• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. KONSEP DASAR AKUSTIK

N/A
N/A
Carlotta Akiyama

Academic year: 2025

Membagikan "1. KONSEP DASAR AKUSTIK"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR AKUSTIK

(2)

Sound is the sensation produced at the ear by very small pressure fluctuations in the air

Bunyi adalah energi yang menjalar dengan berfluktuasi sangat cepat

melalui suatu medium, baik gas, cair, maupun padat akibat dari perubahan tekanan yang dapat

ditangkap telinga manusia

Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga

karena getaran-getaran melalui media elastis.

Bunyi atau suara adalah serangkaian gelombang yang merambat dari suatu sumber

getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan

juga tekanan suara.

BUNYI

(3)

Sumber Bunyi Media Perambatan

bunyi Penangkap bunyi

Telinga Manusia Alat Ukur Bunyi

dsb

(4)

KEBISINGAN ?

(5)

NOISE

Noise is a word which is normally applied to unwanted sound.

• Kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki

• Kebisingan di tempat kerja adalah semua suara yang tidak

dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran.

(6)

KEBISINGAN

Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak

diinginkan yang umumnya akibat dari kegiatan manusia sehari-

hari.

Sikap Individu terhadap bunyi Karakteristik Bunyi

(7)

NOISE

Steady noise

Non-steady noise

Narrow band noise

Broad band noise

Fluctuating

Intermitent

Impulsive Damaging noise

Masking noise Iritating noise

(8)

STEADY NOISE

Broad band noise menunjuk pada kebisingan yang memiliki rentang frekuensi yang luas atau bising dengan spektrum frekuensi yang luas.

Narrow band noise merupakan kebisingan yang relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja.

(9)

NON-STEADY NOISE

Fluctuating noise merupakan kebisingan yang selalu berubah- ubah selama rentang waktu tertentu.

Intermitent noise merupakan kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah.

Impulsive noise merupakan kebisingan yang dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat.

(10)

KARAKTERISTIK BUNYI

Gelombang bunyi termasuk gelombang mekanik yang memiliki sifat sebagai berikut:

 Dapat dipantulkan (reflected)

 Dapat digabungkan (interfered)

 Dapat dibelokkan (refracted)

 Dapat didefraksikan (diffracted)

(11)

REFLECTION

INTERFERENCE DIFFRACTION

REFRACTION

(12)

v = 𝑓 𝑥 λ

f = λ𝑣 λ = 𝑣

𝑓 Panjang 1 gelombang

"(λ) " adalah jarak antara dua pusat

rapatan

(renggangan) yang berdekatan

Frekuensi getar (f) adalah jumlah

gelombang lengkap yang merambat per satuan waktu yang dinyatakan dalam getaran per detik

dengan satuan (Hertz) Periode (T) adalah

waktu (dalam second) yang dibutuhkan benda tersebut kembali ke

titik

kesetimbangannya

Kecepatan menjalar bunyi pada medium

udara pada suhu ruangan adalah sekitar 340 m/s

(13)

BUNYI

Bunyi yang dapat didengar oleh manusia (normal) sangat terbatas yaitu terletak pada kisaran frekuensi antara 20Hz – 20KHz.

Frekuensi percakapan adalah di antara 250 – 3000Hz.

Frekuensi 4000 Hz adalah frekuensi yang paling peka ditangkap telinga manusia.

(14)
(15)

INTENSITAS BUNYI

• Intensitas bunyi adalah besarnya tekanan (energi) yang dipancarkan oleh suatu sumber bunyi.

• Mengingat intensitas suara (I) sangat bervariasi, mulai dari 0,0002 mikrobar sampai 200 mikrobar, sehingga untuk menyederhanakan digunakan bentuk logaritmis, dimana

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑢𝑎𝑟𝑎 (𝐿𝐼) = 10 𝑙𝑜𝑔 𝐼 𝐼𝑜

dimana, 𝐼𝑜 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑢𝑎𝑟𝑎 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖 = 10−12𝑊/𝑚2

(16)

SOUND POWER

• Kekuatan suara atau daya akustik adalah tingkat di mana energi suara dipancarkan, dipantulkan, dikirim atau diterima, per satuan waktu.

• Satuan sound power adalah watt (W)

𝑃 = 𝐼𝑎𝑣𝑔4𝜋𝑟2

• Dimana 𝐼𝑎𝑣𝑔 adalah rata-rata intensitas suara pada jarak r dari sumber suara

(17)

SOUND PRESSURE

Besarnya tekanan suara (p), satuannya dinyatakan dalam Pascal atau Newton/m2 atau Joule/m2 atau dyne/m2

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑟𝑎 𝐿𝑝 = 20 log 𝑝 𝑝0 dimana 𝑝0 = 2𝑥10−5𝑁/𝑚2

Satuan dari angka yang dihasilkan dari perhitungan di atas ditunjukkan dalam dB Bunyi mengakibatkan

perubahan kerapatan dan tekanan udara.

Perbedaan tekanan udara sebelum dan sesudah dipengaruhi bunyi

disebut tekanan suara (p).

(18)

dB SCALE

Exposure to noise is measured in units of sound pressure levels called decibels, named after Alexander Graham Bell, using A-weighted sound levels (dBA). The A- weighted sound levels closely match the perception of loudness by the human ear.

Why dB scale is used?

The range of values involved in measuring the amplitude of sound is inconveniently large.

The human ear does not respond linearly to different sound levels and the decibel scale relates sound measurement more closely to subjective

impressions of loudness.

The range of sound pressures from 0.00002 to 2.0 Pa is represented on the decibel scale by the range 0 to 100 dB.

(19)
(20)

REFERENSI

South, T. (2004). Managing Noise and Vibration at Work: A Practical Guide to Assessment, Measurement, and Control. Routledge

Bies, D. A., and Hansen, C. A., (2009). Engineering Noise Control 4th edition. Spon Press Soeripto M. (2008). Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Rusjadi, D. (2015). Konsep Dasar Akustik untuk Pengendalian Kebisingan. Yogyakarta:

Penerbit Graha Ilmu

Tambunan, S. T. B., (2005). Kebisingan di Tempat Kerja (Occupational Noise). Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Sumber lain yang mendukung.

