See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/372496199
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CLINKER PADA PT SEMEN BATURAJA TBK
Article · July 2023
CITATIONS
0
READS
457
2 authors, including:
Safar Uddin Indonesia
227PUBLICATIONS 37CITATIONS SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Safar Uddin on 21 July 2023.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
1
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CLINKER PADA PT SEMEN BATURAJA TBK
Faqih Irsyam1, Safaruddin2
1 Institut Teknologi Sumatera : [email protected] 2 SMBR Learning Development : [email protected]
IDENTITAS NASKAH ABSTRAK
Volume Nomor Halaman e-ICSN
: 1 : 7 : 1-13 : 2210-1611
PT Semen Baturaja.Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi bahan bangunan, yakni semen. Semen merupakan perekat hidrolik yang diproduksi dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan baku utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan seperti gypsum dimana terdapat senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat yang memiliki sifat perekat pada bebatuan. Klinker merupakan bahan baku utama dalam pembuatan semen yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam kiln kemudian membentuk butiran- butiran seperti batu. Oleh karena itu, pengendalian kualitas terhadap klinker perlu diperhatikan karena berpengaruh dengan kualitas semen yang diproduksi.Kualitas merupakan salah satu faktor penting di dalam perusahaan, dimana kinerja baik atau buruknya perusahaan terdapat pada kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Secara umum kualitas produk merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menguasai pasar. Sedangkan bagi masyarakat kualitas merupakan alat ukur untuk mencapai kepuasaan seseorang [5]. Perusahaan diharuskan untuk menjual produk yang memiliki jaminan kualitas produk yang baik sehingga konsumen akan merasa puas dengan kualitas produk yang dijual, sebaliknya jika perusahaan tidak memperhatikan kualitas produknya maka akan berdampak pada kepuasan konsumen sehingga produk yang dijual kurang diminati di pasaran. Bersdasarkan dengan peta kendali Xbar dan S Chart proses produksi klinker dibulan Juni 2023 masih memiliki data sampel yang berada di luar batas kendali. hal ini terjadi karena adanya penyimpangan pada proses. Solusi perbaikan yang dapat diberikan untuk mengurangi free lime yaitu dengan melakukan pengecekan secara berkala pada saar proses pembakaran di kiln dan raw mill.
TANGGAL Dikirim
Revisi Diterima Terbit
: 11 Juli 2023 : 15 Juli 2023 : 19 Juli 2023 : 21 Juli 2023
KATA KUNCI Pengendalian Kualitas, Produk, Clinker.
SITASI
Irsyam F, Safaruddin, (2023) Analisis Pengendalian Kualitas Produk Clinker Pada PT Semen Baturaja, Tbk. Jurnal Lintas Ilmu-Jli Vol.1(7) Halaman 1-13
2
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi dengan kemajuan industri dan teknologi yang semakin pesat, hal ini menandakan bahwa semakin meningkat dan ketatnya persaingan yang terjadi antar perusahaan.
Keadaan ini mengharuskan perusahaan dapat menghasilkan produk yang memiliki kualitas tinggi sebagai upaya dalam memenuhi tingkat kepuasan konsumen dan dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam industri yang sejenis. Salah satu strategi agar dapat bersaing sengan perusahaan lain adalah dengan memberikan perhatian khusus terhadap kualitas peoduk yang dihasilkan sehingga dapat mengungguli produk yang dihasilkan oleh pesaing.
Kualitas produk merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pengendalian kualitas terhadap produk yang dihasilkan agar dapat sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan berdasarkan dengan keinginan konsumen.
Pengendalian kualitas yang dilakukan dengan baik akan memberikan dampak yang baik terhadap mutu produk yang diproduksi oleh perusahaan. Secara realistis saat ini perusahaan yang sukses dan bertahan jelas memiliki pengaplikasian standar kualitas untuk produk mereka, karena penerapan standar kualitas yang baik dapat secara efektif meningkatkan daya saing perusahaan.
