• Tidak ada hasil yang ditemukan

03a Modul SMK3 Konstruksi BAB VIII

N/A
N/A
Kukuh hidayat

Academic year: 2024

Membagikan "03a Modul SMK3 Konstruksi BAB VIII"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

K3 Konstruksi Secara Umum, Penerapan K3 Dalam Pekerjaan

Konstruksi, Manajemen Dan

Administrasi

(2)

Curriculum Vitae

Anas Zaini Z. IKSAN

Keahlian / Ketrampilan :

• Ahli K3 Pesawat

Angkat (Crane) dan Pesawat angkut, 1995

• Ahli K3 Konstruksi, (Utama), 2014

• Ahli K3 Umum, 2012

• Lead Auditor (SMK3) PT AlS, 2012

• Assessor Personil BNSP, 2009

• Ahli Manajemen Mutu (Utama)_IAMMI, 2018

• Instruktur_TOT

LMUI,1991

(3)

Memahami Keselamatan Konstruksi secara umum

Memahami Bahaya dan Kecelakaan Konstruksi

Memahami Penggunaan Alat-Alat Pelindung Diri (APD)

Mampu melakukan Komunikasi dan Koordinasi Memahami 5 Elemen SMKK

1

2

3

4

5

TUJUAN PEMBELAJARAN

(4)

1 LATAR BELAKANG, KEC. KONSTRUKSI

DEFINISI BAHAYA

DEFINISI KECELAKAAN KONSTRUKSI:

KOMUNIKASI KESELAMATAN KONSTRUKSI:

Safety Talk

B

Tool Box Meeting

C

3

5

6

4 7 APD dan APK

OUTLINE:

2 MENGENAL K3, SECARA UMUM

Induksi K3

A

KONSEP KESELAMATAN KONSTRUKSI

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI K3

8

(5)

LATAR BELAKANG KECELAKAAN

KONSTRUKSI

1

(6)

01

ACCIDENT FREE

Keinginan untuk selamat dan terhindar dari bahaya

LATAR BELAKANG KECELAKAAN KONSTRUKSI

02

BUSSINESS INTERUPTION

Keinginan untuk terhindar dari kerugian materi akibat kecelakaan

03

COMPLIANCE WITH LAW Memenuhi ketentuan hukum

04

COSTUMER SATISFACTION

Desakan dari pihak luar dan tuntutan masyarakat

(7)

SAFETY FIRST MIND SET

Menjamin setiap material & alat konstruksi di-gunakan dengan selamat, sehat, efisien, efektif

Menjamin proses konstruksi berjalan lancar

Melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dan orang lainnya di tempat kerja konstruksi (formal &

informal)

Menjamin dipenuhinya standar Keamanan,

Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam

perencanaan, perancangan dan pelaksanaan konstruksi

Menjamin bangunan dapat digunakan, dirawat dan dibongkar dengan selamat dan efisien

UTAMAKAN KESELAMATAN

SASARAN KESELAMATAN KONSTRUKSI

(8)

MENGENAL K3, SECARA UMUM

2

(9)

TUJUAN K3

Proses produksi lancar

OUTCOME:

01

02

03

Produktivitas meningkat

Kesejahteraan meningkat

REF. UU NO 1 TH 1970

• Melindungi Para Pekerja dan Orang Lain di Tempat Kerja

• Menjamin Setiap Sumber Produksi Dipakai Secara Aman dan Efisien

• Menjamin Proses Produksi Berjalan Lancar

(10)

Arti (Makna) Tanda Palang

Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

LAMBANG K3

Bentuk lambang berupa palang berwarna hijau dengan roda bergerigi sebelas dengan warna dasar putih

Arti (Makna) Roda Gigi

Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani.

Arti (Makna) Warna Putih Bersih dan suci.

Arti (Makna) Warna Hijau Selamat, sehat dan sejahtera.

Arti (Makna) 11 (sebelas) Gerigi Roda Sebelas Bab Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

(11)

PENDEKATAN K3

UTAMAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA

• Filosofi

• Hukum

• Kemanusiaan

• Ekonomi

• Keilmuan

(12)

PENDEKATAN K3 Filosofi

Upaya atau pemikiran dan

penerapannya yang ditujukan untuk

menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmaniah

maupun rohaniah tenaga kerja

pada khususnya dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budaya,

untuk meningkatkan kesejahteraan

KELANGSUNGAN PEMBANGUNAN.

(13)

PENDEKATAN K3

➢ UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

➢ UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

➢ PP No. 50/2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

➢ Permen PUPR No 21 Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen

Keselamatan Konstruksi

PENERAPAN K3, HARUS BERDASARKAN STANDAR

Peraturan Perundangan (Hukum) Code & Standar

➢ SNI 04-0225-2011, tentang Kelistrikan

➢ SNI 03-1735-2000, Tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

➢ SNI 03-1745-2000, Tentang tata cara

perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan selang untuk pencegahan

bahaya kebakaran pada bangunan atau gedung.

JIKA TIDAK DIPENUHI PERSYARATANNYA, AKAN MENIMBULKAN

BAHAYA, DAPAT MEMUNGKINKAN TIMBULNYA KECELAKAAN KERJA

(14)

PENDEKATAN K3

➢ UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

➢ UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

➢ PP No. 50/2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

➢ Permen PUPR No 21 Tahun 2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen

Keselamatan Konstruksi

Peraturan Perundangan (Hukum) Code & Standar

➢ SNI 04-0225-2011, tentang Kelistrikan

➢ SNI 03-1735-2000, Tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan akses lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

➢ SNI 03-1745-2000, Tentang tata cara

perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan selang untuk pencegahan

bahaya kebakaran pada bangunan atau gedung.

JIKA TIDAK DIPENUHI PERSYARATANNYA, AKAN MENIMBULKAN BAHAYA, DAPAT MEMUNGKINKAN TIMBULNYA KECELAKAAN KERJA

Cu/PVC/PVC/f 3 x 0,75mm 2

300/500 (NYMHY)

LMK 10A

250v

CONTOH, PENERAPAN K3, HARUS BERDASARKAN STANDAR

(15)

PENDEKATAN K3

Kemanusiaan • Kecelakaan menimbulkan penderitaan bagi si korban/

keluarganya

• K3 melindungi pekerja dan masyarakat

• K3 bagian dari HAM

(16)

PENDEKATAN K3 Ekonomi

• K3 mencegah kerugian

• Meningkatkan produktivitas

(17)

Ilmu pengetahuan secara sistematik, teknik manajerial, untuk

mengidentifikasi potensi bahaya,

mengevaluasi dan mengendalikan risiko akibat kecelakaan dan atau kejadian berbahaya dalam siklus pekerjaan atau proyek sampai pada tingkat yang

dapat diterima

“ACCIDENT PREVENTION”

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keilmuan

(18)

DEFINISI BAHAYA

3

(19)

19

PENGERTIAN BAHAYA

Bahaya (hazard) merupakan segala kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya, atau bahaya adalah sumber, situasi atau aktivitas/tindakan yang berpotensi menimbulkan cidera bagi manusia dapat berupa kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja atau kombinasi dari semuanya.

