MODUL DASAR- DASAR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PKM121
Job Safety Analysis SESI KE-3
DISUSUN OLEH:
DECY SITUNGKIR, S.K.M., M.K.K.K
JOB SAFETY ANALYSIS
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa memahami konsep Job safety analysis 2. Mahasiswa memahami tahapan Job safety analysis
3. Mahasiswa mengaplikasi penggunaan Job safety analysis
B. URAIAN MATERI
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang menyebabkan hilangnya sumber daya atau harta benda. Bahaya dapat menyebabkan kecelakaan atau insiden yang membahayakan manusia, peralatan, material, dan lingkungan. Bahaya didefinisikan sebagai tingkat kemungkinan yang signifikan bahwa bahaya tersebut dapat menyebabkan insiden atau luka pada orang, yang ditentukan oleh kemungkinan dan tingkat keparahan yang diakibatkannya. Manajemen K3 yang baik harus digunakan untuk mengelola dan menghindari bahaya dan risiko K3 ini.(Goetsch, 2015)
1) JOB SAFETY ANALYSIS
Job safety analysis merupakan proses di mana semua langkah-langkah dalam suatu pekerjaan diidentifikasi dan dicatat berdasarkan urutannya. Setiap langkah kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang terkait dengan langkah tersebut. Langkah terakhir melibatkan pengembangan prosedur untuk mengurangi potensi bahaya yang terkait dengan masing-masing langkah tersebut. Sebagai contoh, katakanlah, dalam melakukan JSA untuk proses pembuatan cetakan keramik padat, anda mengidentifikasi langkah di mana teknisi dapat terbakar secara serius. Dengan pengaturan dan potensi bahaya yang jelas diidentifikasi, dapat dikembangkan suatu prosedur untuk mengurangi atau menghilangkan sepenuhnya bahaya tersebut.
JSA dapat membantu dalam identifikasi dan analisis bahaya dalam suatu pekerjaan sehingga bahaya dari setiap jenis pekejaan dapat dicegah dengan
tepat dan efektif. Selain itu, JSA juga dapat membantu para pekerja untuk memahahi pekerjaan mereka dengan lebih baik, khususnya memahami potensi bahaya yang ada dan dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembuatan prosedur pencegahan kecelakaan. Hal ini memberi pekerja keyakinan bahwa temuan tentang keselamatan pekerjaan tidak dapat disepelekan.
Menurut OSHA (2002), analisis bahaya pekerjaan adalah metode yang memfokuskan pada tanggung jawab pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi insiden atau kecelakaan kerja.
memberikan perhatian khusus pada hubungan antara karyawan, tugas, alat, dan lingkungan kerja. Setelah bahaya yang tidak dapat dikendalikan ditemukan, idealnya akan ada tindakan yang diambil untuk menghilangkan atau mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh karyawan.
Tabel 3.1 Formulir Job Safety Analysis
Step by step sequence Potential Hazard Accident Prevention Procedure
2) TUJUAN JOB SAFETY ANALYSIS
1. Memberikan Pelatihan Individu dalam Prosedur Aman dan Efisien 2. Membuat Kontrak Keselamatan Karyawan
3. Menginstruksikan Orang Baru dalam Pekerjaan
4. Persiapan untuk Pengamatan Keselamatan yang Direncanakan 5. Memberikan Instruksi Pra-Pekerjaan untuk Pekerjaan Tidak Rutin 6. Mengulas Prosedur Pekerjaan Setelah Terjadinya Kecelakaan 7. Mempelajari Pekerjaan untuk Peningkatan Metode Kerja
3) TAHAPAN JOB SAFETY ANALYSIS
Dalam job safety analysis terdapat tahapan antara lain:(Kohn & Friend, 2007)
a. Membagi pekerjaan menjadi langkah-langkah
Sebelum pencarian bahaya dimulai, suatu tugas harus dipecah menjadi kumpulan langkah-langkah yang masing-masing menjelaskan apa yang harus dilakukan. Perhatikan dengan cermat perubahan yang terjadi dalam arah, aktivitas, atau gerakan Anda. Jenis perubahan ini biasanya menunjukkan akhir dari satu langkah dan permulaan dari yang lain. Daftar semua langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, meskipun beberapa langkah kadang-kadang tidak diperlukan.
