LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBERIAN OBAT MELALUI INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM) FARMAKOLOGI KEPERAWATAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Keperawatan
Dosen Pengampu :
Ns. Rismawan Adi Yunanto, S.Kep, M.Kep.
disusun oleh :
Andika Darmasetyo Suwarno 232310101112
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KEPERAWATAN
APRIL, 2024
KASUS:
Seorang anak laki laki berusia 4 tahun dengan riwayat digigit oleh anjing peliharaan sendiri sekitar 14 hari sebelum masuk rumah sakit. Area gigitan meliputi area wajah sekitar mata kanan dan pergelangan tangan kanan. Keluarga mencuci area gigitan tersebut dan membawa ke fasilitas kesehatan serta mendapat penanganan rawat luka. Pasien sudah mendapatkan suntikan vaksin antirabies (VAR)dosis kedua (H0 dan H7) di puskesmas, namun tidak mendapatkan suntikan Serum Anti Rabies(SAR)dikarenakan ketidaksediaan stok saat itu. Anjing pengigit sudah dibunuh setelah kejadian dan sampel otak anjing tersebut segera dikirim untuk dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan FAT Rabies pada anjing pengigit menunjukkan hasil positif terinfeksi rabies.
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBERIAN OBAT MELALUI INJEKSI INTRAMUSKULAR
A. DEFINISI
Rute pemberian obat parenteral melalui injeksi ke dalam jaringan intra muskular/muskuloskeletal (jaringan otot)
B. TUJUAN
Memberikan dosis obat yang lebih banyak daripada yang diberikan melalui metode subkutan, dengan tujuan mencapai penyerapan yang lebih cepat daripada yang dicapai melalui metode subkutan.
C. INDIKASI
Indikasi pemberian VAR(vaksin anti rabies) adalah adanya kontak air liur hewan tersangka/ rabies pada luka risiko tinggi, dan bila hewan penggigit tidak dapat diobservasi. Pemberian dihentikan bila hewan penggigit tetap sehat selama observasi 14hari atau dari hasil pemeriksaan laboratorium negatif.
D. KONTRAINDIKASI
1. Klien dengan gangguan mekanisme koagulasi
2. Klien yang dengan penyakit sumbatan pembuluh darah perifer,edema,shock 3. Setelah klien mendapatkan terapi trombolitik
4. Selama periode infark miokard akut E. PERSIAPAN KLIEN
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi klien dengan memeriksa i dentitas klien secara cermat, cek program pengobatan mencakup " 6 benar ".
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, kaji riwayat medis dan riwayat alergi terhadap obat yang sama sebelumnya, berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri privasi kepada klien.
4. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman.
F. PERSIAPAN ALAT Baki beralas berisi :
1. Spuit (ukuran bervariasi sesuai volume obat yang diberikan, umumnya 2-5 ml) 2. Jarum sesuai ukuran (dewasa: 21-23 G, panjang 1-1½ inci; anak 25-27 G, panjang ½-1 inci)
3. Swab tempatnya antiseptik (alkohol) dalam tempatnya
4. Sarung tangan sekali pakai5. Obat ampul atau vial sesuai instruksi dan cairan pelarutnya (jika diperlukan)
6. Bak injeksi (bak spuit) 7. Bengkok
8. Perlak dan alasnya
9. Kartu obat atau catatan pemberian obat G. CARA KERJA
Tahap Pra Interaksi
1. Eksplorasi perasaan, identifikasi harapan dan kecemasan
2. Lakukan pengkajian ulang rekam medis klien untuk menilai kondisi Kesehatan, penyakit, tanda dan gejala tertentu untuk memverifikasi data
3. Lakukan perencanaan waktu dengan klien Tahap Orientasi
1. Berikan salam terapeutik, perkenalkan diri kepada klien dan keluarga
2. Bina hubungan saling percaya, tunjukkan penerimaan dan lakukan komunikasi secara terapeutik
3. Jelaskan dan klarifikasi Kembali kontrak yang telah disepakati 4. Jelaskan maksud, tujuan, dan prosedur Tindakan.
5. Tanyakan kesediaan dan berikan kesempatan kepada klien dan atau keluarga untuk bertanya
6. Jaga privasi klien Tahap Kerja
1. Beritahu klien bahwa tindakan segera dimulai
2. Siapkan peralatan dan catatan / kartu obat di dalam ruang pengobatan atau di kereta obat. Hitung dosis obat yang benar. Lakukan dengan teliti dan periksa kembali perhitungan.
