• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Analisis Data

BAB III Metode Penelitian

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif yaitu sebagai berikut :

a. Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Lillifors. Prosedur uji statistiknya sebagai berikut :

a) Menentukan uji formalitas hipotesis H0 : data berdistribusi normal

38 Suci Ariani, ― Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Pembelajaran Matematika menggunakan Strategi Abduktif- Deduktif di SMA Negeri Indralaya Utara”, Vol.3, No. 1, Januari 2017, hlm.28.

H1 : data tidak berdistribusi normal b) Menentukan taraf nyata (𝛼) dan nilai L0

ο‚· Taraf nyata yang digunakan adalah 5% (0,05)

ο‚· Dengan L dengan 𝛼 dan n tertentu.

L(𝛼)(n) =...)

c) Menentukan nilai uji statistik

Untuk menentukan nilai frekuensi harapan, diperlukan hal berikut :

1) Susun data dari data terkecil ke terbesar dalam suatu tabel.

2) Tuliskan frekuensi masing-masing datum

3) Tentukan frekuensi realtif (densitas) setiap baris, yaitu frekuensi baris dibagi dengan jumlah frekuensi (f1/n) 4) Tentukan densitas secara kumulatif, yaitu dengan

menjumlahkan baris ke-I dengan baris sebelumnya ( 𝐹𝑖/ 𝑛)

5) Tentukan nilai baku (𝑧) dari setiap Xi, yaitu nilai Xi dikurangi dengan rata-rata dan kemudian dibagi dengan simpangan baku

6) Tentukan luas bidang antara 𝑧 ≀ 𝑧i ( πœ™) yaitu dengan bisa dihitung dengan membayangkan garis batas sebelumnya daru sebuah kurva normal baku

7) Tentukan nilai L, yaitu nilai 𝐹𝑖/n – (πœ™)(𝑧 ≀ 𝑧i).

8) Tentukan nilai L0, yaitu nilai terbesar dari nilai L;

d) Menentukan daerah kritis

𝐷𝐾= 𝐿⎹𝐿>𝐿𝛼;,𝑛

e) Menentukan Keputusan uji Jika Lobs >𝐿𝛼;, maka H0 ditolak.

Jika Lobs <𝐿𝛼;, maka H0 diterima.

f) Kesimpulan

Jika H0 diterima β†’ data berdistrtibusi normal Jika H0 ditolak β†’ data tidak berdistrtibusi normal39 2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Fisher. Prosedur uji statistiknya sebagai berikut:

a) Menentukan uji formalitas hipotesis H0 : data varians homogen

H1 : data tidak varians homogen

b) Menentukan taraf nyata (𝛼) dan nilai π‘₯2

ο‚· Taraf nyata yang digunakan adalah 5% (0,05), c) Statistik uji yang digunakan :

πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” =π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ π‘£π‘Žπ‘Ÿπ‘–π‘Žπ‘›π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™

39Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2013), hlm. 282

d) Menentukan kriteria pengujian

𝐷𝐾= 𝐹⎹𝐹>𝐹𝛼;𝑛1βˆ’1,𝑛2βˆ’1

𝐷𝐾= 𝐹⎹𝐹<𝐹𝛼;𝑛1βˆ’1,𝑛2βˆ’1

e) Keputusan uji

Jika Fobs >𝐹𝛼;, maka H0 ditolak.

Jika Fobs <𝐹𝛼;, maka H0 diterima.

f) Kesimpulan

Jika H0 diterima β†’ data varians homogen Jika H0 ditolak β†’ data tidak varians homogen40 c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji anava dua jalan. Anava faktorial adalah teknik statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan antara kelompok-kelompok data yang berasal dari 2 variabel bebas atau lebih. Anova dua jalan disajikan pada Tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Anava Dua Jalan

Kelas

Kemampuan Pemecahan Masalah

Tinggi Sedang Rendah

Eksperimen I Eksperimen II

Adapun langkah-langkah untuk menentukan πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” anava dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :

40 Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2013), hlm. 290-291

a. Model

Model untuk data analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah :

π‘‹π‘–π‘—π‘˜ = πœ‡+𝛼𝑖 +𝛽𝑗 + (𝛼𝛽)𝑖𝑗 +πœ€π‘–π‘—π‘˜ Ket :

π‘‹π‘–π‘—π‘˜ = data ke – I pada faktor A kategori ke-I, faktor B kategori ke-j, dan faktor C kategori ke-k.