Pengendalian kualitas yang dilaksanakan memiliki tujuan untuk meminimalisir kecacatan produk yang dihasilkan. Apabila terjadi penyimpangan pada proses produksi dapat dengan segera diperbaiki. Pengendalian proses produksi adalah kegiatan perencanaan dan pengawasan terhadap proses produksi yang dimuali dari bahan baku hingga menjadi produk jadi yang sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka akan dikatagorikan ke dalam kelompok produk cacat.
Produk inilah yang nantinya akan dinanlisis oleh perusahan dan nantinya akan dijadikan sebagai bahan evaluasi agar tidak terulang kembali kesalahan yang terjadi dan sebisa mungkin menhindari kesalahan tersebut agar proses produksi yang berjalan dengan baik dan menghasilkan produk yang berkualitas. Meminimumkan cacat adalah usaha yang harus dilakukan secara kontinu dalam hal peningkatan kualitas produk.
Metode statistika dapat digunakan untuk melakukan pengendalian kualitas. Alat bantu statistika yang digunakan dalam mengendalikan kualitas produk terdapat pada Statistical Process Control (SPC). SPC merupakan suatu proses yang digunakan untuk meninjau berbagai standar dengan melakukan pengukuran dan tindakan perbaikan baik produk ataupun jasa yang terdapat dalam proses produksi[. Salah satu alat statistika yang digunakan untuk menganalisis pengendalian kualitas adalah dengan menggunakan peta kendali. Peta kendali digunakan untuk menggambarkan ketika adanya perbedaaan atau penyimpangan yang terjadi pada produk yang diinginkan.
PT Semen Baturaja. Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi bahan bangunan, yakni semen. Semen merupakan perekat hidrolik yang diproduksi dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan baku utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan seperti gypsum dimana terdapat senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat yang memiliki sifat perekat pada bebatuan. Klinker merupakan bahan baku utama dalam pembuatan semen yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam kiln kemudian membentuk butiran-butiran seperti batu. Oleh karena itu, pengendalian kualitas terhadap klinker perlu diperhatikan karena berpengaruh dengan kualitas semen yang diproduksi.
KAJIAN LITERATUR
Kualitas merupakan salah satu faktor penting di dalam perusahaan, dimana kinerja baik atau buruknya perusahaan terdapat pada kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Secara umum kualitas produk merupakan salah satu strategi perusahaan untuk menguasai pasar. Sedangkan bagi masyarakat kualitas merupakan alat ukur untuk mencapai kepuasaan seseorang [5].
Perusahaan diharuskan untuk menjual produk yang memiliki jaminan kualitas produk yang baik sehingga konsumen akan merasa puas dengan kualitas produk yang dijual, sebaliknya jika
3
perusahaan tidak memperhatikan kualitas produknya maka akan berdampak pada kepuasan konsumen sehingga produk yang dijual kurang diminati di pasaran.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian dari kualitas diantara lain adalah [7]:
1. Menurut Philip B Crosby menyatakan, bahwa kualitas ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan kebutuhan atau memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
2. Menurut W. Edwards Daming menyatakan, bahwa kualitas ialah sesuai dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar mengetahui apa yang diinginkan pelanggannya untuk produk yang diproduksi.
3. Garvis dan Davis menyatakan, bahwa kualitas adalah kondisi dinamis dimana yang berkaitan dengan produk, manusia, tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi kebutuhan tau melebihi harapan pelanggan.
4. Menurut Vincent Gaspersz (2007), kualitas secara konvensional adalah hal yang menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk, seperti performa, keandalan, mudah digunakan, dll. Secara strategis, kualitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Kualitas juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan terus-menerus.
Berdasrkan dengan beberapa pendapat diatas, bahwa dapat disimpulkan kualitas adalah kesesuaian standar kualitas produk yang telah ditentukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumennya serta kepuasan pelanggan.
