BAB III Metode Penelitian
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif yaitu sebagai berikut :
a. Uji Prasyarat 1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah Uji Lillifors. Prosedur uji statistiknya sebagai berikut :
a) Menentukan uji formalitas hipotesis H0 : data berdistribusi normal
38 Suci Ariani, β Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa pada Pembelajaran Matematika menggunakan Strategi Abduktif- Deduktif di SMA Negeri Indralaya Utaraβ, Vol.3, No. 1, Januari 2017, hlm.28.
H1 : data tidak berdistribusi normal b) Menentukan taraf nyata (πΌ) dan nilai L0
ο· Taraf nyata yang digunakan adalah 5% (0,05)
ο· Dengan L dengan πΌ dan n tertentu.
L(πΌ)(n) =...)
c) Menentukan nilai uji statistik
Untuk menentukan nilai frekuensi harapan, diperlukan hal berikut :
1) Susun data dari data terkecil ke terbesar dalam suatu tabel.
2) Tuliskan frekuensi masing-masing datum
3) Tentukan frekuensi realtif (densitas) setiap baris, yaitu frekuensi baris dibagi dengan jumlah frekuensi (f1/n) 4) Tentukan densitas secara kumulatif, yaitu dengan
menjumlahkan baris ke-I dengan baris sebelumnya ( πΉπ/ π)
5) Tentukan nilai baku (π§) dari setiap Xi, yaitu nilai Xi dikurangi dengan rata-rata dan kemudian dibagi dengan simpangan baku
6) Tentukan luas bidang antara π§ β€ π§i ( π) yaitu dengan bisa dihitung dengan membayangkan garis batas sebelumnya daru sebuah kurva normal baku
7) Tentukan nilai L, yaitu nilai πΉπ/n β (π)(π§ β€ π§i).
8) Tentukan nilai L0, yaitu nilai terbesar dari nilai L;
d) Menentukan daerah kritis
π·πΎ= πΏβΉπΏ>πΏπΌ;,π
e) Menentukan Keputusan uji Jika Lobs >πΏπΌ;, maka H0 ditolak.
Jika Lobs <πΏπΌ;, maka H0 diterima.
f) Kesimpulan
Jika H0 diterima β data berdistrtibusi normal Jika H0 ditolak β data tidak berdistrtibusi normal39 2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Fisher. Prosedur uji statistiknya sebagai berikut:
a) Menentukan uji formalitas hipotesis H0 : data varians homogen
H1 : data tidak varians homogen
b) Menentukan taraf nyata (πΌ) dan nilai π₯2
ο· Taraf nyata yang digunakan adalah 5% (0,05), c) Statistik uji yang digunakan :
πΉβππ‘π’ππ =π£ππππππ‘πππππ ππ π£ππππππ‘πππππππ
39Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2013), hlm. 282
d) Menentukan kriteria pengujian
π·πΎ= πΉβΉπΉ>πΉπΌ;π1β1,π2β1
π·πΎ= πΉβΉπΉ<πΉπΌ;π1β1,π2β1
e) Keputusan uji
Jika Fobs >πΉπΌ;, maka H0 ditolak.
Jika Fobs <πΉπΌ;, maka H0 diterima.
f) Kesimpulan
Jika H0 diterima β data varians homogen Jika H0 ditolak β data tidak varians homogen40 c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji anava dua jalan. Anava faktorial adalah teknik statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan antara kelompok-kelompok data yang berasal dari 2 variabel bebas atau lebih. Anova dua jalan disajikan pada Tabel 3.4 berikut :
Tabel 3.4 Anava Dua Jalan
Kelas
Kemampuan Pemecahan Masalah
Tinggi Sedang Rendah
Eksperimen I Eksperimen II
Adapun langkah-langkah untuk menentukan πΉβππ‘π’ππ anava dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :
40 Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2013), hlm. 290-291
a. Model
Model untuk data analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah :
ππππ = π+πΌπ +π½π + (πΌπ½)ππ +ππππ Ket :
ππππ = data ke β I pada faktor A kategori ke-I, faktor B kategori ke-j, dan faktor C kategori ke-k.
π = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean) πΌπ = efek faktor A kategori ke-i pada variabel terikat π½π = efek faktor B kategori ke-j pada variabel terikat (πΌπ½)ππ = interaksi antara faktor A dan B
ππππ = Deviasi data ππππ terhadap rerata populasinya (πππ) yang berdistribui normal dengan rerata 0.
b. Hipotesis
Misalnya baris menyatakan variabel (faktor A) yang mempunyai nilai π1,π2,β¦.ππ dan kolom menyatakan variabel (faktor B) yang mempunyai nilai π1,π2,β¦. .ππ. ada tiga pasang hipotesis yang dapat diuji dengan analisis variansi dua jalan yaitu :
1) π»0π΄ : ππ = 0, untuk setiap π= 1,2
Tidak terdapat perbedaan antara model pembelajaran PP dan PBL terhadap hasil belajar.
π»1π΄ : paling sedikit ada satu ππ yang tidak nol
terdapat perbedaan antara model pembelajaran PP dan PBL terhadap hasil belajar.
2) π»0π΅ : π½π = 0, untuk setiap π = 1,2,3
Tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap β tiap kategori kemampuan pemecahan masalah (tinggi, sedang dan rendah)
π»1π΅: paling sedikit ada satu π½π yang tidak nol
Terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap β tiap kategori kemampuan pemecahan masalah (tinggi, sedang dan rendah).
3) π»0π΄π΅ : (πΌπ½)ππ = 0, untuk setiap π= 1, 2 dan π = 1, 2, 3 Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PP, model pembelajaran PBL dengan kemampuan pemecahan masalah
π»1π΄π΅ : paling sedikit ada satu (πΌπ½)ππ yang tidak nol
Terdapat interaksi antara model pembelajaran PP, model pembelajaran PBL dengan kemampuan pemecahan masalah Komputasi
Notasi dan tata letak data
Tabel 3.5
Tata letak data sampel pada anava dua jalan B
A
Kemampuan pemecahan masalah Tinggi
(B1)
Sedang (B2)
Rendah (B3) Model
Pembelajaran
PP
(A1) π11 π12 π13
π11π ππ 11
π211π π πΆ11
ππ11
π12π ππ 12
π212π π πΆ12
ππ12
π13π ππ 13
π213π π πΆ13
ππ13
PBL (A2)
π21
π21π ππ 21
π221π π πΆ21
ππ21
π22
π22π ππ 22
π222π π πΆ22
ππ22
π23
π23π ππ 23
π223π π πΆ23
ππ23
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini didefinisikn notasi β notasi berikut.
πππ = ukuran sel ij (sel pada baris ke β i dan kolom ke - j) = banyaknya data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
π β = rerata harmonik frekuensi seluruh sel = ππ1 πππ ππ
π = π1
ππ ππ = banyaknya seluruh data amatan ππππ = π2πππ β ππ πππ
2 πππ
π = Jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
π΄π΅ππ = rerata pada sel ij
π΄π = π΄π΅π ππ = jumlah rerata pada baris ke- i π΅π = π΄π΅π ππ = jumlah rerata pada kolom ke- j
πΊ = π΄π΅π.π ππ = jumlah rerata pada semua sel
Untuk memudahkan perhitungan didefinisikan besaran β besaran (1), (2), (3), (4), dan (5), berikut.
