• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wanprestasi

Dalam dokumen PT. BANK MUAMALAT INDONESIA KCP METRO (Halaman 43-50)

BAB I PENDAHULUAN

C. Wanprestasi

Dalam Kontrak Murabahah pada perbankan syariah terdapat beberapa aturan-aturan yang harus dipenuhi, antara lain:21

a. Potongan Pelunasan dalam Murabahah

Sesuai dengan Fatwa Dewan Islam No. 23/DSN-MUI/ III/ 2002 tanggal 28 maret 2002:

1) Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati. Lembaga keuangan Islam boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.

2) Besarnya potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan keapada kebijakan dan pertimbangan Lembaga keuangan Islam (LKS).

b. Uang Muka dalam Murabahah

1) Dalam akad pembiayaan murabahah , LKS diperbolehkan untuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak sepakat.

2) Besarnya uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan

3) Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberi ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut

4) Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada nasabah

5) Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.

c. Diskon dalam Murabahah

Sesuai Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 september 2000:

1) Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi objek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah.

2) Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai kesepakatan.

3) Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu, diskon adalah hak nasabah.

4) Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.

5) Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditanda tangani.

Di dalam perjanjian selalu ada prestasi yang wajib dijalankan.

Di dalam pemenuhan suatu prestasi atas perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak tidak jarang pula debitur (nasabah) lalai melaksanakan kewajibannya atau tidak melaksanakan kewajibannya atau tidak melaksanakan seluruh prestasi yang telah disepakati dengan kreditur (bank), hal ini disebut wanprestasi.

Wanprestasi berasal dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda

wanprestatie” yang artinya tidak dipenuhinya prestasi atau kewajiban yang telah ditetapkan terhadap pihak-pihak tertentu di dalam suatu perikatan, baik perikatan yang dilahirkan dari suatu perjanjian ataupun perikatan yang timbul karena undang-undang.22

Menurut Prof. R. Subekti, SH, wanprestasi itu adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu: 23

a. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya, tetapi tidak sebagai mana yang diperjanjikan.

c. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat.

d. Selakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat dilakukan.

Dalam hukum Islam, pengingkaran janji tersebut sangat tidak diperbolehkan. Seperti yang telah diperintahkan Allah SWT dalam Q.S Al-Anfal [8] ayat 27:

22http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29955/3/Chapter%20II.pdf, diunduh tanggal 03 Juni 2013

23 R. Subekti, Hukum Perjanjian Cet.ke-II, (Jakarta: Pembimbing Masa, 1970), h. 50

        

  

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”24

Pada intinya, wanprestasi merupakan pengingkaran terhadap janji atau kesepakatan yang telah dilakukan baik dikarenakan adanya suatu masalah maupun dikarenakan adanya unsur kesengajaan.

Dalam agama Islam pun semua orang diwajibkan untuk mematuhi setiap perjanjian atau amanah yang dipercayakan kepadanya, apabila tidak dalam keadaan yang sulit.

2. Sebab-Sebab Wanprestasi

Dalam pelaksanaan isi perjanjian sebagaimana yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian yang sah, tidak jarang terjadi wanprestasi oleh pihak yang dibebani kewajiban (debitur) tersebut. Tidak dipenuhinya suatu prestasi atau kewajiban (wanprestasi) ini dapat dikarenakan oleh dua kemungkinan alasan. Dua kemungkinan alasan tersebut antara lain yakni :

a. Karena kesalahan nasabah, baik karena kesengajaan ataupun kelalaiannya. 25

Kesalahan di sini adalah kesalahan yang menimbulkan kerugian.

Dikatakan orang mempunyai kesalahan dalam peristiwa tertentu

24 Departemen Agama Republik Indonesia,Op.Cit, h. 143

25 J. Satrio, Hukum Perikatan, (Bandung : Alumni, 1999), h. 84

kalau ia sebenarnya dapat menghindari terjadinya peristiwa yang merugikan itu baik dengan tidak berbuat atau berbuat lain dan timbulnya kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya. Dimana tentu kesemuanya dengan memperhitungan keadaan dan suasana pada saat peristiwa itu terjadi.

