• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja

N/A
N/A
indra hermawan

Academic year: 2023

Membagikan "Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

Rambu peringatan direncanakan di tempat-tempat yang strategis agar mudah dilihat dan dibaca dengan warna standar sesuai peraturan rambu peringatan. Instruksi/informasi telah dikomunikasikan kepada pekerja dan dipasang di lokasi yang baik (strategis) yang memberikan informasi. Kotak pertolongan pertama yang memadai berisi perbekalan dan peralatan medis harus disediakan di tempat kerja di bawah pengawasan supervisor.

Kotak P3K dan kotak obat tidak boleh berisi barang-barang selain kotak P3K yang diperlukan dalam keadaan darurat. Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

CV. SENJA UTAMA RENCANA KESELAMATAN KERJA (RKK)

DAFTAR ISI

Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi 1. Kepedulian pimpinan terhadap Isu eksternal dan internal

Perencanaan keselamatan konstruksi

Dukungan Keselamatan Konstruksi 1. Sumber Daya

Operasi Keselamatan Konstruksi

Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi 1. Pemantauan dan evaluasi

Kepemimpinan dan Partisipasi Pekerja dalam Keselamatan Konstruksi

  • Identifikasi bahaya, Penilaian risiko, Pengendalian dan Peluang
  • Rencana tindakan (sasaran & program)
  • Standar dan peraturan perundangan

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PER/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi pada Sektor Pekerjaan Umum; Kpsts Gabungan Menteri Tenaga Kerja-MenPU No.Kep/174/MEN/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Konstruksi; Keberatan untuk bekerja pada pekerjaan yang persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung diri yang diperlukan diragukan, kecuali ditentukan lain oleh atasan dalam hal khusus, dalam batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Tempat kerja yang tidak mematuhi peraturan lingkungan kerja dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp. Per.01/Mænd/1980 tentang lingkungan kerja pada konstruksi bangunan gedung. Aturan ini mengatur tentang tempat kerja dan alat-alat kerja, perancah, tangga dan perlengkapan rumah tangga, alat pengangkat, kabel baja, tali, rantai dan alat bantu, mesin. -mesin, peralatan konstruksi bangunan, konstruksi bawah tanah, pekerjaan penggalian, pekerjaan tiang pancang, pekerjaan beton, pekerjaan pembongkaran, penggunaan peralatan, penyelamatan dan perlindungan diri. Peraturan ini mengatur mengenai pemeriksaan kesehatan pekerja dalam pelaksanaan keselamatan kerja, dimana terdapat 3 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan pra kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus.

Oleh karena itu, peraturan ini juga mengatur tentang sistem deteksi panas, sistem deteksi asap, dan sistem deteksi api. Peraturan ini menjelaskan maksud dan tujuan sistem manajemen H3, penerapan sistem manajemen H3, audit sistem manajemen H3, mekanisme pelaksanaan audit dan sertifikasi H3. 712/Menkes/Per/X/96 tentang Persyaratan Kesehatan Pelayanan Katering Yang diatur dalam peraturan ini adalah lokasi dan bangunan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, pengusaha, penanggung jawab dan pegawai, izin kesehatan pangan, pembinaan dan pengawasan.

Selain itu, peraturan ini juga dapat menjadi acuan bagi instalasi pangan di rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan serta pada bangunan fisik. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Peraturan ini mengatur tentang lokasi, lingkungan hidup, bangunan, sarana sanitasi dan pelayanan lainnya, pengelola dan personel termasuk upaya kesehatan lingkungan rumah sakit, pembinaan dan pengawasan. Peraturan ini menjelaskan tentang persyaratan kesehatan lingkungan pada ruangan dan bangunan serta fasilitas sanitasi rumah sakit, persyaratan kesehatan untuk pembangunan ruangan di rumah sakit, kualifikasi personel di bidang kesehatan lingkungan yang bekerja di rumah sakit, dan petunjuk teknis tata cara. untuk pelaksanaan kebersihan lingkungan rumah sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. Keputusan Bersama Direktur Jenderal YanMed (Depkes) dengan Direktur Jenderal Bina Lingkungan (Depnaker) SKB no. 147A/Yanmed/Insmed/II/92-Kep 44/BW/92 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berbagai Alat Berat Non Medis di Lingkungan Rumah Sakit.