KONDISI BAHAYA

TINDAKAN BAHAYA

SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan

NOMOR : KEP. 84/BW/1998 TANGGAL : 8 APRIL 1998

Bahaya tidak dapat diukur bahkan tidak dapat bisa diperkirakan atau bahkan mungkin akan sulit sekali untuk dimanage. Akan tetapi hal yang perlu diingat ialah efek yang ditimbulkan dari bahaya tersebut sangat merugikan sehingga sudah sepatutnya kita berhati-hati dalam bertindak serta memperhatikan berbagai larangan yang sudah tertera.

(20)

10/20/2020

Undang No. 1 tahun 1970

(21)

JENIS BAHAYA KONSTRUKSI

Physical Hazard

Chemical Hazard

Electrical Hazard

01 02 03

Mechanical Hazard

04

05 06 07

Psychological Hazard

Biological Hazard

Ergonomic

Aman yaitu bebas dari

bahaya, bebas dari

gangguan, terlindung,

tidak mengandung risiko,

tidak merasa takut.

(22)

JENIS JENIS BAHAYA

JENIS JENIS BAHAYA KESEHATAN JENIS JENIS BAHAYA KESELAMATAN

Meliputi semua bahaya yang menciptakan kondisi kerja yang tidak selamat, karena terjadi kontak dengan energi tertentu. Misal:

1. Bahaya ketinggian (energi gravitasi)

2. Bahaya struktur ambruk (energi mekanika) 3. Bahaya kesetrum, meledak (energi listrik) 4. Bahaya benda bergerak (energy kinetik) 5. Bahaya tabrakan (energi kinetik)

6. Bahaya longsor (energi mekanik/gravitasi) 7. Bahaya kebakaran (energi panas)

8. Bahaya terdsandung (enegi kinetik) 9. Bahaya radiasi (energi radiasi)

10. Bahaya lainnya yang umumnya termasuk

dalam kategori bahaya fisik.

(23)

23

• Pengamanan tidak sempurna pada alat (tidak terdapat safety )

• D1 : Peralatan

• D2 : Peralatan/bahan yang tidak sesuai peruntukan

• D3 : Kecacatan, ketidaksempurnaan (kondisi tidak semestinya, misalnya: kasar, licin, tajam, timpang, aus, retak, rapuh, dan lain-lain).

• D4 : Pengaturan prosedur yang tidak aman (misalnya:

penyimpanan, peletakan yang tidak aman, di luar batas kemampuan, pembebanan lebih, faktor psikososial, dan lain-lain).

• D5 : Penerapan tidak sempurna (kurang cahaya, silau, dan lain-lain).

• D6 : Ventilasi tidak sempurna (pergantian udara segar yang kurang,).

SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan NOMOR : KEP. 84/BW/1998 TANGGAL : 8 APRIL 1998

Sebagai lampiran dari Permenaker No: 03/MEN/1998, tentang Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja

KONDISI YANG BERBAHAYA

• D7 : Iklim kerja yang tidak aman (suhu udara yang terlalu tinggi, kelembaban udara yang berbahaya, faktor biologi, dan lain-lain).

• D8 : Tekanan udara yang tidak aman (tekanan udara yang tinggi dll).

• D9 : Getaran yang berbahaya (getaran frekuensi rendah, dan lain-lain).

• D10 : Bising (suara yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas).

• D11 : Pakaian, kelengkapan yang tidak aman (APD tidak sesuai standar).

• D12 : Kejadian berbahaya lainnya (bergerak atau berputar terlalu lambat, peluncuran benda, ketel/tangki melendung, konstruksi retak, korosi, dan lain-lain).

(24)

24

SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan NOMOR : KEP. 84/BW/1998 TANGGAL : 8 APRIL 1998

Sebagai lampiran dari Permenaker No: 03/MEN/1998, tentang Tatacara Pelaporan Kecelakaan Kerja

TINDAKAN YANG BERBAHAYA

• E1 : Melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa memberi tanda/peringatan.

• E2 : Bekerja dengan kecepatan berbahaya.

• E3 : Membuat alat pengaman tidak berfungsi (melepaskan, mengubah, dan lain-lain).

• E4 : Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.

• E5 : Memuat, membongkar, menempatkan,

mencampur, menggabungkan dan sebagainya dengan tidak aman (proses produksi).

• E6 : Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman (ergonomi).

• E7 : Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya ( misalnya membersihkan, mengatur, memberi

pelumas, dan lain-lain).

• E8 : Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/dakar, mengagetkan, dan lain-lain).

• E9 : Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.

• E10 : Lain-lain.

(25)

Kesehatan adalah kondisi fisik, mental, dan

sosial yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan.

Keselamatan adalah kondisi terlindung dari bahaya, risiko, atau cedera atau kerugian

Unsafe Condition & Unsafe Action

Unsafe Condition

adalah kondisi pekerjaan yang belum terlindung dari bahaya, risiko dan kerugian

Unsafe Action

adalah perilaku atau sikap dari pekerja atau orang di tempat kerja yang tidak mematuhi/ tidak sesuai

dengan persyaratan, prosedur standar keselamatan

dan kesehatan kerja

(26)

SUMBER BAHAYA KONSTRUKSI

ORANG/ TENAGA KERJA

ALAT BAHAN

(MATERIAL)

01 02 03

LINGKUNGAN / LOKASI

04 05

METODA KERJA (CARA) /

PROSEDUR

(27)

27

1. Penggunaan Peralatan, Ringan dan Berat, Peralaran Kerja dan Perkakas (tools), Alat Transportasi yang tidak sesuai spesifikasi, dsbnya

2. Penggunaan Teknologi, Pemilihan Metode Kerja, prosedur kerja / tata cara kerja yang tidak tepat,

3. Lingkungan Kerja yang tidak aman, 4. Pemilihan material (bahan)

5. Pekerja (orang) yang tidak memiliki kompetensi

Faktor-factor yang mempengaruhi- Kecelakaan

Baha ya – Baha ya K ons truk si K ecelak aa n (Ring an , Ber at, Fa tal) MANA JEME N PENGEL OLAAN K3?? ?