Kerugian itu dapat dipersalahkan kepadanya nasabah debitur jika ada unsur kesengajaan yang merugikan itu pada diri debitur yang dapat dipertanggungjawabkan kepadanya. Kita katakan debitur sengaja kalau kerugian itu memang diniati dan dikehendaki oleh debitur, sedangkan kelalaian adalah peristiwa dimana seorang debitur seharusnya tahu atau patut menduga, bahwa dengan perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan timbul kerugian.26 Disini debitur belum tahu pasti apakah kerugian akan muncul atau tidak, tetapi sebagai orang yang normal seharusnya tahu atau bisa menduga akan kemungkinan munculnya kerugian tersebut. Dengan demikian kesalahan disini berkaitan dengan masalah “dapat menghindari” (dapat bersikap lain) dan “dapat menduga” (timbulnya kerugian).

b. Karena keadaan memaksa (overmacht/force majure), diluar kemampuan debitur, debitur tidak bersalah. 27

Keadaan memaksa ialah keadaan tidak dapat dipenuhinya prestasi oleh pihak debitur karena terjadi suatu peristiwa bukan

26 Ibid, h. 91

27 Ibid

karena kesalahannya, peristiwa mana tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga akan terjadi pada waktu membuat perikatan.

Dalam keadaan memaksa ini debitur tidak dapat dipersalahkan karena keadaan memaksa tersebut timbul diluar kemauan dan kemampuan debitur.

3. Akibat Hukum Wanprestasi

Terjadinya wanprestasi pembiayaan menimbulkan beberapa masalah bagi bank sebagai kreditur. Sebagai akibatnya, debitur yang telah melakukan wanprestasi harus mendapat hukuman atau sanksi yang berdasarkan Pasal 1276 KUHPerdata, adalah sebagai berikut:28

a. Memenuhi/melaksanakan perjanjian;

b. Memenuhi perjanjian disertai keharusan membayar ganti rugi;

c. Membayar ganti rugi;

d. Membatalkan perjanjian; dan

e. Membatalkan perjanjian disertai dengan ganti rugi.

Selain untuk pengganti kerugian yang telah terjadi, ganti rugi yang diambil juga diharapkan dapat memberikan efek jera bagi kreditur tersebut maupun kreditur lain. Adapun ganti rugi yang harus dibayar berdasarkan Pasal 1244 s.d. 1246 KUHPerdata terdiri dari biaya, rugi, dan bunga, adapun pengertiannya adalah sebagai berikut:29

28 Soedharyo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 320

29 Ibid, h.315

a. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh suatu pihak. Dalam hal ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh kreditur.

b. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur.

c. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan, yang sudah dibayarkan atau proyeksikan sebelumnya oleh kreditur.

4. Wanprestasi pada Bank Syariah

Pada bank syariah wanprestasi terjadi pada pembiayaan. Hal yang dilakukan pihak bank dalam penyelesaian wanprestasi tersebut adalah dengan melakukan restrukturisasi pembiayaan. Mekanisme pelaksanaan restrukurisasi pembiayaan murabahah itu sendiri adalah sebagai berikut:30

a. Analisis sebab wanprestasi 1) Aspek Internal

a) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut b) Manajemen tidak baik atau kurang rapi c) Laporan keuangan tidak lengkap

d) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan e) Perencanaan yang kurang matang

f) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut

2) Aspek Eksternal

a) Aspek pasar kurang mendukung

30 Muhammad, Op. Cit, h. 311

b) Kemampuan daya beli masyarakat berkurang c) Kebijakan pemerintah

d) Kenakalan peminjam

Kenakalan peminjam seharusnya tidak terjadi, jika pihak bank melakukan analisis 5C dengan benar-benar cermat, yang mana salah satunya adalah analisis terhadap character nasabah yak ni sifat atau karakter nasabah peminjam, sehingga bank akan terhindar dari resiko nasabah nakal yang sengaja lalai membayar angsuran.

b. Menggali potensi peminjam

Nasabah yang melakukan wanprestasi harus dimotivasi untuk memulai kembali atau membenahi dan mengantisipasi penyebab ia melakukan wanprestasi pembiayaan. Setelah dilakukan penggalian potensi itu, selanjutnya nasabah diarahkan untuk beralih ke potensinya atau dengan membuka usaha baru yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dengan begitu dana yang dipinjam lebih efektif dalam penggunaannya.

c. Melakukan perbaikan akad (remidial) d. Memberikan pinjaman ulang

e. Penundaan pembayaran

f. Memperkecil angsuran dengan memperpanjang waktu atau akad dan margin baru (rescheduling)

g. Memperkecil margin keuntungan atau bagi hasil.

Dari ketiga jenis restrukturisasi pembiayaan murabahah peneliti hanya terfokus kepada pelaksanaan rescheduling saja dan lingkup penelitian terbatas hanya dari sumber internal bank.

D. Gambaran umum Restrukturisasi atas Wanprestasi Pembiayaan

Dalam dokumen PT. BANK MUAMALAT INDONESIA KCP METRO (Halaman 43-50)

Dokumen terkait