(21)

PENGARUH KEBISINGAN

TERHADAP MANUSIA

(22)

1.

MEKANISME

PENGHANTARAN SUARA

(23)

TELINGA

Telinga manusia terdiri dari 3 bagian utama, yakni:

1.

Telinga bagian luar

2.

Telinga bagian tengah

3.

Telinga bagian dalam

23

(24)

TELINGA LUAR

Telinga bagian luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga (auditory canal)

Dibatasi oleh membran timpani

Berfungsi sebagai mikrofon

untuk menampung gelombang suara

24

(25)

TELINGA TENGAH

Terdiri dari osicle yaitu tiga tulang kecil (malleus-incus- stapes)

Berfungsi memperbesar getaran dari membran

timpani dan menyalurkan ke oval window yang

bersifat fleksibel

25

(26)

TELINGA DALAM

Disebut juga cochlea

Mengandung cairan yang di dalamnya terdapat

membran basiler dan organ corti yang terdiri dari sel-sel rambut yang yang

merupakan reseptor pendengaran

26

(27)

Mekanisme konduksi bunyi dalam telinga terjadi di telinga luar yang terdiri dari daun telinga dan saluran telinga, dan telinga tengah terdiri dari membran timpani rantai ossicular (maleus, stapes dan incus.)

Telinga bagian dalam, atau koklea,

mentransduksi getaran yang ditransmisikan ke perilymph melalui rantai okular menjadi impuls saraf yang kemudian dibawa ke otak di mana ia dianggap sebagai suara.

27 Sound Conducting Mechanism And Sound

Transducing Mechanism

(28)

28

Getaran diteruskan ke cairan dalam cochlea (rumah siput)

dan menggetarkan membran basiler Hear sell dalam

cochlea bergetar dan menghasilkan

gelombang listrik yang dihasilkan dari

energi kinestetik Aliran listrik

diteruskan ke otak sebagai sinyal dan

diterjemahkan sebagai bunyi Gelombang bunyi yang berupa getaran udara ditangkap oleh

daun telinga dan masuk ke lubang

telinga

Getaran diteruskan ke tulang-tulang

pendengaran Gelombang suara

menggetarkan

selaput atau gendang telinga

(29)

29

PROSES MENDENGAR

(30)

2.

PENGARUH KEBISINGAN

TERHADAP TENAGA KERJA

(31)

DAMPAK OCCUPATIONAL NOISE

Non Auditory Effect

Pengaruh fisiologis

Pengaruh psikologis

Gangguan komunikasi Auditory Effect

Gangguan pendengaran (ketulian)

31

(32)

PENGARUH FISIOLOGIS

PADA INTERNAL BODY SYSTEM

 Peningkatan tekanan darah (+ 10 mmHg)

 Peningkatan denyut nadi basal metabolisme

 Suara kebisingan dengan intensitas tinggi seperti ledakan dapat menimbulkan

- Kontriksi pembuluh darah - Meningkatkan denyut nadi - Pusing

- Gangguan keseimbangan

 Gangguan tidur

32

(33)

GANGGUAN KOMUNIKASI

Masking effect

Gangguan kejelasan suara (Intelligibility)

Risiko potensial pada pendengaran terjadi apabila komunikasi (pembicaraan) harus dilakukan dengan berteriak → terganggu pekerjaan hingga timbul kecelakaan.

33

(34)

PENGARUH PSIKOLOGIS

Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel, dll.

Reaksi psikologis yang timbul akibat kebisingan misalnya

Mudah marah atau tersinggung

Gugup

Merasa terganggu

34

Suatu penyelidikan yang dilakukan pada tenaga kerja di Industri baja yang terpajan bising membuktikan bahwa pekerja yang terpajan bising ternyata lebih aggressive distrustful, mudah curiga, dan mudah

tersinggung daripada pekerja yang bekerja di lingkungan yang lebih tenang

(35)

PENGARUH KEBISINGAN PADA PERFORMANCE KERJA

Weston, menemukan bahwa terjadi peningkatan

produktivitas sebesar 10% pada pabrik tekstil, dimana tingkat kebisingannya diturunkan dari 96 dB menjadi 87 dB.

Lindah, menemukan bahwa produktivitas tenaga kerja pada industri alat-alat listrik meningkat setelah dilakukan acoustic treatment pada dinding dan atap ruangan untuk mengurangi kebisingan.

35

(36)

PENGARUH FISIOLOGIS

PADA AMBANG PENDENGARAN

Ambang pendengaran adalah suara terendah yang masih dapat didengar

Kebisingan dapat mempengaruhi ambang pendengaran secara fisiologis (yang bersifat sementara), maupun patologis (bersifat menetap)

36

(37)

PENGARUH KEBISINGAN

PADA TERJADINYA KETULIAN

Ketulian sementara (noise induced temporary threshold shift)

Ketulian menetap (noise induced permanent threshold shift)

Acoustic trauma

37

Gangguan pendengaran akibat bising (noice induced hearing loss) adalah penurunan pendengaran atau tuli akibat pajanan bising yang melebihi nilai ambang batas di tempat kerja.

(Kemenkes RI, 2011)

(38)

KETULIAN SEMENTARA (TEMPORARY THRESHOLD SHIFT (TTS) )

Penurunan daya dengar yang sifatnya sementara karena pekerja terpapar bising dengan intensitas tinggi

Apabila pekerja diberikan waktu istirahat yang cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar

semula (untuk pajanan kebisingan lebih dari 85 dB dibutuhkan waktu istirahat selama 3-7 hari).

