Menampilkan data mengenai usia responden untuk mengetahui apakah segmentasi produk Luwak White Koffie sesuai dengan karakteristik usia responden. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa mengenai pertanyaan merek yang paling sering dikonsumsi mayoritas responden menjawab Luwak White Koffie yaitu 19 orang atau 34,55%. Data ini menunjukkan bahwa Luwak White Koffie menjadi merek kopi putih yang paling banyak dikonsumsi responden.
Hal ini mungkin dikarenakan Luwak White Coffee merupakan brand white coffee yang pertama kali muncul, selain itu juga memiliki keistimewaan dengan mencantumkan nama Luwak sebagai nama brandnya. Keberhasilan strategi branding ini menjadikan Luwak White Coffee menarik dibandingkan merek lain. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sumber pengetahuan awal mengenai Iklan Kopi Luwak Putih mayoritas responden menyatakan dari promosi sampel produk yaitu sebanyak 42 orang atau 44,20%.
Hasil tanggapan responden juga menunjukkan bahwa sumber informasi asli mengenai iklan Luwak White Koffie bukan berasal dari televisi. “Saya pertama kali mengetahui Luwak White Koffie dari promosi Kopi Luwak di mall” (Keterangan Pak Yusuf, 27 Januari 2014).
Analisa Deskriptif Data Penelitian
Iklan Luwak White Koffie (X)
- Frekuensi Menonton Iklan Luwak White Koffie (X 1 )
- Intensitas Menonton Iklan Luwak White Koffie (X 2 )
- Durasi menonton iklan LuwakWhite Koffie (X 3 )
Frekuensi penayangan iklan Luwak White Koffie (dalam 1 hari) Kategori Persentase frekuensi Sangat sering (lebih dari 7 kali) 11 11.58. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa frekuensi menonton iklan Luwak White Koffie (dalam 1 hari) sebagian besar responden menyatakan sering (5 – 7 kali) yaitu 37 orang atau 38,95%. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menonton template iklan Luwak White Koffie setiap kali iklan ditayangkan.
Data ini menunjukkan logo Luwak White Koffie yang ditampilkan pada iklan sering dilihat oleh mayoritas responden. Berdasarkan tabel diatas terlihat persentase tertinggi yaitu sebesar 46,32% responden yang kurang memperhatikan isi pesan iklan Luwak White Koffie. Peneliti kemudian mengajukan pertanyaan melalui kuesioner tentang pemahaman responden terhadap isi pesan iklan Luwak White Koffie.
Kekhawatiran tersebut menyebabkan penonton tidak dapat memahami dengan baik isi pesan dalam iklan Luwak White Koffie. Durasi menonton suatu iklan dapat diartikan sebagai lamanya atau berapa lama responden menonton iklan Luwak White Koffie. Tingginya durasi responden melihat iklan Luwak White Koffie disebabkan oleh waktu menonton yang relatif singkat.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Luwak White Koffie merupakan merek yang dinilai tinggi oleh sebagian besar responden. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mengenal baik merek Luwak White Koffie.
Hubungan Antara Menonton Iklan Luwak White Koffie dengan Brand Awareness Luwak White Koffie
Hubungan Antara Frekuensi Menonton Iklan dengan Brand Awareness Luwak White Koffie
Nilai korelasi sebesar ini menunjukkan bahwa hubungan Frekuensi Menonton (X1) dengan Brand Awareness Luwak White Koffie (Y) tergolong hubungan lemah, dengan nilai Pearson Chi-Square sebesar 9,889 dan Asymp. 2-lateral) sebesar 0,129 maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara frekuensi menonton (X1) dengan kesadaran merek Luwak White Koffie (Y). Setelah diketahui ada hubungan antara Frekuensi Menonton (X1) dengan Brand Awareness Luwak White Koffie (Y), maka ditentukan besarnya hubungan tersebut. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 9,43% perubahan Brand Awareness Luwak White Koffie (Y) pada responden disebabkan oleh Frekuensi Menonton (X1), sedangkan sisanya sebesar 90,57%.
Hubungan Antara Intensitas Menonton dengan Brand Awareness Luwak White Koffie
Nilai korelasi sebesar ini menunjukkan bahwa hubungan antara intensitas menonton (X2) dengan kesadaran merek Luwak White Koffie (Y) tergolong hubungan yang lemah. 2-side) 0,015 maka disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas menonton (X2) dengan kesadaran merek Luwak White Koffie (Y). Mengetahui adanya hubungan antara intensitas menonton (X2) dengan kesadaran merek Luwak White Koffie (Y), maka besarnya hubungan antara intensitas menonton (X2) dengan kesadaran merek Luwak White Koffie (Y) dapat ditentukan dengan koefisien nilai determinasi.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa 14,19% perubahan brand awareness Kopi Luwak White Coffee (Y) di kalangan responden disebabkan oleh intensitas menonton (X2), sedangkan sisanya sebesar 85,81%. Selanjutnya untuk mengetahui tabulasi silang antara Intensitas Tayang (X2) dengan Brand Awareness Kopi Luwak White (Y) dapat dilihat pada penyajian tabel dibawah ini. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa brand awareness Luwak White Coffee pada kategori top of mind terdapat pada sebagian besar responden dengan intensitas menonton iklan Luwak White Coffee pada kategori rendah dan sedang yaitu 26 orang atau 27,37 orang. % setiap.
