• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wright Mills

Dalam dokumen Teori SosialBudaya dan Methodenstreit (Halaman 194-200)

BAB II Teori Budaya

C. Wright Mills

184_ Teori Sosial Budaya Dan Methodenstreit

yang justru asing, jauh atau tak tersentuh oleh mereka.

Akhirnya masyarakat sendirilah yang akan mengatasi resiko karena ketidakpercayaan mereka terhadap ilmuan alam, ilmuwan social yang mempolitisir karya mereka.

Dr. Mohammad Syawaludin _185 masyarakat , apa saja komponen utamanya, bagaimana hubungan antar komponen-komponen tersebut, ciri-ciri apa saja yang menbedakan komponen masyarakat satu dengan lainnya, berlanjut atau terus mengalami perubahan.

Dalam konteks sejarah pernyataan-pernyataan itu dimulai dengan ; ciri apa saja yang membuat masyarakat berubah dalam suatu periode, bagaimana gambaran masyarakat periode tersebut, bagaimana pula gambaran masyarakat periode sebelum, sekarang dan seterusnya.

Dalam konteks keragaman budaya dan manusia, pernyataan-pernyataannya adalah ; keragaman laki-laki dan perempuan mana yang lebih dominan, lalu bagaimana yang dominan dimasa mendatang, sifat manusia yang seperti apakah yang mendomnasi dalam periode tertentu dan akan datang, mengapa terbebas dan mengapa tertindas, mengapa tercerahkan dan mengapa bodoh.

IMPLIKASI METODE PENELITIAN

Aliran kritik modernitas Anthony Giddens, Mills, Beck berusaha memberikan kritik dan koreksi terhadap berbagai pendekatan sosiologi yang mengalami kemandekan dalam pengembangan penelitian bahkan menjadikan karya-karya akademis sebagai proyek untuk sesuatu yang subpolitik. Menurut mereka sosiologi positivistik ternyata hanya mampu memberikan kepentingan-kepentingan teknis dan informatif yang

186_ Teori Sosial Budaya Dan Methodenstreit

sarat kepentingan kekuasaan. Sosiologi interpretatif yang mampu memahami dan mengolah makna dari tindakan dan karya bahasa aktor dan pelaku hanya bersifat praktis komunikatif. Sedangakan posmodernisme dan posstrukturalis melalui sistematika metode dekonstruksi dengan teknik wacana, narasi lokal dan mikronarasi, ternyata tidak menghasilkan suatu tindakan solusi (nihil), hanya mewujudkan kepentingan dialogis dan pencerahan semata.

Dunia membutuhkan pendekatan kritis melalui metode reflektif diri dan emansipatoris. Memberlakukan suatu fenomena dengan cara memahami, mengubah realitas, mencari kontradiksi serta membongkar kedok ideologi dan kepentingan bertindak berdasarkan situasi konkrit masyarakat mengambil suatu tindakan perubahan dan mendorong tranformasi masyarakat.

Perlu kemampuan imaginatif yakni; 1) kemampuan menghubungkan secara timbal-balik gejala-gejala di tingkat mikro, makro maupun messo.2) kemampuan mendudukan gejala yang diamati dalam konteksnya dan konkrit. 3) kemampuan melihat berbagai gejala dengan berbagai perspektif dan multidisiplinier.4) kemampuan melihat hubungan timbal-balik antar persoalan keluarga, pribadi dengan isu-isu publik.

Dr. Mohammad Syawaludin _187 TEORI STRUKTURALISME

Claude Levi- Strauss (Strukturalisme Antropologi)

TEORI DAN GAGASAN

Konsep oposisi biner merupakan konsep ahli bahasa Ferdinand de Saussure7. Tetapi Claude Levi- Strauss-lah yang membuatnya menjadi sangat berpengaruh. Strauss adalah antropolog strukturalis yang banyak menggunakan teori-teori bahasa Saussure sebagai suatu sistem struktural untuk menganalisa semua proses kultural seperti cara memasak, cara berpakaian, sistem kekeluargaan, mitos dan legenda dalam masyarakat. Bagi Strauss, oposisi biner adalah ‘the essence of sense making’: struktur yang mengatur sistem pemaknaan kita terhadap budaya dan dunia tempat kita

7 Briggs, Rachel; Meyer, Janelle. "Structuralism". Anthropological Theories: A Guide Prepared By Students For Students. Dept. of Anthropology, University of Alabama. Retrieved 22 April 2017.