38

(39)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARNYA PENINGKATAN AMBANG DENGAR

Tingginya tingkat suara

Lama pemajanan

Spektrum suara

Temporary pattern

Kepekaan individu

Pengaruh obat-obatan

Keadaan kesehatan

39

(40)

KETULIAN MENETAP (PERMANENT THRESHOLD SHIFT (PTS))

Ambang dengar yang menurun akibat TTS belum sempat kembali ke ambang dengar semula →namun pekerja sudah terpapar lagi dengan kebisingan → pengaruh kumulatif →tidak terjadi pemulihan sama sekali (ketulian menetap (irreversible))

40

Terjadi karena pemajanan terhadap bising dengan tingkat yang tinggi dalam waktu yang lama

Terjadi sebagai akibat dari proses pemulihan yang tidak sempurna dari TTS

(41)

41

(42)

TAHAPAN TERJADINYA KETULIAN MENETAP

Tahap Pertama Timbul setelah 10-20 hari

terpajan bising Pekerja

mengeuh

telinga berbunyi pada setiap

waktu akhir kerja

42

Tahap Kedua Dapat

berlangsung beberapa bulan sampai

bertahun-tahun Keluhan telinga berbunyi secara intermittent

(sesekali)

Tahap Ketiga Pekerja sudah merasa terjadi gangguan

pendengaran (tidak dapat mendengar detak jam, tdk dapat

mendengar percakapan)

Tahap Keempat Gangguan pendengaran bertambah jelas sehingga

pekerja sukar berkomunikasi

(43)

TINGKAT CACAT PENDENGARAN (Kemenkes, 2011)

Telinga normal: ambang dengar tidak melebihi 25 dB, di dalam pembicaraan biasa tidak ada kesukaran mendengar suara perlahan.

Tuli ringan: ambang dengar antara 25-40 dB, kesukaran mendengar pembicaraan dengan suara perlahan.

Tuli sedang: ambang dengar antara 40-55 dB, seringkali terdapat kesukaran untuk mendengar pembicaraan biasa.

Tuli sedang-berat: ambang dengar antara 55-70 dB, terdapat kesukaran mendengar suara pembicaraan kalau tidak dengan suara keras.

Tuli berat: ambang dengar antara 70-90 dB, hanya dapat mendengar suara yang sangat keras.

Tuli sangat berat: ambang dengar 90 dB atau lebih, sama sekali tidak mendengar

43

(44)

FAKTOR RISIKO

Intensitas bising

Frekuensi

Lama pajanan perhari

Masa kerja

Kepekaan individu

44

Faktor Internal Usia

Aterosklerosis Hipertensi

Gangguan telinga tengah

Faktor Eksternal Suhu abnormal Getaran

Obat / Zat ototoksik

(45)

ACOUSTIC TRAUMA

Disebabkan karena terpajan bising impulsif dengan intensitas tinggi.

Bagian yang mungkin rusak adalah membran timpani, tulang-tulang pendengaran dan cochlea.

45

(46)

MONITORING & EVALUASI KEBISINGAN LINGKUNGAN KERJA

Pertemuan 3

MK. Manajemen Kebisingan, Getaran, dan Ventilasi Industri

(47)

PENGENALAN BAHAYA BISING

Reaksi fisiologi atau keluhan subjektif dari tenaga kerja

merupakan suatu alat yang

baik untuk mengenal adanya bahaya

bising di tempat kerja

Bahaya bising mungkin ada

apabila

Tenaga kerja mengalami kesulitan berkomunikasi di tempat kerja pada jarak 1 – 1,5 m dengan suara setengah berteriak

Tenaga kerja mengeluh karena timbul tinitus dalam telinganya pada setiap akhir kerja

Tenaga kerja mengalami tuli sementara (TTS) yang berkepanjangan

Tenaga kerja merasa ada ganguan pendengaran

Tenaga kerja sulit berkomunikasi

(48)

PEMANTAUAN KEBISINGAN

Evaluasi tingkat kebisingan di suatu tempat kerja

memerlukan data tentang tingkat kebisingan

Pengukuran (dan monitoring) tingkat kebisingan area kerja

(49)

PENGUKURAN KEBISINGAN

Tahapan pengukuran tingkat kebisingan

Preliminary Survey

Menentukan Instrument yang

sesuai

Memastikan instrument yang

digunakan telah dikalibrasi

Melakukan

pengukuran tingkat kebisingan sesuai

dengan tujuan pengukuran

(50)

PENGUKURAN KEBISINGAN

Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan yang berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah:

Untuk mendapatkan data lingkungan tempat kerja atau untuk kepentingan legal

Untuk mengetahui apakah norma atau peraturan telah dilaksanakan

Untuk monitoring

Untuk evaluasi

Untuk pengecekan efektivitas dari kontrol yang ada

Untuk keperluan penelitian

dsb

(51)

INSTRUMENT PENGUKUR

KEBISINGAN

Sound Level Meter Noise Dosimeter

Octave Band Analyzer

(52)

PENGUKURAN KEBISINGAN

Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengukuran kebisingan menggunakan SLM, yakni:

Hindari keberadaan orang-orang atau benda-benda yang posisinya cenderung menutupi microphone SLM

Untuk menganalisis pengaruh kebisingan di lingkungan kerja (Occupational Noise) pastikan skala pembobotan diatur pada posisi A (dB A)

Tingkat kebisingan di suatu area umumnya berubah-ubah, jarang sekali dijumpai dalam keadaan konstan, hal ini sangat mempengaruhi keakurasian hasil penukuran SLM. Perlu dipastikan jenis bising yang akan diukur untuk menentukan response level yang tepat (Slow (response rate sebesar 1 millisecond), Fast (response rate sebesar 0,125 millisecond))

(53)

PENAMBAHAN INTENSITAS

KEBISINGAN

Ukuran desibel dari 2 atau lebih sumber suara tidak dapat ditambahkan begitu saja, hal ini karena satuan decibell (dB) yang biasanya digunakan dalam pengukuran kebisingan merupakan suatu fungsi logaritma.