Dua kesalahan umum yang harus dihindari saat melakukan proses ini:
a. Memecah pekerjaan terlalu rinci sehingga banyak langkah yang tidak penting
b. Memecah pekerjaan terlalu umum sehingga tidak tercatat langkah- langkah dasar.
Untuk melakukan pemecahan pekerjaan, pilih karyawan yang tepat untuk diamati. Pilih seseorang yang berpengalaman, mahir, dan terbuka untuk berkolaborasi.
1) Perhatikan pekerja yang sedang bekerja.
2) Gambarkan setiap langkah dengan detail. Setiap langkah harus menjelaskan apa yang harus dilakukan, bukan cara melakukannya.
3) Beri nomor pada setiap langkah tugas secara berurutan.
4) Perhatikan operator beberapa kali saat melakukan tugas hingga Anda yakin bahwa semua langkah telah dicatat.
5) Untuk mencapai kesepakatan tentang cara pekerjaan dilakukan dan urutan langkah-langkahnya, konsultasikan daftar langkah dengan orang yang diamati.
b. Mengidentifikasi potensi bahaya
Tujuan JSA adalah menemukan semua bahaya yang disebabkan oleh lingkungan dan prosedur pekerjaan. Setiap langkah harus dilakukan
dengan lebih aman dan efektif. Agar JSA berhasil, pengamatan yang cermat dan pengetahuan tentang pekerjaan tertentu diperlukan. Sampai semua bahaya dan kemungkinan kecelakaan telah diidentifikasi, pengawasan pekerjaan harus diulang. Dengan cara ini, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih aman dan efisien, dan tindakan pencegahan dapat dilakukan untuk mengurangi risiko cedera atau kecelakaan di tempat kerja.
Jenis-jenis bahaya antara lain:
a. Bahaya mekanik yaitu bahaya yang terkait dengan mesin yang digerakkan oleh tenaga, baik secara otomatis maupun dengan pengoperasian manual. Contoh
b. Bahaya fisik yaitu bahaya yang terkait dengan lingkungan, contoh kebisingan, getaran, radiasi, suhu
c. Bahaya ergonomi yaitu bahaya yang timbul akibat ketidaksesuaian pekerja, peralatan kerja, tugas yang dilakukan, dan lingkungan kerja, misalkan sikap tubuh yang buruk saat mengangkat, peralatan yang tidak ergonomis, gerakan berulang
d. Bahaya psikososial yaitu bahaya berkaitan dengan kondisi psikologis misalkan jam kerja yang panjang, relasi antar rekan kerja yang tidak baik, peran yang ambigu
e. Bahaya listrik yaitu bahaya yang bersumber dari energi listrik. Contoh : bekerja dengan peralatan listrik di lantai yang basah atau sumber kelembaban lainnya, kontak dengan kawat telanjang yang membawa arus, dan menggunakan tangga logam untuk bekerja pada peralatan listrik
c. Mengembangkan strategi pencegahan kecelakaan
Setelah menemukan ancaman, tanyakan pertanyaan berikut: Bagaimana bahaya ini dapat dihilangkan atau dikurangi sejauh mungkin? Apakah bahaya tersebut dapat dihilangkan dengan merancang ulang pekerjaan?
Apakah perlu menggunakan alat pelindung diri? Apakah interaksi antara pekerja dan peralatan harus diubah secara ergonomis? Apakah masalah ini dapat diselesaikan dengan pemeliharaan tempat kerja yang lebih baik?
Katakan apa yang telah dilakukan untuk mencegah kecelakaan. Jangan gunakan kata-kata yang umum dan tidak jelas. Jadilah jelas tentang apa yang harus dilakukan untuk mencegah kecelakaan. Mengembangkan prosedur pekerjaan yang aman adalah langkah terakhir dalam JSA.
Dalam hal ini hirarki pengendalian yang digunakan dalam mengurangi risiko terdiri dalam 5 bagian yaitu :
a. Eliminasi atau menghilangkan bahaya adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Ini berarti menghentikan peralatan atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya atau dengan kata lain peralatan tersebut tidak digunakan lagi
b. Substitusi
Prinsipnya adalah menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada. Ciri khas tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya.
c. Rekayasa engineering
Pada tahap ini dilakukan modifikasi atau perancangan alat atau mesin dan tempat kerja yang aman sehingga dapat mengurangi bahaya dan risiko.