Tabel 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3
Tabel 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3

DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI Dukungan Keselamatan Konstruksi

  • Sumber Daya
  • Kompetensi
  • Kepedulian
  • Komunikasi
  • Informasi Terdokumentasi
  • KESIAPAN DAN TANGGAPAN TERHADAP KONDISI DARURAT
    • Identifikasi persediaan / sumber daya yang diperlukan untuk menanggapi keadaan darurat
    • Buat rencana tanggap darurat
    • Komunikasikan dan Latih pekerja / pemangku kepentingan yang relevan tentang tanggap darurat
    • Evaluasi dan revisi prosedur tanggap darurat

Kemampuan dan kapasitas sumber daya yang akan digunakan - Efektivitas dan efisiensi sumber daya yang akan digunakan. Pelaksanaan rencana K3 hendaknya dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengelola perusahaan atau tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan mempunyai kompetensi dan kewenangan kerja di bidang K3 (Ramli, 2010). Sumber daya manusia yang diperlukan untuk memahami dan mampu menerapkan K3 di lingkungannya masing-masing antara lain:

Merujuk pada hasil Konvensi Nasional Standar Kompetensi Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ditetapkan pemerintah sehubungan dengan komitmen pemerintah terhadap pembentukan kompetensi liberal pada angkatan kerja, khususnya dalam hal perdagangan bebas, maka pemerintah telah menyusun daftar unit kompetensi yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu. Sumber daya manusia yang terlibat dalam pekerjaan harus mempunyai kompetensi yang memadai pada bidang pekerjaan yang dilakukannya, melalui pelatihan dan disertifikasi dengan sertifikat keahlian. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 9 yang antara lain menyatakan bahwa pekerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada operator konstruksi harus mempunyai sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.

Kompetensi pekerja konstruksi dapat diukur secara realistis atau ditunjukkan dengan keahliannya di lapangan, misalnya dalam bidang pengecoran beton, salah satunya. Sertifikasi kompetensi tenaga kerja adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar kompetensi tenaga kerja nasional dan/atau internasional Indonesia. Kompetensi akademik tenaga kerja konstruksi dicapai setelah mereka menjalani pelatihan dalam jangka waktu tertentu, baik formal maupun nonformal.

Mengingat jumlah pekerja konstruksi di Indonesia sangat besar, sementara jumlah lembaga yang memberikan pelatihan formal sangat terbatas, maka pendidikan non-formal dalam bentuk pelatihan kerja (on-the-job training) dapat berperan lebih besar. Lisensi adalah surat keterangan yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai bukti keterampilan kerja tertentu dan dinyatakan memenuhi syarat untuk melakukan kegiatan kerja di wilayahnya yang mengandung risiko bahaya baik bagi tenaga kerja yang bersangkutan maupun lingkungan hidup. Dengan melakukan konsultasi, motivasi dan penyadaran SMK3, pengusaha dan/atau penyelenggara harus memberikan pemahaman kepada pekerja atau pekerja/buruh mengenai bahaya fisik, kimia, ergonomis, radiasi, biologi dan psikis yang dapat merugikan dan merusak selama bekerja, serta pemahaman sumber dari ayah.

6 Kejadian di tempat kerja yang membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja (misalnya: kebakaran, ledakan, runtuhnya bagian konstruksi bangunan, dan lain-lain). Hal ini mencakup sumber daya internal dan eksternal, pasokan medis atau lainnya yang diperlukan untuk merespons keadaan darurat.