Untuk mengetahui tingkat intensitas gabungan dari 2 atau lebih sumber suara dapat dilakuan melalui perhitungan intensitas suara masing-masing sumber atau dengan menggunakan grafik.

(54)

1. Dengan

menggunakan rumus tingkat intensitas suara

Tahapan:

1. Matikan mesin 1, mesin 2 hidup ukur intensitasnya.

2. Matikan mesin 2, mesin 1 hidup ukur intensitasnya.

3. Hitung intensitas kebisingan dari masing-masing mesin.

4. Hitung tingkat intensitas kebisingan gabungannya

(55)

Contoh Kasus 1

Terdapat dua buah sumber bising di dalam satu tempat kerja, masing-masing tingkat tekanan suaranya adalah 80 dB. Hitung tingkat kebisingan gabungan jika kedua mesin digunakan bersama.

(56)

Hitung resultan tingkat suara dari gabungan 2 sumber kebisingan yang berbeda yang masing-masing memiliki tingkat kebisingan sebesar 93 dan 95 dB

Contoh Kasus 2

(57)

2. Dengan

menggunakan grafik

penjumlahan tingkat suara

Resultan dari dua sumber bunyi dapat dihitung dengan menggunakan grafik penjumlahan

tingkat suara.

Tahapan:

1. Matikan mesin 1, mesin 2 hidup ukur intensitasnya.

2. Matikan mesin 2, mesin 1 hidup ukur intensitasnya.

3. Hitung selisih tingkat kebisingan mesin 1 &

2.

4. Koreksi dengan grafik penjumlahan tingkat bunyi.

5. Tambahkan hasil koreksi grafik pada tingkat kebisingan yang lebih tinggi.

(58)

TABEL

PENJUMLAHAN KEBISINGAN

Secara sederhana, gabungan dari 2 atau lebih sumber suara dapat dihitung berdasarkan tabel selisih tingkat kebisingan tersebut, namun dengan tingkat ketilitian yang sangat kurang.

Selisih tingkat

kebisingan Besar nilai dB yang harus ditambahkan (pada nilai yang paling tinggi)

0 atau 1 dB 3 dB

2 atau 3 dB 2 dB

4 sampai 9 dB 1 dB

> 10 dB 0 dB

(59)

Merupakan rata-rata paparan kebisingan yang diterima pekerja selama waktu tertentu.

(60)

Seorang pekerja menjalakan tugas di 2 area kerja berbeda yang memiliki tingkat kebisingan yang berbeda. Di area A yang memiliki tingkat kebisingan 86 dB, pekerja tersebut bekerja selama 3 jam dan di area B yang memiliki tingkat kebisingan 91 dB, pekerja tersebut

bekerja selama 2 jam. Berapakah besarnya tingkat kebisingan rata-rata yang diterima pekerja selama 5 jam?

Contoh Kasus 3

(61)

Merupakan besarnya paparan harian yang diterima pekerja dengan mempertimbangkan bahwa besarnya waktu kerja perhari adalah selama 8 jam (1 shift kerja)

(62)

Sejumlah pekerja di unit produksi suatu pabrik terpapar kebisingan sebesar 84 dB. Berapakah besarnya paparan kebisingan harian yang diterima oleh seorang tenaga kerja yang bekerja di area tersebut jika dia bekerja lembur selama 3 jam?

Contoh Kasus 4

(63)

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran

Dibandingkan dengan nilai standar yang

berlaku

Upaya pengendalian dan diagnosa penyakit

(ketulian) akibat kerja

(64)

Threshold limit value for Noise

1. ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienist)

2. International Occupational Safety and Health Information Centre (CIS) (ILO)

(65)
(66)

Berapa lama seorang pekerja diijinkan untuk bekerja di ruangan dengan intensitas kebisingan berikut ini?

a. Ruang 1 dengan intensitas kebisingan 93 dB b. Ruang 2 dengan intensitas kebisingan 101 dB

Contoh Kasus 5

(67)

NILAI AMBANG BATAS (NAB)

NAB untuk Kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan koperasi No. SE-01/MEN/1978 (diadopsi dari Standar yang diterbitkan oleh Asosiasi para Dokter di Inggris)

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE-01/MEN/1998 (mengadopsi Threshold Limit Value yang diterbitkan oleh ACGIH)

(68)

NAB KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari- hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Pasal 5 Ayat 1 : NAB Kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA)

(69)
(70)

NAB 85 dB(A)

NAB merupakan suatu bentuk pengendalian terhadap bahaya kebisingan.

NAB sebesar 85 dB berarti bahwa pada tingkat kebisingan 85 dB sebagian besar pekerja masih berada dalam batas aman untuk bekerja selama 8 jam perhari dan 40 jam per minggu

Risiko dari bahaya kebisingan mungkin masih ada akibat dari beberapa faktor, salah satunya variasi normal dari kepekaan individu (Individual Susceptibility).

NAB sebesar 85 dB yang diberlakukan saat ini paling tidak akan melindungi lebih dari 90% tenaga kerja, sehingga tetap perlu dilakukan perlindungan terhadap kemungkinan risiko yang timbul pada 10% pekerja.

(71)

PERMISSIBLE NOISE DOSE EXPOSURE

(72)

Seorang tenaga kerja bekerja ddi beberapa area kerja yang berebeda. Di area kerja pertama dengan tingkat kebisingan 86 dB pekerja tersebut bekerja selama 2 jam. Di area kedua dengan tingkat kebisingan 87 dB pekerja tersebut bekerja selama 2 jam. Dan di area ketiga dengan tingkat kebisingan sebesar 88 dBA pekerja tersebut bekerja selama 2 jam.

Tentukan apakah pekerja tersebut tersebut aman dari efek yang ditimbulkan dari pajanan kebisingan dari pekerjaannya?