πœ‡ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean) 𝛼𝑖 = efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat 𝛽𝑗 = efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat (𝛼𝛽)𝑖𝑗 = interaksi antara faktor A dan B

πœ€π‘–π‘—π‘˜ = Deviasi data π‘‹π‘–π‘—π‘˜ terhadap rerata populasinya (πœ‡π‘–π‘—) yang berdistribui normal dengan rerata 0.

b. Hipotesis

Misalnya baris menyatakan variabel (faktor A) yang mempunyai nilai π‘Ž1,π‘Ž2,….π‘Žπ‘ dan kolom menyatakan variabel (faktor B) yang mempunyai nilai 𝑏1,𝑏2,…. .π‘π‘ž. ada tiga pasang hipotesis yang dapat diuji dengan analisis variansi dua jalan yaitu :

1) 𝐻0𝐴 : π‘Žπ‘– = 0, untuk setiap 𝑖= 1,2

Tidak terdapat perbedaan antara model pembelajaran PP dan PBL terhadap hasil belajar.

𝐻1𝐴 : paling sedikit ada satu π‘Žπ‘– yang tidak nol

terdapat perbedaan antara model pembelajaran PP dan PBL terhadap hasil belajar.

2) 𝐻0𝐡 : 𝛽𝑗 = 0, untuk setiap 𝑗 = 1,2,3

Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap – tiap kategori kemampuan pemecahan masalah (tinggi, sedang dan rendah)

𝐻1𝐡: paling sedikit ada satu 𝛽𝑗 yang tidak nol

Terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap – tiap kategori kemampuan pemecahan masalah (tinggi, sedang dan rendah).

3) 𝐻0𝐴𝐡 : (𝛼𝛽)𝑖𝑗 = 0, untuk setiap 𝑖= 1, 2 dan 𝑗 = 1, 2, 3 Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PP, model pembelajaran PBL dengan kemampuan pemecahan masalah

𝐻1𝐴𝐡 : paling sedikit ada satu (𝛼𝛽)𝑖𝑗 yang tidak nol

Terdapat interaksi antara model pembelajaran PP, model pembelajaran PBL dengan kemampuan pemecahan masalah Komputasi

Notasi dan tata letak data

Tabel 3.5

Tata letak data sampel pada anava dua jalan B

A

Kemampuan pemecahan masalah Tinggi

(B1)

Sedang (B2)

Rendah (B3) Model

Pembelajaran

PP

(A1) 𝑛11 𝑛12 𝑛13

𝑋11π‘˜ π‘˜π‘‹ 11

𝑋211π‘˜ π‘˜ 𝐢11

𝑆𝑆11

𝑋12π‘˜ π‘˜π‘‹ 12

𝑋212π‘˜ π‘˜ 𝐢12

𝑆𝑆12

𝑋13π‘˜ π‘˜π‘‹ 13

𝑋213π‘˜ π‘˜ 𝐢13

𝑆𝑆13

PBL (A2)

𝑛21

𝑋21π‘˜ π‘˜π‘‹ 21

𝑋221π‘˜ π‘˜ 𝐢21

𝑆𝑆21

𝑛22

𝑋22π‘˜ π‘˜π‘‹ 22

𝑋222π‘˜ π‘˜ 𝐢22

𝑆𝑆22

𝑛23

𝑋23π‘˜ π‘˜π‘‹ 23

𝑋223π‘˜ π‘˜ 𝐢23

𝑆𝑆23

Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini didefinisikn notasi – notasi berikut.