Pengendalian kualitas merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Serta digunakan untuk memperbaiki kualitas produk yang belum memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan agar dapat mempertahankan kualitas yang sesuai [8]. Pengendalian kualitas ini dilakukan muali dari sebelum proses produksi dilakukan, pada saat proses produksi berlangsung, hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan suatu produk. Untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan secara efektif dan efisien, pengendalian kualitas adalah proses dan tindakan yang dilakukan untuk menjamin suatu standar kualitas tertentu sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan, mulai dari kualitas bahan, kualitas proses produksi, kualitas pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi, hingga standar pengiriman ke konsumen. Pengendalian kualitas tidak hanya digunakan untuk mendeteksi suatu kecacatan yang terjadi pada produk yang dihasilkan, tetapi juga untuk meminimalisir kemungkinan cacat itu terjadi lagi. Dengan adanya pengendalian kualitas diharapkan agar produk akan terkendali sehingga tim operasi dapat dengan segera memperbaiki kesalahan yang terjadi dan dapat mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Pengendalian kualitas digunakan untuk memastikan bahwa produk berupa barang atau jasa memenuhi standar yang diinginkan dan direncanakan, memperbaiki kualitas produk yang tidak memenuhi standar tersebut dan sebisa mungkin untuk mempertahankan kualitas yang telah ditetapkan. Perusahaan membutuhkan cara untuk mempertahankan kualitas produknya tetap terjamin serta tetap sesuai dengan tuntunan pasar yaitu dengan cara menerapkan sistem pengendalian kualitas atas kinerja proses yang dilakukan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas adalah kumpulan tindakan dan teknik yang direncanakan untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan memenuhi kepuasan pelanggan.
Pengendalian kualitas memastikan bahwa kesalahan yang terjadi selama proses produksi dapat diidentifikasi secepat mungkin, sehingga mengurangi kemungkinan produk yang rusak atau tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
Kualitas suatu produk tidak hanya ditetapkan oleh SNI, tetapi konsumen juga turut serta dalam menentukan kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan melakukan pengendalian kualitas terhadap produk yang diproduksi dengan adanya car aini perusahaan berusaha untuk selalu memperbaiki kualitas dengan biaya yang rendah. Hal
4
ini dilakukan untuk menekan kerugian karena kerusakan yang terjadi pada produk pada saat proses produksi. Adapun tujuan diadakannya pengendalian kualitas terhadap produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut
1. Produk yang diproduksi dapat mencapai standar kualitas yang ditetapkan.
2. Meminimalkan biaya inspeksi hingga dapat sekecil mungkin.
3. Mengusahakan biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan kualitas produk tertentu dapat menjadi seminimal mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya pengeluaran produksi seminimal mungkin.
Tujuan dari penerapan pengendalian kualitas produk untuk mengoptimalkan jumlah produksi yakni dengan mengidentifikasi proposi produk yang tidak sesuai dengan kualitas, serta mengetahui sumber dari kesalahan dalam proses produksi [14]. Tujuan utama dari pengendalian kualitas adalah untuk memastikan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan memiliki kesesuaian standar kualitas yang telah ditetapkan dengan biaya produksi yang ekonomis atau seminimal mungkin. Berdasarkan dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan direncanakan, serta meminimalkan biaya produksi merupakan tujuan dari pengendalian kualitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut;
1. Kemampuan proses, penyesuaian Batasan-batasan dengan kempuan proses yang ada. Tidak ada artinya ketika mengendalikan suatu proses jika kemampuan prosesnya melebihi Batasan- batasan yang ada.
2. Spesifikasi yang berlaku, sebelum dilakukannya pengendalian kualitas pada proses, spesifikasi hasil produksi yang diinginkan harus dapat berlaku jika ditinjau dari segi kemampuan proses dan kebutuhan konsumen. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku pada kedua segi yang telah disebutkan sebelum dilakukannya pengendalian kualitas dapat dimuali.