Contoh Kasus 6

(73)

Standar “Ketulian Sementara (TTS) yang Diperkenankan”

Pajanan terhadap intensitas kebisingan maksimum yang diperkenankan yang dinyatakan dalam bentuk “Ketulian Sementara Maksimum yang Diperkenankan selama 8 jam kerja (1 shift kerja) sebagai berikut:

“Apabila terjadi ketulian sementara yang lebih besar dari 12 dB pada frekuensi 2000 Hz, maka hal ini menunjukkan adanya bahaya kerusakan pendengaran”

(74)

HEARING DAMAGE RISK CRITERIA

Merupakan kriteria mengenai kehilangan pendengaran yang cukup serius yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk memahami (mengerti) pembicaraan orang lain.

Untuk menentukan tingkat intensitas kebisingan maksimum yang diperkenankan selama waktu tertentu, yang apabila selama waktu tersebut tidak dilampaui, akan dihasilkan sedikit perubahan yang masih dapat diterima (karena sifatnya sementara) pada tingkat pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising selama hidupnya dalam waktu kerja.

(75)

Kriteria ini memperkenankan tenaga kerja terpajan pada intensitas bising tertentu, yang rata-rata tidak menghasilkan suatu ketulian sementara (TTS) lebih dari:

10 dB pada frekuensi 1000 Hz atau di bawahnya 15 dB pada frekuensi 2000 Hz

20 dB pada frekuensi 3000 Hz atau frekuensi di atasnya

Pemeriksaan audiometri dilaksanakan 2 menit setelah selesai bekerja (8 jam kerja sehari)

HEARING DAMAGE RISK CRITERIA

(76)

MONITORING & EVALUASI KEBISINGAN

LINGKUNGAN KERJA – 1

(77)

PENGENALAN BAHAYA BISING

Reaksi fisiologi atau keluhan subjektif dari tenaga kerja

merupakan suatu alat yang

baik untuk mengenal adanya bahaya

bising di tempat kerja

Bahaya bising mungkin ada

apabila

Tenaga kerja mengalami kesulitan berkomunikasi di tempat kerja pada jarak 1 – 1,5 m dengan suara setengah berteriak

Tenaga kerja mengeluh karena timbul tinitus dalam telinganya pada setiap akhir kerja

Tenaga kerja mengalami tuli sementara (TTS) yang berkepanjangan

Tenaga kerja merasa ada ganguan pendengaran

Tenaga kerja sulit berkomunikasi

(78)

PEMANTAUAN KEBISINGAN

Evaluasi tingkat kebisingan di suatu tempat kerja

memerlukan data tentang tingkat kebisingan

Pengukuran (dan monitoring) tingkat kebisingan area kerja

(79)

PENGUKURAN KEBISINGAN

Tahapan pengukuran tingkat kebisingan

Preliminary Survey

Menentukan Instrument yang

sesuai

Memastikan instrument yang

digunakan telah dikalibrasi

Melakukan

pengukuran tingkat kebisingan sesuai

dengan tujuan pengukuran

(80)

PENGUKURAN KEBISINGAN

Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan yang berbeda-beda, beberapa diantaranya adalah:

Untuk mendapatkan data lingkungan tempat kerja atau untuk kepentingan legal

Untuk mengetahui apakah norma atau peraturan telah dilaksanakan

Untuk monitoring

Untuk evaluasi

Untuk pengecekan efektivitas dari kontrol yang ada

Untuk keperluan penelitian

dsb

(81)

INSTRUMENT PENGUKUR

KEBISINGAN

Sound Level Meter Noise Dosimeter

Octave Band Analyzer

(82)

PENGUKURAN KEBISINGAN

Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengukuran kebisingan menggunakan SLM, yakni:

Hindari keberadaan orang-orang atau benda-benda yang posisinya cenderung menutupi microphone SLM

Untuk menganalisis pengaruh kebisingan di lingkungan kerja (Occupational Noise) pastikan skala pembobotan diatur pada posisi A (dB A)

Tingkat kebisingan di suatu area umumnya berubah-ubah, jarang sekali dijumpai dalam keadaan konstan, hal ini sangat mempengaruhi keakurasian hasil penukuran SLM. Perlu dipastikan jenis bising yang akan diukur untuk menentukan response level yang tepat (Slow (response rate sebesar 1 millisecond), Fast (response rate sebesar 0,125 millisecond))

(83)

PENAMBAHAN INTENSITAS

KEBISINGAN

Ukuran desibel dari 2 atau lebih sumber suara tidak dapat ditambahkan begitu saja, hal ini karena satuan decibell (dB) yang biasanya digunakan dalam pengukuran kebisingan merupakan suatu fungsi logaritma.

Untuk mengetahui tingkat intensitas gabungan dari 2 atau lebih sumber suara dapat dilakuan melalui perhitungan intensitas suara masing-masing sumber atau dengan menggunakan grafik.

(84)

1. Dengan

menggunakan rumus tingkat intensitas suara

Tahapan:

1. Matikan mesin 1, mesin 2 hidup ukur intensitasnya.

2. Matikan mesin 2, mesin 1 hidup ukur intensitasnya.

3. Hitung intensitas kebisingan dari masing-masing mesin.

4. Hitung tingkat intensitas kebisingan gabungannya

𝑑𝐵 = 10 𝐿𝑜𝑔 𝐼 𝐼0

𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼0 = 10−12𝑊/𝑚2

(85)

Contoh Soal

Terdapat dua buah sumber bising di dalam satu tempat kerja, masing-masing tingkat tekanan suaranya adalah 80 dB. Hitung tingkat kebisingan gabungan jika kedua mesin digunakan bersama.

(86)

Contoh Soal

Hitung resultan tingkat suara dari gabungan 2 sumber kebisingan yang berbeda yang masing-masing memiliki tingkat kebisingan sebesar 93 dan 95 dB

(87)

2. Dengan

menggunakan grafik

penjumlahan tingkat suara

Resultan dari dua sumber bunyi dapat dihitung dengan menggunakan grafik penjumlahan

tingkat suara.