𝑛𝑖𝑗 = ukuran sel ij (sel pada baris ke – i dan kolom ke - j) = banyaknya data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij

𝑛 β„Ž = rerata harmonik frekuensi seluruh sel = π‘π‘ž1 𝑖𝑗𝑛 𝑖𝑗

𝑁 = 𝑛1

𝑖𝑗 𝑖𝑗 = banyaknya seluruh data amatan 𝑆𝑆𝑖𝑗 = 𝑋2π‘–π‘—π‘˜ βˆ’ π‘‹π‘˜ π‘–π‘—π‘˜

2 𝑛𝑖𝑗

π‘˜ = Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

𝐴𝐡𝑖𝑗 = rerata pada sel ij

𝐴𝑖 = 𝐴𝐡𝑖 𝑖𝑗 = jumlah rerata pada baris ke- i 𝐡𝑗 = 𝐴𝐡𝑗 𝑖𝑗 = jumlah rerata pada kolom ke- j

𝐺 = 𝐴𝐡𝑖.𝑗 𝑖𝑗 = jumlah rerata pada semua sel

Untuk memudahkan perhitungan didefinisikan besaran – besaran (1), (2), (3), (4), dan (5), berikut.

(1) = 𝐺2

π‘π‘ž ; (2) = 𝑆𝑆𝑖,𝑗 𝑖𝑗 ; (3) = 𝐴𝑖

2

𝑖 π‘ž ; (4) = 𝐡𝑗

2 𝑃 ;

𝑗 (5) = 𝐴𝐡𝑖.𝑗 𝑖𝑗2

Terdapat lima jumlah kuadrat pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, yaitu jumlah kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah kuadrat interaksi (JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah kuadrat total (JKT). Berdasarkan sifat-sifat mtematis tertentu dapat diturunkan formula untuk JKA, JKB, JKAB, JKG, dan JKT sebagai berikut :

JKA = 𝑛 β„Ž { 3 βˆ’(1)}

JKB = 𝑛 β„Ž { 4 βˆ’(1)}

JKAB = 𝑛 β„Ž { 1 + 5 βˆ’ 3 βˆ’ (4)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB+ JKG

Derajat kebebasan untuk masing – masing jumlah kuadrat tersebut adalah : dkA= 𝑝 βˆ’1 dkB =π‘ž βˆ’1

dkAB= 𝑝 βˆ’1 (π‘ž βˆ’1) dkG =𝑁 βˆ’ π‘π‘ž dkT =𝑁 βˆ’1 diperoleh rerata kuadrat berikut :

𝑅𝐾𝐴= 𝐽𝐾𝐴

π‘‘π‘˜π΄ 𝑅𝐾𝐡=𝐽𝐾𝐡

π‘‘π‘˜π΅

𝑅𝐾𝐴𝐡 =𝐽𝐾𝐴𝐡

π‘‘π‘˜π΄π΅ 𝑅𝐾𝐺=𝐽𝐾𝐺

π‘‘π‘˜πΊ

c. Statistika uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :

ο‚· H0A, πΉπ‘Ž = 𝐽𝐾𝐴

𝑅𝐾𝐺

ο‚· H0B, 𝐹𝑏 = 𝐽𝐾𝐡

𝑅𝐾𝐺

ο‚· H0AB, πΉπ‘Žπ‘ =𝐽𝐾𝐴𝐡

𝑅𝐾𝐺

d. Daerah Kritis

ο‚· Fa, 𝐷𝐾= {𝐹⎹𝐹> 𝐹𝛼;π‘βˆ’1,π‘βˆ’π‘π‘ž}

ο‚· Fb, 𝐷𝐾 = {𝐹⎹𝐹 >𝐹𝛼;π‘žβˆ’1,π‘βˆ’π‘π‘ž }

ο‚· Fab, 𝐷𝐾= {𝐹⎹𝐹> 𝐹𝛼; π‘βˆ’1 (π‘žβˆ’1),π‘βˆ’π‘π‘ž} Rangkuman analisis data

Sumber JK Dk RK Fobs π‘­βˆ P

Hasil Belajar (A) KPM (B)

