ISSN: 2655-1586
7
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 7 -10
Penerapan Tema Arsitektur Metafora pada Perancangan Museum Seni Kontemporer di Kota Banda Aceh
Adinda Rizki Ritonga1, Elysa Wulandari2, Bustari2
1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan Faklutas Teknik Universitas Syiah Kuala
2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Jalan Tengku syech Abdur Rauf No.7, Darussalam, Banda Aceh 23111 Telepon/Fax. (0651) 7552222.
Email: [email protected]
Abstract
Museums in Indonesia are usually known for their old-fashioned and umkempt impression. Unlike the museums abroad that are frequently visited. The kind of museum that will be designed is one that made specifically to accommodate the function of the museum itself, by displaying the works of Indonesian and worldwide artists. This museum is designed with the educational purposes to provides art education to the society. And also as a recreation destination for people who are into art and culture can see and enjoy contemporary artworks be it domestic or international artworks. The museum is designed with metaphoric arhitecture implementation because it’s form should be more unique than other buildings. With the intention to provide an identity to the museum and to attract visitors. The basic approach used as the reference in formulating the planning and design of this contemporary art museum are from a functional, contextual and architectural aspect which is expected to be a well-made design that can accomodate all the needs of visitors from various group of people..
Keyword: Museum, Contemporary Art, Methapors, Banda Aceh.
Abstrak
Museum di Indonesia biasanya terkenal dengan kesan kuno dan tidak terawatnya. Tidak seperti museum luar negeri yang sering dikunjungi. Jenis museum yang akan dirancang adalah jenis yang di buat khususnya untuk mengakomodasi fungsi dari museum itu sendiri, dengan memamerkan/menampilkan karya-karya dari seniman Indonesia maupun dunia. Museum ini dirancang dengan tujuan edukasi untuk menyediakan pendidikan seni kepada masyarakat. Dan juga sebagai tempat rekreasi untuk orang-orang yang menyukai seni dan budaya sehingga dapat melihat dan menikmati karya-karya kontemporer, baik itu karya domestik maupun karya internasional. Museum ini dirancang menggunakan implementasi arsitektur metafora dikarenakan bentuknya yang harus lebih unik dibandingkan bangunan lain. Dengan maksud untuk menyediakan identitas museum dan juga menarik pengunjung. Pendekatan dasar yang digunakan sebagai referensi dalam menyusun perecanaan dan perancnagan dari museum seni kontemporer ini adalah dari aspek fungsional, kontekstual, dan arsitektural yang diharapkan menjadi sebuah rancangan yang baik yang dapat mengakomodasi kebutuhan pengunjung dari berbagai kalangan.
Kata Kunci: Museum, Seni Kontemporer, Metafora, Banda Aceh.
1. Pendahuluan
Museum merupakan lembaga yang tetap dan menyediakan layanan untuk kepentingan publik yang terbuka untuk umum dan tidak bertujuan semata-mata untuk mencari keuntungan dalam mengumpulkan, memelihara, meneliti dan memamerkan benda-benda yang merupakan bukti evolusi alam dan manusia untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. [1] Minimnya minat masyarakat untuk mengunjungi dan membuat museum menjadi tujuan wisata lantaran masih banyak orang yang menduga museum itu membosankan, antik dan menakutkan. [3]
Pemahaman seni kontemporer menurut istilah Latin yaitu contemporarius yang adalah kombinasi menurut dua istilah, yaitu com yg berarti "beserta" & temporarius yang berarti "waktu". Maka, pengertian seni kontemporer merupakan seni yg lahir sebagai gambaran menurut ketika berjalan. Apa yg dianggap menjadi sesuatu yang baru dalam waktu ini akan dipercaya hal yang lama pada hari berikutnya. Maka dalam hal ini,
seni kontemporer bersanding menggunakan waktu yg terus berubah.
Museum di Indonesia sangat sepi pengunjung.
