• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN

N/A
N/A
Sri Wahyuni Katili

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III ANALISA DAN KONSEP PERANCANGAN"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

Analisis kebutuhan ruang bertujuan untuk mengetahui ruang-ruang apa saja yang dibutuhkan pada stasiun yang direncanakan berdasarkan analisis pelaku dan pola kegiatan. Mengingat aspek aktivitasnya, tidak terlalu banyak. rumit jadi ditempatkan di gedung baru, jadi ruang yang sudah ada. akan digantikan oleh ruang dengan lebih banyak fungsi. Karena letak gedung Awak Kereta Api terlalu jauh dan sulit dijangkau, maka ditempatkan di dalam gedung. waktu yang lebih efektif untuk mengakses platform.

Pasalnya, loket selatan di Stasiun Tugu didesain ulang seperti ini. akan ditempatkan di gedung baru. Mereka berlokasi di gedung-gedung baru. Sebab kapasitas Stasiun Tugu yang ada saat ini kurang mencukupi. menampung penumpang dengan menambah ruang tunggu eksekutif. akan berada di gedung baru pada tanggal 14.

Gambar 3.1 Pola kegiatan Kepala Stasiun  Sumber: (Analisa Penulis, 2018)
Gambar 3.1 Pola kegiatan Kepala Stasiun Sumber: (Analisa Penulis, 2018)

ANALISA DAN KONSEP SIRKULASI .1 Sirkulasi ke dalam tapak (akses)

Dalam menganalisis akses dan sirkulasi pada tapak berdasarkan kajian yang ada, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada akses dan sirkulasi pada bangunan. Akses dan sirkulasi di stasiun antara pintu masuk dan keluar dipisahkan agar aksesnya satu arah dan lebih lancar, kemudian dihubungkan terlebih dahulu ke tempat parkir. Pintu masuknya melalui pintu selatan, aksesnya melalui jalan Pasar Kembang, namun dengan memperlebar jalan yang melalui lokasi tersebut sehingga akses menuju stasiun lebih lebar, kemudian pintu keluarnya melalui utara yaitu Jalan Wongsodirjan.

Sama seperti alternatif 2, pintu masuk melalui pintu selatan dan akses melalui jalan Pasar Kembang, namun dengan memperlebar jalan menggunakan tapak agar akses menuju stasiun lebih lebar, kemudian keluar ke utara yaitu Jalan Suryonegaran sehingga ada tidak ada konstruksi dan lebih terarah, namun sirkulasi disini menggunakan underground sehingga tidak memutus sirkulasi kereta api. Pintu masuk utama melalui Jalan Pasar Kembang (jalur merah) dan memanfaatkan ruang untuk memperlebar akses sehingga tidak ada pekerjaan konstruksi di Jalan Pasar Kembang saat memasuki stasiun. Namun sirkulasi menuju pintu keluar utara menggunakan jalur bawah tanah sehingga tidak memutus sirkulasi kereta api dan tidak menimbulkan penumpukan kendaraan.

Persimpangan antara penumpang yang meninggalkan stasiun menuju gerbang pejalan kaki selatan dan kendaraan yang masuk ke dalam stasiun. Bundaran keluar (jalur ungu) menggunakan jalur bawah tanah, sehingga tidak ada persimpangan dengan bundaran lainnya. Kawasan angkutan umum (zona biru) dipisahkan dari arus kendaraan pribadi (jalur ungu) sehingga tidak terjadi perlintasan.

Akses menuju stasiun hanya dapat melalui Drop Off (zona merah muda) - Parkir dan Angkutan Umum (Zona Biru) dan keluar melalui Gerbang Keluar (Zona Merah) dan angkutan umum (Zona Biru) sehingga akses dan keluar dari stasiun dapat dilakukan. mudah dikendalikan menjadi Persimpangan antara penumpang yang keluar terowongan dan calon penumpang yang ingin masuk ke peron selatan. Dari ketiga analisa diatas alternatif 3 dapat dijadikan pilihan karena dari ketiga jenis sirkulasi tidak terjadi perlintasan dan sangat baik dari segi sirkulasi.

Sirkulasi bawah tanah berlangsung terus menerus dari gedung baru hingga peron utara (ungu), sehingga dapat mengakses peron utara dan selatan tanpa melintasi kereta api. Sirkulasi bawah tanah menuju peron dibuat dalam 2 sayap kiri dan kanan (biru) sehingga akses kereta api dapat dilakukan melalui 2 sayap untuk menghindari kepadatan di sisi peron. Peredaran penumpang dari terowongan yang hendak keluar stasiun hanya dapat melalui 2 pintu keluar yaitu menuju pintu keluar dan angkutan umum.