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
4. Siapkan dosis obat yang tepat dari vial atau ampul sesuai kebutuhan (instruksi dokter). Lakukan dengan langkah yang benar. Ingat 3 cek pembacaan obat. Obat yang telah disiapkan diletakkan dalam bak injeksi.
5. Tentukan area yang akan dilakukan injeksi. Inspeksi area yang akan diinjeksi terhadap adanya edema, massa atau nyeri tekan. Hindari jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi
6. Palpasi otot untuk menentukan kekerasan dan ukurannya. Apabila injeksi diberikan dengan sering, lakukan rotasi tempat injeksi.
7. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman dan merelaksasi area sesuai tempat injeksi yang dipilih
a. Lengan atas (deltoid): klien duduk atau berbaring dengan lengan bawah f leksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan.
b. Dorsogluteal: klien diatur berbaring menghadap ke bawah dalam posisi pr onasi dengan kedua tangan di atas sisi tempat tidur dan kedua kaki diputar ke dalam, klien juga dapat diatur dalam posisi miring ke samping dan kaki yang atas ditekuk pada pangkal paha dan lutut serta diletakkan di depan kaki bawah yang diatur lurus.
c. V'entrogluteal: klien berbaring miring, terlentang, atau terlentang dengan lutut dan panggul fleksi
d. Vastus lateralis (paha) klien dapat diatur miring atau duduk, atau berbaring terlentang dengan lutut agak fleksi.
8. Pertahankan selimut atau baju yang menutupi bagian tubuh yang tidak dilakukan injeksi.
9. Pasang perlak atau pengalas di bawah area yang akan dilakukan injeksi.
10. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptik (alkohol). Usap bagian tengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang sekitar 5 cm.
11. Lepas tutup spuit dari jarum dengan menariknya arah lurus
12. Pegang spuit di antara ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah dengan tangan dominan (seperti memegang anak panah), pegang dengan telapak ke bawah pada sudut 90 derajat terhadap tempat injeksi
13. Tempatkan tangan non dominan pada tempat injeksi dan regangkan kulit untuk membuatnya tegang. Injeksikan jarum secara lembut dan cepat kedalam otot pa da sudut 90 derajat.
Jika massa otot kecil, cubit badan otot antara ibu jari dan jari lain.
Jika obat bersifat mengiritasi, gunakan metode Z-track
14. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak dominan. Lakukan aspirasi. Hindari menggerakkan spuit ketika menarik pangisap secara perlahan untuk mengaspirasi. Bila tidak ada darah, injeksikan obat perlahan- lahan (kecepatan 10 detik/ml). Apabila darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit, dan ulangi prosedur.
15. Setelah injeksi, tarik jarum spuit dengan lembut tapi cepat dengan sudut yang sama saat insersi (dimasukkan). Usapkan swab alkohol dengan perlahan di tempat injeksi, lakukan penekanan perlahan. Jangan memasase kulit. Bila tempat penusukan mengeluarkan darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril kering sampai perdarahan berhenti. Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus lateralis, anjurkan klien menggerak-gerakan kaki.
16. Buang spuit pada tempat khusus antitusuk tanpa harus menutup jarum dengan k apnya atau sebelum dibuang tutup jarum dengan satu tangan dan letakkan pada bengkok sebelum dibuang di tempat sampah khusus
17. Ambil pengalas
18. Bantu klien kembali pada posisi semula 19. Bereskan peralatan dan lepas sarung tangan
20. Kembalikan semua peralatan ke nurse station dan cuci tangan Tahap Terminasi
1. Catat setiap pemberian obat, tulis inisial dan tanda tangan perawat
2. Evaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan (respon subyektif dan obyektif) dan beri reinforcement positif.
3. Buat kontrak pertemuan selanjutnya.
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik dan berikan salam kepada klien dan keluarga.