LAK UKA N IDENTI FIKA SI B AHA YA

(28)

KONSEP

KESELAMATAN KONSTRUKSI

4

(29)

“ SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI ”

Keselamatan

Keteknikan Konstruksi

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan

Keselamatan Lingkungan Keselamatan &

Kesehatan Kerja Keselamatan Publik

Kecelakaan Teknis

Konstruksi Kecelakaan Kerja &

Penyakit akibat Kerja Pencemaran Lingkungan dan Kecelakaan Masyarakat

Hazzard Identification, Risk Assesment, and Opportunity (HIRAO), Metode Kerja/

Prosedur Kerja, Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Method Statement), Job Safety Analysis (JSA)

Bangunan/aset konstruksi

Peralatan, material

Tenaga kerja konstruksi

Pemasok, Tamu, subpenyedia

Lingkungan kerja

Lingkungan terdampak proyek

Masyarakat sekitar proyek

Standar

Objek yang Diselamatkan

Pencegahan Terhadap

Alat

Pencegahan

Mutu K3

(30)

“ S afe Project Execution ”

Uraian Kerja Jenis

Pekerjaan Prosedur

kerja Pelaks.

pekerjaan

Syarat K3

onsep Keselamatan

Konstruksi

Inspeksi K3

AMAN

Identifikasi Hazard

Ref: UU, Peraturan, Standar

KONSEP KESELAMATAN KONSTRUKSI

Konsep K3

(31)

5 ELEMEN KESELAMATAN KONSTRUKSI

KEPEMIMPINAN DAN PARTISIPASI PEKERJA DALAM KESELAMATAN KONSTRUKSI

a. Kepedulian Pimpinan Terhadap Isu Eksternal dan Internal

b. Komitmen Keselamatan Konstruksi

STEP 1

DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI a. Sumber Daya

b. Kompetensi c. Kepedulian d. Komunikasi

e. Informasi Terdokumentasi

STEP 3

EVALUASI KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI a. Pemantauan dan Evaluasi

b. Tinjauan Manajemen

c. Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi

STEP 5

PERENCANAAN KESELAMATAN KONSTRUKSI

a. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Pengendalian dan Peluang

b. Rencana Tindakan (Sasaran dan Program) c. Standar dan Peraturan Perundangan

STEP 2

OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI a. Perencanaan Keselamatan Konstruksi b. Pengendalian Operasi

c. Kesiapan dan Tanggapan Terhadap Kondisi Darurat

STEP 4

(32)

KONSEP K3 DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

PEMAKAIAN

ASPEK TENAGA KERJA & K3 ASPEK

TEKNIS

MEWUJUDKAN BANGUNAN / INFRASTRUKTUR

ASPEK

TEKNIS

(33)

ASPEK TENAGA KERJA & K3 ASPEK

TEKNIS

(34)

Penerapan K3

dalam tahapan pekerjaan konstruksi

K3 Tahap Perencanaan / Manajemen a. Safety Plan / Rencana K3

b. HIRADC/ Identifikasi & Pengendalian Potensi Bahaya c. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pekerjaan

d. Kompetensi K3 Personil/ Pekerja e. Jaminan Sosial bagi tenaga kerja f. dsb

K3 Tahap Pelaksanaan / Operasional a. Pekerjaan tanah/ galian;

b. Pekerjaan pondasi/ struktur bawah;

c. Pekerjaan struktur (pembesian & pengecoran);

d. Pekerjaan finishing e. dsb …

K3 Alat Kerja / Alat Bantu Pekerjaan Konstruksi a. Pesawat Angkat & Angkut

b. Perancah/ Scaffolding

IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA /

HAZARD

BERBASIS RISIKO YANG

HARUS DIKENDALIKAN BERDASARKAN

STANDAR

(35)

UU

NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG

KESELAMATAN KERJA

STANDAR

35

PERMENAKERTRANS NO.1 TAHUN 1980 TENTANG K3 PADA KONSTRUKSI BANGUNAN

SKB MENAKER DAN MENTERI PU

No. 174/MEN/1986 DAN No. 104/KPTS/1986 TENTANG K3 PADA TEMPAT KEGIATAN KONSTRUKSI

STANDAR STANDAR TEKNIS TERKAIT (MISAL ; SNI, JIS, BS, AS, ASTM, ANSI)

1. PERATURAN/ REGULASI K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI

2. STANDAR NASIONAL, STANDAR INTERNASIONAL

(36)

DEFINISI

KECELAKAAN KONSTRUKSI

5

(37)

TEORI KECELAKAAN

01

02

03

ACCIDENT PRONENESS THEORY

Terdapat orang tertentu yang dari bawaan pribadinya lebih rawan kecelakaan dibandingkan orang lain

GOALS FREEDOM ALERTNESS THEORY

Pekerja yangg diberi kebebasan untuk menetapkan target kerjanya sendiri akan menghasilkan hasil kerja yang lebih berkualitas dan berperilaku lebih aman.

ADJUSTMENT STRESS THEORY

Terdapat faktor negatif dalam lingkungan kerja, baik internal maupun eksternal.

(38)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN KONSTRUKSI

Kelalaian pelaksana dan lemahnya pengawasan.

Tidak dilibatkannya tenaga ahli/tenaga terampil di bidang konstruksi maupun ahli K3 Konstruksi dalam pelaksanaan konstruksi.

Penerapan SMKK tidak dilaksanakan secara konsisten.

Melanggar ketentuan yang berkaitan dengan Keselamatan Konstruksi.

01 02 03 04

(39)

Suatu keadaan/kondisi apabila pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan (accident)

Incident

Kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga/tiba-tiba yang dapat menimbulkan korban manusia, harta benda, dan lingkungan

Accident

ACCIDENT DAN INCIDENT

(40)

LACK OF CONTROL

BASIC CAUSES

IMMEDIATE

CAUSES INCIDENT LOSS

LEMAH PENGENDALIAN/

PENGAWASAN

1. PROGRAM TAK SESUAI 2. STANDAR TAK COCOK 3. TAK PATUH STANDAR

SEBAB-SEBAB DASAR 1. FAKTOR PERSONAL 2. FAKTOR PEKERJAAN

SEBAB LANGSUNG 1. TINDAKAN TAK AMAN 2. KONDISI TAK AMAN

KONTAK DENGAN ENERGI ATAU BAHAN

KERUGIAN 1. MANUSIA 2. HARTA BENDA 3. PROSES KERJA 4. LINGKUNGAN 5. MASYARAKAT

KECELAKAAN

ADALAH AKIBAT DARI RANGKAIAN SEBAB- AKIBAT (DOMINO EFFECTS)

PENYEBAB KECELAKAAN DAN

AKIBAT KERUGIANNYA

(41)

C. TYPE KECELAKAAN

C1 : Terbentur (pada umumnya menunjukan kontak atau persinggungan dengan benda tajam atau benda keras yang mengakibatkan tergores, terpotong, tertusuk, dan lain-lain).

C2 : Terpukul (pada umumnya karena yang jatuh, meluncur, melayang, bergerak, dan lain-lain).

C3 : Tertangkap pada, dalam dan diantara benda (terjepit, tergigit, tertimbun, tenggelam, dan lain-lain).

C4 : Jatuh dari ketinggian yang sama.

C5 : Jatuh dari ketinggian yang berbeda.

C6 : Tergelincir.

C7 : Terpapar (pada umumnya berhubungan dengan temperatur, tekanan udara, getaran, radiasi, suara, cahaya, dan lain-lain).