Tabel 7: Analisa Sirkulasi Kedalam Tapak
Tabel 7: Analisa Sirkulasi Kedalam Tapak

KONSEP DAN ANALISA TATA RUANG

Tata ruang lantai ini merupakan zona publik dan semi publik yang tujuan utama calon penumpang kereta api adalah lobi dan penjualan tiket. Lobi dapat diakses melalui 3 sirkulasi yaitu pejalan kaki dari tempat parkir, pejalan kaki dari angkutan umum dan Drop Off. Pada lantai ini terdapat area Drop Off dan dengan menerapkan konsep pola linier, sirkulasi dimulai dari memasuki lobi di tengah sebagai point of interest kemudian terbagi menjadi 2 sirkulasi yaitu menuju Zona Semi Publik dan Zona Pelayanan.

Kemudian penempatan toko dengan konsep sirkulasi ganda dimana zona toko berada di tengah dan sirkulasi melintas di kiri dan kanan kemudian bisa menuju ke bagian pemeriksaan tiket (semi umum). Di zona Semi Publik yang berada di basement ini, calon penumpang bisa langsung menuju peron selatan atau utara dan mengunjungi restoran dan kafe yang ada. Terdapat juga Tunnel Hall sebagai tempat penerimaan penumpang yang turun atau baru masuk kereta, atau bisa juga menuju area lantai dasar yang terdapat pintu keluar, angkutan umum, dan ruang tunggu.

Di lantai ini terdapat zona semi publik yang hanya boleh dimasuki oleh penumpang bertiket. Pada zona ini terdapat 2 sirkulasi yaitu antara penumpang menuju ruang tunggu umum dan menuju pintu keluar atau ruang tunggu angkutan umum. Penumpang keluar dapat melalui ruang tunggu angkutan umum yang ada di lantai dasar.Ruang tunggu angkutan umum tersebut terintegrasi langsung dengan drop area Transjogja dan Damri sehingga tidak bersinggungan dengan sirkulasi kendaraan pribadi di lintas bawah tanah.

Selain itu, penumpang yang berangkat juga dapat melalui jalur keluar Ruang Tunggu Penjemputan dan berjalan kaki menuju tempat parkir mobil. Untuk sirkulasi penumpang menuju ruang tunggu melalui retail dengan menggunakan konsep Double Circulation yang dari segi sirkulasi sangat baik dan tidak menumpuk dalam satu jika ada sirkulasi tunggal. Setelah itu terdapat Ruang Tunggu Umum dan Eksekutif, selain itu dari zona ruang tunggu ini anda mempunyai akses menuju Ruang Kesehatan, Ruang Sholat dan Zona Pelayanan Toilet.

Di lantai satu juga terdapat 2 sirkulasi di basement yaitu pejalan kaki dari parkiran menuju basement (menuju lobi atau pemesanan tiket). Di bagian selatan juga terdapat arus penumpang yang turun dari angkutan umum dan berjalan di basement (di lobi atau pemesanan tiket). Tata ruang pada lantai 1 merupakan area privat, sirkulasi dan ruang yang hanya dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen, baik pengelola stasiun maupun stafnya.

Gambar 3.27 Tata Ruang Ground Floor  Sumber : Analisa Penulis (2018)
Gambar 3.27 Tata Ruang Ground Floor Sumber : Analisa Penulis (2018)

ANALISA DAN KONSEP TAPAK

Untuk sinar matahari yang masuk ke dalam gedung, akan digunakan sekunder skin pada bangunan tersebut untuk mengurangi sinar matahari yang masuk ke dalam gedung.

ANALISA BANGUNAN CAGAR BUDAYA .1 Analisa Peraturan Bangunan Cagar Budaya

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; Pasal 1 yang menyatakan “Warisan budaya adalah warisan budaya benda.

Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 1 yang menyatakan “Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan

Undang-undang No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya; Pasal 83 yang menyatakan

ANALISA STANDAR PARKIR

Tempat parkir merupakan salah satu fasilitas terpenting dalam operasional stasiun. Di Stasiun Tugu eksisting sudah tersedia tempat parkir kendaraan roda 2 dan 4, namun parkir di Stasiun Tugu belum sesuai standar. Penataan lahan parkir transformasi stasiun Tugu memberikan pepohonan peneduh yang mampu menyerap air. Berdasarkan hasil pertimbangan dan analisa diatas maka jenis parkir yang digunakan adalah tempat parkir bersudut 45o yang mempunyai akses keluar masuk yang mudah serta mempunyai area untuk berteduh, dan untuk sirkulasi akan dirancang menggunakan sirkulasi satu arah. dengan parkir di sisi kanan dan kiri.