3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima, tujuan dari adanya pengendalian terhadap proses adalah untuk mengurangi produk yang berada dibawah standar kualitas yang telah ditentukan dengan seminimal mungkin. Tingkatan pengendalian yang dilakukan tergatung pada banyaknya produk yang berada dibawah standar kualitas yang dapat diterima.
4. Biaya kualitas, biaya kualitas sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan dimana biaya kualitas memiliki hubungan dengan terciptanya produk yang berkualitas.
Statistical quality control (SQC) merupakan teknik yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang digunakan dalam mengendalikan, memonitori, menganalisis, mengelola dan memperbaiki produk yang diproduksi oleh perusahaan. Pengendalian secara statistik ini dilandaskan pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat digambarkan sebagai sistem pengendalian terhadap kualitas produksi pada Batasan tertentu dengan menggunakan metode pengambilan sampel serta melakukan analisis lebih lanjut dari hasil pemriksaan. Statistika merupakan metode yang digunakan dalam pengambilan kualitas pada suatu penguraian informasi yang berada dalam suatu sampel dari populasi. Metode statistika merupakan salah satu komponen penting dalam pengendalian kualitas. Metode statistika memberikan prosedur utama dalam proses pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasi dan informasi yang akan digunakan dalam peningkatan dan pengendalian proses produksi. Pengendalian kualitas secara statistika dapat digunakan untuk menemukan masalah yang terjadi pada produk yang menyebabkan produk tersebut mengalami kecacatan, sehingga dapat dilakukan tindakan lebih lanjut untuk memperbaikinya. Metode ini dikembangkan untuk mengawasi standar kualitas produk sehingga perusahaan lebih mudah untuk melakukan efisiensi biaya pengeluaran. Setiap perusahaan akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat produk yang dapat diterima dan memenuhi kebutuhan konsumen. Penggunaan metode statistik dan pengendalian mutu diharapkan akan berdampak besar pada kualitas produk akhir, yang dapat mencapai standar
5
perusahaan dan meningkatkan efisisensi biaya perusahaan. Perusahaan akan mampu mencegah timbulnya permasalahan mengawasi proses produksi, meningkatkan keutungan dan kepuasan pelanggang melalui penerapan metode SQC.
Statiscal Process Control (SPC) merupakan sebuah teknik statistika yang berisikan kumpulan alat yang secara luas digunakan untuk memastikan bahwa proses yang dilakukan sudah memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. Selain digunakan untuk memastikan proses (SPC) juga digunakan untuk mengawasi standar, membuat pengukuran dan mengambil tindakan perbaikan selama produk atau jasa sedang diproduksi. Apabila sumber variasi suatu proses hanya berasal dari sebab-sebab umum (alamiah), proses tersebut dianggap berada dalam kendali statistik. Untuk melakukan ini, terlebih dahulu perlu diidentifikasi dan memastikan alasan yang mendorong variasi khusus (assignable). Oleh karena itu, kinerjanya dapat diprediksi, serta kemampuan untuk memenuhi harapan pelanggan. Tujuan utama pengendalian proses statistik adalah untuk menemukan alasan khusus (assignable cause atau special cause) di balik variasi atau kesalahan proses melalui analisis data dari masa lalu dan masa mendatang. Dua kategori penyebab variasi proses sendiri adalah penyebab umum (random cause, chance cause, atau common cause) yang sudah ada pada proses dan penyebab khusus (assignable cause, atau special cause) yang merupakan kesalahan yang berlebihan. Idealnya, hanya penyebab umum yang ditunjukkan atau terlihat dalam proses, karena ini menunjukkan bahwa proses berada dalam kondisi yang stabil dan dapat diprediksi. Kondisi ini menunjukkan tingkat variasi yang paling rendah. Adapun 7 alat utama yang digunakan sebagai untuk melakukan pengendalian kualitas secara statistika dengan menggunakan metode SPC, antara lain yaitu:
1. Lembar Pemriksaan (Check Sheet). Lembar pemeriksaan merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang disajikan dalam bentuk tabel berisi jumlah produk yang diproduksi, jenis ketidaksesuaian, dan jumlah produk yang dihasilkan.