Tahapan:

1. Matikan mesin 1, mesin 2 hidup ukur intensitasnya.

2. Matikan mesin 2, mesin 1 hidup ukur intensitasnya.

3. Hitung selisih tingkat kebisingan mesin 1 &

2.

4. Koreksi dengan grafik penjumlahan tingkat bunyi.

5. Tambahkan hasil koreksi grafik pada tingkat kebisingan yang lebih tinggi.

(88)

TABEL

PENJUMLAHAN KEBISINGAN

Secara sederhana, gabungan dari 2 atau lebih sumber suara dapat dihitung berdasarkan tabel selisih tingkat kebisingan tersebut, namun dengan tingkat ketilitian yang sangat kurang.

Selisih tingkat

kebisingan Besar nilai dB yang harus ditambahkan (pada nilai yang paling tinggi)

0 atau 1 dB 3 dB

2 atau 3 dB 2 dB

4 sampai 9 dB 1 dB

> 10 dB 0 dB

(89)

NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN

Permenaker No. 5 Tahun 2018

Permenkes No. 70 Tahun 2016

Kepmen LH No. KEP-48/MENLH/11 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

(90)

EQUIVALENT CONTINUOUS LEVEL (𝐿 𝑒𝑞 )

Merupakan rata-rata paparan kebisingan yang diterima pekerja selama waktu tertentu.

𝐿𝑒𝑞 = 10 𝐿𝑜𝑔 1

σ 𝑡(𝑡1𝑥1010𝐿1 + 𝑡2𝑥10𝐿102 + … + 𝑡𝑛𝑥10𝐿10𝑛)

𝐿𝑒𝑞 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛

𝐿1 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝐿2 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝐿𝑛 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑒 − 𝑛

𝑡1 = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿1 𝑡2 = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿2 𝑡𝑛 = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑛 σ𝑡 = 𝑡1 + 𝑡2 + ⋯ + 𝑡𝑛

(91)

Contoh Soal

Seorang pekerja menjalakan tugas di 2 area kerja berbeda yang memiliki tingkat kebisingan yang berbeda. Di area A yang memiliki tingkat kebisingan 86 dB, pekerja tersebut bekerja selama 3 jam dan di area B yang memiliki tingkat kebisingan 91 dB, pekerja tersebut

bekerja selama 2 jam. Berapakah besarnya tingkat kebisingan rata-rata yang diterima pekerja selama 5 jam?

(92)

THE DAILY PERSONAL EXPOSURE (𝐿

𝐸𝑃,𝑑

)

Merupakan besarnya paparan harian yang diterima pekerja dengan mempertimbangkan bahwa besarnya waktu kerja perhari adalah selama 8 jam (1 shift kerja)

𝐿𝐸𝑃,𝑑 = 10 𝑥 𝐿𝑜𝑔 1

8(𝑡1𝑥1010𝐿1 + 𝑡2𝑥10𝐿102 + ⋯ + 𝑡𝑛𝑥10𝐿10𝑛)

𝐿𝐸𝑃,𝑑 = 𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛

(𝑑𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = 8 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖) 𝐿1 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

𝐿2 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 𝐿𝑛 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑒 − 𝑛 𝑡1 = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿1 𝑡2 = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿2 𝑡𝑛 = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑝𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑖𝑠𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑛

(93)

Contoh Soal

Sejumlah pekerja di unit produksi suatu pabrik terpapar kebisingan sebesar 84 dB. Berapakah besarnya paparan kebisingan harian yang diterima oleh seorang tenaga kerja yang bekerja di area tersebut jika dia bekerja lembur selama 3 jam?

(94)

MONITORING & EVALUASI KEBISINGAN

LINGKUNGAN KERJA - 2

(95)

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran

Dibandingkan dengan nilai standar yang

berlaku

Upaya pengendalian dan diagnosa penyakit

(ketulian) akibat kerja

(96)

Threshold limit value for Noise

1. ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienist)

2. International Occupational Safety and Health Information Centre (CIS) (ILO)

(97)
(98)

Soal 1

Berapa lama seorang pekerja diijinkan untuk bekerja di ruangan dengan intensitas kebisingan berikut ini?

a. Ruang 1 dengan intensitas kebisingan 93 dB b. Ruang 2 dengan intensitas kebisingan 101 dB

(99)

NILAI AMBANG BATAS (NAB)

NAB untuk Kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan koperasi No. SE-01/MEN/1978 (diadopsi dari Standar yang diterbitkan oleh Asosiasi para Dokter di Inggris)

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE-01/MEN/1998 (mengadopsi Threshold Limit Value yang diterbitkan oleh ACGIH)

(100)

NAB KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja

Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted average) yang dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Pasal 5 Ayat 1 : NAB Kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel A (dBA)

(101)
(102)

NAB 85 dB(A)

NAB merupakan suatu bentuk pengendalian terhadap bahaya kebisingan

NAB sebesar 85 dB berarti bahwa pada tingkat kebisingan 85 dB sebagian besar pekerja masih berada dalam batas aman untuk bekerja selama 8 jam perhari dan 40 jam per minggu

Risiko dari bahaya kebisingan mungkin masih ada akibat dari beberapa faktor, salah satunya variasi normal dari kepekaan individu (Individual Susceptibility)

NAB sebesar 85 dB yang diberlakukan saat ini paling tidak akan melindungi lebih dari 90%

tenaga kerja, sehingga tetap perlu dilakukan perlindungan terhadap kemungkinan risiko yang timbul pada 10% pekerja

(103)

PERMISSIBLE NOISE DOSE EXPOSURE

Untuk menentukan efek gabungan dari paparan kebisingan

𝐷 = 𝐶1

𝑇1 + 𝐶2

𝑇2 + 𝐶3

𝑇3 + ⋯ + 𝐶𝑛

𝑇𝑛

C = waktu pemaparan pada tingkat kebisingan tertentu (dalam jam)

T = waktu pemaparan yang diperkenankan pada tingkat kebisingan tersebut (dalam jam)

Jika nilai D < 1, maka pekerja dapat dikatakan aman (tidak akan mengalami penurunan daya dengar atau tidak mendapat pengaruh negatif dari pajanan kebisingan tersebut)

(104)

Soal 2

Seorang tenaga kerja bekerja ddi beberapa area kerja yang berebeda. Di area kerja pertama dengan tingkat kebisingan 86 dB pekerja tersebut bekerja selama 2 jam. Di area kedua dengan tingkat kebisingan 87 dB pekerja tersebut bekerja selama 2 jam. Dan di area ketiga dengan

tingkat kebisingan sebesar 88 dBA pekerja tersebut bekerja selama 2 jam.

