BAB III VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN
4.1. Analisis Data dan Informasi
A. Ekosistem
Berdasarkan hasil eksplorasi dan pengamatan serta informasi berbagai data sekunder pengelompokan tipe hutan yang terdapat di kawasan KPHL Biak Numfor terdiri atas hutan pantai, hutan rawa, hutan dataran rendah dan areal bekas kebun (perladangan berpindah) serta aktifitas lainnya (penebangan liar) yang sedang mengalami proses suksesi.
Jenis-jenis vegetasi yang mendominasi kawasan ini juga cenderung berbeda dengan ekosistem pantai di sisi lain pulau ini, yaitu jenis vegetasi dengan kemampuan adaptasi perakaran yang kuat agar dapat bertahan pada kondisi bebatuan yang keras dan angin kencang. Pada sebagian besar arah barat pulau yang menghadap ke arah bagian timur merupakan kawasan yang mengalami sedikit gempuran ombak dan memiliki pantai berpasir.
Struktur vegetasi yang tumbuh masih lengkap mulai dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon serta terdapat berbagai bentuk hidup (Life form). Disamping itu vegetasi hutan, pada wilayah ini ditemui pula jenis-jenis tumbuhan berbuah dan tanaman hias. Susunan vegetasi tersebut membuat wilayah ini menjadi hijau dan sebagian tampak berwarna-warni.
Kawasan hutan KPHL Biak Numfor masih menyimpan beranekaragam jenis burung dengan habitat alami yang sangat baik. Pada wilayah tertentu seperti di Kampung Inbari Distrik Warsa dan Kampung Wardo Distrik Biak Barat terdapat air terjun yang menarik untuk dilihat, di Samares/Kampung Sepse Distrik Biak Timur terdapat telaga berwarna biru dan beberapa goa-goa dan tebing-tebing batu yang masih alami dan menantang untuk diamati dan dijadikan obyek wisata.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
78
Dalam kawasan hutan ini juga terdapat berbagai sumber mata air, baik yang berasal dari sungai maupun dari goa-goa alam, sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat sekitar. Berkaitan dengan fungsi kawasan sebagai daerah penyangga air/hidrologis bagi areal di sekitarnya, kawasan KPHL Biak Numfor menjadi kawasan yang memiliki fungsi hidro-orologis yang sangat signifikan, terutama di wilayah kaki bukit sampai pesisir pantai.
Tidak hanya vegetasi hutan dalam berbagai life form, di dalam kawasan juga ditemui jenis-jenis satwa yang terdiri dari jenis-jenis burung, beberapa mamalia dan reptil. Perpaduan flora dan fauna tersebut serta keberadaan sumber air dan unsur non biotik lainnya pada kawasan KPHL Biak Numfor membentuk suatu ekosistem yang cukup menarik untuk dinikmati terutama oleh wisatawan. Banyaknya jenis-jenis flora dan fauna akan memberikan suatu kenikmatan tersendiri bagi pengunjung apalagi terdapat Taman Angrek dan Taman Burung sebagai basis ekowisata.
Saat ini kondisi hutan dengan kekayaan jenis yang tinggi telah mengalami perubahan akibat tindakan antropogenik dan aktivitas alam. Beberapa kawasan hutan telah berubah menjadi lahan kritis dan tidak produktif dalam usaha-usaha pertanian skala kecil karena bencana tsunami dan aktivitas perladangan berpindah. Banyak semak belukar yang didominasi jenis-jenis pionir tersebar pada beberapa areal KPH sehingga memerlukan intervensi manusia agar produktif terutama melalui kegiatan revegetasi kawasan hutan. Areal yang ditumbuhi semak menjadi menjadi tidak subur sehingga hasil-hasil kebun atau perladangan yang diproduksi juga tidak optimal.
Ekosistem yang lengkap merupakan aset KPHL Biak Numfor untuk dikelola secara arif dan bijaksana sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Tetapi semua potensi yang tersimpan tersebut, baik hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu serta jasa-jasa lingkungan belum terekspos dan didata secara lengkap. Upaya untuk menyediakan data dan informasi potensi hutan akan memberikan arahan untuk kepentingan pengelolaan maupun core bisnis KPHL Biak Numfor ke depan.
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
79
B. Keanekaragaman (Biodiversitas)
Vegetasi penyusun di dalam kawasan hutan antara jenis-jenis kelompok tumbuhan anggrek yaitu : Dendrobium spp, Gramathophyllum sp dan
Spathoglotis plicata. Kelompok tumbuhan palem relatif banyak seperti yaitu Areca macrocalyx, Arenga macrocarpa, Caryota rumphiana var. papuana, Gronophyllum pinangoides, Gulubia costata, Licuala sp dan Rhopaloblaste sp.
Kelompok tumbuhan rotan dari Calamus spp. Juga banyak ditemui di wilayah ini.
kelompok tumbuhan paku-pakuan yaitu Selaginellaceae, Adiantaceae,
Gleicheniaceae, Lomariopsiodeae, Dypteris, Thelypteridaceae dan Shzaeaceae. Kelompok tumbuhan berkayu yang teridentifikasi sebanyak 135 jenis, diantaranya didominasi oleh Pometia spp, Intsia spp, Callophyllum spp, dan
Palaquium sp. Selain keanekaragaman jenis flora tersebut kawasan ini juga kaya
berbagai jenis satwa antara lain bandikot, kus-kus abu-abu, kus-kus bertotol dan babi hutan. Sedangkan menurut data Taman Burung dan Taman Anggrek Biak (2008), jenis burung endemik Biak ada 9 (sembilan) jenis, yaitu: bayan merah (Ecletus roratus), bayan hijau (Ecletus sp), mambruk viktoria (Goura viktoria), nuri kepala hitam (Lourius lorry), nuri merah sayap hitam biak (Eos cyainogenia), dan nuri pelangi (Tricholossus haematodus).