2. Diagram sebar (Scatter Diagram). Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang menggambarkan kuat atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu antara faktor yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk.
3. Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect Diagram). Diagram Sebab-Akibat atau yang juga disebut dengan diagram tulang ikan (Fish Bone) yang digunakan untuk menganalisis akar permasalahan dan mengetahui risiko dari suatu hal dari awal.
4. Diagram Pareto (Pareto Analysis). Diagram pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang mengilustrasikan perbandingan tiap jenis data secara keseluruhan. Melalui penggunaan diagram pareto, masalah yang paling dominan akan sehingga prioritas penyelesaian masalah dapat diketahui.
5. Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart). Diagram alir digunakan untuk menunjukkan sebuah proses dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan.
6. Histogram. Histogram digunakan sebagai alat bantu untuk mengidentifikasi variasi dalam proses yang disajikan dalam bentuk diagram batang untuk menunjukkan tabulasi data yang disusun berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini dikenal dengan distribusi frekuensi.
7. Peta kendali (Control Chart). Peta kendali merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam batas kendali statistik atau di luar batas kendali secara grafis sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas.
Salah satu alat untuk melakukan pengendalian proses secara statistik adalah peta kendali. Peta kendali dapat digunakan untuk memantau proses untuk menentukan apakah proses dalam kendali statistik, untuk mengevaluasi proses dan menentukan parameter kendali statistik normal, dan untuk menemukan area perbaikan. Peta kendali juga digunakan untuk mengkategorikan variasi atau penyimpangan karena sebab umum dan sebab khusus pada batas pengendali. Apabila penyimpangan atau kesalahan melebihi batas pengendali menunjukkan bahwa sebab khusus telah masuk dalam proses dan proses harus diperiksa untuk mengetahui
6
sebab dari penyimpangan atau kesalahan yang berlebihan tersebut. Sebab umum biasanya berada di dalam batas pengendali. Peta kendali terdiri dari tiga garis, dimana garis tengah disebut dengan garis pusat (center line) yang merupakan target nilai pada beberapa kasus, dan kedua garis lainnya merupakan Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) dan karakteristik nilai dalam chart yang diilustrasikan dalam state suatu proses.
Gambar 2.1 Peta Kendali
Terdapat 2 jenis data yang digunakan dalam pembuatan peta kendali yaitu:
1. Data Variable (Data Kontinu). Data variable merupakan data yang memiliki sifat kontinu dan biasanya berupa data terukur yang berasal dari hasil pengukuran. Data variabel atau data kontinu dapat digunakan untuk membuat peta kendali berupa peta X̄-R, peta X̄-S, dan peta X-MR.
2. Data Atribut (Data Diskrit). Data atribut adalah data yang bersifat diskrit (bilangan bulat) ataupun berupa dengan proposi/presentase dan biasanya berupa data yang didapatkan dari hasil perhitungan, contohnya dari jumlah perhitungan cacat produk. Data atribut atau data diskrit dapat digunakan untuk membuat peta kendali berupa peta c, peta u, peta p, dan peta np.