C8 : Penghisapan, penyerapan (menunjukan proses masuknya bahan atau zat berbahaya ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan ataupun kulit dan yang pada umumnya berakibat sesak nafas, keracunan, mati lemas, dan lain-lain).

C9 : Tersentuh aliran listrik.

C10 : Dan lain-lain.

(42)

KOMUNIKASI

KESELAMATAN KONSTRUKSI

6

(43)

A2K4-Indonesia Anas ZainiZ. Iksan 43

Unsur Terkait dalam Proyek Konstruksi

Proyek Konstruksi

Pemilik Proyek

Kontraktor

Sub Kontraktor

Pekerja Proyek Pekerja Subkon

Pemasok dll Instansi Teknis

Masyarakat

(44)

KOMUNIKASI TERHADAP SEMUA ELEMEN PROGRAM K3 PROYEK

Investigasi

Audit Kebijakan Adm/Pros

Emergency Limbah

Lingkungan

Transport Safety

Contractor

Safety Equipment Insp.

Project Safety

Safety Inspection

Pembinaan

Safe Work Practices Ijin

Kerja

Safety Comittee

Safety Promotion Identifikasi

Elemen Program

(45)

UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

1. Menjelaskan dan menunjukkan pada tenaga kerja baru :

Kondisi dan bahaya di tempat kerja

Semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan Menyediakan APD

Menjelaskan cara dan sikap bekerja aman

2 Mempekerjakan setelah yakin memahami K3 3 Melakukan pembinaan

pencegahan kecelakaan pemberantasan kebakaran peningkatan K3

pemberiaan PK3

4 Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3

10/20/2020 Undang - Undang No. 1 tahun 1970

Pasal 9 Pembinaan

(46)

Memahami Induksi Keselamatan Konstruksi

“ “

Pengertian Induksi Keselamatan Konstruksi adalah

penjelasan dan pengarahan tentang keselamatan

kosntruksi, yang berkaitan dengan potensi bahaya

kecelakaan terhadap akibat struktur konstruksi,

keselamatan public, keselamatan tenaga kerja,

kesehatan kerja, dan keselamatan lingkungan,

termasuk pengendalian bahaya, tanggap darurat,

dan cara-cara yang tepat

(47)

Prinsip Keselamatan Konstruksi

Zero :

▪ Mutu : Zero Defect

▪ K3 : Zero accident

Mutu SMKK

K3

(48)

A2K4-Indonesia Anas ZainiZ. Iksan 48

• LINGKUP PEKERJAAN KONSTRUKSI LAINNYA :

• Pekerjaan konstruksi ini sangat banyak ragam dan jenisnya, diantaranya contohnya :

– .Pekerjaan persiapan, (pembersihan, land clearing, cut & fill)

– Pekerjaan tanah, bawah tanah, termasuk galian, timbunan dan trowongan.

– Pekerjaan struktur bawah, struktur atas, dan lain-lainnya – .Pekerjaan bawah air

– .Pekerjaan pemindahan, pengangkutan, transportasi dan pengangkatan material

– .Pekerjaan timbunan, pemadatan dan pengaspalan.

– . Pekerjaan pemeliharaan yang menggunakan peralatan bantu, mesin perkakas, dan mesin pembangkit tenaga lainnya, dan peralatan pompa

– .Pekerjaan Drilling & Grouting, – Pekerjaan Arsitektur

– Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal

PEMAHAMAN TERHADAP PERSYARATAN

TEKNIS ATAS STANDAR & KODE-

KODE

DAN PERATURAN

PERUNDANGAN

(49)

A2K4-Indonesia Anas ZainiZ. Iksan 49

Persyaratan Umum K3 Konstruksi :

next previous

1. Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan 2. Kesehatan Lingkungan

3. APD_Alat Pelindung Diri (PPE_Personal Protective Equipment)

4. Proteksi Kebakaran dan Pencegahan 5. Tanda-tanda, Sinyal, dan Barikade

6. Materials Handling, Penyimpanan (Storage), Penggunaan, dan Pembuangan

7. Pengelasan dan Pemotongan 8. Perlindungan Jatuh

9. Proteksi Area Kerja konstruksi

(50)

A2K4-Indonesia Anas ZainiZ. Iksan 50

• SNI (Standar Nasional Indonesia

• ANSI (American National Standards Institute) / ASME (American Society of Mechanical Engineer)

• BSI (British Standard Institute)

• JIS (Japanese Industrial Standard

• ISO (International Organization for Standardization

• DIN (Deutsches Institute fur Normunge)

STANDAR DAN KODE-KODE

(STANDARD & CODES)

(51)

A2K4-Indonesia Anas ZainiZ. Iksan 51

PERATURAN DAN PERUNDANGAN K3

1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan kerja

2. PP 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3).

3. Permen PU No.05/PRT/M/2014, tentang Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1987 tentang Tata cara Pembentukan P2K3 dan

Pengangkatan Ahli K3.

5. SKB Dirjen Hubla dan Binawas No. PP.72/3/9-99, No. KEP.507/BW/1999

Umum

(52)

A2K4-Indonesia Anas ZainiZ. Iksan 52

Peraturan Perundangan

K3 Bidang Konstruksi Bangunan

❑ UU No 02/2017 ttg JASA KONSTRUKSI

❑ UU No. 28/2002, Tentang Bangunan Gedung

❑ PP NO. 29 TAHUN 2000, Tentang Penyelenggaraan Jasa Pasal 17 ayat 1 dan Pasal 30

❑ PP 30 Tahun 2000 tentang Pembinaan

Penyelenggaraan jasa Konstruksi, Pasal 6 ayat (4).3

❑ KEPPRES NO. 80 TAHUN 2003 :PASAL 29 AYAT (1).

❑ SURAT EDARAN MENTERI KIMPRASWIL NO. UM 03.05- Mn/426 TGL 24 AGUSTUS 2004 PERIHAL

PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA PADA PELAKSANAAN KEGIATAN KONSTRUKSI

❑ SURAT EDARAN MENTERI PU NOMOR 02/SE/M/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

UNTUK INSTANSI PEMERINTAH YANG

MEMPERSYARATKAN PENYEDIA JASA KUALIFIKASI BESAR WAJIB MEMILIKI SERTIFIKAT SMK3

❑ Permen PU no. 31/PRT/M/2015, Pengadaan barang dan Jasa (Buku Standar PK –01 HS, bab X1.)

Umum

(53)

A2K4-Indonesia Anas ZainiZ. Iksan 53

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. PER. 01/MEN/1980

TENTANG K3 KONSTRUKSI BANGUNAN SKB MENAKER DAN MEN. P U No.

174 / 1986 DAN No. 104/KPTS/1986 TENTANG K3 PADA TEMPAT KEGIATAN

KONSTRUKSI BESERTA PEDOMAN PELAKSANAAN K3 PADA TEMPAT KEGIATAN KONSTRUSKSI

DASAR HUKUM

TEKNIS

(54)

Memahami Induksi Keselamatan Konstruksi

Pengertian Induksi K3 adalah penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang berkaitan dengan potensi bahaya, pengendalian bahaya, tanggap darurat, dan cara-cara penyelamatan pada kegiatan.

