• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

N/A
N/A
20230301117 Angelita Epriliani

Academic year: 2025

Membagikan "Modul Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL DASAR- DASAR

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PKM121

KONSEP KESELAMATAN KERJA SESI KE-1

DISUSUN OLEH:

DECY SITUNGKIR, S.K.M., M.K.K.K

(2)

KONSEP KESELAMATAN KERJA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu:

1. Mahasiswa memahami pengertian K3

2. Mahasiswa memahami konsep keselamatan kerja 3. Mahasiswa memahami ruang lingkup keselamatan kerja

B. URAIAN MATERI

Apakah keselamatan dan kesehatan kerja itu? Kemungkinan besar sudah merupakan hal yang umum kita ketahui, dan menjadi aspek penting dalam dunia industri. Bahkan, K3 telah menjadi salah satu program pendidikan yang sangat diminati karena dianggap memiliki prospek yang cerah. Apa definisi sebenarnya dari keselamatan dan kesehatan kerja? Mengapa penerapannya begitu vital? Mengapa program ini begitu diminati? Semua pertanyaan ini akan dijawab lebih lanjut dalam uraian selanjutnya.

Sebagai seorang pekerja konstruksi berusia 22 tahun dan memiliki pengalaman kerja selama 11 bulan, Bob akhirnya mencapai kesuksesan.

Setelah lulus SMA, Bob mencoba berbagai pekerjaan, namun tidak satupun yang sesuai dengan keinginannya. Dia mengikuti program di perguruan tinggi komunitas selama setahun, tetapi merasa bahwa terlalu banyak teori yang tidak relevan dengan pandangan dunianya. Bob juga mencoba beberapa pekerjaan lainnya, tetapi gaji minimum membuatnya tetap tinggal bersama orang tuanya.

Orang tua Bob adalah orang yang baik, tetapi dia merasa siap untuk melanjutkan hidupnya secara mandiri.

Ketika dia mendapatkan pekerjaan baru ini, semuanya berjalan sangat baik. Bob mendapatkan penghasilan yang bagus, baru saja pindah ke apartemen baru yang dia bagikan dengan teman SMA-nya, Tim, dan dia akan pergi ke dealer esok hari untuk menandatangani dokumen-dokumen untuk truk pick-up baru yang akan dia beli. Namun, Bob tidak pernah sampai ke dealer untuk menyelesaikan proses tersebut. Mungkin dia teralihkan oleh pemikiran tentang truk pick-up yang akan dia beli, mungkin dia tidak menyadari betapa

(3)

berbahayanya bekerja di perancah tersebut. Bagaimanapun, perancah tersebut hanya berjarak 20 kaki dari tanah dan terlihat aman bagi Bob. Dia sebelumnya pernah bekerja di perancah yang basah akibat hujan semalam, tetapi tidak pernah ada yang membuatnya khawatir tentang bekerja di ketinggian itu. Namun, dunia Bob berubah drastis ketika dia jatuh beberapa kaki ke tanah dan akhirnya terduduk di kursi roda, mengalami lumpuh dari pinggang ke bawah.

1) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Menurut ILO/WHO Joint Safety and Health Committee, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan usaha untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial sebaik mungkin bagi semua pekerja, tanpa memandang jabatan mereka. Ini melibatkan tindakan pencegahan terhadap gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja, perlindungan pekerja dari risiko yang dapat membahayakan kesehatan mereka, serta menciptakan lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan mental manusia. Dalam ringkasannya, ini adalah tentang mengakomodasi pekerjaan agar sesuai dengan manusia dan sebaliknya, memastikan setiap individu cocok dengan peran mereka di tempat kerja.1

K3, singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, merujuk pada semua tindakan yang bertujuan untuk menjamin dan melindungi keselamatan serta kesehatan para pekerja dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan. 2, 3

Menurut OSHA, defenisi K3 yaitu: Occupational health and safety concerns the application of scientific priciples in understanding the nature of risk to the safety of peole and property in both industrial and non- Universitas Esa Unggul http://esaunggul.ac.id 10 / 17 industrial environments. It is multi- disciplinary profession based upon physics, chemistry, biology and the behavioral sciencies with applications in manufacturing, transport, storage, and handling of hazardous materials and domestic and recreational activities. K3 merupakan multidisiplin ilmu baik fisika, biologi, kimia dan ilmu perilaku.