Tantangan terbesar museum adalah mengakui bahwa museum itu buat masyarakat dan masa depan museum tergantung dalam pengembangan diri untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Oleh karena itu, museum di Indonesia juga wajib mulai membuka dan mulai menerapkan contoh komunikasi yg dikombinasikan dengan model komunikasi interpersonal dimana pengunjung bisa secara aktif berpartisipasi dan menjadi bagian dari pameran lantaran inilah yg diharapkan oleh masyarakat, terutama di masyarakat Banda Aceh.
Mengenai tidak adanya fasilitas yang secara khusus dimaksudkan untuk mengakomodasi kasus ini di daerah Kota Banda Aceh, perancang merasa perlu mengangkat ini sebagai suatu perkara dalam desain. Dalam upaya memecahkan masalah terkait informasi yang telah diangkat, Desain Museum Seni Kontemporer di Banda Aceh ini diharapkan bisa berperan sebagai solusi utama.
ISSN: 2655-1586
8
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 7 -10
Perancangan Museum Seni Kontemporer di Banda Aceh menggunakan pendekatan metafora. Metafora merupakan kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menyebabkan sebuah tanggapan dari orang yang melihat karyanya.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Museum
Museum adalah bangunan yang digunakan sebagai lokasi pameran tetap seperti benda-benda yang pantas mendapat perhatian publik, seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu pengetahuan, tempat menyimpan benda- benda antik. [6]
Museum ini adalah tempat untuk menyimpan, memelihara, mengamankan dan memanfaatkan benda- benda yang dihasilkan dari budaya manusia, alam dan lingkungan untuk mendukung upaya melindungi dan melestarikan kekayaan budaya bangsa. [4]
2.2 Seni kontemporer
Kontemporer terdiri dari dua kata, yaitu co dan tempo. Dimana co berarti bersama dan tempo berarti waktu. Sehingga seni kontemporer dapat diartikan sebagai seni yang berjalan sebagai gambaran waktu yang sedang berjalan. [7]
2.3 Arsitektur metafora
Metafora adalah kiasan atau bentuk ekspresi, yang dimanifestasikan pada bangunan dengan suatu harapan bahwa mereka akan membangkitkan tanggapan dari orang-orang yg melihat karyanya. Ada tiga kategori metafora, yaitu: [5]
a. Intangible Metaphor (metafora tak berwujud), yang merupakan metafora yang berasal dari konsep, ide, sifat dan nilai manusia seperti: individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi dan budaya. [5]
b. Tangible Metaphor (metafora yang berwujud atau terlihat, yaitu, metafora yang berasal dari hal-hal visual atau karakter tertentu dari suatu objek seperti rumah adalah istana, maka bentuk rumah menyerupai istana. [5]
c. Combined Metaphor (penggabungan antara berwujud dan tidak berwujud), yang merupakan penggabungan dengan membandingkan objek visual dengan yang lain yang memiliki nilai konsep yang sama dengan objek visualnya. [5]
2.4 Arsitektur sebagai ikon dengan konsep kinetik visual
Kinetik visual merupakan sebuah prinsip pendekatan dalam perancangan yang didasari pada tingkatan jarak pandang pengguna terhadap kawasan dengan objek yang besar. Prinsip kinetik visual adalah sebuah konsep/ide dalam mengembangkan perancangan menjadi suatu ikon atau symbol pada sebuah Kawasan.
Konsep visi kinetik dalam desain dibagi menjadi tiga skala [9]:
a. Skala makro: objek dilihat dari luar dan dapat menyebabkan penyebab kekaguman dan rasa ingin tahu. Pada skala yang lebih besar, objek adalah titik fokus.
b. Skala meso: objek dapat dilihat berupa fasad bangunan.
c. Skala mikro: pengunjung dapat merasakan interior bangunan dan bisa melihat eksterior.
3. Hasil dan Pembahasan Rancangan
Dalam perancangan Museum Seni Kontemporer diperlukan landasan konsep yang akan melandasi perancangan fisik bangunan dengan acuan dasar pendekatan perencanaan dan perancangan arsitektur.