“ “

(55)

INDUKSI K3

55

INDUKSI UMUM

Penjelasan dan pengarahan tentang K3 secara singkat

yang diberikan khusus untuk tamu atau pengunjung Penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat umum,

yang diberikan kepada karyawan baru atau karyawan yang kembali setelah 6 bulan atau lebih meninggalkan kegiatan .

Penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang bersifat khusus/spesifik yang diberikan

kepada karyawan baru yang telah mengikuti lnduksi umum dan karyawan mutasi/ pindahan

dalam perusahaan yang sama.

(56)

TATA CARA INDUKSI K3

56

Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a

Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus diberikan pada karyawan dan tamu

b

Induksi harus dilakukan di ruangan khusus.

c

Bahan/materi induksi harus tersedia dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah peserta dan jenis induksi.

d

Alat bantu untuk mempermudah dan memperjelas penyampaian materi induksi harus disesuaikan dengan jenis dan kondisi yang ada di lokasi.

e

Setiap peserta induksi harus mengisi daftar hadir dan daftar periksa.

f

Daftar periksa yang telah ditandatangani peserta dan penyaji induksi diarsipkan oleh bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

g

Hasil induksi didokumentasikan oleh perusahaan.

h

Jenis induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah induksi umum, induksi lokal, induksi tamu, dan induksi ulang.

(57)

INDUKSI UMUM

a) Induksi harus diberikan kepada karyawan baru yang akan melakukan pekerjaan di perusahaan.

b) Induksi dilakukan oleh orang yang berkompeten yang diberi wewenang oleh perusahaan.

c) Topik materi induksi harus dimasukkan dalam suatu daftar periksa dan akan menjadi acuan bagi pelaksana induksi. Topik tersebut sekurang-kurangnya mencakup:

1. Hak dan kewajiban karyawan dan pengusaha dalam hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja berdasarkan peraturan yang berlaku.

2. Kebijakan dan sistem manajemen K3 perusahaan.

3. Peraturan umum Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan.

4. Prestasi K3 dan pengalaman kegagalan sistem K3 (Kecelakaan).

5. Gambaran umum kegiatan perusahaan dan struktur organisasi perusahaan.

6. Prosedur penanganan gawat darurat, nomor telepon, komunikasi saluran radio,

7. Prosedur evakuasi dan tempat berkumpul bila ada kebakaran dan atau keadaan darurat.

8. Denah lokasi proyek dan Pusat Pertolongan Pertama Kecelakaan (P3K), Induksi diakhiri dengan evaluasi tertulis dan diberikan kartu identitas karyawan. Peserta dan penyaji induksi menandatangani daftar periksa.

(58)

INDUKSI TAMU

a) Induksi dilakukan saat tamu akan masuk ke daerah kerja.

b) Induksi untuk tamu diberikan oleh pegawai K3 atau petugas lain yang ditunjuk, Topik/materi induksi dimasukan dalam suatu brosur yang disediakan khusus untuk petunjuk tamu, mencakup

1. Gambaran umum proyek.

2. Kebijakan perusahaan dan proyek tentang K3.

3. Kewajiban tamu selama berada di lingkungan proyek.

4. Tempat berkumpul bila ada kebakaran dan fasilitas lainnya

Para tamu tersebut selalu didampingi oleh pengawas daerah kerja atau orang yang ditunjuknya bila tamu tersebut hendak ke lapangan.

Tamu yang sudah mendapat induksi diberikan tanda pengenal tamulvisitor.

(59)

Tujuan

1. Penjelasan informasi K3 secara periodik keseluruh tingkatan pekerja.

2. Semua potensi sumber bahaya dan penyakit yang berada pada lingkungan pekerjaan di identifikasi dan diantisipasi

3. Meningkatkan pemeliharaan-pembiasaan Kondisi K3 yang aman, sikap dan perilaku kerja bermutu dan

effisien serta konsisten.

SAFETY MORNING TALK

(60)

1. SIKLUS HARIAN K3 (Daily Safety Work Cycle) adalah:

- Suatu kegiatan yang dilakukan setiap pagi hari yang mendiskusikan masalah K3 dengan pekerja, sebagai persiapan pelaksanaan pekerjaan.

- Dilakukan oleh kelompok kescil pekerja yang menangani pekerjaan sejenis - Dipimpin langsung oleh kepala group.

SIKLUS K3

Daily Safety Work Cycle

Site clean up Final Check

10 mnt safety

talkle

Inspection prior to start

of work

Patrol guidance, and

supervision

(61)

NO. URAIAN WAKTU PELAKSAN

AAN KETERLIBATAN TEMPAT DILAKSA

NAKAN MATERI

1. 10 Mnt Safet y Talk Meetin g

a. Setiap hari kerja b. 08.00 –08.10

a. Semua pekerja

b. Pekerja kontraktor utama d an sub kontraktor

c. Dipimpin oleh pemimpin Gr up Kerja

a. Di tempat terbuka di site

a. Meng-absen pekerja & pemeriksaan kesehatan secara visual

b. Senam pagi

c. Pengumuman info yg bersifat umu m

d. Pelatihan praktis

e. Bukti kegiatan: daftar hadir, risalah, dll.

2. Inspection Pr ior to Strart o f Work

a.Setiap hari kerja b.08.10 –08.25, 15 m

enit

c.Sebelum menggu-na kanperalatan

a. Setiap grup kerja

b. Pekerja kontraktor utama dan sub kontraktor c. Dipimpin oleh pemimpin

Grup Kerja

a. Di tempat pera-lat an diparkir/ dileta kkan

a. Pemeriksaan kesiapan alat

b. Bukti kegiatan: daftar hadir, risalah, dll.

3. Patrol Guida nce & Superv ision

a.Setiap hari kerja b.08.25 –16.30

a. Safety supervisor a. Seluruh areal proy ek

a. Pemeriksaan pelaksanaan pekerja an

b. Bukti kegiatan: daftar hadir, risalah, dll.

4.

5.

Site Check

Final Check

a.Setiap hari kerja b.16.3016.45, 15 m

enit

a. Setiap hari kerja b. 16.4517.00, 15 m

enit

a. Setiap hari kerja

b. Pekerja kontraktor utama dan sub kontraktor c. Dipimpin oleh pemimpin

Grup Kerja

a. Kepala grup kerja

b. Pekerja kontraktor utama dan sub kontraktor

a. Tempat kerja

a. Tempat kerja

a. Pembersihan tempat kerja dan alat kerja dari kotoran

b. Bukti kegiatan: daftar hadir, risalah, dll.

c. Pemeriksaan hasil site Clean Up d. Bukti kegiatan: daftar hadir, risalah,

dll

Siklus Harian K3 (Daily Safety Work Cycle)

(62)

Pertemuan Kelompok Pekerja K3

(Tool Box Meeting)

1. Mengadakan penjelasan informasi K3 L harian / mingguan (tergantung kondisi dilapangan). Melalui Pertemuan Kelompok Kecil Pekerja semua potensi sumber bahaya yang berada dibawah pekerjaan pekerja tersebut di identifikasi.

