• Tidak ada hasil yang ditemukan

16 TENTANG PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP STUDI KASUS PT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "16 TENTANG PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP STUDI KASUS PT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PSAK NO. 16 TENTANG PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP STUDI KASUS PT. RACHMAT DELAPAN PUTERA DI MAKASSAR

Lusiani. P1, Arsyad Paweroi2, Sultan Iskandar3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar

[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

ABSTRACT

The research aims to find the suitability of fixed assets accountancy based on PSAK No.16 at PT. Rachmat Delapan Putera. The testing is conducting by analysis on how far the company applied the rule of fixed assets accountancy based on PSAK No.16 in company activity. The research used descriptove analysis method through qualitative approach. The data collecting technique are observation, interview, and documentation. The result showed the legalling, measuring, expenditure, depreciation, ending and showing the fixed assets is not suitable with PSAK No.16.

Keywords: Accountancy, Fixed Assets, PSAK No.16.

PENDAHULUAN

Semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan, menuntut pihak manajemen perusahaan untuk lebih memanfaatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dapat digunakan secara efisien dan efektif sehingga dapat meningkatkan kegiatan operasional perusahaan. Untuk mencapai tujuan, maka perusahaan harus memaksimalkan kegiatan operasionalnya, setiap bentuk usaha yang ada saat ini mulai dari yang berukuran kecil hingga yang besar pasti akan memanfaatkan aset miliknya.

Salah satu subklasifikasi dari aset yang dimiliki perusahaan adalah aset tetap (fixed assets). Aktiva tetap (fixed assets) adalah aktiva yang dapat dilihat keberadaannya secara fisik, sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan (useful life) yang panjang (Hery 2016: 148). Aset tetap umumnya memiliki nilai yang besar sehingga dapat mempengaruhi posisi kekayaan dalam laporan keuangan, oleh karena itu penyajiannya memerlukan perlakuan khusus dan perhitungan yang teliti.

Aset tetap erat kaitannya dengan akuntansi karena akuntansi merupakan seni dalam pencatatan. Dengan memahami pencatatan akuntansi kita bisa mengetahui lebih detail dan jelas bagaimana proses pencatatan dari suatu aset tetap tersebut dan juga memudahkan kita dalam penyajiannya.

Dengan adanya PSAK yang mengatur aturan dari standar akuntansi nasional akan memperjelas proses pencatatan aset tetap.

PSAK adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berisi peraturan mengenai pencatatan, penyusunan, perlakuan dan penyajian laporan keuangan yang disusun oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). PSAK 16 mengatur beberapa hal yang berkaitan dengan aset tetap. Antara lain pengakuan, biaya perolehan, pengukuran biaya perolehan, penyusutan dan penghentian pengakuan aset tetap.

PT. Rachmat Delapan Putera awalnya dikembangkan dari usaha rumahan dan terus berkembang sampai sekarang memiliki lima grup perusahaan dengan masing-masing divisi yang berbeda. Tentunya aset yang dimiliki PT.

Rachmat Delapan Putera tidaklah sedikit. Aset tetap yang terdapat pada PT. Rachmat Delapan Putera mempunyai peranan penting dalam kelangsungan usaha perusahaan. Melihat hal tersebut membuat penulis tertarik untuk memilih tentang akuntansi aset tetap dan kesesuaian menurut PSAK No. 16 dari PT.

Rachmat Delapan Putera. Karena keputusan perusahaan dalam perlakuan aset tetap sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan ke depannya.Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan PSAK No. 16 Pada PT. Rachmat Delapan Putera Di Makassar”

(2)

Berdasarkan latar belakang masalah yang diangkat mengenai aset tetap, rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu “Apakah perlakuan akuntansi aset tetap pada PT.

Rachmat Delapan Putera telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16?”

Dari uraian rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi aset tetap menurut PSAK No.16 pada PT.

Rachmat Delapan Putera.