Penerapannya juga mencakup masyarakat umum.1

(4)

K3, singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, merujuk pada semua tindakan yang bertujuan untuk menjamin dan melindungi keselamatan serta kesehatan para pekerja dengan cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :

a). Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.

b). Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.

c). Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional d). Mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja e). Mencegah kematian dan cacat tetap

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI DUNIA

Sejarah keselamatan dan kesehatan kerja adalah cerita panjang tentang perkembangan upaya untuk melindungi pekerja dari bahaya dan risiko di tempat kerja. Berikut adalah beberapa titik penting dalam sejarah keselamatan dan kesehatan kerja:

1. Zaman Kuno: Prinsip Awal

Meskipun tidak ada peraturan resmi, sejak zaman kuno, beberapa budaya telah mengenali pentingnya melindungi pekerja dari bahaya di tempat kerja. Misalnya, dalam Konstruksi Piramida Mesir Kuno, upaya dilakukan untuk melindungi pekerja dengan memberikan peralatan pelindung sederhana.

2. Abad Pertengahan: Perkembangan Pertama

Selama abad pertengahan, beberapa negara mulai mengeluarkan peraturan sederhana tentang penggunaan perlindungan mata dan tangan di tempat kerja.

3. Abad ke-18: Revolusi Industri

Revolusi Industri pada abad ke-18 membawa perubahan besar dalam cara pekerjaan dilakukan. Pekerjaan di pabrik-pabrik dan tambang-tambang seringkali sangat berbahaya, dan banyak kecelakaan yang terjadi.

(5)

Meskipun demikian, peraturan keselamatan kerja masih sangat terbatas pada masa ini.

4. Abad ke-19: Awal Peraturan Keselamatan Kerja

Pada pertengahan abad ke-19, Inggris memperkenalkan Factory Act tahun 1833, yang mengatur jam kerja anak-anak dan menetapkan standar pertama untuk keamanan di pabrik-pabrik. Langkah ini merupakan salah satu yang pertama dalam perkembangan hukum keselamatan kerja.

5. Abad ke-20: Peraturan Keselamatan yang Lebih Komprehensif

Abad ke-20 menyaksikan perkembangan yang lebih besar dalam peraturan keselamatan kerja di seluruh dunia. Banyak negara mulai mengadopsi undang-undang yang lebih komprehensif yang mencakup berbagai aspek keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

6. 1970-an: OSHA dan Keselamatan Kerja di Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, tahun 1970 menyaksikan pembentukan Occupational Safety and Health Administration (OSHA), yang bertujuan mengawasi dan mengatur keselamatan dan kesehatan di tempat kerja. OSHA telah menjadi model bagi banyak negara lain dalam mengembangkan otoritas keselamatan kerja serupa.

7. Perkembangan Global

Pada tingkat global, International Labour Organization (ILO) telah berperan dalam mempromosikan standar keselamatan kerja internasional dan mengawasi implementasinya di berbagai negara.

8. Kesadaran dan Pendidikan

Kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja terus berkembang. Sekolah dan pelatihan pekerjaan seringkali memasukkan pendidikan keselamatan kerja sebagai bagian integral dari kurikulum mereka.

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI INDONESIA Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia:

1. Koloni Belanda: Pada masa kolonial Belanda, upaya keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia masih terbatas. Pekerja pribumi sering

(6)

bekerja dalam kondisi yang tidak aman dan tidak mendapatkan perlindungan yang memadai.

2. Kemerdekaan Indonesia: Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, perhatian terhadap keselamatan dan kesehatan kerja mulai meningkat.

Namun, pembentukan undang-undang dan lembaga resmi terkait keselamatan kerja membutuhkan waktu.

3. Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Pada tahun 1970, Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang menjadi landasan hukum untuk perlindungan pekerja di tempat kerja.

4. Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Di Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memiliki peran dalam mengawasi dan memastikan pelaksanaan undang-undang keselamatan kerja. Selain itu, pada tahun 1975, dibentuklah Lembaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (LK3N) sebagai lembaga yang berfokus pada isu-isu keselamatan kerja.

5. Peningkatan Kesadaran: Peningkatan kesadaran tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja terus berlangsung di Indonesia, dan program pelatihan serta pendidikan keselamatan kerja semakin ditekankan.

6. Harmonisasi dengan Standar Internasional: Indonesia juga berkomitmen untuk mengharmonisasi undang-undang dan regulasi keselamatan kerja dengan standar internasional yang ditetapkan oleh ILO.

2) KESELAMATAN KERJA

Keselamatan adalah pencegahan kecelakaan dengan mengidentifikasi bahaya yang terlibat dalam suatu kegiatan dan menghilangkannya sebelum terjadi kecelakaan. Keselamatan tempat kerja mengacu pada lingkungan kerja di perusahaan dan mencakup semua faktor yang memengaruhi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan karyawan. Ini dapat mencakup bahaya lingkungan, kondisi atau proses kerja yang tidak aman, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, dan kekerasan di tempat kerja. Berdasarkan Undang- undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang dikatakan dengan

(7)

tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber- sumber bahaya, termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.4

Setiap tempat kerja harus memenuhi syarat keselamatan kerja yaitu:

a) mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d) memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e) memberi pertolongan pada kecelakaan;

f) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;

h) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.

i) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai j) menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

n) mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;

o) mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p) mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

q) mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

(8)

r) menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Penerapan persyaratan keselamatan kerja dimulai sejak tahap perencanaan, produksi, pengangkutan, distribusi, perdagangan, pemasangan, penggunaan, pemeliharaan, hingga penyimpanan bahan, barang, produk teknis, dan peralatan produksi yang memiliki potensi bahaya kecelakaan. Persyaratan ini mencakup prinsip-prinsip teknis ilmiah yang diorganisir secara sistematis, jelas, dan praktis. Ruang lingkupnya mencakup berbagai aspek seperti konstruksi, jenis bahan, pengolahan, pembuatan, alat-alat perlindungan, pengujian, sertifikasi, pengemasan, pelabelan, serta identifikasi bahan, barang, produk teknis, dan peralatan produksi. Tujuannya adalah untuk menjamin keselamatan barang-barang tersebut, keselamatan pekerja yang terlibat dalam prosesnya, dan keselamatan masyarakat umum.

3) ISTILAH DASAR DALAM KESELAMATAN KERJA

Bahaya adalah kondisi tempat kerja atau tindakan pekerja yang dapat mengakibatkan cedera, sakit, atau kehilangan organisasi lainnya. Bahaya adalah potensi suatu zat, orang, aktivitas, atau proses yang menyebabkan kerugian.

Bahaya memiliki berbagai bentuk termasuk, misalnya, bahan kimia, listrik, dan bekerja dari tangga. Menurut International Labour Organization (ILO) ada 5 jenis bahaya antara lain :

(a) Bahaya mekanik disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik, seperti tersayat, terpotong, terjatuh dan tertindih

(b) Bahaya elektrik (c) Bahaya kebakaran

(d) Bahaya peledakan risiko dapat didefinisikan sebagai ukuran probabilitas dan tingkat keparahan suatu peristiwa kerugian yang terjadi.

Insiden yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas badan/struktur.

Accident (Kecelakaan) adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian (manusia/benda).

(9)

4) DASAR HUKUM KESELAMATAN KERJA

a. Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dimana tertuliskan pada pasal 86 dan 87

b. Undang-undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Undang- undang ini mengatur berbagai aspek yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan kerja, termasuk kewajiban pengusaha untuk melindungi pekerja dari bahaya kerja.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Peraturan ini memberikan panduan lebih rinci tentang bagaimana mengimplementasikan prinsip-prinsip keselamatan kerja di tempat kerja. Ini mencakup persyaratan mengenai pemenuhan standar keselamatan, pemeriksaan keselamatan, pelaporan kecelakaan kerja, dan sebagainya.

d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER-01/MEN/1982 tentang Pendaftaran dan Pelaporan Kecelakaan Kerja: Peraturan ini mengatur kewajiban pendaftaran dan pelaporan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja.

e. Konvensi Internasional: Indonesia juga menjadi anggota Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan telah mengadopsi sejumlah konvensi ILO yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan kerja. Konvensi ILO ini juga merupakan dasar hukum penting dalam konteks keselamatan kerja di Indonesia.

f. Peraturan Menteri No. 8 Tahun 2020 mengenai keselamatan dan kesehatan kerja pesawat angkat dan pesawat angkut

g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 2018 mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

h. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 6 Tahun 2017 mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator dan Eskalator

i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 38 Tahun 2016 mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Produksi

j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 37 Tahun 2016 mengenai keselamatan dan kesehatan kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

(10)

k. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.9 Tahun 2016 mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dalam pekerjaan di ketinggian

l. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 33 Tahun 2015 mengenai Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat Kerja

m. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 12 Tahun 2015 mengenai keselamatan dan kesehatan kerja listrik di tempat kerja.

n. Peraturan Menteri PER-01/MEN/1992 mengenai syarat-syarat dan pemakaian pesawat Karbid serta pengawasannya

o. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 2017 mengenai program jaminan sosial tenaga kerja indonesia

p. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 26 tahun 2015 mengenai tata cara penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua bagi peserta penerima upah

5) KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan, terhambatnya proses dan pencemaran lingkungan. Kecelakaan kerja berarti kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan pekerjaan, termasuk kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa dilalui oleh pekerja. Dalam proses terjadinya kecelakaan, terdapat empat unsur yang saling berinteraksi yaitu People, Equipment, Material, Environmental (PEME) dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan terjadi ketika ada kontak diantara keempat unsur tersebut dimana pun mereka berada.

Sebagai contoh: kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya, kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan. Kemudian perilaku manusia dalam bekerja misalnya sering bercanda, tidak mengikuti prosedur dalam mengoperasikan alat juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja.5

(11)

6) PENYEBAB KECELAKAAN

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Mauris sollicitudin laoreet nibh et commodo. Mauris hendrerit porttitor eros ac scelerisque. Nulla facilisi. Duis dapibus sapien vel libero mollis, vel sodales enim porttitor.