H. HASIL
Nama obat : Human Rabies Immunoglobulin(HRIG) 20 IU/kgBB Rute pemberian : Intramuskular (IM)
Dosis : 20 IU/kgBB secara IM yang diberikan sebanyak 4 kali dengan interval 1 minggu 3 kali kunjungan Waktu pemberian :Kamis, 25 April 2024, Pukul 08.50 WIB.
Data Subjektif:
1. Pasien berusia 4 tahun dan memiliki riwayat digigit oleh anjing peliharaan sendiri.
2. Pasien mengatakan sudah melakukan pencucian daerah tergigit dengan air sebelum pergi kerumah sakit
3. Pasien mengatakan telah membawa sempel otak anjing dan dinyatakan positif rabies.
Data Objektif:
1. Pemeriksaan fisik, tanda vital dan status generalisata dalam batas normal.
2. Terdapat beberapa area bekas gigitan pada tubuh klien
3. Area gigitan meliputi area wajah sekitar mata kanan dan pergelangan tangan kanan
4. Pasien sudah mendapatkan suntikan vaksin antirabies (VAR)dosis kedua (H0 dan H7) di puskesmas, namun tidak mendapatkan suntikan Serum Anti Rabies(SAR)dikarenakan ketidaksediaan stok saat itu
Respon:
Setelah pemberian injeksi HRIG, pasien tidak ada mengeluhkan demam, dan hanya mengeluhkan sedikit nyeri kepala, nyeri sendi dan nyeri otot. Dimana hal tersebut merupakan efek samping dari VAR itu sendiri.
I. PEMBAHASAN
Rabies (penyakit anjing gila) adalah infeksi akut susunan saraf pusat oleh virus rabies (famili Rhabdoviridae, genus Lyssavirus). Hewan penular virus rabies antara lain anjing, kucing, kera, kelelawar, musang, dan serigala. Di Indonesia, umumnya hewan penular virus rabies adalah anjing (98%), kucing, dan kera. Penularan rabies pada manusia sebagian besar berasal dari air liur hewan yang masuk melalui gigitan, atau jilatan pada kulit lecet ataupun mukosa/ selaput lendir (mata, mulut, hidung, anus, genital).Walaupun jarang, dapat pula melalui transplan organ dari orang terinfeksi, dan udara yang tercemar virus rabies.Manusia dapat terinfeksi virus rabies melalui inokulasi saliva yang mengandung virus melalui gigitan anjing atau hewan lain yang terinfeksi rabies. Menjilat kulit dengan luka terbuka ataumukosa dan cakaran juga dapat menyebabkan infeksi.
Patogenesis dimulai dari inokulasi virus dan bereplikasi di jaringan perifer, lalu menyebar di sepanjang saraf perifer, selanjutnya ke medula spinalis dan otak dapat menimbulkan ensefalomielitis . Setelah tersebar sentrifugal di SSP, virus melalui jalur saraf menuju ke berbagai organ (kelenjar ludah, kulit,
hati, otot, lidah, dll), tanpa viremia.11Masa inkubasi bervariasi mulai dari 5 hari sampai beberapa tahun, umumnya 20-90 hari. Variasi inkubasi dipengaruhi oleh lokasi gigitan, kedalaman luka, dan jumlah virus. Setelah virus rabies masuk melalui gigitan, maka selama 2 (dua) minggu virus tetap tinggal di tempat masuk dan sekitarnya, kemudian bergerak mencapai ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan fungsi. Bagian otak yang terserang adalah medulla oblongata dan Annon’s horn. Sesampainya di otak, virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas ke semua bagian satuan sel saraf, terutama sel limbik, hipotalamus, dan batang otak. Setelahmemperbanyak diri dalam sel saraf pusat, virus kemudian ke saraf perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hampir setiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Mahdika Ambarwaty, Mario B. Nara, Defranky Theodorus, & Riry AmbarsarieDepartemen Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Bengkulu.
(2023). MANAJEMEN INFEKSI RABIES BERISIKO TINGGI: STUDI KASUS TANPA SERUM ANTI-RABIES. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan : Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 10(3), 293–300.
https://doi.org/10.32539/jkk.v10i3.360