Dasar pendekatan tersebut sebagai berikut:
3.1 Konsep tapak
3.1.1 Konsep layout bangunan
Peletakan bangunan yang sesuai dengan GSB yaitu jauh dari badan jalan untuk meminimalisirnya kebisingan yang berasal dari jalan. Tidak menggunakan pemagaran agar tetap adanya komunikasi antara bangunan dengan lingkungan.
Gambar 1 Konsep Layout Bangunan
Bangunan menghadap ke jalan arteri sekunder (Timur) karena para pengguna jalan yang berkendara berasal dari arah kota yang menuju ke arah kawasan wisata di ulee lheue agar pandangannya tertuju ke bagian tampak depan dari bangunan tersebut.
3.1.2 Prinsip jarak pandang ketinggian bangunan Ketinggian bangunan dan bentuk bangunan sebagai ikon sebuah kawasan merupakan prinsip kinetik visual. Pada perancangan ini kinetik visual dapat dirasakan oleh pengguna yang dapat melihat objek bangunan karena ketinggian bangunan setinggi 20 meter.
bentuk bangunan yang menyerupai bunga teratai merupakan simbol kawasan tersebut sehingga pada skala mikro pengguna dapat melihat keseluruhan bangunan.
Pada skala meso maka pengguna dapat melihat fasad bangunan dan juga pada skala makro pengguna dapat melihat detail dari fasad bangunan.
Gambar 2 Prinsip Jarak Pandang
3.2 Konsep sirkulasi
3.2.1 Prinsip cara capai bangunan
Para wisatawan yang berkunjung ke museum harus melalui jalur perputaran jalan selanjutnya agar bisa mencapai ke jalur masuk museum dan menuju jalur keluar untuk meninggalkan site museum tersebut. Jalur masuk dan keluar dibuat berbeda agar memudahkan
ISSN: 2655-1586
9
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 7 -10
sirkulasi pengunjung yang baru datang dan pengunjung yang keluar. Berikut cara prinip capai bangunan:
Gambar 3 Prinsip Cara Capai Bangunan
3.3 Konsep ruang terbuka
a. Mengaplikasikan dinding-dinding taman di sekeliling tapak untuk mempertegas batas-batas tapak.
b. Mengaplikasikan tanaman sebagai penghalang bising, sebagai perlindungan dari angin dan sebagai penghalang dari sinar matahari.
Gambar 4 Konsep Ruang Terbuka
3.4 Penerapan tema
a. Konsep ide bentukIde bentuk diambil dari bentuk bunga teratai yang melambangkan bentuk keindahan secara keseluruhan baik dari perpaduan warna daun hijau dan juga dari bentuk kelopak bunganya.
Gambar 5 Konsep Ide Bentuk
Berdasarkan lokasi perancangan juga menjadipertimbangan bunga teratai yang dipilih sebagai terapan bentuk karena lokasi site yang terletak disekitar daerah perairan. Karena bunga teratai hidup di area perairan. Oleh sebab itu
pemilihan bentuk yang sama dengan sifatnya lokasi perancangan adalah bunga teratai.
a. Konsep pola atap bangunan
Pada bagian atap bangunan lantai dua di buat konsep green roof. Selain mengambil bentuk daun teratai agar sesuai dengan tema metafora, green roof ini juga berfungsi sebagai pendingin ruangan didalamnya karena hawa panas oleh matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan terlebih dahulu diserap oleh atap bangunan.
Bentuk pola penghijauan pada area atap juga dambil dari pola serat daun teratai. Tidak hanya menjadi fungsi estetika namun pada bagian garis-garis silang tersebut juga berfungsi sebagai tempat mengalirnya air hujan yang dialirkan langsung ketanaman tersebut dan juga penampungan air.
Gambar 6 Konsep Pola Atap Bangunan
b. Konsep bentuk kelopak bangunan
Selain sebagai estetika dan juga focal point bangunan, kelopak bunga teratai yang diterapkan pada bangunan juga difungsikan sebagai struktur atap yang menampung air hujan yang masuk lalu meneruskan ke dalam bangunan sebagai air mancur.