TINJAUAN LITERATUR

Ada berbagai macam definisi mengenai aset tetap adalah sebagai berikut:

Aset tetap adalah aset perusahaan mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, memiliki wujud, dan diperoleh perusahaan guna melaksanakan kegiatan perusahaan, dan bukan untuk dijual kembali.

Aset ini memiliki wujud maka sering kali aset tetap akan disebut dengan aset tetap berwujud.

(Mulyadi 2016:497)

Aset tetap adalah aset yang berwujud digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan yang bernilai material, serta tidak dimaksudkan untuk dijual kepada pelanggan.

(Sofia Prima Dewi 2017:194). Juga menurut Rudianto (2015:256) Aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan.

John J. Wild (2013:396) Aset pabrik adalah aset berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan yang memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengertian aset tetap menurut PSAK 16 (2011:16.2) aset tetap adalah aset berwujud yang: Dimiliki dengan tujuan digunakan dalam produksi dan penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, serta untuk tujuan administratif; kedua yaitu diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode

Dalam Hery (2015:267) Aset umum dilaporkan di dalam kategori ini meliputi tanah, bangunan, mesin, perabot, peralatan, dan kendaraan bermotor. Dalam beberapa industri, seperti industri, seperti industri utilitas (contohnya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penerbangan, pelayaran, pembangkit listrik, telekomunikasi), aset tetapnya bisa menempati bagian yang

sangat signifikan pada total aset perusahaan secara keseluruhan.

Sedangkan menurut PSAK 16 dalam IAI (2011:16.13) untuk mengklasifikasi aset tetap, aset akan dikelompokkan sesuai dengan aset yang memiliki sifat dan kegunaan yang serupa dalam operasi normal perusahaan. Berikut ini contoh kelompok aset yang terpisah:Tanah, Tanah Bangunan, Mesin, Kapal, Pesawat udara, Kendaraan bermotor, Perabot, Peralatan kantor.

1. Biaya Perolehan Awal

Dalam IAI (2011:16.4) Biaya perolehan aset tetap yang harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:

a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara

andal

2. Komponen Biaya Perolehan

PSAK 16 dalam IAI (2011:16.6) biaya perolehan aset tetap meliputi:

a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian atau potongan-potongan lain.

Menurut Ibrahim H. Ahmad (2014:256) Harga perolehan adalah harga beli dan pengorbanan lainnya yang dilakukan untuk mempersiapkan aktiva yang bersangkutan sampai siap digunakan.

b. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.

c. Estimasi awal atas biaya pembongkaran atau pelepasan, pemindahan serta restorasi lokasi aset. Kewajiban atas biaya timbul ketika aset tersebut diperoleh ataupun karena perusahaan menggunakan aset selama periode tertentu dengan tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.

3. Pengukuran Biaya Perolehan

Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunai yang diakui pada saat terjadinya, jika dalam pembayaran suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka waktu kredit normal, perbedaan antara nilai tunai dan pembayaran total akan diakui sebagai beban bunga selama periode kredit kecuali dikapitalisasi sesuai dengan PSAK 26: Biaya pinjaman dalam IAI PSAK 16 (2015:16.9).

(3)

Dalam Supami Wahyu Setiyowati (2017:135) aset tetap dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu:

a. Dibeli secara tunai b. Dibeli secara cicilan

c. Dibeli secara gabungan (lupsum)

d. Dibeli dengan cara ditukar dengan surat berharga

e. Diperoleh dari sumbangan atau donasi f. Diperoleh dengan cara tukar-menukar g. Diperoleh dengan membangun sendiri

Entitas memilih model biaya dan model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya serta menerapkan kebijakan itu terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.

1. Model Biaya

Aset setelah diakui, akan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akuntansi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

2. Model Revaluasi

Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.

Revaluasi harus dilakukan secara teratur. IAI (2011:16.11)

3. Penurunan Nilai

Untuk menentukan apakah aset tetap mengalami penurunan nilai, maka entitas menerapkan PSAK 48 (revisi 2009):

Penurunan Nilai Aset. Pernyataan tersebut menjelaskan bagaimana menentukan jumlah terpulihkan dari aset atau kapan mengakui serta membalik rugi penurunan nilai, juga bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya.

