokasi di Desa Itik Renday Kecamatan Melinting seluas 920 Ha masuk dalam wilayah Resort Gunung Balak Selatan, hingga saat ini masih dalam proses pengajuan ijin pemanfaatan hutan kemasyarakatan (IUPHKm).

Kemudian 1 (satu) Kelompok Tani baru mengajukan / mengusulkan Penetapan Areal Kerja yaitu Kelompok Tani Sido Mulyo dengan jumlah anggota 320 KK. Kelompok ini basisnya di Desa Sri Rejosari Kecamatan Way Jepara seluas 375 Ha masuk dalam wilayah Resort Gunung Balak Utara.

E. Kondisi Posisi KPHL dalam Perspektif Tata Ruang Wilayah dan Pembangunan Daerah

Rencana pembangunan wilayah mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dimana penggunaan kawasan hutan masih tetap mengacu kepada kawasan hutan yang telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dan kawasan hutan hasil penataan batas di lapangan. Dengan demikian maka sesuai dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 256/Kpts-11/2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Propinsi Lampung.

Gambar

Gambar 1 : BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
Tabel 1.  Pembagian Blok Pengelolaan KPHL Unit XV Gunung Balak
Tabel 2. Data Lahan Kritis pada Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Lampung Timur  NO  Kode DAS  Nama DAS
Tabel 4. Luasan penutupan lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Unit XIV Toba Samosir memiliki Hutan Kemasyarakatan yang dikelola oleh Gabungan Kelompok Tani Persatuan Sibisa

1. Memantapkan penataan kawasan hutan KPH Bali Timur secara rasional, efektif dan efisien. Menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan sumber daya hutan dengan

1). Mempertahankan dan memulihkan daya dukung DAS melalui kegiatan perlindungan maupun rehabilitasi hutan dan lahan; 3). Mewujudkan kemandirian pengelolaan hutan melalui pembangunan

Potensi jasa lingkungan yang terdapat dalam areal wilayah tertentu pada blok pemanfaatan jasa lingkungan meliputi : air terjun, aliran sungai, dan atau mata air

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN_TAHUN 2014 - 2023 – UPT KPH BALI TENGAH BAB I - 3 Makna pengelolaan hutan lestari adalah mewujudkan standing stock tegakan hutan yang

Masyarakat sekitar hutan lindung memiliki persepsi bemacam-macam dalam pembentukan kawasan KPHL hal ini dapat dilihat pada tabel 10, 91% masyarakat sekitar KPHL Batutegi setuju

Terbangunnya kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien (Perda dan Pergub organisasi KPH, Pergub sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil kemitraan, Pergub

Hasil penelitian menunjukkan jenis HHBK yang dimanfaatkan masyarakat dari kawasan KPHL Kapuas-Kahayan adalah dari golongan getah karet, kayu bakar, rotan, satwa liar dan madu hutan