Tentukan apakah pekerja tersebut tersebut aman dari efek yang ditimbulkan dari pajanan kebisingan dari pekerjaannya?

2/6+2/5+2/4=1,2

(105)

Standar “Ketulian Sementara (TTS) yang Diperkenankan”

Pajanan terhadap intensitas kebisingan maksimum yang diperkenankan yang dinyatakan dalam bentuk “Ketulian Sementara Maksimum yang Diperkenankan selama 8 jam kerja (1 shift kerja) sebagai berikut:

“Apabila terjadi ketulian sementara yang lebih besar dari 12 dB pada frekuensi 2000 Hz, maka hal ini menunjukkan adanya bahaya kerusakan pendengaran”

(106)

HEARING DAMAGE RISK CRITERIA

Merupakan kriteria mengenai kehilangan pendengaran yang cukup serius yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk memahami (mengerti) pembicaraan orang lain

Untuk menentukan tingkat intensitas kebisingan maksimum yang diperkenankan selama waktu tertentu, yang apabila selama waktu tersebut tidak dilampaui, akan dihasilkan sedikit perubahan yang masih dapat diterima (karena sifatnya sementara) pada tingkat pendengaran tenaga kerja yang terpajan bising selama hidupnya dalam waktu kerja

(107)

HEARING DAMAGE RISK CRITERIA

Kriteria ini memperkenankan tenaga kerja terpajan pada intensitas bising tertentu, yang rata- rata tidak menghasilkan suatu ketulian sementara (TTS) lebih dari:

10 dB pada frekuensi 1000 Hz atau di bawahnya 15 dB pada frekuensi 2000 Hz

20 dB pada frekuensi 3000 Hz atau frekuensi di atasnya

Pemeriksaan audiometri dilaksanakan 2 menit setelah selesai bekerja (8 jam kerja sehari)

(108)

PENGENDALIAN

KEBISINGAN

(109)

NOISE CONTROL

Elimination

Subtitution

Engineering Control

Administrative Control

Hearing Protection Device

(110)

ENGINEERING CONTROL

Pada penerepan engineering control untuk pengendalian kebisingan dikenal penggunaan beberapa alat/bahan sebagai berikut:

Noise barrier (penghalang kebisingan) : memantulkan gelombang suara yang diterima kembali ke arah suara sehingga tidak menembus belakang barrier.

Natural noise barrier

Artificial sound barrier → bergantung pada density (masa jenis) dan limpness (kelunakan)

Noise absorber (penyerap kebisingan) : menyerap gelombang yang mengenai suatu struktur sehingga intensitas gelombang suara dalam ruangan dimana sumber kebisingan

ditempatkan dapat dikurangi.

Noise damper (peredam kebisingan) : memasang material viscoelastic berupa lembaran atau cairan langsung pada permukaan penerima getaran.

(111)
(112)

ENGINEERING CONTROL

Perawatan

Mengganti komponen mesin yang sudah tua, aus, dan mengeras

Pelumasan pada bagian-bagian mesin yang bergesekan dan pengencangan bagian-bagian mesin yang mulai longgar

Penggantian Proses

Proses pengelasan sebagai pengganti proses rivetting

Mengurangi intensitas gaya yang mengenai bidang getar

Mengurangi respons getaran permukaan yang bergetar

Menambah penegar

Menambah kekakuan material

Menambah massa komponen pendukung permukaan yang bergetar

(113)

ENGINEERING CONTROL

Mengurangi radiasi suara yang dihasilkan oleh permukaan yang bergetar

Mengurangi ukuran keseluruhan bidang getar

Melubangi permukaan

Penyeimbang tekanan pada bidang getar (memperbanyak sisi bebas)

Mengurangi volume dan berat material/benda kerja yang bergerak

Mengurangu transmisi suara di udara (air borne sound)

Menggunakan material penyerap suara

Menggunakan sound barrier

Machine containment

Menggunakan baffles

(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)

ADMINISTRATIVE CONTROL

 Memasukkan unsur pengendalian kebisingan dalam SOP

Job Rotation

 Menetapkan peraturan tentang

penggunaan waktu istirahat di tempat tanpa pajanan bising

Warning sign

 Menetapkan sanksi

(120)

HEARING PROTECTION DEVICE

Hearing Protection Device (HPD) bekerja dengan menutupi sebagian telinga manusia agar intensitas gelombang suara yang masuk ke dalam telinga menjadi lebih sedikit.

Earplug

Earmuff

Canal caps

(121)

EARPLUG

Terbuat dari bermacam-macam material seperti busa PVC, Polyurethane, Polyethylene, silikon, dll.

Secara teknis, earplug (aural) lebih banyak dikenakan pada

tempat-tempat bising berfrekuensi rendah (kamar mesin diesel).

Formable earplug

Premolded Earplug

Custom-molded earplug

(122)

PROSEDUR UMUM PENGGUNAAN DISPOSABLE EARPLUG

Pastikan tangan dalam keadaan bersih saat memegang earplug

Pastikan earplug dalam kondisi baik (tidak robek, retak, patah, berlubang)

Pemakai earplug tidak diperkenankan melepas pasang earplug di tempat bising

Peganglah earplug dengan ibu jari dan telunjuk, putar dan di tekan ke arah garis tengah silinder sehingga mengecil dan dapat dimasukka ke dalam lubang telinga

Tarik daun telinga dengan tangan yang lain ke arah atas (untuk meluruskan ear canal) agar penempatan ear plug efektif. Kemudian masukkan earplug dengan segera secara perlahan.