Peta kendali Xbar – S chart sering digunakan dalam dunia industri sebagi alat untuk mengawasi data variable menggunakan sampel yang didapatkan dari proses produksi yang memiliki interval yang pasti dan menggunakan sistem subgroup. Peta kendali Xbar – S dapat digunakan apabila memenuhi kondisi berikut;
1. Ukuran sampel cukup besar (n > 10 – untuk sampel n < 10 menggunakan diagram Xbar – R).
2. Ukuran sampel tidak konstan.
Peta kendali Xbar - S digunakan untuk menentukan standar deviasi dan rata-rata dari variabel yang diteliti melalui beberapa pengamatan. Peta kendali Xbar - S terdiri dari simpangan baku dari subgrup tertentu dan rata-rata data subgrup tersebut. Peta kendali standar deviasi digunakan untuk menentukan seberapa akurat suatu proses. Dalam S Chart, simbol S menunjukkan Sigma (σ), atau Standard Deviation Chart yang seharusnya digunakan untuk menentukan apakah karakteristik proses stabil atau tidak. Oleh karena itu, S Chart biasanya diplot dengan Xbar untuk memberikan gambaran yang lebih baik tentang variasi proses. Peta kendali deviasi standar digunakan untuk mengukur tingkat keakurasian proses. Berikut merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk membuat peta kendali Xbar – S Chart adalah.
1. Tentukan ukuran subgroup (n = 3, 4, 5, …)
2. Kumpulkan banyaknya sampel (k), min 20 – 25 sampel 3. Hitung nilai rata-rata sampel dari setiap grup yaitu:
7
̿ = ̅ Keterangan:
̿ = jumlah rata-rata dari nilai rata-rata subgroup
̅ = rata-rata subgroup ke-i = jumlah subgroup
4. Hitung batas kendali untuk Xbar
= ̿ + ̅
= ̿ − ̅ Keterangan:
UCL = upper control limit LCL = lower control limit
= nilai koefisien
5. Hitung standar deviasi setiap grup
= Σ( − ̅)
− 1
6. Hitung nilai rata-rata dari seluruh S, yaitu ̅ yang merupakan garis tengah (center line) dari peta kendali S Chart.
̅ = Keterangan:
̅ = rata-rata standar deviasi subgroup
= rata-rata subgroup ke-i
= jumlah subgrup
7. Hitung batas kendali untuk peta kendali S Chart
= ̅
= ̅ Keterangan:
UCL = upper control limit LCL = lower control limit
= nilai koefisien
= nilai koefisien
8. Plot data pada peta kendali Xbar – S Chart, kemudian amati apakah ada data yang berada dalam batas kendali atau di luar batas kendali
Diagram sebab-akibat, juga dikenal sebagai diagram fishbone atau diagram Ishikawa merupakan alat visual yang digunakan untuk mengorganisir penyebab-penyebab yang mungkin dari suatu masalah atau efek tertentu dengan menunjukkan hubungan sebab-akibat antara teori- teori tersebut. Selain itu, diagram ini dapat digunakan untuk mencari solusi untuk suatu masalah dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab yang mungkin dan mengaturnya dalam katagori yang sesuai dengan masalah. Berbagai industri, seperti bisnis, manufaktur, dan layanan kesehatan, dapat menggunakan diagram sebab-akibat. Diagram sebab-akibat pada umumnya digunakan untuk menganalisis masalh dan faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan.
8
Diagram sebab-akibat ini berbentuk seperti tulang ikan yang didalamnya memuat faktor-faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya permasalahan yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1.Material/bahan baku; 2.Machine/mesin; 3.Man/tenaga kerja; 4.Methode/metode;
5.Environment/lingkungan
METODOLOGI
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data yang nantinya akan digunakan sebagai penunjang dari pembuatan laporan ini. Untuk metode yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan oleh mahasiswa kerja praktik terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Data Primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dilapangan.
Data primer diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi
2. Data Sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data skunder yang diperoleh berupa dengan data historis. Data ini dapat diperoleh dengan cara meminta langsung dari peusahaan. Adapun data sekunder yang dibutuhkan penulis dalam melaksanakan kerja praktik di PT. Semen Baturaja Tbk adalah data kualitas klinker bulan juni.