(1) = πΊ2
ππ ; (2) = πππ,π ππ ; (3) = π΄π
2
π π ; (4) = π΅π
2 π ;
π (5) = π΄π΅π.π ππ2
Terdapat lima jumlah kuadrat pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, yaitu jumlah kuadrat baris (JKA), jumlah kuadrat kolom (JKB), jumlah kuadrat interaksi (JKAB), jumlah kuadrat galat (JKG), dan jumlah kuadrat total (JKT). Berdasarkan sifat-sifat mtematis tertentu dapat diturunkan formula untuk JKA, JKB, JKAB, JKG, dan JKT sebagai berikut :
JKA = π β { 3 β(1)}
JKB = π β { 4 β(1)}
JKAB = π β { 1 + 5 β 3 β (4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB+ JKG
Derajat kebebasan untuk masing β masing jumlah kuadrat tersebut adalah : dkA= π β1 dkB =π β1
dkAB= π β1 (π β1) dkG =π β ππ dkT =π β1 diperoleh rerata kuadrat berikut :
π πΎπ΄= π½πΎπ΄
πππ΄ π πΎπ΅=π½πΎπ΅
πππ΅
π πΎπ΄π΅ =π½πΎπ΄π΅
πππ΄π΅ π πΎπΊ=π½πΎπΊ
πππΊ
c. Statistika uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut :
ο· H0A, πΉπ = π½πΎπ΄
π πΎπΊ
ο· H0B, πΉπ = π½πΎπ΅
π πΎπΊ
ο· H0AB, πΉππ =π½πΎπ΄π΅
π πΎπΊ
d. Daerah Kritis
ο· Fa, π·πΎ= {πΉβΉπΉ> πΉπΌ;πβ1,πβππ}
ο· Fb, π·πΎ = {πΉβΉπΉ >πΉπΌ;πβ1,πβππ }
ο· Fab, π·πΎ= {πΉβΉπΉ> πΉπΌ; πβ1 (πβ1),πβππ} Rangkuman analisis data
Sumber JK Dk RK Fobs πβ P
Hasil Belajar (A) KPM (B)
Interaksi (AB) Galat
Total
d. Uji Komparasi ganda
Uji lanjut pasca anava dengan metode Scheffeβ untuk analisis variansi dua jalan yaitu sebagai berikut :
1. Komparasi rerata antar baris
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah : H0 : ππ =ππ
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar baris adalah :
πΉ.πβ.π = ππ.βπ π. 2
π πΎπΊ (1 ππ.+ 1
ππ.) Dengan :
πΉπ.βπ. = nilai Fobs pada pembanding baris ke β i dan baris ke β j ππ. = rerata pada baris ke- i
ππ. = rerata pada baris ke β j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
ππ.= ukuran sampel baris ke β i ππ. = ukuran sampel baris ke β j Daerah kritis untuk uji ini adalah :
π·πΎ= {πΉβΉπΉ>πΉπΌ; πβ1(πβ1),πβππ} 2. Komparasi rerata antar kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah : H0 : π.π = π.π
Uji Scheffe untuk komparasi rerata antar kolom adalah : πΉ.πβ.π = π β π.π .π 2
π πΎπΊ (1 π.π+ 1
π.π) Dengan daerah kritis :
π·πΎ= {πΉβΉπΉ> πΉπΌ;πβ1,πβππ}
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Analisis Data a. Uji Prasyarat
1) Uji Normlitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lilliefors. Adapun rangkuman uji normalitas disajikan pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Rangkuman Uji Normalitas
Sampel Lobs LπΆ Keputusan uji Kesimpulan
PP 0.108 0.190 H0 diterima Normal
PBL 0.069 0.190 H0 diterima Normal
KPM Tinggi 0.150 0.258 H0 diterima Normal
KPM Sedang 0.122 0.200 H0 diterima Normal
KPM Rendah 0.105 0.242 H0 diterima Normal
Berdasarkan tabel tersebut semua sampel menunjukkan πΏβππ‘π’ππ < πΏπ‘ππππ yang berarti bahwa semua sampel berdistribusi normal. Untuk perhitungan lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 10.
2) Uji Homogenitas
Untuk uji prasyarat selanjutnya yaitu uji homogenitas, pada uji homogenitas ini peneliti menggunakan Uji Fisher. Adapun rangkuman uji normalitas disajikan pada Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Rangkuman Uji Homogenitas
Populasi Fobs FπΆ Keputusan uji Kesimpulan
siswa antar Model pembelajaran
1.38 2.16 H0 diterima Homogen
KPM Tinggi dan KPM
Sedang
2.58 2.98 H0 diterima Homogen
KPM Tinggi dan KPM
Rendah
1.23 3.13 H0 diterima Homogen
KPM Sedang dan KPM
Rendah
2.07 2.70 H0 diterima Homogen
Berdasarkan tabel tersebut πΉβππ‘π’ππ <πΉπ‘ππππ yang berarti bahwa data tersebut bervariansi homogen. Untuk perhitungan lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 11.