Kondisi ekosistem dari berbagai jenis flora dan fauna sebagaimana diuraikan diatas akan memiliki nilai guna yan besar apabila pengelolaan kawasan ini dilakukan secara optimal, sehingga potensi ini tidak menjadi modal diam (idle) tetapi menjadi sumberdaya potensial yang mampu menjawab kebutuhan lokal, regional maupun nasional.
Keanekaragaman jenis pada setiap blok pengelolaan KPHL Biak Numfor tetap dipertahankan secara utuh. Konsekuensi dari upaya ini selain memerlukan regulasi juga tingkat partisipasi masyarakat lokal. Partisipasi yang melibatkan masyarakat secara utuh maka analisis kebutuhan masyarakat dalam kaitan dengan pemanfaatan hutan dan kegiatan rehabilitasi untuk tujuan ekologi merupakan upaya pokok yang harus dilakukan pengelola.
C. Potensi Hasil Hutan
Jenis kayu yang menjadi primadona masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pembangunan lokal adalah merbau. Potensi merbau per hektar di
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
80
kepulauan Padaido untuk semai 2080 individu/hektar, pancang (12,8 individu/hektar) dan tiang (4 individu/hektar) (Tokede et all, 2006).
Potensi hasil hutan bukan kayu unggulan di Biak Numfor adalah rotan, gaharu, dan bambu. Berdasarkan hasil penelitian Simyapen (2007) bahwa potensi jenis rotan yang terdapat pada kawasan hutan pulau Meosmangguandi terdiri dari empat jenis yang tumbuh alami di pulau tersebut. Penamannya menurut bahasa ilmiah dan bahasa daerah (bahasa biak) yaitu: Calamus Sp1 (Warar), Calamus Sp2 (Waneren ), Calamus Sp3 (Warsam) dan Calamus Sp4 (Say). Jenis rotan yang tumbuh dominan pada tingkat semai adalah: jenis Calamus Sp1 dengan Indeks Nilai Pentingnya adalah 103,3782 % sedangan jenis yang paling jarang pada kawasan hutan pulau Meosmanggaundi yaitu jenis Calamus Sp 4 dengan Indeks Nilai Pentingnya adalah: 13,45 %. Pada tingkat rotan remaja jenis rotan yang tumbuh dominan adalah jenis Calamus Sp1 dengan Indeks Nilai Pentingnya sebesar: 186,78 % sedangkan jenis yang paling jarang adalah jenis
Calamus Sp4 dengan Indeks Nilai Pentingnya yaitu 8,15%. Sedangkan pada rotan
tingkat dewasa jenis yang paling dominan adalah jenis Calamus Sp1 dengan Indeks Nilai Pentingnya yaitu: 173,36 % sedangkan yang paling jarang adalah
Calasmus Sp4 dengan Indeks Nilai pentingnya sebesar 12,68 %.
Empat jenis rotan ini memiliki struktur populasi yang Regresive Population yaitu struktur populasi dalam keadaan yang mundur dimana pada tingkat semai/anakan jumlah individunya lebih sedikit bila dibandingkan dengan jenis tingkat remaja dan dewasa. Kenyataan dilapangan membuktikan bahwa keadaan tersebut bertolak belakang dengan fakta sebenarnya sehingga untuk menjaga agar tidak terjadi kepunahan spesis, perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan dan perlindungan terhadap jenis-jenis tersebut.
Sedangkan jenis-jenis bambu yang terdapat pada kawasan hutan Kampung Amoi Biak Utara ditemukan ada 7 (tujuh) jenis bambu yang terdiri dari 3 (tiga) marga yaitu Bambusa vulgaris var. vulgaris, Shizosthacyium brachyladum,
Schizostachyum, Zollingeri, Bambusa vulgaris striata, Neololeba atra, Schizostachyum lima, Shizostachyum blumei. Jenis-jenis bamboo tersebut
dimanfaatkan untuk bahan konstruksi, perabot rumah tangga, alat berburu, alat musik, bahan kerajinan, tanaman hias dan bahan makanan. Jenis yang paling
Rencana Pengelolaan Hutan KPHL Biak Numfor
81
banyak dimanfaatkan oleh Masyarakat Kampung Amoi Distrik Warsa Kabupaten Biak Numfor adalah Bambusa vulgaris var vulgaris, masyarakat banyak memanfaatkan karena jenis ini mudah didapatkan dan banyak tersedia pada kawasan hutan Kampung Amoi.
KPHL Biak Numfor juga memiliki potensi jasa lingkungan yang unggul baik dari sisi kualitas, daya tarik dan aksesibilitas dan pusat-pusat pelayanan publik misalnya air terjun di Distrik Warsa yang dapat dikembangkan menjadi energi listrik menggunakan sistem mikrohidro. Potensi lainnya terdapat pada wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau Padaido serta wisata Goa Jepang.