2. Meningkatkan pemeliharaan Kondisi K3 L yang aman, sikap dan perilaku kerja bermutu dan effisien.

TUJUAN:

(63)

No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan

1 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L:

Pertemuan Kelompok Pekerja dapat dilaksanakan kapan saja (sewaktu-waktu) dengan durasi waktu pertemuan cukup pendek, berkisar 10 s/d 15 menit atau lebih, dan tempat pelaksanaannya dimana saja di lokasi tempat kerja (lapangan).

Dipimpin oleh Kepala Regu (Mandor yang sudah dilatih)

Anggota pertemuan kelompok pekerja adalah kelompok pekerja yang terlibat dalam proses

pekerjaan secara langsung dilapangan Pertemuan Kelompok Pekerja harus dilaksanakan

minimal 1 kali dalam 1 minggu, yang lebih utama, dapat dilaksanakan setiap hari.

Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja dilaksanakan dengan teliti / akurat, sederhana sejalan dengan aktifitas harian, semua peringatan K3 L harus di tekankan dalam pelaksanaan pekerjaan ke semua tingkatan pekerja, semua masalah diatas barus berbasis identifikasi potensi sumber bahaya.

Pertemuan Kelompok Pekerja K3

(Tool Box Meeting)

(64)

No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan

2 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L:

Semua permasalahan K3 L mencakup proses kerja, metode kerja dan progress K3 L, atau hasil pertemuan pagi K3 L didiskusikan atau dibicarakan di Pertemuan Kelompok Pekerja.

Dipimpin oleh Kepala Regu (Mandor yang sudah dilatih)

Anggota pertemuan kelompok pekerja adalah kelompok pekerja yang terlibat dalam proses

pekerjaan secara langsung dilapangan Semua supervisor harus membantu menetapkan

topik-topik keselamatan yang berbasis identifikasi potensi sumber bahaya dalam lingkaran kegiatannya dan / atau terhadap kejadian / peristiwa yang cenderung mengarah ke kondisi kecelakaan kerja dan / atau telah terjadi kecelakaan kerja, sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakannya

Pertemuan Kelompok Pekerja K3

(Tool Box Meeting)

(65)

No Uraian aktivitas Penanggung jawab Keterangan

3 Pelaksanaan Pertemuan Kelompok Pekerja K3 L:

1) Topik Pertemuan Kelompok Pekerja, dapat berupa : Penjelasan kondisi yang berbahaya dari setiap pekerjaan.

2) Penyimpangan keadaan yang ditemukan saat inspeksi K3 L.

3) Insiden / Kecelakaan dan dijelaskan maksud dan tujuan pencegahannya.

4) Instruksi dan informasi dari Kepala Proyek, Komite K3L dan Pemberi Pekerjaan).

5) Peraturan dan ketetapan perundang-undangan.

Dipimpin oleh Kepala Regu (Mandor yang sudah dilatih)

Anggota pertemuan kelompok pekerja adalah kelompok pekerja yang terlibat dalam proses

pekerjaan secara langsung dilapangan

Pertemuan Kelompok Pekerja K3

(Tool Box Meeting)

(66)

2. SIKLUS MINGGUAN K3 (Weekly Safety Work Cycle):

❑ Siklus aktifitas safety yg dilakukan secara periodik setiap akhir minggu

❑ Bertujuan:

❑ a. Evaluasi oleh manajemen proyek terhadap grup-grup kerja.

❑ b. Penyampaian informasi-2 dari manajemen proyek kepada grup-2 kerja.

❑ c. Adanya interaksi grup kerja

lainnnya, sehingga terjadi experience exchanges.

SIKLUS K3

Kegiatan K3 pada suatu proyek konstruksi tidak akan berjalan lancar tanpa adanya pe- laksanaan, pengawasan dan pengendalian, yang meliputi kegiatan: Safety patrol, safety meeting dan pelaporan penanganan kecelakaan.

(67)

N

O. URAIAN WAKTU PEL

AKSANAAN KETERLIBATAN

TEMPAT DI LAKSANA

KAN

MATERI

1. Weekly Meeting

a.Setiap hari S abtu

b.10.30 – 11.3 0, 60 menit

a.Kontraktor Utama a.1. Site Manager a.2. Supervisor a.3. Safety Superv isor

b. Kontraktor Utama b.1. Foreman c. Dipimpin oleh: Sit

e Manager

a. Di kantor Kontraktor Utama

a.Pemantauan kebersiha n, 30 menit sebelum m eeting

b. Materi meeting:

b.1. Evaluasi pelaksa naan Daily

Meeting

b.2. Kompiling data d aily meting

c. Bukti kegiatan: daftar hadir, risalah, dll.

Siklus Mingguan K3 (Weekly Safety Work Cycle)

(68)

3. SIKLUS BULANAN K3 (Monthly Safety Work Cycle):

❑ Siklus aktifitas safety yg dilakukan secara periodik setiap akhir bulan.

❑ Bertujuan:

a. Evaluasi oleh manajemen proyek thdp pelaksanaan proyek selama 1 bulan

b. Penyampaian informasi-2 dari

manajemen proyek kepada personil kunci proyek.

c. Penentuan program-program yang bersifat strategis.

SIKLUS K3

Kegiatan K3 pada suatu proyek konstruksi tidak akan berjalan lancar tanpa adanya pe-laksanaan, pengawasan dan pengendalian, yang meliputi kegiatan: Safety patrol, safety meeting dan pelaporan penanganan kecelakaan.

(69)

N

O. URAIAN WAKTU PEL

AKSANAAN KETERLIBATAN TEMPAT

DILAKSANAKAN MATERI

1. Monthly Meeting

a.Setiap hari S abtu pada minggu terak hir

b.13.00 – 15.0 0, 120 menit

a.Kontraktor Utama a.1. Project Man ager

a.2. Safety Coor dinator

a.3. Construction Manager

a.4. Site Mnager a.5. Safety Supe rvisor

b. Dipimpin oleh Pr oject Manager.

a. Di kantor Kontrak tor Utama

a.Evaluasi pelaksana an weekly meeting b.Compiling data of

Daily Meeting and Weekly Meeting c.Penyusunan

laporan kepada P2K3

d.Informasi lainnya e.Bukti kegiatan:

daftar hadir, risalah, dll

Siklus Bulanan K3 (Monthly Safety Work Cycle)

(70)

PENYEBARAN KOMUNIKASI

KESELAMATAN KONSTRUKSI

LAINNYA

(71)

CONTOH PENYEBARAN KOMUNIKASI

KESELAMATAN KONSTRUKSI MELALUI MADING

(72)

APD & APK

7

(73)

Adalah setiap sarana pelindung bagi diri pekerja yang wajib digunakan untuk melindungi tubuh dari paparan bahaya secara langsung ketika melakukan pekerjaan, antara lain:

a. Topi pelindung kepala (helmet),

b. Pelindung mata spectacles/googles, c. Pelindung mulut dan hidung (masker), d. Pelindung telinga (ear plugs),

e. Pelindung/sarung tangan (safety gloves),

f. Selempang penahan tubuh (fullbody harness), g. Sepatu pelindung kaki (safety shoes),

h. Rompi keselamatan, i. Dll.