Lahir di Brussel, Belgia tahun1908 , belajar filsafat di Sorbonne Perancis, mendalami karya Emile Durkheim dan M. Mauss. Ketika.Tahun 1934 menjadi Professor Sosiologi di Sao Paulo Brasilia hingga 1937 menjadi pengajar di New York , bertemu dengan Roman Jacobson. Perjumpangan ini sangat menentukan karir ilmiahnya. 1947 pulang ke Prancis dan menjadi direktur pada Ecole Pratique des hautes etude (1950- 1974). Pada tahun1959 diangkat menjadi Professor Antropologi pada College de France

188_ Teori Sosial Budaya Dan Methodenstreit

hidup. Oposisi biner adalah sebuah sistem yang membagi dunia dalam dua kategori yang berhubungan.

Dalam struktur oposisi biner yang sempurna, segala sesuatu dimasukkan dalam kategori A maupun kategori B, dan dengan memakai pengkategorian itulah, kita mengatur pemahaman dunia di luar kita. Suatu kategori A tidak dapat eksis dengan sendirinya tanpa berhubungan secara struktural dengan kategori B.

Kategori A masuk akal hanya karena ia bukan kategori B.

Tanpa kategori B, tidak akan ada ikatan dengan kategori A, dan tidak ada kategori A. Dalam sistem biner, hanya ada dua tanda atau kata yang hanya punya arti jika masing-masing beroposisi dengan yang lain. Keberadaan mereka ditentukan oleh ketidakberadaan yang lain.

Misalnya dalam sistem biner laki-laki dan perempuan dan laki-laki, daratan dan lautan, atau antara anak-anak dan orang dewasa. Seseorang disebut laki-laki karena ia bukan perempuan, sesuatu itu disebut daratan karena ia bukan lautan, begitu seterusnya.

Oposisi biner adalah produk dari ‘budaya’, ia bukan bersifat ‘alamiah’. Ia adalah produk dari sistem penandaan, dan berfungsi untuk menstrukturkan persepsi terhadap alam natural dan dunia sosial melalui penggolongan-penggolongan dan makna. Strauss juga menyebutkan konsep dasar dari oposisi biner yaitu ‘the second stage of the sense-making process’: penggunaan kategori-kategori sesuatu yang hanya eksis di dunia

Dr. Mohammad Syawaludin _189 alamiah (sesuatu yang kongkret) untuk menjelaskan kategori-kategori konsep kultural yang abstrak.

Ferdinand de Saussure dan Levi-Strauss8 yang menjelaskan bahwa produksi makna merupakan efek dari struktur terdalam dari bahasa, dan kebudayaan bersifat analog dengan struktur bahasa, yang diorganisasikan secara internal dalam oposisi biner:

hitam-putih, baik-buruk, lelaki-perempuan dan lain sebagainya. trukturalisme justru menekankan pendekatan sinkronik, relasi-relasi struktur dianalisa dalam potongan-potongan peristiwa yang bersifat khusus.

Di sini strukturalisme sangat menekankan aspek kekhususan kebudayaan yang tidak bisa direduksi begitu saja ke dalam fenomena lainnya. Dan jika kulturalisme memfokuskan diri pada interpretasi sebagai jalan untuk memahami makna, maka strukturalisme justru menegaskan perlunya sebuah ilmu tentang tanda yang bersifat objektif. Pandangan strukturalisme tentang makna yang diorganisasikan secara internal dalam oposisi biner, sama dengan mengatakan bahwa makna bersifat stabil. Kestabilan makna inilah yang menjadi pusat serangan pascastrukturalisme atas strukturalisme.

Di satu sisi tampaknya dalam mitos apa saja mungkin terjadi. Tak ada logika di sana, tak ada kontinuitas. Karakteristik apapun bisa disematkan pada

8 Silverman, Sydel, Totems and Teachers: Key Figures in the History of Anthropology. Rowman Altamira. , 2004, p. 16.

Dalam dokumen Teori SosialBudaya dan Methodenstreit (Halaman 194-200)

Dokumen terkait