Setelah 15 sampai 25 detik earplug akan mengembang sendiri sesuai bentuk saluran telinga.

Pengujian dapat dilakukan dengan menutup telinga dengan tangan setelah pemasangan earplug.

Jika tidak terdapat perbedaan tingkat kebisingan yang didengar saat menutup dan membuka tangan berarti earplug telah terpasang dengan sempurna.

Mengeluarkan earplug dapat dilakukan secara perlahan sambil memutar earplug dengan telunjuk dan ibu jari

(123)
(124)

EARMUFF

Earmuff lebih sesuai digunakan untuk tempat-tempat bising dengan frekuensi tinggi (seperti tempat

pemotongan logam, bandara, dan lain-lain).

Penggunaan earmuff pada tempat bising berfrekuensi rendah (< 400Hz) agak kurang tepat karena earmuff akan berresonansi/bergetar.

Pengguna earmuff harus memastikan seluruh bagian telinga harus benar-benar tertutup oleh bagian

pelindung earmuff tanpa ada pengganggu (rambut).

(125)

CANAL CAPS

Digunakan untuk menutup lubang telinga

Tingkat perlindungan yang diberikan cukup rendah dibandingkan earplug dan earmuff

Alat ini cocok digunakan saat pekerja relatif sering melepas dan memasnag alat pelindung (tidak untuk pemakaian dalam waktu lama).

(126)

NOISE REDUCTION RATING

Adalah ukuran kemampuan sebuah alat pelindung pendengaran dalam mengurangi tingkat kebisingan (dinyatakan dalam dB) Makin tinggi NRR, makin besar tingkat kebisingan yang bisa direduksi oleh alat pelindung pendengaran tersebut.

Informasi tentang besarnya NRR umumnya tertera pada kemasan APD (berkisar antara 15- 35 dB)

(127)

NRR Derating

Some people select HPD’s by the highest NRR, but NRR tends to overestimate real-world protection

OSHA

Apply a 50% factor to the manufacturer's labeled NRR

The NIOSH Noise Criteria document (1998) suggests derating:

Earmuffs -25%

Foam plugs (Formable earplug) -50%

Molded (flanged) plugs -70%

EPA

SL ear (dBA) = SL ambient (dBC) – NRR

SL ear (dBA) = SL ambient (dBA) – (NRR – 7)

(128)

DUAL

PROTECTION

Using a combination of ear plugs and muffs is

recommended for exposures of 8 hours above 100- 105dB(A) (time weighted avg.)

To compute NRR from dual protection:

Add 5 dB to the HPD with most protection/highest derated NRR of two selected.

(129)

INDUSTRIAL

AUDIOMETRY

(130)

HEARING ABILITY

Idealnya, gangguan pendengaran harus dievaluasi berdasarkan kemampuan seseorang (atau ketidakmampuan) untuk mendengar ucapan normal dalam kondisi sehari-hari.

Kemampuan seseorang untuk mendengar kalimat dan mengulanginya dengan benar di lingkungan yang sepi dianggap sebagai bukti yang memuaskan tentang kemampuan pendengaran yang memadai.

Tes pendengaran dengan nada murni digunakan secara ekstensif untuk memantau status pendengaran seseorang dan kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran.

Kemampuan seseorang untuk mendengar nada murni (pemeriksaan audiometri) berhubungan dengan pendengaran ucapan (untuk komunikasi percakapan sehari-hari).

(131)

HEARING DAMAGE RISK CRITERIA (HRDC)

Chapter 11.2 of the American Medical Association’s (AMA)

Guides to the Evaluation of Permanent Impairment, 5th edition

(American Medical Association, copyright 2000) includes criteria for evaluating permanent impairment resulting from the principal dysfunctions of the ear.

Permanent impairment is expressed in terms of impairment of the whole person.

“Monaural hearing impairment is evaluated by determining hearing threshold levels for each ear at test frequencies of 500, 1,000, 2,000, and 3,000 Hz. If the average of these hearing levels is 25 dB or less, no impairment is considered to exist in the ability to hear everyday sounds under

everyday listening conditions.”

(132)

FACTORS RELATED TO HEARING ABILITY

Intensitas kebisingan (sound pressure level)

Jenis kebisingan (spektrum frekuensi)

Periode paparan setiap hari (jadwal kerja per hari)

Durasi kerja total (masa kerja)

Kerentanan individu

Usia pekerja

Gangguan pendengaran dan penyakit telinga yang telah dialami sebelumnya

Karakter lingkungan di mana kebisingan dihasilkan

Jarak dari sumber bising

Posisi telinga arah gelombang suara

(133)
(134)

OBJECTIVES

Menyediakan data tentang ketajaman (kemampuan pendengaran) pendengaran karyawan.

Pemeriksaan efektivitas tindakan pengendalian kebisingan dengan mengukur ambang pendengaran dari karyawan yang terpajan.

Mencatat pergeseran ambang pendengaran yang signifikan pada karyawan yang terpapar selama masa kerja mereka.

Mematuhi peraturan pemerintah.

(135)

AUDIOMETER

Referensi

Dokumen terkait

Tidak dikehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja (Sritomo Wignjosoebroto, 2003), kebisingan dapat bersumber

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan

Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya yang dimaksud dengan kebisingan dalam NAB ini adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses

Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya yang dimaksud dengan kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat proses produksi dan atau alat kerja

13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

Penyerapan bunyi diperlukan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki. Bahan penyerapan bunyi yang sering digunakan adalah bahan yang berpori, penyerapan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

Kebisingan juga dapat didefinisikan sebagai suara yang mengganggu Dalam perancangan arsitektur, kebisingan berasal dari dalam atau luar bangunan NOISE-KEBISINGAN Bunyi atau