Pelindung Telinga

Full body harness Masker

Rompi

Sarung Tangan Helmet

Pelindung Mata

Celana Kerja

Sepatu keselamatan

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)

Adalah semua sarana pelindung bagi para pekerja terhadap paparan bahaya ketika melakukan pekerjaan, yaitu membuat kondisi selamat ( Safe Condition ) untuk bekerja, antara lain:

a. Pagar pelindung tapi di ketinggian;

b. Pagar pelindung tepi tangga naik-turun;

c. Safety barrier, concrete barrier ;

d. Safety net, falling object protection ; e. Safety life lines ;

f. Railing jembatan kerja;

g. Dll.

ALAT PELINDUNG KERJA (APK)

PENERAPAN K3 PADA ALAT PERLENGKAPAN

KERJA DALAM PEKERJAAN KONSTRUKSI

(80)

PERALATAN

KERJA

(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)

Penggunaan Safety Belt

104

(105)

105

(106)
(107)

PEMASANGAN BEKISTING

(108)

K3 Pekerjaan Galian/ Tanah

(109)

Potensi Bahaya/Hazard Pekerjaan Galian/ Tanah

Apa potensi bahayanya ?

(110)

Fakta/ Unsafe Condition

Dinding penahan tanah galian tidak rapat

Potensi Bahaya Longsor, Tertimbun

Analisis Dasar Hukum

Permenaker No 1/1980 pasal 67 (2)

Saran

Rekomendasi

Pekerjaan galian harus diberi

pengaman penunjang yang kuat untuk menjamin keselamatan orang yang bekerja

(111)

Potensi Bahaya /Hazard

Pekerjaan

Diaphragm Wall

??????

(112)

Potensi Bahaya /Hazard

Pekerjaan Galian

Terperosok ke dalam galian

(113)

Fakta/ Unsafe Condition

Lubang terbuka, pagar pengaman tidak sesuai Potensi Bahaya Terjatuh, terperosok

Analisis Dasar Hukum

Permenaker No 1/1980 pasal 8

Saran

Rekomendasi

Lubang terbuka harus di beri

pagar atau tutup pengaman yang kuat.

(114)

Potensi Bahaya Pekerjaan Struktur (Bekisting)

Apa potensi bahaya?

(115)

Potensi Bahaya Pekerjaan Struktur (Bekisting)

Papan bekisting roboh????

(116)

Potensi Bahaya Pekerjaan Struktur (Bekisting)

Jatuh dari ketinggian ?????

(117)

Potensi Bahaya Pekerjaan Struktur (Bekisting)

Bekisting lepas karena tidak mampu menahan beban ????

(118)

Potensi Bahaya Pekerjaan Struktur (Pembesian)

Apa potensi bahayanya?

(119)

Potensi Bahaya Pekerjaan Struktur (Pembesian)

1. Tergores dan tertusuk besi

(120)

Potensi Bahaya Pekerjaan Pembesian

1. Tergores dan tertusuk besi

Potensi Bahaya Pekerjaan Struktur (Pembesian)

2. Tertimpa, terjepit

(121)

Potensi Bahaya/ Hazard

Pekerjaan Struktur (Pembesian)

3. Jatuh dari ketinggian

(122)

122

Potensi Bahaya Alat Kerja (Perancah)

Apa potensi bahayanya?

SKB Menaker & Men.PU No 174 & 104 Tahun 1986 Pasal 2.7.17 Tempat kerja yang tinggi harus dilengkapi dengan jalan masuk dan keluar, misalnya tangga.

Pasal 3.2.1 Semua perancah dimana tenaga kerja

berada harus dilengkapi dengan platform untuk

bekerja.

(123)
(124)

124

Potensi Bahaya Alat Penunjang (Safety Net)

Apa potensi bahayanya?

• Pasal 2.6.1.

Bila perlu untuk mencegah bahaya, jaring/jala (alat penampung yang cukup kuat) harus disediakan atau pencegahan lain yang

effektif harus dilakukan untuk menjaga agar tenaga kerjaterhindar dari

kejatuhan benda.

(125)

Potensi Bahaya Alat Penunjang (Guard Rail)

Apa potensi bahayanya?

(126)

2.7.1 Semua terali pengaman dan pagar pengaman untuk memagar lantai yang terbuka, dinding yang terbuka gang tempat kerja yang ditinggikandan tempat tempat lainnya; untuk mencegah orang jatuh,

harus

;

a). Terbuat dari bahan dan konstruksi yang baik dan kuat.

b). Antara 1 m dan 1,5 m di atas lantai peralatan (platform)

c). Terdiri dari :

I. Dua rel, 2 tali atau 2 rantai II. Tiang penyangga

III. Pinggir pengaman (toe board) untuk mencegah orang terpeleset atau benda-benda yang jatuh 2.7. PERLINDUNGAN AGAR ORANG TIDAK JATUH/

GUARD RAIL AND TOE BOARDS

(127)
(128)
(129)

Pasal 8, Permenaker No.1 tahun 1980

Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang- lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat

(130)

Pasal 8, Permenaker No.1 tahun 1980

Semua peralatan sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang di lantai yang terbuka, atap-atap atau panggung yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian-galian dan lubang- lubang yang dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat

(131)

SKB Menaker & Men PU

2.4.2. Semua paku-paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

(132)

10/20/2020 132

(133)

Identifikasi dan Pengendalian Potensi Bahaya Di Tempat Kerja

1. Pemantauan Kondisi Tidak Aman.

2.Pemantauan Tindakan Tidak Aman.

Pembinaan dan Pengawasan

1. Pelatihan dan Pendidikan.

2.Konseling & Konsultasi.

3.Pengembangan Sumber Daya.

Dukungan Sistem Manajemen

1. Adanya Prosedur dan Aturan K3.

2.Tersedianya Sarana dan Prasarana K3.

3.Penghargaan dan Sanksi.

UPAYA MENCEGAH KECELAKAAN KERJA

DI TEMPAT KERJA

(134)

TUGAS IDENTIFIKASI & PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA KONSTRUKSI

KASUS 1

Lakukan identifikasi sumber

bahaya, berikan rekomendasi apa saja yang perlu dilakukan dalam proses pengendalian sesuai

GAMBAR dibawah ini.!