3) Uji Hipotesis
Uji Hipotesis yang digunakan Uji Anava Dua Jalan dengan sel tak sama. Rangkuman ujii hipotesis anava dua jalan dan rerata marginal disajikan pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut :
Tabel 4.3
Rangkuman Anava Dua Jalan
Sumber JK Dk RK Fobs πβ Keputusan
Hasil Belajar (A) 2821,87 1 2821,87 32,63 4,12 H0 ditolak KPM (B) 4838 2 2419 27,97 3,27 H0 ditolak Interaksi (AB) -2707,17 2 -1353,58 -15,65 3,27 H0 diterima
Galat 2940 34 86,47 - - -
Total 7892,81 39 - - - -
Tabel 4.4
Rangkuman Rerata Marginal Model
Pembelajran
Hasil Belajar Rerata Marginal
T S R
Eksperimen I 85 70 60 71,6
Eksperimen II 91 70 61 74
Rerata Marginal 88 70 60,5
Kesimpulan analisis dua jalan sel tak sama berdasarkan tabel 4.3 adalah sebagai berikut :
1) Model pembelajaran PBL mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran PP
2) Terdapat perbedaan hasil belajar pada tiap β tiap kategori kemampuan pemecahan masalah (tinggi, sedang dan rendah).
3) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PP, model pembelajaran PBL dengan kemampuan pemecahan masalah
berdasarkan kesimpulan tersebut, diketahui H0A dan H0B ditolak, sehingga perlu dilakukan uji komparasi rerata antar baris dan kolom.
Uji komparasi antar baris dalam penelitian ini tidak perlu dilakukan karena terdapat hanya dua model pembelajaran yaitu model PP dan PBL, sehingga sudah pasti H0A ditolak, karena anava menunjukkan H0A ditolak. Dari rerata marginalnya, yang menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL lebih baik dibanding model pembelajaran PP terhadap hasil belajar.
Adapun untuk hasil uji komparasi rerata antar kolom disajikan pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.5
Komparasi Rerata antar Kolom
H0 Fobs π.πβ Kep. Uji
π1 = π2 24.08 6.54 H0 ditolak
π2 = π3 7.65 6.54 H0 ditolak
π1 = π3 48.01 6.54 H0 ditolak
Berdasarkan tabel 4.5, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. (F1-2 ) Siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah sedang.
2. (F2β3) Siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah rendah.
3. (F1-3) Siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah rendah.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut kesimpulan pertama diperoleh H0A ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan model pembelajaran PP dan model pembelajaran terhadap hasil belajar, kemudian dilakukan uji lanjut pasca anava di hasilkan pula H0A ditolak yang berarti penerapan model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran PP terhadap hasil belajar siswa. dapat dilihat dari uji anava dua jalan dengan sel tak sama dan terlihat dari rerata marginal juga bahwa rerata PBL yaitu 74, sedangkan rerata PP 71,6.
Model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan dengan model PP disebabkan oleh beberapa faktor. Model pembelajaran PP dan PBL sama β sama model pembelajaran berbasis masalah,
hanya saja dalam model pembelajaran PP guru hanya menyajikan informasi dan siswa membuat soal dari informasi yang disajikan, sedangkan PBL soal disajikan oleh guru. Penyebab model PBL lebih baik dari model PP, pada kelas PBL siswa mengerjakan soal yang diberikan guru lebih terarah dan mudah dipahami sedangkan pada kelas PP tingkat kekreatifitasan siswa yang belum maksimal dalam mengeksplor ataupun menyajikan suatu masalah dalam bentuk soal.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rinto dan Riza Alfian Nurfeni yang menyatakan bahwa model pembelajaran PBL lebih baik dan lebih berpengaruh dibandingkan model pembelajaran PP terhadap hasil belajar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan kedua H0B ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan antara tiap tingkatan dalam kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, setelah dilakukan uji lanjut pasca anova, menunjukkan bahwa 1) (F1-2 ) siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah sedang, karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah, mampu membuat rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian serta mampu
menjelaskan hasil penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang mampu memahami masalah, merencanakan masalah, mampu tapi masih belum maksimal dalam melaksanakan perencanaan penyelesaian serta kurang maksimal dalam menjelaskan hasil penyelesian. 2) (F2-3) siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah rendah, karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang mampu memahami masalah, merencanakan masalah, mampu tapi masih belum maksimal dalam melaksanakan perencanaan penyelesaian serta kurang maksimal dalam menjelaskan hasil penyelesian, sedangkan untuk siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah rendah siswa masih kurang mampu dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan masalah serta kurang mampu dalam menjelaskan hasil penyelesaian. 3) (F1-3) siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah rendah, karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah, mampu membuat rencana penyelesaian, melaksanakan