Gambar 7 Konsep Bentuk Kelopak Bangunan
Pada bagian inti atap bangunan mengikuti bentuk dari kelopak bunga teratai. Hanya saja diambil dua tingkatan kelopak dari bawah, tidak menerapkan keseluruhan kelopak karena pertimbangan pada bangunan tidak maksimal, hanya menjadi ikon estetika saja namun tidak mempunyai fungsi yang khusus.
c. Konsep bentuk dinding bangunan
Terciptanya bentuk bangunan 3 lantai dengan bentuk seperti ini, di ilustrasikan dari bentuk daun teratai yang disusun dengan diameter daun teratai yang berbeda-beda.
ISSN: 2655-1586
10
JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 3, No.3, Agustus 2019, hal 7 -10
Gambar 8 Konsep Bentuk Dinding Bangunan
d. Konsep pola fasad dan bentuk kolom
Adanya penggunaan fasad dalam sisi-sisi bangunan bertujuan buat menghalangi sinar matahari langsung meresap pada dinding bangunan. Pada fasad terlihat adanya permainan pola dengan ritme yg permanen.
Terciptanya bentuk pola fasad ini pula diambil dari bunga teratai, yaitu pada waktu bunga teratai belum mengembang yang disusun sejajar secara horizontal.
Adanya pemilihan kolam bundar berdasarkan berdasarkan bentuk bangunan yg telah dari awalnya bulat (bulat) supaya selaras, selain itu pemilihan bentuk kolom bundar pula diterapkan dari tangkai bunga teratai.
Gambar 9 Konsep Pola Fasad dan Bentuk Kolom
e. Konsep perairan pada bangunan
Perencanaan pembuatan kolam yang bertingkat untuk menambah estetika pada bangunan dan menggunakan air mancur kecil sebagai estetika dan juga sebagai penghawaan alami yang dihasilkan oleh percikan air. Ide mula awalnya perencanaan pembuatan kolam adalah sebagai media pendukung dari konsep metafora yang mengambil bentuk bunga teratai. Sesuai ekosistemnya bunga teratai berkembang biak di area perairan. Elemen air yang ditambahkan pada beberapa titik sekeliling bangunan bertujuan memaksimalkan dari konsep bunga teratai tersebut yang berada di perairan.
Gambar 10 Konsep perairan pada bangunan
4. Kesimpulan
Dari beberapa ulasan dapat disimpulkan bahwa Museum tidak hanya menjadi tempat memamerkan barang bersejarah atau benda-benda kuno, namun museum juga wajib mempunyai daya tarik dari segi bentuk bangunan, konsep penyajian baik itu pameran
tetap atau pameran temporer, sehingga pengunjung tidak bosan buat datang lagi ke museum.
Daftar pustaka
[1] International Council Of Museum Pasal 3 dan 4 (1995).
[2] Mufid Abdul, dkk. 2017. Hystorycal Museum Of Central Java. Dengan pendekatan Desain Arsitektur Post Modern.
[3] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2016.
http://lipi.go.id/
[4] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 (1995). Pemeliharaan Dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Di Museum.
[5] Murdiati, Dwi. 2008. Konsep Semiotik Charles Jencks Dalam Arsitektur Post-Modern. Jurnal Filsafat. 18(1): 25-34.
[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Museum.
http://kbbi.web.id/museum
[7] Dosenpendidikan. 2019. Seni Rupa Kontemporer.
https://www.dosenpendidikan.co.id/
[8] Indra, Ary. 2017. Firmitas. Jakarta: Griya Kreasi.
[9] Safriana, D & Wulandari, E. 2017. The Historical And Religious Approach Towards City Park Design In Banda Aceh, Indonesia Case Study: Krueng Neng Park (Taman Krueng Neng). IOP Conf.
Series: Materials Science and Engineering. hal.5