(135)
(136)
(137)

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI K3

8

(138)

46 halaman Anas Zaini Z.IKsan - A2K4-Indonesia 138

Penerapan SMK3

MODEL SMK3 KONSTRUKSI

2. Sosialisasi K3 &

Promosi

Induction, Safety Morning Talk,

Tool Box Meeting,

Safety Meeting Promosi K3 L

Pertemuan besar K3 Penghargaan K3

Kompetisi K3 Selebaran / Spanduk K3, Rambu-rambu Saran – saran K

Audit Kunjungan K3

4. Penerapan teknis K3 konstruksi

Fasilitas permanen, Kantor Peralatan, mesin-perkakas Transportasi Perlengkapan pengaman Persiapan Tanggap Darurat Insiden dan kecelakaan

kesehatan

asuransi Higiene Proyek

Lingkungan

workshop, Barak Kerja, mess pegawai.

1. Organisasi &

SDM K3

Unit / P2K3

P3K

Respon Keadaan Darurat Evakuasi Keadaan

darurat

Safety Patrol Inspeksi

3. Sistem Pengendalian &

Monitoring Penerapan K3

(139)

❑ Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya. Permenaker Nomor 18 Tahun 2017 tentang Tata Cara pelaporan ketenagakerjaan di perusahaan dalam jaringan

❑ Harus segera disusun suatu unit K3 dan diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.

❑ Unit K3 tersebut bertujuan untuk mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, PAK, P3K dan usaha-usaha penyelamatan.

❑ Setiap kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan.

❑ dst …s/d Pasal 106

Di dalamnya telah ditetapkan berbagai prosedur K3 yang harus dilaksanakan di sektor kegiatan konstruksi, antara lain :

139

PERMENAKERTRANS NO. PER. 01/MEN/1980

tentang K3 PADA KONSTRUKSI BANGUNAN

(140)

ADMINISTRASI DAN PELAPORAN K3

ADMINISTRASI K3 1. INTERNAL

a. Pengelola Proyek

b. Kantor Pusat pengelola Proyek

2. EKSTERNAL

a. DINAS TENAGA KERJA KANTOR SETEMPAT b. SUKU DINAS TENAGA KERJA WILAYAH

LAPORAN DIBUAT SECARA RUTIN DAN BERKALA MEMAKAI FORMULIR YANG SUDAH DISIAPKAN, DAN MENDAPATKAN PENGESAHANNYA

LAPORAN DISUSUN / DIBUAT OLEH AHLI K3 KONSTRUKSI

c. PPK, PEKERJAAN KONSTRKSI (PADA Kementrian PUPR)

(141)

OHT 4 – 09

1. Jenis Pekerjaan : ...

2. Nama Proyek : ...

3. Lokasi Proyek : ...

No. Uraian

Dilaksanakan

Ya Tidak

Dibuat oleh : ...

Tanggal : ...

Diperiksa oleh : ...

DAFTAR SIMAK K3

(142)

142

(143)

Rekaman dan Pengendalian rekaman

• Organisasi harus menetapkan dan

memelihara prosedur untuk melakukan

identifikasi,

pemeliharaan dan

pemusnahan dari

rekaman K3, seperti

hasil-hasil audit dan

tinjauan ulang;

(144)

Susunan P2K3

Diatur dan tetapkan oleh Menteri Peraturan pelaksana Permen No.

04/Men/1987

Ketua : Manajemen

Sekretaris : AK3 Anggota : (Bipartite)

Dilantik : Disnaker

Fungsi

Wadah kerjasama peningkatan bidang K3 TRIPARTITE

UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

(145)

1. STATISTIK KINERJA K3 ( FR & SR), Berdasarkan SK Dirjen Binawas Ketenagakerjaan NOMOR : KEP. 84/BW/1998

TANGGAL : 8 APRIL 1998

2. Masalah pengelolaan kesehatan tenaga kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), sesuai dengan yang dimaksudkan dalam Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat Kerja

3. Kegiatan P2K3 dan monitoringnya

4. Pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 03/Men/98,

Tentang Tatacara Pelaporan Dan Pemeriksaan Kecelakaan Kerja

YANG DILAPORKAN RUTIN SETIAP 3 BULAN

HARUS ADA AHLI K3

(146)

UNDANG UNDANG NO 1 TH 1970

KESELAMATAN KERJA

Tugas dan Fungsi Pengawas

• Polisionel

• Advis teknis

Dimaksudkan untuk mencegah atau

memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, pelanggaran dan lainnya yang tidak sesuai dengan yang telah

ditentukan

(147)

1. Mengidentifikasi bahaya

2. Menilai Risiko

Pengawas /Ahli K3

• Memeriksa,

• Meneliti,

• Menghitung,

• Mengukur

• Menguji

• Menganalisis,

SAFE

DANGER

3. Kendalikan

PENERAPAN

•ZAT

•ENERGI

•PROSES

NORMA

&STANDAR

(148)

(1)Direktur sebagai pelaksana umum (2)Wewenang dan kewajiban :

– direktur (Kepmen No.

79/Men/1977)

– Peg. Pengawas (Permen No.

03/Men/1978 dan Permen No.

03/Men/1984)

– Ahli K3 (Permen No.

03/Men/1978 dan Permen No.

4/Men/1992)

Pasal 5

Undang undang No 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja

(149)

10/20/2020

Menteri

Direktur

Peg.

Pengawas Ahli K3 Dokter

Prsh P2K3

Disnaker Luar

Disnaker

Poliklinik PJK3

Tempat Kerja

Pemerintah Swasta

Industri PJK3

KELEMBAGAAN

(150)

Pasal 10

(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari

pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dankesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

10/20/2020 Undang - Undang No. 1 tahun 1970

(151)

Penjelasan Pasal 10

Ayat (1)

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertugas memberi pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha pencegahan

kecelakaan dalam perusahaan yang bersangkutan serta dapat memberikan dan penerangan efektif pada para pekerja yang bersangkutan.

Ayat (2)

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu Badan yang terdiri dari unsur-unsur penerima kerja, pemberi kerja dan Pemerintah (tripartite).

10/20/2020 Undang - Undang No. 1 tahun 1970

(152)

Pasal 11

(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap

kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang

ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan

kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan

perundangan.

10/20/2020 Undang - Undang No. 1 tahun 1970

• Tata cara Pelaporan diatur oleh Peraturan

Perundangan Permen No. 03/Men/1998

(153)

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA Pasal 12

• Kewajiban pekerja

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh

pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;

b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat

keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

• Hak pekerja

d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat- syarat K3yang diwajibkan;

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat K3 serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam

batas-batas yang masih dapat

dipertanggung jawabkan.

(154)

UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

Pasal 13

Perlindungan terhadap orang lain

Barang siapa akan memasuki

sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk

keselamatan kerja dan memakai

alat-alat perlindungan diri yang

diwajibkan.

(155)

UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja

Pasal 14

Pengurus diwajibkan:

a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat

keselamatan kerj

Gambar

GAMBAR dibawah ini.!

Referensi

Dokumen terkait