• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DI KECAMATAN MLATI

N/A
N/A
afw venus

Academic year: 2023

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DI KECAMATAN MLATI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Luaran Penelitian

STUDI PUSTAKA

  • Tinjauan Pustaka
    • Obat Tradisional
    • Penggunaan Obat Tradisional yang Rasional
    • Pengetahuan
    • Sikap
    • Faktor Sosiodemografi yang Berhubungan dengan Pengetahuan dan
  • Landasan Teori
  • Hipotesis
  • Kerangka Konsep

Jadi, meski pengobatan tradisional dinilai relatif lebih aman dibandingkan pengobatan modern, namun tetap perlu memperhatikan rasionalitas penggunaannya. Ketidakakuratan informasi yang diperoleh dan ketidakjelasan informasi yang beredar mengenai pengobatan tradisional dapat menimbulkan kesalahpahaman masyarakat. Kesalahpahaman masyarakat terhadap pengobatan tradisional karena ketidaktahuannya dapat menyebabkan pengobatan tradisional yang seharusnya menyembuhkan namun menjadi berbahaya.

Oleh karena itu, dalam memilih obat tradisional perlu disesuaikan dengan gejala dan indikasi penyakitnya (Sari, 2012). Penggunaan obat tradisional menjadi salah satu pilihan pengobatan utama karena harganya yang relatif lebih murah dibandingkan pengobatan lainnya. Menurut Supardi dan Susyanty (2010), masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah cenderung lebih memilih penggunaan obat tradisional.

Rendahnya tingkat pendidikan lebih memilih penggunaan obat tradisional dibandingkan obat modern; hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pengobatan tradisional itu sendiri. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, umur, pengetahuan dan pendidikan dengan pengetahuan masyarakat tentang pengobatan tradisional.

Gambar 2.1 Logo dan Penandaan Jamu   (Rahayuda, 2016)
Gambar 2.1 Logo dan Penandaan Jamu (Rahayuda, 2016)

METODE PENELITIAN

  • Rancangan Penelitian
  • Tempat dan Waktu Penelitian
  • Populasi dan Sampel
  • Definisi Operasional Variabel
  • Pengumpulan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Pengolahan dan Analisis Data
  • Skema Penelitian

Dalam penelitian ini akan melihat hubungan faktor sosiodemografi dengan sikap masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional.

Gambar 3.1 Skema Pengambilan Sampel
Gambar 3.1 Skema Pengambilan Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Penelitian

Uji Validitas dan Reliabilitas

  • Uji Validitas
  • Uji Reliabilitas

Karakteristik Responden

  • Jenis Kelamin
  • Usia
  • Pekerjaan
  • Pendidikan

Dimana demografi yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Berdasarkan Gambar 4.1, dari total 120 responden yang mengikuti penelitian ini, sebanyak 43,3% responden berjenis kelamin laki-laki dan 56,7% berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk Kecamatan Mlati, menurut Biro Tata Kelola Sekretariat Daerah DIY, Semester I Tahun 2018, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 45.042 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 45.099 jiwa.

Meski selisih jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hanya 52, namun mayoritas warga yang tidak bekerja atau bekerja di rumah di Kecamatan Mlati adalah perempuan. Selain itu, tingkat kesiapan dan respon positif responden perempuan terhadap inklusi penelitian lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi faktor yang mempengaruhi fakta bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan responden laki-laki.

2003) menyatakan bahwa penduduk lanjut usia menggunakan obat tradisional 1,56 kali lebih banyak dibandingkan penduduk bukan lanjut usia. Perbedaan jumlah responden yang berusia ≤ 45 tahun tidak terlalu jauh dibandingkan dengan jumlah responden yang berusia > 45 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa masyarakat Indonesia masih mempunyai ikatan yang kuat dengan tradisi budaya penggunaan obat herbal, sehingga penggunaan obat tradisional cukup merata pada semua kelompok umur.

Menurut Rinda (2014), jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat sosial dan interaksi antar individu karena lingkungan yang berbeda. Seseorang dengan jenis pekerjaan yang dapat memberikan penghasilan tinggi cenderung memilih pengobatan yang lebih baik karena mampu. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Supardi dan Susyanty (2010) bahwa obat tradisional banyak digunakan oleh petani, nelayan dan masyarakat tidak bekerja.