penyelesaian serta mampu menjelaskan hasil penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah kurang mampu dalam memahami masalah, merencanakan dan melaksanakan masalah serta kurang mampu dalam menjelaskan hasil penyelesaian.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan ketiga H0AB diterima yang berarti bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PP dan PBL dengan kemampuan pemecahan masalah. Dalam proses pelaksanaan model pembelajaran PP ketika siswa diminta untuk membuat permasalahan dalam bentuk soal, siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah sedang karena siswa yang memiliki tingkatan kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu dalam membuat masalah dalam bentuk soal dari informasi yang disajikan karena kemampuan dalam memahami informasi dan mampu merencanakan, melaksanakan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang mampu dalam memahami informasi yang disajikan tapi kurang maksimal dalam pelaksanaan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah karena siswa yang memiliki tingkatan kemampuan
pemecahan masalah sedang mampu dalam memahami informasi yang disajikan tapi kurang maksimal dalam pelaksanaan penyelesaian, sedangkan untuk siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah kurang mampu memahami informasi yang disajikan serta kurang mampu dalam merencanakan dan melaksanakan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah karena siswa yang memiliki tingkatan kemampuan pemecahan masalah tinggi mampu dalam membuat masalah dalam bentuk soal dari informasi yang disajikan karena kemampuan dalam memahami informasi dan mampu merencanakan, melaksanakan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah kurang mampu memahami informasi yang disajikan serta kurang mampu dalam merencanakan dan melaksanakan penyelesaian.
Dalam proses pembelajaran PBL ketika peneliti memberikan permasalahan untuk dipecahkan, siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang karena dalam proses diskusi siswa dengan kemampun pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah serta mampu merencanakan dan melaksanakan serta menjelaskan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan sedang mampu
dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian tapi kurang maksimal dalam mlaksanakan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah karena dalam proses diskusi siswa dengan kemampun pemecahan masalah sedang mampu dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian tapi kurang maksimal dalam mlaksanakan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan rendah kurang mampu dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian serta dalam mlaksanakan penyelesaian. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah karena dalam proses diskusi siswa dengan kemampun pemecahan masalah tinggi mampu memahami masalah serta mampu merencanakan dan melaksanakan serta menjelaskan penyelesaian, sedangkan siswa dengan kemampuan pemecahan rendah kurang mampu dalam memahami masalah dan merencanakan penyelesaian serta dalam mlaksanakan penyelesaian
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
1. Model pembelajaran PBL mempunyai hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran PP
2. Hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibanding hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang, hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibanding hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah dan hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibanding hasil belajar siswa dengan kemampuan pemecahan masalah rendah 3. Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik
dibandingkan dengan siswa kemampuan pemecahan masalah sedang, Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa kemampuan pemecahan masalah rendah, dan Siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa kemampuan pemecahan masalah rendah, baik dengan menerapkan model pembelajaran PP maupun PBL.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk sekolah, model pembelajaran PBL dijadikan rujukan untuk pembelajaran matematika.
2. Untuk guru, lebih dilatih kemampuan pemecahan masalah, misalnya dengan pemberian soal non rutin, sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa berkembang dengan baik.
3. Untuk peneliti lain, kesimpulan dari penelitian ini dapat dikembangkan sebagai acuan atau salah satu referensi untuk penelitian yang relevan dan para peneliti dapat mengembangkan penelitian dan mencoba membandingkan model pembelajaran PBL dengan pembelajaran kooperatif lainnya dengan tinjauan yang berbeda. Misalnya, terkait pemahaman konsep.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mahmudi, βPembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematikaβ, Skripsi, UNY, 2008.
Anna Fauziah dan Sukasno, βPengaruh Model Missouri Mathematics Project (MMP) terhadap Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMAN 1 LUBUKLINGGUβ, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika, Vol.4, No. 1, Februari 2015.
Bekti wulandari, βPengaruh Problem Based Learning terhadap Hasil belajar ditinaju dari motivasi belajar PLC di SMKβ, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3 , No. 2, Juni 2013.
Daryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta : Prenamedia Group, 2016 Dian Uslifatul Janah, βAnalisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Berdasarkan Teori Polya Materi Trigonometri dari Gaya Kognitif Siswaβ (Skripsi : FKIP, Uin. Islam Sultan Agung, Semarang).
Erik Rinaldi dan Ekasatya Aldila Afriansyah, βPerbandingan Kemampuan Masalah Matematis Siswa antara Problem Centered Learning dan Problem Based Learningβ, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.3 No.1 Juni 2019.
Fathur Razy dan Dwikaranto, βPenerapan Model Pembelajaran Problem Posing (Pengajuan Soal) Tipe Within Solution Posing Pada Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA Pokok Bahasan Fluida Statis di SMA Negeri 2 Bangkalanβ,
Fivi Nurani, βPenggunaan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDβ, Jurnal Mitra Pendidikan, Vol 1, No. 4, Juni 2017. Hlm. 372.
I Wayan Guntara, dkk, βPengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Matematika Di SD Negeri Kalibukbuβ, Jurnal Mimbar PGSD Universistas Pendidikan Ganesha jurusan PGSD, Vol. 2 No.1 Tahun 2014.
Lilik Fitriani,βPengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswaβ, Skripsi, FTK UIN MATARAM, Mataram. 2019.
Lilik Puspitasari,βPengaruh Model Pembelajaran Problem Posing terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Himpunan pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kampak Trenggalek Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014β, Tulungagung : skripsi tidak terbitkan, 2014.
M.Iqbal Hasan, βPokok β Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif)β
(Jakarta : PT. Bumi Aksara 2016) hlm. 140.
Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2013.
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta : Prenamedia Group, 2016.
Nunung Nurlela, dkk, βPembelajaran Fisika dengan PBL Menggunakan Problem Solving dan Problem Posing Di Tinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Kritis Siswaβ, Jurnal Inkuiri, Vol 2, No. 2 2013.
Nur Fadhilah Bunga Hapsari, βEkperimen Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving dan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 3 COLOMADUβ, SKRIPSI, FKIP Univ.
Muhammadiyah Surakarta, 2017.
Nurma Angkotasan, βKeefektifan Model Problem Based Learning ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematisβ, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.3 No.1 April 2014.
Rikha Tri Handayani,βPerbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Problem Posing Materi Perbandingan Siswa Kelas VII SMPN 1 Ngunut Tulungagung T.A 2018/2019β, Skripzsi, FITK IAIN Tulungagung, 2019.
Rini Dwi Astuti dan AGUS Maman Abadi, βKeefektifan Pembelajaran JIGSAW dan TAI ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan Sikap Belajar Matematika Siswaβ, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol.
2, No.2, November 2015.
Rinto, βPerbedaan Hasil Belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan problem posing kelas IV pada mata pelajaran matematika di madrasah ibtidaiyah quraniah 8 palembangβ, Skripsi, FITK UIN Raden Fatah, Palembang, 2017.
Risnawati Amiluddin dan S.Sugiman, βPengaruh Problem Posing dan PBL Terhadap Prestasi Belajar dan Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematikaβ, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol.3 No.1 Mei 2016.
Riza Alfian Nurfeni,βPerbedaan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Problem Posing ditinjau dari Hasil Belajar Biologi Siswa VIII SMP Negeri 3 Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2013/2014β, Skripsi FKIP univ. Muhammadiyah Surakarta, 2014.
Rosmawaty Simatupang dan Edy Surya, βPengaruh Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswaβ, Pendidikan Matematika PPs Unimed Medan, 2017.
Rosnita Kusherawati, βPengaruh Model Pembelajaran Problem Posing terhadap Hasil Belajar Siswa Tematik Kelas SDβ, Skripsi, FKIP, Lampung, 2018.
Sofi Nurqobliah, βPeningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berpikir Kreatif dan Self-Confidence Siswa Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalahβ, Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika, Vol.2, No. 2, September 2016.
Suci Ariani, β Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa padaPembelajaran Matematika menggunakan Strategi Abduktif- Deduktif di SMA Negeri Indralaya Utaraβ, Vol.3, No. 1, Januari 2017.
Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prenamedia Group, 2016.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2011.