Interaksi (AB) Galat

Total

d. Uji Komparasi ganda

Uji lanjut pasca anava dengan metode Scheffe’ untuk analisis variansi dua jalan yaitu sebagai berikut :

1. Komparasi rerata antar baris

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah : H0 : πœ‡π‘– =πœ‡π‘—

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar baris adalah :

𝐹.π‘–βˆ’.𝑗 = 𝑋𝑖.βˆ’π‘‹ 𝑗. 2

𝑅𝐾𝐺 (1 𝑛𝑖.+ 1

𝑛𝑗.) Dengan :

𝐹𝑖.βˆ’π‘—. = nilai Fobs pada pembanding baris ke – i dan baris ke – j 𝑋𝑖. = rerata pada baris ke- i

𝑋𝑗. = rerata pada baris ke – j

RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

𝑛𝑖.= ukuran sampel baris ke – i 𝑛𝑗. = ukuran sampel baris ke – j Daerah kritis untuk uji ini adalah :

𝐷𝐾= {𝐹⎹𝐹>𝐹𝛼; π‘βˆ’1(π‘žβˆ’1),π‘βˆ’π‘π‘ž} 2. Komparasi rerata antar kolom

Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah : H0 : πœ‡.𝑖 = πœ‡.𝑗

Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah : 𝐹.π‘–βˆ’.𝑗 = 𝑋 βˆ’ 𝑋.𝑖 .𝑗 2

𝑅𝐾𝐺 (1 𝑛.𝑖+ 1

𝑛.𝑗) Dengan daerah kritis :

𝐷𝐾= {𝐹⎹𝐹> 𝐹𝛼;π‘žβˆ’1,π‘βˆ’π‘π‘ž}

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Analisis Data a. Uji Prasyarat

1) Uji Normlitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lilliefors. Adapun rangkuman uji normalitas disajikan pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Rangkuman Uji Normalitas

Sampel Lobs L𝜢 Keputusan uji Kesimpulan

PP 0.108 0.190 H0 diterima Normal

PBL 0.069 0.190 H0 diterima Normal

KPM Tinggi 0.150 0.258 H0 diterima Normal

KPM Sedang 0.122 0.200 H0 diterima Normal

KPM Rendah 0.105 0.242 H0 diterima Normal

Berdasarkan tabel tersebut semua sampel menunjukkan πΏβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” < πΏπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yang berarti bahwa semua sampel berdistribusi normal. Untuk perhitungan lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 10.

2) Uji Homogenitas

Untuk uji prasyarat selanjutnya yaitu uji homogenitas, pada uji homogenitas ini peneliti menggunakan Uji Fisher. Adapun rangkuman uji normalitas disajikan pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2

Rangkuman Uji Homogenitas

Populasi Fobs F𝜢 Keputusan uji Kesimpulan

siswa antar Model pembelajaran

1.38 2.16 H0 diterima Homogen

KPM Tinggi dan KPM

Sedang

2.58 2.98 H0 diterima Homogen

KPM Tinggi dan KPM

Rendah

1.23 3.13 H0 diterima Homogen

KPM Sedang dan KPM

Rendah

2.07 2.70 H0 diterima Homogen

Berdasarkan tabel tersebut πΉβ„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘” <πΉπ‘‘π‘Žπ‘π‘’π‘™ yang berarti bahwa data tersebut bervariansi homogen. Untuk perhitungan lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 11.