ILO mengemukakan bahwa ada tiga penyebab kecelakaan akibat kerja yaitu:

1) Faktor pekerja a) Usia

Usia mempunyai pengaruh yang penting dalam terjadinya kecelakaan kerja. Golongan yang lebih tua pada umumnya mempunyai kecenderungan untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan golongan muda. Namun, golongan usia muda juga mempunyai kecenderungan untuk mengalami kecelakaan kerja dikarenakan tergesa-gesa dan ceroboh. Hal ini sejalan dengan penelitian Hamdani dan Herdianti (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kecelakaan kerja sehingga dari faktor manusia itu sendiri dapat mengakibatkan kerugian.

b) Tingkat pendidikan Pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pola pikir seseorang dan tingkat penyerapan terhadap pelatihan yang diberikan dalam melakukan pekerjaannya. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidika formal maupun non formal. Meskipun demikian beberapa penelitian menemukan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian kecelakaan kerja.

c) Pengalaman kerja Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja.

2) Faktor pekerjaan

a. Giliran (Shift) Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam. Ada dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran yaitu ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidakmampuan pekerja untuk beradaptasi

(12)

dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari. Pergeseran waktu kerja dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja.

b. Jenis (unit) pekerjaan Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap risiko kecelakaan kerja baik dari jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja yang berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses.

3) Faktor lingkungan Faktor lingkungan antara lain lingkungan fisik seperti pencahyaan, kebisingan; lingkungan kimia; dan lingkungan biologi.

7) KLASIFIKASI KECELAKAAN

Standar OSHA mengemukakan klasifikasi kecelakaan kerja Berdasarkan akibatnya yaitu:6

a. Perawatan ringan (First Aid) yaitu suatu tindakan.perawatan terhadap luka kecil yang tidak memerlukan perawatan medis walaupun pertolongan pertama dilakukan oleh doketer atau paramedis

b. Perawatan medis (Medical treatment) merupakan tindakan perawatan luka yang hanya dilakukan oleh medis professional baik dokter maupun paramedic

c. Hari kerja hilang (Lost work days) adalah setiap hari kerja dimana seseorang pekerja tidak dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang dideritanya

d. Kematian (Fatality)

e. Sedang (minor) yaitu kecelakaan yang menimbulkan hari hilang tidak lebih dari 21 hari kerja kalender dan tidak menyebabkan kehilangan anggota badan atau fungsi badan

f. Cacat tetap adalah cedera yang mengakibatkan keidakampuan atau berkurangnya maupun kehilangan sebagian anggota tubuh

8) PENDEKATAN PENCEGAHAN KECELAKAAN

Sesuai dengan prinsip pengendalian risiko, untuk mencegah kecelakaan cara yang kita pikirkan adalah menghilangkan penyebab kecelakaan, namun

(13)

hal ini tidak mudah seperti yang kita pikirkan. Jika kita telisik kembali ke teori domino yang disampaikan oleh Heinrich, banyak unsur yang terkait untuk dibenahi mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang.

Oleh karena itu, beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan antara lain:5

(1) Pendekatan energi (2) Pendekatan manusia (3) Pendekatan administratif (4) Pendekatan teknis (5) Pendekatan manajemen

C. KESIMPULAN

Keselamatan kerja merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan, dimana pendekatan yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan dengan melakukan pendekatan energi, manusia, administratif, teknis dan manajemen.

D. DAFTAR PUSTAKA

1. Irzal. Dasar-Dasar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Kencana; 2016.

2. Pemerintah Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2021 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.; 2012.

3. Kohn, P. J, Friend, A. M. Fundamentals of Occupational Safety and Health.

Government Institute; 2007.

4. Kementerian Tenaga Kerja. Undang-Undang Keselamatan Kerja.; 1970.

5. Ramli S. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Cetakan Ke. Dian Rakyat; 2013.

6. Djatmiko, D. R. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Deepublish; 2016.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akhir ini menjelaskan mengenai Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Karyawan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) karyawan

Untuk menuju dunia usaha dan dunia kerja yang berbudaya K3 serta terlaksananya implementasi peraturan perundangan K3 di Indonesia, maka Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dalam ruang lingkup perusahaan dengan

K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan , teknik industri , kimia , fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika , dan psikologi

DSP karena kurangnya pengetahuan karyawan tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri serta pengawasan dari bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja serta orang lain di tempat kerja dengan tujuan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat

Menerapkan Peraturan Perundang- Undangan dan Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 pada Pekerjaan Pembangunan Ketenagalistrikan Dalam industri ketenagalistrikan, penerapan

Modul pembelajaran tentang penilaian risiko dalam keselamatan dan kesehatan kerja, mencakup konsep manajemen risiko, identifikasi bahaya, dan evaluasi