Analisis kebutuhan parkir Stasiun Tugu diperlukan untuk menghitung dan merencanakan lahan parkir agar dapat menampung kendaraan sesuai dengan jumlah pengunjung Stasiun Tugu.

Tabel 11 Tabel Analisa Jenis Parkir
Tabel 11 Tabel Analisa Jenis Parkir

KONSEP DESAIN

Renovasi stasiun kereta api ini terdiri dari 3 tingkat massa bangunan memanjang dan disesuaikan dengan fungsi ruang di dalamnya, yaitu stasiun yang mengutamakan kenyamanan aliran sirkulasi dan pola tata ruang. Dibagi menjadi 3 tingkat ini, zona publik berada di tingkat paling bawah sehingga lebih mudah diakses, lalu ada zona semi publik di tengahnya sehingga memudahkan penumpang yang bertiket untuk mengontrol, sedangkan zona paling atas merupakan zona khusus pengelola stasiun. . Berdasarkan hasil analisis bangunan cagar budaya bertujuan untuk menggunakan bentuk dan fasad kontras yang merespon bangunan lama Stasiun Tugu.

Berikut hasil analisa bangunan cagar budaya Stasiun Tugu yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan fasad bangunan. Fasad bangunan Stasiun Tugu yang didesain ulang merespon analisis bangunan cagar budaya, sehingga pertimbangan dan kriteria yang diberikan berdasarkan prinsip kontras. Bentuk dan fasad bangunan yang didesain ulang tidak menggunakan "irama, ornamen atau gaya" sehingga berbeda dengan bangunan Stasiun Tugu aslinya.

Maka untuk menyikapi “warna yang kontras dengan warna stasiun eksisting yaitu putih, maka dilakukan redesain Stasiun Tugu dengan menggunakan kaca sebagai material utama fasadnya dan juga merespon kesan “masif” pada bangunan eksisting, maka kaca sangat cocok untuk merespon pada “warna dan massa” Stasiun Tugu yang ada dimana kaca memberikan kesan ringan dan transparan. Sedangkan untuk denah yang tidak simetris, berdasarkan analisa bentuk massa sebelumnya, maka massa transformasi mengikuti rel, sehingga perbedaan tingkat ketinggian bangunan seperti pada gambar di atas tidak terjadi secara simetris pada massa bangunan.

Gambar 3.34 Konsep Massa Bangunan  Sumber : Analisa Penulis (2018)
Gambar 3.34 Konsep Massa Bangunan Sumber : Analisa Penulis (2018)

Gambar

Gambar 3.3 Pola kegiatan Kepala Perjalanan  Sumber: (Analisa Penulis, 2018)
Gambar 3.5 Pola kegiatan Petugas Loket  Sumber: (Analisa Penulis, 2018)
Gambar 3.7 Pola kegiatan Petugas Keamanan  Sumber: (Analisa Penulis, 2018)
Gambar 3.9 Pola kegiatan Pengunjung masuk  Sumber: (Analisa Penulis, 2018)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Publik Outdoor Drop off Area drop off Publik Outdoor Memasuki bangunan Lobby Publik Indoor Melayani siswa untuk.

Jalur pejalan kaki di segmen 4 bagian kiri tidak terdapat fasilitas pagar pembatas antara ruang jalur pejalan kaki dengan ruang jalur kendaraan serta tidak memiliki

Antarmuka status transaksi pada Faizal parkir adalah antarmuka dimana berisikan informasi tentang status laporan keluar masuk kendaraan roda dua yang ada di Faizal

Hambatan samping adalah dampak dari perilaku lalu lintas dan aktifitas pada suatu pendekat akibat gerakan pejalan kaki, kendaraan parkir dan berhenti, kendaraan

Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan dalam pencapaian penghuni apartemen maupun pengunjung, maka pintu masuk pejalan kaki diletakan

Ekterior Sisi Selatan Bandara Pada Gambar 5 terlihat perspektif eksterior terminal bandara dari arah akses pejalan kaki yang menuju langsung ke dalam bangunan Terminal

Pada tapak eksisting sirkulasi di dalam stasiun senen dibagi menjadi 2 yaitu sirkulasi penumpang luarkota dan sirkulasi penumpang Comutter Line, pada penumpang

Sirkulasi pengunjung dimulai dari Main Entrance kendaraan menuju Drop off, diarahkan langsung menuju Lobby, setelah itu kendaraan bisa langsung masuk ke basement,