3) Uji Hipotesis

Uji Hipotesis yang digunakan Uji Anava Dua Jalan dengan sel tak sama. Rangkuman ujii hipotesis anava dua jalan dan rerata marginal disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut :

Tabel 4.3

Rangkuman Anava Dua Jalan

Sumber JK Dk RK Fobs π‘­βˆ Keputusan

Hasil Belajar (A) 2821,87 1 2821,87 32,63 4,12 H0 ditolak KPM (B) 4838 2 2419 27,97 3,27 H0 ditolak Interaksi (AB) -2707,17 2 -1353,58 -15,65 3,27 H0 diterima

Galat 2940 34 86,47 - - -

Total 7892,81 39 - - - -

Tabel 4.4

Rangkuman Rerata Marginal Model

Pembelajran

Hasil Belajar Rerata Marginal

T S R

Eksperimen I 85 70 60 71,6

Eksperimen II 91 70 61 74

Rerata Marginal 88 70 60,5

Kesimpulan analisis dua jalan sel tak sama berdasarkan tabel 4.3 adalah sebagai berikut :

1) Model pembelajaran PBL mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran PP

2) Terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap – tiap kategori kemampuan pemecahan masalah (tinggi, sedang dan rendah).

3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PP, model pembelajaran PBL dengan kemampuan pemecahan masalah

berdasarkan kesimpulan tersebut, diketahui H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji komparasi rerata antar baris dan kolom.

Uji komparasi antar baris dalam penelitian ini tidak perlu dilakukan karena terdapat hanya dua model pembelajaran yaitu model PP dan PBL, sehingga sudah pasti H0A ditolak, karena anava menunjukkan H0A ditolak. Dari rerata marginalnya, yang menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL lebih baik dibanding model pembelajaran PP terhadap hasil belajar.

Adapun untuk hasil uji komparasi rerata antar kolom disajikan pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.5

Komparasi Rerata antar Kolom

H0 Fobs 𝟐.π‘­βˆ Kep. Uji

πœ‡1 = πœ‡2 24.08 6.54 H0 ditolak

πœ‡2 = πœ‡3 7.65 6.54 H0 ditolak

πœ‡1 = πœ‡3 48.01 6.54 H0 ditolak

Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. (F1-2 ) Siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah sedang.

2. (F2β€”3) Siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah rendah.

3. (F1-3) Siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah rendah.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut kesimpulan pertama diperoleh H0A ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan model pembelajaran PP dan model pembelajaran terhadap hasil belajar, kemudian dilakukan uji lanjut pasca anava di hasilkan pula H0A ditolak yang berarti penerapan model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran PP terhadap hasil belajar siswa. dapat dilihat dari uji anava dua jalan dengan sel tak sama dan terlihat dari rerata marginal juga bahwa rerata PBL yaitu 74, sedangkan rerata PP 71,6.

Model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan dengan model PP disebabkan oleh beberapa faktor. Model pembelajaran PP dan PBL sama – sama model pembelajaran berbasis masalah,

hanya saja dalam model pembelajaran PP guru hanya menyajikan informasi dan siswa membuat soal dari informasi yang disajikan, sedangkan PBL soal disajikan oleh guru. Penyebab model PBL lebih baik dari model PP, pada kelas PBL siswa mengerjakan soal yang diberikan guru lebih terarah dan mudah dipahami sedangkan pada kelas PP tingkat kekreatifitasan siswa yang belum maksimal dalam mengeksplor ataupun menyajikan suatu masalah dalam bentuk soal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rinto dan Riza Alfian Nurfeni yang menyatakan bahwa model pembelajaran PBL lebih baik dan lebih berpengaruh dibandingkan model pembelajaran PP terhadap hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan kedua H0B ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan antara tiap tingkatan dalam kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, setelah dilakukan uji lanjut pasca anova, menunjukkan bahwa 1) (F1-2 ) siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah sedang, karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah, mampu membuat rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian serta mampu

menjelaskan hasil penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang mampu memahami masalah, merencanakan masalah, mampu tapi masih belum maksimal dalam melaksanakan perencanaan penyelesaian serta kurang maksimal dalam menjelaskan hasil penyelesian. 2) (F2-3) siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah rendah, karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang mampu memahami masalah, merencanakan masalah, mampu tapi masih belum maksimal dalam melaksanakan perencanaan penyelesaian serta kurang maksimal dalam menjelaskan hasil penyelesian, sedangkan untuk siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah rendah siswa masih kurang mampu dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan masalah serta kurang mampu dalam menjelaskan hasil penyelesaian. 3) (F1-3) siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah rendah, karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah, mampu membuat rencana penyelesaian, melaksanakan