Data yang telah diperoleh dari pengumpulan data akan diolah dengan metode Statistical Process Control (SPC) dengan tahapan sebagai berikut.
a. Membuat Peta Kendali Xbar
Menghitung upper control limit (UCL)
= ̿ + ̅ Menghitung center line (CL)
̿ = ̅ Menghitung lower control limit (LCL)
= ̿ − ̅ b. Membuat Peta Kendali S Chart
Menghitung upper control limit (UCL)
= ̅ Menghitung center line (CL)
̅ = Menghitung lower control limit (LCL)
= ̅
c. Analisis faktor masalah penyebab proses berada di luar batas kendali dengan menggunakan diagram sebab-akibat.
Analisis dilakukan terhadap hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis mengacu pada hasil yang diperoleh dari penggunaan rumus Statistical Quality Control (SQC) untuk mengetahui apakah proses berada dalam batas kontrol atau di luar batas kontrol. Proses yang berada di luar batas control akan di analisis penyebabnya menggunakan diagram sebab akibat.
PEMBAHASAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data historis kualitas klinker pada bulan juni 2023 dengan masing-masing pengambilan 5 sampel untuk tiap harinya. Sampel ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dari pembuatan peta kendali Xbar dan S untuk
9
memastikan apakah proses produksi masih berada di dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali.
Peta Kendali Xbar dan S
Berikut merupakan hasil dari perhitungan mengenai kualitas produk klinker dengan menggunakan excel.
Gambar 1 Peta Kendali Xbar – S Chart
Pada grafik peta kendali Xbar didapat UCL sebesar 1.59, CL sebesar 1.06, dan LCL sebesar 0.52. Sedangkan pada grafik peta kendali S didapat UCL sebesar 0.78, CL sebesar 0.37, dan LCL sebesar 0. Berdasarkan grafik peta kendali Xbar dan S diatas, terdapat data sampel yang berada diluar batas kendali. Pada peta kendali Xbar data yang berada diluar batas kendali yaitu data dengan nomor sampel 23 dan 24. Sedangkan pada peta kendali S tidak ditemukan data yang berada di luar batas kendali. Data yang berada diluar batas kendali dianggap sebagai produk yang berada di luar batas kendali sehingga diperlukannya revisi peta kendali dengan menghilangkan sampel yang berada di luar batas kendali tersebut.
10
Gambar 2 Peta Kendali Xbar dan S Chart revisi 1
Setelah dilakukan terhadap peta kendali, ternyata pada grafik peta kendali Xbar dan S masih ditemukan data yang berada di luar batas kendali sehingga diperlukan revisi kembali. Pada peta kendali Xbar tidak ditemukan data yang berada diluar batas kendali. Namun, pada peta kendali S masih ditemukan data yang berada diluar batas kendali, yaitu pada nomor sampel 23.
11
Gambar 3 Peta Kendali Xbar dan S Chart Revisi 2
Berdasarkan grafik peta kendali diatas, tidak ditemukan lagi data yang berada di luar batas kendali. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk berada dalam keadaan terkendali secara statistik setelah melakukan revisi terhadap peta kendali sebanyak dua kali. Pada grafik peta kendali Xbar didapat UCL sebesar 1.48, CL sebesar 1.01, dan LCL sebesar 0.53. Sedangkan pada grafik peta kendali S didapat UCL sebesar 0.70, CL sebesar 0.34, dan LCL sebesar 0.
Adapun analisis selanjutnya yang digunakan yaitu diagram sebab akibat (fishbone diagram).
Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk mencari penyebab penyimpangan maka diperlukan identifikasi secara menyeluruh dalam proses produksi.
Diagram ini dugunakan untuk mengetahui fakto-faktor yang menyebabkan klinker mengalami free lime tinggi.