Biaya seperti perawatan sehari-hari aset tetap sebagai bagian dari aset yang bersangkutan, tidak boleh diakui entitas.

Tetapi biaya-biaya ini diakui dalam laba rugi saat terjadinya. Biaya perawatan dalam sehari- hari yang terdiri atas biaya tenaga kerja atau bahan habis pakai (consumables) didalamnya termasuk suku cadang kecil. Pengeluaran- pengeluaran untuk hal tersebut disebut “biaya pemeliharaan dan perbaikan” aset tetap.

Menurut Rudianto (2012:260) terdapat beberapa pengeluaran yang harus terjadi dalam masa penggunaan aset agar dapat memenuhi

kebutuhan perusahaan,yaitu reparasi dan pemeliharaan, penggantian, penambahan.

Pengeluaran selama masa manfaat aset tetap (setelah pengakuan awal) menurut Sofia Prima Dewi (2017:203) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu “pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) dan pengeluaran modal (capital expenditure).

Menurut PSAK 16 (2011:16.3) penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.

Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.

Depresiasi dihentikan pengakuannya ketika aset telah habis disusutkan kecuali jika tidak digunakan dan dihentikan penggunaannya.

Faktor berikut ini akan diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat dari setiap aset seperti ekspektasi daya pakai dari aset, ekspektasi tingkat keausan fisik, keusangan teknis dan keusangan komersial, adanya pembatasan dalam penggunaan aset karena faktor hukum dan peraturan tertentu, misalnya berakhirnya waktu untuk penggunaan sehubungan dengan sewa.

Kebijakan manajemen aset dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset juga setelah jangka waktu tertentu.

Menurut Rudianto (2012:260-261) terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode, yaitu harga perolehan, nilai sisa (residu), taksiran umur kegunaan.

Metode penyusutan yang digunakan untuk mencerminkan ekspektasi pada konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset oleh entitas. Berbagai metode penyusutan bisa digunakan mengalokasikan jumlah yang disusutkan secara sistematis dari suatu aset selama umur manfaatnya. Dalam PSAK 16 ada tiga metode penyusutan yang digunakan, metode tersebut antara lain metode garis lurus (straight line metthod), metode saldo menurun

(4)

(diminishing balanca method), metode jumlah unit (sum of the uniit method). Tiga metode penyusutan juga diungkapkan dalam Sofia Prima Dewi (2017:197) yaitu metode garis lurus, metode unit aktivitas, metode saldo menurun. Metode penyusutan dalam Anastasia Diana & Lilis Setiawati (2017:231) yaitu Metode garis lurus, Metode Saldo Menurun dan Metode Jumlah Unit.

Menurut PSAK 16 dalam IAI (2011:16.20), jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang bisa diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya dan keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi ketika aset tetap tersebut dihentikan pengakuannya, tetapi keuntungan tersebut tidak dapat dianggap sebagai pendapatan. Dalam PSAK 16 (IAI 2011:16.21) Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara (misalnya: dijual, disewakan berdasarkan sewa pembiayaan, atau disumbangkan).

Jika entitas mengakui biaya perolehan dari adanya penggantian sebagian aset tetap dalam jumlah yang tercatat tersebut, selanjutnya entitas juga akan menghentikan pengakuan jumlah tercatat tersebut dari bagian yang telah digantikan dengan tidak memperhatikan apakah bagian yang terganti telah disusutkan secara terpisah. Entitas juga dapat menggunakan biiaya perolehan dari penggantian tersebut sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang digantikan pada saat diperoleh atau konstuksi, jika hal tersebut tidak praktis bagi entitas dalam menentukan jumlah tercatat dari bagian yang telah terganti.