Tabel Analisis keselamatan kerja masing – masing pekerja
Tabel Analisis keselamatan kerja masing – masing pekerja

Evaluasi Kinerja Keselamatan Konstruksi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan kewajiban manajemen yang tertuang dalam kebijakan perusahaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap area kerja dan memeriksa dokumen hasil pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan serta melaporkan secara berkala hasil evaluasi tersebut kepada manajemen. Pemenuhan target dan efektifitas penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja dibuktikan dengan laporan hasil pemeriksaan berupa dokumen tertulis yang memuat laporan angka kecelakaan kerja, pemeriksaan tempat kerja dan program keselamatan dan kesehatan kerja atau berupa laporan visual dalam bentuk gambaran pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan sehingga efektivitas tujuan, sasaran dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dapat diukur sesuai kebijakan perusahaan. Efektivitas sasaran dan sasaran kepatuhan penerapan SMK3 dapat ditinjau dari hasil temuan di lapangan dan dokumen hasil pemeriksaan yang dibuat dan diserahkan oleh manajemen untuk didistribusikan kepada pihak terkait sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan dari data hasil audit. . dan sejauh mana efektivitas penerapan SMK3 dapat diukur.

Dari segi komitmen dan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan evaluasi serta tinjauan manajemen, OHSAS:1999 serupa dengan PERMENAKER No. 05/1996.

Bulan 2

  • TINJAUAN MANAJEMEN
  • Peningkatan Kinerja Keselamatan Konstruksi

Ada beberapa kunci sukses yang dapat mencapai keberhasilan penerapan SMK3, ada beberapa kunci sukses menurut Ramli (2010) yaitu. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSH3) telah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara, observasi dan kelengkapan prosedur untuk mengatur pelaksanaan pekerjaan secara aman dan efisien.

Dilihat dari adanya kebijakan, komitmen, perencanaan, pelaksanaan, pengukuran, evaluasi dan peninjauan oleh manajemen, OHSAS serupa dengan PERMENAKER No. 05/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSH3). Hal ini terlihat dari data kesehatan dan keselamatan kerja pada bulan Oktober, November dan Desember 2011, jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan kerja masih tergolong rendah sehingga tidak menimbulkan gangguan yang berarti dalam pelaksanaan pembangunan. Peningkatan intensif pekerja di lingkungan proyek untuk mendorong kebiasaan aman, misalnya dengan memberikan reward kepada pekerja mengenai pemakaian APD dan kepatuhan sesuai peraturan K3 serta pemberian sanksi terhadap segala jenis pelanggaran aturan.

Perlunya intervensi pemerintah sebagai pengendali dan pemberian sanksi terhadap perusahaan yang mengabaikan permasalahan SMK3, sehingga dapat meningkatkan perhatian dan kesadaran di kalangan perusahaan untuk menerapkan SMK3 demi kepentingan masyarakat. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) yang diuraikan di atas akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan pada saat melaksanakan pekerjaan, sehingga derajat kecelakaan yang mungkin terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan di lapangan dapat dihindari.

PROTOKOLER

Paket Pekerjaan

BUNGURSARI KEC. BUNGURSARI KOTA TASIKMALAYA

  • PENGANTAR
  • PEMBENTUKAN SATGAS PENCEGAHAN COVID.19
  • PENYEDIAAN FASILITAS KESEHATAN DI LAPANGAN
  • PELAKSANAAN PENCEGAHAN COVlD-19 Dl LAPANGAN
  • PELAKSANA/ KONTRAKTOR KETUA SATGAS
  • MEWAKILI PENYELENGGARA PROYEK ANGGOTA 2 MEWAKILI PEMILIK PROYEK
  • KONSULTAN PENGAWAS ANGGOTA 4 PELAKSANA/KONTRAKTOR

Protokol ini dimaksudkan sebagai pedoman umum bagi pemilik, pengguna/penyelenggara, serta konsultan, kontraktor, subkontraktor, vendor/pemasok dan produsen, mandor dan karyawan dalam mencegah wabah COVID-19 pada proyek konstruksi. Pemilik pengguna/operator bersama konsultan pengawas dan/atau kontraktor wajib membentuk gugus tugas pencegahan COVID-19. Kontraktor wajib menyediakan ruang klinik di lokasi yang dilengkapi dengan fasilitas kesehatan yang memadai, seperti: tabung oksigen, alat pemantau suhu tubuh (thermoscan), alat pemantau tekanan darah, obat-obatan dan tenaga medis.