Berdasarkan hasil tabulasi silang diketahui bahwa brand awareness Luwak White Coffee di kalangan responden berasal dari responden yang memiliki intensitas menonton iklan sedang bahkan untuk kategori teratas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas menonton tidak akan meningkatkan derajat brand awareness Kopi Luwak Putih dikalangan responden.
Hubungan Antara Durasi Menonton dengan Brand Awareness Luwak White Koffie
Nilai korelasi sebesar ini menunjukkan bahwa hubungan Viewing Time (X3) dengan Brand Awareness Luwak White Coffee (Y) tergolong hubungan yang lemah. 2-lateral) sebesar 0,493 maka disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Waktu Menonton (X3) dengan kesadaran merek Luwak White Coffee (Y). Setelah diketahui hubungan Durasi Waktu Menonton (X3) dengan brand awareness Luwak White Coffee (Y), maka besarnya hubungan Durasi Waktu Menonton (X3) dengan brand awareness Luwak White Coffee (Y) dapat ditentukan dengan koefisien determinasi.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa 5,39% perubahan Brand Awareness Luwak White Koffie (Y) pada responden disebabkan oleh durasi menonton (X3), sedangkan sisanya sebesar 94,61%. Selanjutnya untuk mengetahui tabel persilangan antara Viewing Time (X3) dengan Brand Awareness Luwak White Koffie (Y), dapat dilihat pada penyajian tabel dibawah ini. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa Brand Awareness Luwak White Koffie berada pada kategori top mind sebagian besar responden dengan waktu menonton iklan Luwak White Koffie berada pada kategori top yaitu sebanyak 43 orang atau 45,26%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa menonton iklan Luwak White Koffie dalam jangka waktu lama menyebabkan tingkat kesadaran merek di kalangan responden masuk dalam kategori paling diinginkan.
Pembahasan
Hasil tersebut dapat diartikan bahwa terpaan iklan Luwak White Koffie melalui media televisi bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan terbentuknya brand awareness Luwak White Koffie. Berdasarkan teori model proses paparan iklan, beliau menyatakan bahwa proses yang terjadi setelah konsumen terpapar iklan adalah menciptakan pengenalan merek di benak konsumen, yang membuat konsumen merasa familiar (Wells, dkk. Pendapat dari Kedua ahli tersebut mengartikan bahwa paparan iklan yang diterima khalayak merupakan proses promosi komunikasi pemasaran yang dapat berujung pada peningkatan pengenalan dan kesadaran terhadap suatu merek baru, melalui kemasan iklan yang menarik, isi dan struktur pesan yang dapat dipahami dan diingat oleh khalayak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara menonton iklan di TV dengan pertumbuhan kesadaran merek Luwak White Koffie, kemudian tidak ada hubungan antara frekuensi dan durasi menonton dengan kesadaran merek, sedangkan intensitas mempunyai hubungan, meskipun tidak ada hubungan antara frekuensi menonton iklan di TV dengan pertumbuhan kesadaran merek Luwak White Koffie. lemah, dengan kesadaran merek. Dalam penelitian ini, media televisi kurang mampu menjadi media yang efektif untuk membangun brand awareness Luwak White Koffie. Hasil tersebut diperkuat dengan data responden yang menunjukkan bahwa responden mengetahui Luwak White Koffie bukan dari televisi, melainkan dari berbagai kegiatan promosi seperti pemberian sampel produk dan brosur yang dibagikan perusahaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, iklan di televisi mempunyai banyak kelemahan, yaitu durasinya yang agak pendek dan padat. Pendapat ini menyatakan bahwa iklan di televisi dapat berjalan efektif dalam proses komunikasi pemasaran apabila mempunyai daya tarik dan ciri khas berupa komposisi gambar dan bingkai yang indah, suara dan model iklan sebagai penyampai pesan. Berdasarkan tanggapan responden, iklan Luwak White Koffie tidak memiliki daya tarik dan keistimewaan tersendiri, sehingga responden merasa iklan Luwak White Koffie sama dengan iklan merek white coffee lainnya.
Gangguan eksternal dalam periklanan dapat berupa kondisi sosial ekonomi, kesehatan, permasalahan bauran pemasaran, atau banyaknya iklan yang diterima konsumen sehingga menyebabkan konsumen merasa bosan dan tidak mampu membedakan konten iklan (disebut clutter). Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis menunjukkan tidak adanya hubungan antar variabel yang diteliti, hal tersebut bisa jadi disebabkan oleh berbagai gangguan baik yang berasal dari faktor internal maupun eksternal dalam proses penyampaian pesan di Luwak White Koffie. iklan, daya tarik iklan terlalu rendah sehingga responden kurang memperhatikan iklan tersebut, terdapat berbagai iklan kopi putih dengan kemasan yang hampir sama dengan iklan Luwak White Koffie, dan media iklannya, yaitu televisi, mempunyai waktu yang terbatas sehingga hal ini menyebabkannya.