12
Gambar 4 Diagram FishboneFree Lime
Berdasarkan dengan analisis diagram sebab akibat, bahwa masalah yang terjadi pada proses produksi klinker ada 3 faktor yang mempengaruhinya diantaranya, yaitu methode, mesin dan material. Ditinjau dari segi method penyebab utama darai proses pembakaran yang kurang sempurna karena kurang optimalnya aliran gas yang digunakan pada preheater dan calsiner kurang tinggu sehingga proses kalsinasi kurang optimal sehingga mengakibatkan proses terlalu lama menghabiskan waktu pada saat pembakaran ini terjadi. Ditinjau dari segi mesin terdapat beberapa kendala yang menyebabkan proses produksi terhambat sehingga mengakibatkan free lime out spec. Penyebab yang biasanya terjadi adalah adanya fluktasi pada mesin pada saat proses burner. Burner merupakan salah satu proses yang terjadi ketika pembakaran dilakukan di dalam kiln, cara kerjanya dengan sistem penyemprotan batubara yang sudah dalam bentuk tepung dan disemprotkan menggunakan rotary blower ke ruang pembakaran. Fluktuasi ini terjadi karena material yang digunakan sulit terbakar sehingga bahan bakar yang digunakan terkadang naik dan turun, sehingga kadar CaO yang timbul dari banyaknya bahan bakar yang digunakan dapat menggangu proses pembakaran. Selain itu reclaimer juga mengalami gangguan seperti macet karena chain putus ketika akan melakukan pengisian ke proses selanjutnya yaitu raw mill. Jika ditinjau dari faktor material, material yang digunakan terkadang mengalami tingkat kesulitan yang tinggi ketika memasuki proses pembakaran sehingga terjadinya fluktuasi terhadap mesin rotary kiln. Disisi lain juga terdapat faktor material yang tidak tercampur dengan sempurna.
KESIMPULAN
Bersdasarkan dengan peta kendali Xbar dan S Chart proses produksi klinker dibulan Juni 2023 masih memiliki data sampel yang berada di luar batas kendali. hal ini terjadi karena adanya penyimpangan pada proses, sehingga harus segara dicari penyebabnya dan dilakukan perbaikan agar tidak mengalami ganguan pada proses selanjutnya. Adapun faktot-faktor yang menjadi penyebab terjadinya free lime pada klinker digolongkan berdasrkan segi method, mesin dan material. Namun faktor yang paling krusial terjadi pada mesin yang mengalami fluktasi pada saat melakukan proses burner karena semakin tinggi tingkat kesulitan pada saat proses pembakaran material maka akan memakan lebih banyak bahan bakar yang digunakan sehingga dapat meningkatkan kadar CaO pada saat pembakaran berlangsung. Solusi perbaikan yang dapat
13
diberikan untuk mengurangi free lime yaitu dengan melakukan pengecekan secara berkala pada saar proses pembakaran di kiln dan raw mill.
REFERENSI
Michalko, Michael. 2001. Cracking Creativity : The Secret of Creative Genius. Yogyakarta : Andi. Proxis East. 2016. Persaingan Merek Semen di Pulau Jawa dan Kalimantan Memanas.
Rachman, Taufiqur. 2013. Analisa Penyimpangan, Process Capability, dan Implementasi TQM. Diktat kuliah Manajemen Kualitas Universitas Esa Unggul : Jakarta
Ridwan, et.al. 2013. Cara Mudah belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian Cetakan Ketiga . Bandung : Penerbit Alfabeta
Duda, Walter H. 2007. Cement Data Book : International Process Engineering in the Cement Industry 3rd edition. Berlin: Auflage
Hermawan, Budi.2011. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan, Reputasi Merek dan Loyalitas Konsumen Jamu Tolak Angin Pt. Sido Muncul. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 4, No. 2, Agustus 2011.
Hanatri Putri. 2011. Analisis Pengendalian Kualitas Statistik Multivariat Proses Produksi Kertas HVS 50 Gsm Di PT. Kertas Leces (Persero). Jurnal Agri-tek Volume 12 Nomor 2 September 2011.
Mason, Robert,L. Nola D. Tracy, & John C. Young. 1999. A Practical Approach for Interpreting Multivariate T2 Control Chart Signal. Journal of Quality Technologi
View publication stats