Pengungkapan aset tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 (2011:16.22) menyatakan bahwa laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap yaitu, dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto, metode penyusutan yang digunakan, umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode serta rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual,

akuisisi melalui kombinasi bisnis, peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi, rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laba rugi, penyusutan, dan perubahan lain.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif ini dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena- fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif.

Penelitian akan dilaksanakan pada PT.

Rachmat Delapan Putera yang beralamat di Jl.

Rusa No. 16, Maricaya, Kec. Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun waktu penelitian dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2019.

Data penelitian menurut jenisnya yaitu Data kualitatif adalah data yang bersumber dari lokasi penelitian yang diperoleh melalui wawancara serta tanya jawab dengan pihak terkait dengan objek penelitian mengenai siklus kerja dalam perusahaan. Disajikan tidak dalam bentuk angka-angka. Data kuantitatif adalah adalah data informasi yang berupa simbol angka, bilangan, dan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah terstruktur, terencana, dan sistematiis dengan jelas sejak awal.

Menurut sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu data primer adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk belum diolah atau data mentah seperti keterangan informasi dan dokumen yang diperoleh langsung dari bagian accounting PT. Rachmat Delapan Putera. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk data yang telah jadi berupa laporan laba rugi, neraca, daftar aktiva tetap, sejarah singkat berdirinya perusahaan serta struktur organisasi perusahaan.

Teknik pengumpulan datayang untuk mendapatkan informasi dan data dalam penelitian, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat objek yang diteliti.

Wawancara yaitu dengan penulis melakukan tanya jawab secara langsung dengan bagian yang terkait untuk mendapatkan penjelasan

(5)

Jenis Aset Harga Perolehan

Akum Peny.

s/d 2017

Penyusutan 2018

Akum Peny.

s/d 2018 Nilai Buku

1 2 3 4 5=3+4 6=2-5

Kelompok Bangunan 4.054.000.000 2.020.000.000 205.500.000 2.225.500.000 1.828.500.000 Kelompok Inventaris 263.265.916 206.649.033 15.893.683 222.542.716 40.723.200 Kelompok Kendaraan 102.000.000 95.000.000 1.283.333 96.283.333 5.716.667 Kelompok Mesin 12.177.000 1.320.000 2.171.400 3.491.400 8.685.600 Jumlah 4.431.442.916 2.322.969.033 224.848.417 2.547.817.450 1.883.625.467 mengenai hal yang diteliti. Dokumentasi yaitu

mengumpulkan data dan informasi melalui jurnal atau buku-buku, dan dengan melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen juga laporan-laporan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah orang atau pelaku yang benar-benar mengetahui dan menguasai serta terlibat langsung dengan masalah penelitian, dengan menggunakan data kualitatif. Teknik penentuan infoman yaitu pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat.

Teknik analisis data yang dipakai adalah menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu teknik yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan perusahaan berdasarkan kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada perusahaan. Setelah semua data yang diperoleh dari hasil penelitian mengetahui apakah perlakuan akuntansi aset tetap yang diterapkan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, maka data yang terkumpul akan dianalisis kualitatif dengan teknik analisis data sebagai berikut:

1. Data yang diambil adalah laporan keuangan (Neraca dan Laba Rugi)

2. Daftar Aset Tetap

3. Kebijakan-kebijakan akuntansi perusahaan mengenai perlakuan akuntansi atas aset tetap.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh dari PT.

Rachmat Delapan Putera adalah Daftar aset tetap yang diperoleh dari neraca PT. Rachmat Delapan Putera terdiri dari:

Tabel 1. Jenis Aset Tetap PT.Rachmat Delapan Putera

Aset Tetap

No. Jenis Aset Nilai

1 Tanah Rp. 660.000.000 2 Bangunan Rp. 4.054.000.000 3 Inventaris Rp. 263.265.916 4 Kendaraan Rp. 102.000.000 5 Mesin Rp. 12.177.000 Sumber : Data Diolah (2019)

Aset tetap pada awalnya dicatat sebesar harga belinya. Perolehan aset tetap pada PT.