Pada tabel 4.4 diketahui 40% responden mempunyai latar belakang pendidikan rendah sedangkan 60% sisanya mempunyai latar belakang pendidikan tinggi. Menurut penelitian Desni dkk (2013), obat tradisional lebih banyak dikonsumsi oleh seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang pengobatan tradisional. Semakin yakin seseorang terhadap suatu pengobatan, maka semakin tinggi potensinya untuk memilih pengobatan yang diyakini efektif dan aman.

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Mlati Karakteristik Responden  n (%)
Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Mlati Karakteristik Responden n (%)

Gambaran Penggunaan Obat Tradisional di Kecamatan Mlati

Pada penelitian ini obat tradisional yang paling banyak digunakan adalah jahe, dengan jumlah responden yang menyatakan pernah menggunakan jahe sama dengan jumlah responden. Temuan tersebut sesuai dengan pernyataan pada Formularium Obat Herbal Indonesia tahun 2016 yang menyatakan bahwa obat tradisional yang dikonsumsi masyarakat didominasi oleh jahe sebesar 50,6% (Anonim, 2016). Selain jahe, masyarakat juga menyebut kunyit, lengkuas, kunyit asam/jamu, daun sirsak, sambiloto, jahe, jeruk nipis, asam jawa sebagai obat tradisional yang sudah banyak digunakan.

Pada survei ini sebagian besar responden memperoleh informasi tentang pengobatan tradisional dari keluarganya yaitu sebanyak 74 responden (61,7%). Menurut survei yang dilakukan oleh Maryani dkk (2016), keluarga, teman, tetangga dan kenalan merupakan media yang paling efektif untuk mencari informasi tentang pelayanan pengobatan obat tradisional. Secara umum, masyarakat mendengar atau menerima informasi tentang pengobatan tradisional dari orang tua atau keluarganya dibandingkan dengan tetangga, teman, atau ahli kesehatan, dan hal ini sangat jarang terjadi.

Hal ini mungkin disebabkan karena sebagian besar masyarakat lebih memilih membeli obat tradisional/jamu dari penjual jamu dan warung makan yang bentuk sediaannya berupa cairan. Dari tabel 4.8 terlihat bahwa sebagian besar responden hanya mengkonsumsi obat tradisional sesekali jika dirasa perlu. Hal ini membuktikan bahwa pengobatan tradisional cukup efektif dalam pengobatan, hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani dkk (2016) yang menyatakan.

Sebagian responden mengetahui kandungan obat tradisional yang dikonsumsi, sedangkan responden tidak mengetahui kandungan obat tradisional tersebut. Mayoritas responden mengetahui kandungan obat tradisional yang dikonsumsinya karena sebagian responden menggunakan obat tradisional yang mereka buat sendiri atau membeli obat tradisional yang sudah dikenal. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan tradisional aman dan efek samping yang ditimbulkan relatif sedikit, meskipun terdapat 5 responden yang merasakan efek samping.

Sebagaimana dikemukakan oleh Katno (2008) bahwa penggunaan obat tradisional hampir sama dengan obat modern, diperlukan ketelitian dalam penggunaannya untuk mendapatkan efek samping yang minimal. Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui masih banyak masyarakat di Kecamatan Mlati yang menggunakan pengobatan tradisional sebagai pilihan pengobatan. Oleh karena itu, masih perlu adanya sosialisasi mengenai penggunaan obat tradisional yang rasional oleh tenaga kesehatan karena belum semua masyarakat mempunyai atau belum meneliti informasi yang benar.

Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat Tradisional di Kecamatan

Masyarakat yang mengetahui logo obat tradisional membuktikan bahwa mereka memperhatikan logo pada kemasan yang dikonsumsinya (Pangastuti, 2014). Terhadap pernyataan obat tradisional boleh diminum setiap hari, mayoritas masyarakat menjawab benar yaitu 62,5%, sedangkan sisanya sebesar 37,5% masih menjawab salah. Semua obat tradisional dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati jika digunakan dalam jangka waktu lama.

Obat tradisional dapat diminum bersamaan dengan obat modern tanpa ada jeda waktu untuk meningkatkan efektivitas obat. Dari hasil penelitian diketahui 84,2% responden menjawab benar mengenai pernyataan obat tradisional tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat modern tanpa penundaan waktu. Persentase responden yang menjawab benar menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah mengetahui cara penggunaan obat tradisional secara rasional.