Tim Tugas bersama Petugas Medis harus memberikan penjelasan, rekomendasi, kampanye, promosi teknik pencegahan COVlD-19 dalam setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi (safety morning talk). Petugas medis melakukan pengukuran suhu tubuh seluruh pekerja dan karyawan setiap pagi, siang dan sore hari bersama dengan Staf Keamanan Proyek dan Petugas Keamanan. KEPALA SENIOR Menyediakan ruang klinik kesehatan di lapangan yang dilengkapi dengan fasilitas kesehatan yang memadai, antara lain tabung oksigen, alat pemantau suhu tubuh non-kontak (thermoscanning), alat pemantau tekanan darah, obat-obatan dan tenaga medis;

SENJA UTAMA akan bekerja sama dalam operasional perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID-19 dengan rumah sakit terdekat dan/atau puskesmas kota untuk tindakan darurat. Satgas Pencegahan COVID-19 memasang poster (flyer) baik digital maupun fisik mengenai imbauan/rekomendasi pencegahan COVID-19 agar tidak tersebar atau dipasang di lokasi-lokasi strategis di lokasi proyek. Satgas Pencegahan COVID-19 bersama petugas medis memberikan penjelasan, rekomendasi, kampanye, sosialisasi teknik pencegahan COVID-19 dalam setiap kegiatan penyuluhan K3 pagi (safety morning talk).

Petugas medis bersama petugas keamanan mengukur suhu tubuh dan menganjurkan mencuci tangan menggunakan alat yang disediakan kepada seluruh pekerja dan karyawan setiap pagi, siang dan malam; Satgas Pencegahan COVID-19 melarang orang (seluruh pekerja dan tamu) yang terbukti memiliki suhu tubuh 38 derajat Celcius untuk datang ke tempat kerja; Petugas medis dibantu staf Security telah melakukan evakuasi dan melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh area kerja, fasilitas dan peralatan; Dan.

DIAGRAM ALUR PROTOKOLER COVID-19
DIAGRAM ALUR PROTOKOLER COVID-19

Gambar

Tabel 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENETAPAN PENGENDALIAN RISIKO K3
TABEL 2. PENYUSUNAN SASARAN DAN PROGRAM K3
Tabel Analisis keselamatan kerja masing – masing pekerja
DIAGRAM ALUR PROTOKOLER COVID-19

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam suatu proyek konstruksi antara lain, faktor perilaku pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan

6. Merehabilitasi pekerja yang cedera atau sakit akibat pekerjaan. Keselamatan kerja mencakup pencegahan kecelakaan kerja dan perlindungan terhadap terhadap tenaga

Menyediakan (APD) Alat Pelindung Diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang dipimpin maupun orang lain yang memasuki tempat kerja disertai petunjuk-petunjuk yang diperlukan

Menghilangkan / meminimalkan semua faktor yang dapat berlaku sebagai penyebab terjadinya kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja..

Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah Universitas Sumatera Utarakecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke

Tenaga kerja wajib diperiksakan kesehatannya untuk mengetahui kondisi / derajatkesehatannya dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang akan dihadapi, agar tidak

• Dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan, dan • Mengurangi kecelakaan yang berakibat fatal Program K3 • Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan •

Karena pekerja tidak dapat diharapkan untuk bekerja dengan baik dan mematuhi aturan yang berlaku jika mereka tidak mengetahui dan memahami aturan atau prosedur yang diterapkan, salah