Rachmat Delapan Putera semuanya diperoleh dari pembelian.

Untuk pengukuran setelah pengakuan awal PT. Rachmat Delapan Putera belum melakukan pengukuran model biaya atau model revaluasi, tetapi hanya mencatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

Biaya pemeliharaan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset agar tetap dalam kondisi yang baik. Biaya pemeliharaan kendaraan pada PT.Rachmat Delapan Putera sebesar Rp.2.845.400 biaya pemeliharaan gedung dan bangunan sebesar Rp.

75.468.500biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp.37.000 dan biaya pemeliharaan inventaris yaitu sebesar Rp.13.717.100. Tidak ada kebijakan mengenai jumlah material yang harus diakui untuk pengeluaran pendapatan maupun untuk pengeluaran modal.

PT. Rachmat Delapan Putera menyusutkan aset tetapnya menggunakan metode garis lurus. Adapun hasil perhitungan penyusutan aset tetapnya sebagai berikut:

Tabel 2. Penyusutan Aset Tetap PT.Rachmat Delapan Putera

Sumber : Data Diolah (2019)

PT. Rachmat Delapan Putera melakukan penghentian aset tetap dengan cara dibuang atau dibiarkan saja. Aset dihentikan karena sudah rusak parah atau tidak ada lagi manfaat ekonomi yang dharapkan dari aset tersebut.

Didalam penyajian aset tetap pada laporan posisi keuangan, PT.Rachmat Delapan Putera menyajikan aset tetap dalam neraca sebesar biaya perolehannya dikurangi akumulasi penyusutannya.

Untuk metode penyusutannya, PT.

Rachmat Delapan Putera menggunakan metode garis lurus (straight line method). Dan setiap aset tetap dalam PT. Rachmat Delapan Putera, harga perolehannya dapat dilihat dalam daftar aset tetap, begitu juga dengan akumulasi penyusutan, kita bisa mengetahui saldo dari akumulasi penyusutan pada akhir tahun dalam

(6)

daftar aset tetap.

PEMBAHASAN

Aset tetap pada PT. Rachmat Delapan Putera diakui sebanyak harga perolehan dengan daftar aset tetap sebagai berikut:

1. Tanah dengan total nilai sebesar Rp.660.000.000

2. Bangunan diperoleh sebesar Rp.4.054.000.000

Tabel 3. Daftar Bangunan PT.Rachmat Delapan Putera

No Jenis Aset Harga

Perolehan (Rp)

1 R8 Alauddin

950.000.000

2 R8 Talasalapang

3.090.000.000 3 Iklan Neon Box TLC

10.200.000

4 Iklan Neon Box ALD

3.800.000

Total 4.054.000.000

Sumber: Data Diolah (2019)

Untuk kelompok bangunan terjadi kesalahan dalam pengelompokan. Dimana bangunan memiliki masa manfaat 20 tahun sedangkan neon box memiliki masa manfaat kurang dari 5 tahun. Seharusnya neon box tidak dikelompokkan ke dalam bangunan tetapi masuk dalam kelompok inventaris. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori pengelompokan aset tetap.

3. Inventaris yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan sebesar Rp.

263.265.916

4. Kendaraan dibeli sebesar Rp. 102.000.000 5. Mesin dibeli sebesar Rp. 12.177.000

PT. Rachmat Delapan Putera mengakui suatu aset jika aset tersebut mempunyai harga perolehan diatas Rp.200.000, manfaat ekonomis lebih dari satu tahun serta dapat mendukung kegiatan operasional perusahaan.

Namun, pada pencatatan aset tetap PT.Rachmat Delapan Putera tidak konsisten dengan kebijakan yang dibuat. Untuk kelompok inventaris ada beberapa aset yang harga perolehannya dibawah Rp. 200.000 tetapi dicatat sebagai aset. Misalnya kipas angin yang diperoleh pada bulan April 2018 dengan harga perolehan Rp. 190.000 dicatat sebagai inventaris perusahaan. Kebijakan PT.