d. Pengendalian administrasi
Tahap ini menggunakan prosedur, Standard Operational Procedure (SOP) atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko. Beberapa bentuk pengendalian secara administratif adalah sebagai berikut:
1. Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi efek risiko 2. Membatasi waktu atau frekuensi untuk memasuki area 3. Melakukan supervisi pekerjaan
4. Membuat prosedur, instruksi kerja atau pelatihan pengamanan
5. Melakukan pemeliharaan pencegahan dan membuat prosedur house keeping
6. Membuat tanda bahaya.
e. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya. Alat pelindung diri mencakup semua pakaian dan aksesoris yang digunakan pekerja yang didesain untuk menjadi pembatas sumber bahaya. Beberapa alat pelindung diri yaitu:
1) Alat pelindung kepala, digunakan untuk melindungi kepala dari bendabenda yang terjatuh. Contoh safety helmet, hood dan hair cap.
2) Alat pelindung muka, berfungsi untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau radiasi sinar dan panas misalnya face shield dan topeng las.
3) Alat pelindung mata, berfungsi untuk melindungi mata dari percikan bahan-bahan korosif, kemasukan debu atau partikel kecil yang melayang di udara, paatau uap yang dapat
menyebabkan iritasi pada mata, dan
benturan benda keras. Contoh kaca mata (spectacles), goggles.
4) Alat pelindung pernafasan, berfungsi untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun, korosi maupun rangsangan. Alat pelindung pernafasan dapat berupa masker yang berguna mengurangi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk kedalam pernafasan. Masker ini biasanya terbuat dari kain dan juga respirator yang berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas.
Respirator dapat dibedakan atas chemical respirator, mechanical respirator, dan cartidge atau canister respirator dengan Salt Contained Breating Apparatus (SCBA) yang digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun atau kekurangan oksigen serta Air Supplay Respirator yang mensuplai udara bebas dari tabung oksigen.
5) Alat pelindung pendengaran, bekerja sebagai penghalang antara sumber bising dan telinga dalam. Selain dapat berfungsi melindungi telinga dari ketulian akibat kebisingan tetapi juga untuk melindungi telinga dari percikan api atau logam-logam yang panas misalnya pada pengelasan. Alat pelindung telinga dibedakan menjadi sumbat telinga (Ear plug) dan tutup telinga (Ear muff)
6) Alat pelindung badan, berfungsi untuk melindungi badan dari temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam dan kontaminasi debu. Macammacam alat pelindung badan yaitu:
a. Apron dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api.
b. Pakaian pelindung sehingga terhindar dari percikan api terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api.
c. Baju parasut (Jumpsuit) untuk dipakai pada kondisi berisiko tinggi seperti menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam yang dapat didaur ulang
d. Safety Harness untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler.
7) Alat pelindung tangan, berguna untuk melindungi tangan dari bendabenda tajam, bahan-bahan kimia, benda panas atau dingin, infeksi kulit dan kontak arus listrik. Macam-macam alat pelindung tangan
a. Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan, memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam lainnya.
b. Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap bahaya pembakaran api, memegang benda yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa.
c. Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran.
d. Sarung tangan karet terutama pada pekerjaan pelapisan logam. Sarung tangan ini menjaga tangan dari bahaya pembakaran asam atau melindungi dari kepanasan cairan pada bak atau panik dimana pekerjaan tersebut berlangsung
8) Alat pencegah tenggelam, yang melindungi jika jatuh ke dalam air misalnya pelampung dan jaring pengaman.
9) Alat pelindung kaki, berguna untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam, larutan kimia, benda panas, kontak listrik. lantai licin, lantai basah, benda jatuh, dan aberasi.
Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Jenis alat pelindung kaki: sepatu pengaman (safety shoes) dan sepatu beralas karet
C. KESIMPULAN
Keselamatan kerja merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan, dimana pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan dengan melakukan pendekatan energi, manusia, administratif, teknis dan manajemen. Pencegahan kecelakaan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen risiko. Langkah awal di dalam manajemen risiko dengan melakukan identifikasi bahaya di tempat kerja sehingga perusahaan dapat melakukan pengendalian risiko di tempat kerja demi keselamatan dan keamanan pekerja.
D. DAFTAR PUSTAKA
Goetsch, L. D. (2015). Occupational Safety and Health. Pearson.
Kohn, P., J., & Friend, A., M. (2007). Fundamentals of Occupational Safety and Health.
Government Institute.