Hal ini dikarenakan jahe merupakan salah satu obat tradisional yang paling banyak dikonsumsi (Riptanti. et al., 2018). Mengenai pernyataan mengenai semua obat tradisional jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati, 46,7% responden menjawab benar. Perbedaan yang tidak terlalu signifikan antara responden yang menjawab benar dan responden yang menjawab salah menunjukkan bahwa masyarakat sudah cukup memahami tentang dampak pengobatan tradisional yang mungkin terjadi atau tidak.

Adapun pernyataan bahwa semua obat tradisional mempunyai efek jangka panjang bagi tubuh, 70% responden menjawab salah, sedangkan 30% menjawab salah. Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui 78,3% responden menjawab benar mengenai obat tradisional yang dijual di tempat selain toko obat tradisional. Sebanyak 91,7% responden menjawab benar mengenai penyimpanan obat tradisional yang perlu disimpan di tempat terkunci, sedangkan sisanya 8,3% menjawab salah.

Responden yang menjawab salah berpendapat bahwa obat tradisional boleh disimpan di luar ruangan asalkan tempatnya bersih. Terlihat bahwa jumlah responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang pemanfaatan obat tradisional. Banyaknya responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk bukan disebabkan karena sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai pengobatan tradisional.

Sikap terhadap Penggunaan Obat Tradisional di Kecamatan

Dalam penelitian ini akan melihat hubungan faktor sosiodemografi dengan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan obat tradisional.

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Sikap Responden mengenai Obat Tradisional
Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Sikap Responden mengenai Obat Tradisional

Uji Chi-Square dan Uji Korelasi Spearman

  • Hubungan antara Faktor Sosiodemografi dengan Pengetahuan
  • Hubungan antara Faktor Sosiodemografi dengan Sikap

Keterbatasan Penelitian

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Gambaran pemanfaatan obat tradisional di Kabupaten Mlati adalah 70 responden memanfaatkan jahe untuk menghangatkan tubuh. Hasil penelitian tingkat pengetahuan penduduk kecamatan Mlati mengenai pengobatan tradisional adalah 17,5% responden berkategori pengetahuan baik, 43,3% responden berkategori sedang, dan 39,2% responden berkategori kurang baik mengenai pengobatan tradisional. obat tradisional. Hasil survei tingkat sikap masyarakat Kecamatan Mlati diperoleh responden dengan kategori sikap buruk sebanyak 51,3% dan sikap baik sebanyak 48,3%.

Saran

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Persepsi pengunjung apotek terhadap pemanfaatan obat alami sebagai pengobatan alternatif di Desa Muja Muju Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta. Merdekawati, R.B “Gambaran Umum dan Tingkat Pengetahuan Pemanfaatan Obat Tradisional Sebagai Terapi Pengobatan Alternatif Pada Masyarakat Rw 005 Desa Sindurjan Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo”, Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta .

Pengaruh faktor sosiodemografi terhadap rasionalitas penggunaan obat pada pengobatan mandiri pasien dengan program penatalaksanaan penyakit kronis (Prolanis). Beliau bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Obat Tradisional di Kecamatan Cangkringan”. Saya lebih memilih menikmati obat tradisional dari penjual jamu dibandingkan toko/warung obat tradisional.

Gambar

Gambar 2.1 Logo dan Penandaan Jamu   (Rahayuda, 2016)
Gambar 2.4 Kerangka konsep
Gambar 3.1 Skema Pengambilan Sampel
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan  Nomor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati dan Manakah

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Penggunaan Obat Tradisional Untuk

Adapun penelitian Cristiana 2014 mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif mengenai kista endometrium di Kecamatan Mlati, Sleman, DIY.. Penelitian ini merupakan

Kecamatan yang terpilih yaitu Kecamatan Mlati dijadikan sebagai model dalam penelitian ini untuk mengetahui profil pengetahuan dan sikap ibu-ibu PKK terkait swamedikasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Pagelaran Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang, dari 95 responden memiliki pengetahuan tentang

Karakteristik responden pada penelitian dengan judul gambaran penggunaan obat tradisional untuk pengobatan sendiri pada masyarakat di Desa Jimus Polanharjo Klaten dapat dilihat

Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, diferensiasi produk, kenyamanan dan jarak terhadap penurunan keuntungan toko tradisional di Kecamatan Mlati dan Manakah