Rachmat Delapan Putera belum sesuai dengan

perlakuan pengakuan aset tetapnya. Maka untuk pengakuan aset tetap PT. Rachmat Delapan Putera belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No.16.

Untuk pengukuran setelah pengakuan awal PT. Rachmat Delapan Putera belum menerapkan model biaya atau model revaluasi, tetapi hanya mencatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Dapat dilihat pada setiap lampiran bahwa tidak ada revaluasi aset yang dilakukan PT. Rachmat Delapan Putera. Dalam pemilihan model pengukuran PT. Rachmat Delapan Putera belum sesuai dengan PSAK No.16.

Kebijakan PT. Rachmat Delapan Putera untuk pengeluaran selama penggunaan aset belum dapat mendefinisikan mana yang termasuk pengeluaran pendapatan dan mana yang termasuk pengeluaran modal. Perusahaan belum bisa menentukan secara material jumlah yang harus diakui untuk pengeluaran pendapatan dan pengeluaran modal. Berikut adalah tabel biaya pemeliharaan aset tetap yang PT. Rachmat Delapan Putera.

Tabel 4. Biaya Pemeliharaan Aset Tetap PT. Rachmat Delapan Putera Biaya Pemeliharaan Aset Tetap Nilai (Rp) Biaya Pemeliharaan Kendaraan 2.845.400 Biaya Pemeliharaan Gedung &

Bangunan 75.468.500

Biaya Pemeliharaan Mesin 37.000 Biaya Pemeliharaan Inventaris 13.717.100

Jumlah 92.068.000

Sumber: Data Diolah (2019)

Pada tabel diatas terdapat pengeluaran pendapatan (biaya pemeliharaan) untuk kelompok bangunan, inventaris, kendaraan dan mesin. Untuk pencatatannya pada laba rugi sudah sesuai yaitu dengan mencatat pengeluaran pemeliharaan aset tetap pada laporan laba rugi.

Sesuai kebijakan akuntansi PT. Rachmat Delapan Putera untuk seluruh kelompok aset tetap seperti Tanah, Bangunan, Inventaris, Kendaraan, dan Mesin dinilai berdasarkan harga perolehan dan penyusutan aset tetapnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus dimana besarnya penyusutan setiap tahunnya sama besar. Pada PT. Rachmat Delapan Putera untuk aset tetap yang telah habis masa manfaatnya, terkadang masih tetap digunakan kecuali jika sudah tidak berfungsi lagi dengan baik atau rusak. Adapun contoh penyusutan yang dilakukan PT. Rachmat

(7)

Delapan Putera dengan metode garis lurus sebagai berikut:

Motor Revo Fit yang dibeli pada bulan Februari 2018 dimana harga perolehannya Rp.

7.000.000 taksiran umur ekonomisnya adalah 5 tahun. Besarnya penyusutan aset tetap yang diperhitungkan perusahaan adalah:

Beban penyusutan motor

= Rp. 7.000.000 5 tahun

= Rp. 1.400.000

Waktu perolehan motor tersebut baru 11 bulan Beban penyusutan untuk 11 bulan

= 11 x Rp. 1.400.000 12

= Rp. 1.283.333 Beban penyusutan tiap bulan

= Rp. 1.283.333 11 bulan = Rp. 116.667

Untuk kelompok bangunan beban penyusutan dari bulan Januari sampai Juni beban penyusutannya sama yaitu Rp.

16.833.33 dan pada bulan Juli terdapat penambahan beban penyusutan menjadi Rp.17.416.667 dikarenakan pada bulan Juli 2018 terjadi penambahan aset untuk bangunan sebesar Rp. 14.000.000. Hal yang sama juga terjadi untuk kelompok inventaris dari bulan Januari sampai dengan Desember memiliki beban penyusutan yang berbeda karena adanya penambahan inventaris tiap bulannya dan hal tersebut mempengaruhi beban penyusutan.