penyelesaian serta mampu menjelaskan hasil penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah kurang mampu dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan masalah serta kurang mampu dalam menjelaskan hasil penyelesaian.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan ketiga H0AB diterima yang berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PP dan PBL dengan kemampuan pemecahan masalah. Dalam proses pelaksanaan model pembelajaran PP ketika siswa diminta untuk membuat permasalahan dalam bentuk soal, siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang karena siswa yang memiliki tingkatan kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu dalam membuat masalah dalam bentuk soal dari informasi yang disajikan karena kemampuan dalam memahami informasi dan mampu merencanakan, melaksanakan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang mampu dalam memahami informasi yang disajikan tapi kurang maksimal dalam pelaksanaan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah karena siswa yang memiliki tingkatan kemampuan

pemecahan masalah sedang mampu dalam memahami informasi yang disajikan tapi kurang maksimal dalam pelaksanaan penyelesaian, sedangkan untuk siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah kurang mampu memahami informasi yang disajikan serta kurang mampu dalam merencanakan dan melaksanakan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah karena siswa yang memiliki tingkatan kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu dalam membuat masalah dalam bentuk soal dari informasi yang disajikan karena kemampuan dalam memahami informasi dan mampu merencanakan, melaksanakan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah kurang mampu memahami informasi yang disajikan serta kurang mampu dalam merencanakan dan melaksanakan penyelesaian.

Dalam proses pembelajaran PBL ketika peneliti memberikan permasalahan untuk dipecahkan, siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang karena dalam proses diskusi siswa dengan kemampun pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah serta mampu merencanakan dan melaksanakan serta menjelaskan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan sedang mampu

dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian tapi kurang maksimal dalam mlaksanakan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah karena dalam proses diskusi siswa dengan kemampun pemecahan masalah sedang mampu dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian tapi kurang maksimal dalam mlaksanakan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan rendah kurang mampu dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian serta dalam mlaksanakan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah karena dalam proses diskusi siswa dengan kemampun pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah serta mampu merencanakan dan melaksanakan serta menjelaskan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan rendah kurang mampu dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian serta dalam mlaksanakan penyelesaian

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Model pembelajaran PBL mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran PP

2. Hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibanding hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang, hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibanding hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah dan hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibanding hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah 3. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik

dibandingkan dengan siswa kemampuan pemecahan masalah sedang, Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa kemampuan pemecahan masalah rendah, dan Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa kemampuan pemecahan masalah rendah, baik dengan menerapkan model pembelajaran PP maupun PBL.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk sekolah, model pembelajaran PBL dijadikan rujukan untuk pembelajaran matematika.

2. Untuk guru, lebih dilatih kemampuan pemecahan masalah, misalnya dengan pemberian soal non rutin, sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa berkembang dengan baik.

3. Untuk peneliti lain, kesimpulan dari penelitian ini dapat dikembangkan sebagai acuan atau salah satu referensi untuk penelitian yang relevan dan para peneliti dapat mengembangkan penelitian dan mencoba membandingkan model pembelajaran PBL dengan pembelajaran kooperatif lainnya dengan tinjauan yang berbeda. Misalnya, terkait pemahaman konsep.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mahmudi, ―Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematikaβ€–, Skripsi, UNY, 2008.

Anna Fauziah dan Sukasno, ―Pengaruh Model Missouri Mathematics Project (MMP) terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMAN 1 LUBUKLINGGUβ€–, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika, Vol.4, No. 1, Februari 2015.

Bekti wulandari, ―Pengaruh Problem Based Learning terhadap Hasil belajar ditinaju dari motivasi belajar PLC di SMKβ€–, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3 , No. 2, Juni 2013.

Daryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta : Prenamedia Group, 2016 Dian Uslifatul Janah, ―Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Berdasarkan Teori Polya Materi Trigonometri dari Gaya Kognitif Siswaβ€– (Skripsi : FKIP, Uin. Islam Sultan Agung, Semarang).

Erik Rinaldi dan Ekasatya Aldila Afriansyah, ―Perbandingan Kemampuan Masalah Matematis Siswa antara Problem Centered Learning dan Problem Based Learningβ€–, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.3 No.1 Juni 2019.

Fathur Razy dan Dwikaranto, ―Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing (Pengajuan Soal) Tipe Within Solution Posing Pada Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Pokok Bahasan Fluida Statis di SMA Negeri 2 Bangkalanβ€–,

Fivi Nurani, ―Penggunaan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDβ€–, Jurnal Mitra Pendidikan, Vol 1, No. 4, Juni 2017. Hlm. 372.

I Wayan Guntara, dkk, ―Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Di SD Negeri Kalibukbuβ€–, Jurnal Mimbar PGSD Universistas Pendidikan Ganesha jurusan PGSD, Vol. 2 No.1 Tahun 2014.

Lilik Fitriani,”Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswaβ€–, Skripsi, FTK UIN MATARAM, Mataram. 2019.

Lilik Puspitasari,β€–Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kampak Trenggalek Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014β€–, Tulungagung : skripsi tidak terbitkan, 2014.

M.Iqbal Hasan, β€œPokok – Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif)”

(Jakarta : PT. Bumi Aksara 2016) hlm. 140.

Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik.

Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2013.

Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta : Prenamedia Group, 2016.

Nunung Nurlela, dkk, ―Pembelajaran Fisika dengan PBL Menggunakan Problem Solving dan Problem Posing Di Tinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Kritis Siswaβ€–, Jurnal Inkuiri, Vol 2, No. 2 2013.

Nur Fadhilah Bunga Hapsari, ―Ekperimen Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving dan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 3 COLOMADUβ€–, SKRIPSI, FKIP Univ.

Muhammadiyah Surakarta, 2017.

Nurma Angkotasan, ―Keefektifan Model Problem Based Learning ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematisβ€–, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.3 No.1 April 2014.

Rikha Tri Handayani,―Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Posing Materi Perbandingan Siswa Kelas VII SMPN 1 Ngunut Tulungagung T.A 2018/2019β€–, Skripzsi, FITK IAIN Tulungagung, 2019.

Rini Dwi Astuti dan AGUS Maman Abadi, ―Keefektifan Pembelajaran JIGSAW dan TAI ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan Sikap Belajar Matematika Siswaβ€–, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol.

2, No.2, November 2015.

Rinto, β€œPerbedaan Hasil Belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan problem posing kelas IV pada mata pelajaran matematika di madrasah ibtidaiyah quraniah 8 palembangβ€–, Skripsi, FITK UIN Raden Fatah, Palembang, 2017.

Risnawati Amiluddin dan S.Sugiman, ―Pengaruh Problem Posing dan PBL Terhadap Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematikaβ€–, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol.3 No.1 Mei 2016.

Riza Alfian Nurfeni,―Perbedaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Problem Posing ditinjau dari Hasil Belajar Biologi Siswa VIII SMP Negeri 3 Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014β€–, Skripsi FKIP univ. Muhammadiyah Surakarta, 2014.

Rosmawaty Simatupang dan Edy Surya, ―Pengaruh Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswaβ€–, Pendidikan Matematika PPs Unimed Medan, 2017.

Rosnita Kusherawati, ―Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing terhadap Hasil Belajar Siswa Tematik Kelas SDβ€–, Skripsi, FKIP, Lampung, 2018.

Sofi Nurqobliah, ―Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berpikir Kreatif dan Self-Confidence Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalahβ€–, Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika, Vol.2, No. 2, September 2016.

Suci Ariani, ― Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa padaPembelajaran Matematika menggunakan Strategi Abduktif- Deduktif di SMA Negeri Indralaya Utara”, Vol.3, No. 1, Januari 2017.

Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prenamedia Group, 2016.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2011.

Dokumen terkait