Dalam menghitung penyusutan, perusahaan juga telah memperhatikan bulan perolehan aset tetap tersebut. Sehingga dalam hal ini sudah sesuai dengan prinsip Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16.

PT. Rachmat Delapan Putera tidak pernah melakukan penjualan atau melelang aset miliknya untuk menghentikan pengakuan aset.

Penghentian aset tetap dilakukan dengan cara dibuang atau dibiarkan saja. Aset tetap dihentikan jika tidak ada lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari aset tersebut.

Perusahaan masih menggunakan aset tetap yang telah habis umur manfaatnya, kecuali jika sudah rusak parah atau tidak berfungsi lagi dengan baik. Dalam daftar aset tetap masih ada beberapa aset yang sudah lebih masa manfaatnya tetapi masih digunakan.

Misalnya meja kantor memiliki masa manfaat 5 tahun dimulai tahun 2008 sampai 2013 tetapi masih digunakan sampai 2017.

Jika aset nilai bukunya sudah habis dan kondisi aset tidak layak pakai seharusnya dihapuskan dari daftar aset tetap tetapi PT.Rachmat Delapan putera tidak menghapus aset tersebut. Maka untuk penghentian pengakuan aset tetap PT. Rachmat Delapan Putera belum sesuai dengan PSAK No.16.

Dalam Penyajian aset tetap pada laporan posisi keuangan PT.Rachmat Delapan Putera mengungkapkan:

1. Menyajikan secara terpisah seperti tanah, bangunan, inventaris, kendaraan dan mesin.

2. Menyajikan aset tetap dalam neraca sebesar harga perolehannya.

3. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method).

4. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.

5. Akumulasi penyusutan tiap bulannya.

6. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode karena adanya penambahan.

PT. Rachmat Delapan Putera belum mengungkapkan secara utuh laporan keuangannya. PT.Rachmat Delapan Putera belum membuat laporan penghentian pengakuan aset tetapnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori PSAK No.16 dimana entitas juga dianjurkan melakukan pengungkapan atas: Jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai sementara, jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, jika model biaya digunakan, nilai wajar aset tetap apabila berbeda secara material dari jumlah tercatat.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti pada PT. Rachmat Delapan Putera telah maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengakuan, pengukuran, pengeluaran, penghentian dan pengungkapan aset tetap sebagian praktiknya belum sesuai dengan aturan yang terdapat dalam PSAK No.16. PT.Rachmat Delapan Putera belum konsisten mengenai kebijakan pengakuan aset tetapnya. Juga terdapat kesalahan pencatatan untuk kelompok aset tetap bangunan. Bagian yang belum sesuai tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Dalam hal pengukuran setelah pengakuan awal aset, PT. Rachmat Delapan Putera sama sekali belum menerapkan model biaya maupun model revaluasi.

(8)

2. PT. Rachmat Delapan Putera belum membuat laporan untuk penghentian pengakuan aset tetapnya.

3. Untuk pengungkapan aset tetap dalam laporan keuangan pada PT.Rachmat Delapan Putera belum mengungkapkan berapa aset tetap yang telah dihapuskan pengakuannya.

Dari uraian kesimpulan peneliti diatas, peneliti memberikan saran kepada PT.Rachmat Delapan Putera sebagai berikut:

1. Lebih tegas dengan kebijakan yang sudah dibuat khususnya terkait aset tetap dan lebih teliti dalam mengelompokkan aset tetap.

2. Sebaiknya segera melakukan revaluasi agar perusahaan bisa memastikan bahwa jumlah yang tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar.

3. Jika aset tetap sudah dihentikan pengakuan sebaiknya dihapuskan dari daftar aset tetap dengan cara menjurnal balik yang sebelumnya didebet harus dikreditkan dan yang dikreditkan harus didebet kemudian dihapuskan dari daftar aset tetap.

4. PT. Rachmat Delapan Putera dalam pengungkapan laporan keuangan aset tetap diharapkan agar perusahaan dapat melakukan pengungkapan yang sesuai standar yang berlaku agar dapat menyajikan informasi laporan keuangan yang lebih jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, H. Ibrahim. (2014). Analisis

Penerapan Akuntansi

Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Manajer Pada PT.

Cipta Beton Sinar Perkasa Di Makassar.https://e-jurnal.stienobel- indonesia.ac.id/index.php/akmen/ar ticle/view/552/538

Budiman, E., Pangemanan, S., & Tangkuman, S.(2014). Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap. Pada Fakultas Universitas Sam Ratulangi Manado.http://ejournal.unsrat.ac.id/i ndex.php/emba/article/view/4005 Dewi, S.P., Sugiarto, E., Susanti, M. (2017).

Pengantar Akuntansi Sekilas Pandang Perbandingan dengan SAK

yang Mengadopsi IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM. Bogor: Penerbit IN MEDIA

Diana, Anatasia & Setiawati, Lilis.(2011).

Sistem Informasi Akuntansi.

Yogyakarta: Andi Offest.

Diana, Anastasia & Setiawati, Lilis. (2017).

Akuntansi Keuangan Menengah Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Terbaru. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Hery. (2015). Pengantar Akuntansi. Jakarta:

PT. Grasindo

Hery. (2016). Akuntansi: Aktiva, Utang dan Modal Edisi 2. Yogyakarta: Gava Media

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Mulyadi.(2016). Sistem Informasi Akuntansi Edisi 4. Jakarta: Salemba.empat.

Rudianto.(2012). Pengantar Akuntansi Konsep

& Teknik Penyusunan Laporan Keuangan.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Samryn, L.M. (2011). Pengantar Akuntansi Edisi IFRS. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Satori, Djam’an & Komariah, Aan. (2011).

Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Alfabeta

Setiyowati, S.W., Sari, A.R., Nurbatin, D.

(2017). Akuntansi Keuangan Dalam Perspektif IFRS dan SAK-ETAP.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sujarweni, Wiratna. (2015). Sistem Akuntansi.

Yogyakarta: Pustaka Baru.

Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.

Bandung: ALFABETA.

Werren, C.S., Reeve, J.M., & Duchac, J.

(2015). Pengantar Akuntamsi 1 Adaptasi Indonesia Edisi 4, Cetakan ke 2. Jakarta: Salemba Empat.

Wild, John J., Shaw Ken W., Chiappetta Barbara. (2013). Fundamental Acoounting Principles, Twenty-Firts Edition. New York: The McGraw- Hill Companies.

(9)

Yulianto, H. (2019).Pedoman penulisan proposal skripsi.Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Pendidikan Ujung Pandang.

Yulianto, H. (2019). Pedoman penulisan skripsi. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Pendidikan Ujung Pandang.

Referensi

Dokumen terkait

Sementara menurut PSAK No.16, “aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

16 (revisi 2014) dengan perlakuan akuntansi terhadap aset tetap di Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo untuk pengungkapan aset tetap pada laporan Keuangan belum sesuai

Selain perlakuan akuntansi aset tetap menurut PSAK 16 ada juga perlakuan akuntansi aset tetap berdasarkan fiskal atau perpajakan, perlakuan akuntansi aset tetap secara

1. Biaya Perolehan Awal. Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap tersebut, meskipun tidak secara langsung meningkat

16 1994 mengatu r bahwa suatu aset tetap ak.1iva tetap yang memenuhi kualiflkasi untuk diakui sebagai aset aktiva pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan, sedangkan dalam PSAK

Sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan, komponen-komponen yang disajikan pada laporan keuangan seperti halnya biaya perolehan aset tetap, pengembangan aset,

biaya perolehan aset tetap adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahanan dan diperlukan untuk menyiapkan aset tetap tersebut agar dapat digunakan sebagai mana mestinya sebagai

viii ABSTRAK Nama : Nanang Dwi Setiawan Program Studi : S1 Reguler Akuntansi Judul : Analisis Perlakuan Akuntansi dan Prosedur Audit atas Aset Tetap pada PT EXPRESS Berdasarkan