Analisis Kesesuaian Lahan Permukiman Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kota Binjai
Geniusmaniat Laia1*, Zulkifli Nasution2, Achmad Siddik Thoha3
1Perencanaan Wilayah Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara
2 Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
3 Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara
*Koresponden email: [email protected]
Diterima: 1 Februari 2020 Disetujui: 28 Februari 2020
Abstract
A determination location for residential areas was influenced by physical factors, accessibility, socioeconomics, existing land use conditions, etc. Binjai is a municipality that has the highest population growth and resulting in the development of settlement highest growth. It is necessary to analyze land suitability for settlement development that provides appropriate residential location direction to realize productive and effective land use by utilizing Geographic Information Technology (GIS). This study aims to analyze residential development direction in Binjai as well as determine potential location into a residential area by considering carrying land capacity, land use effectiveness, and productivity. The suitability land capacity analysis for settlements development results: Very High (ST) 2,616.12 Ha, High (T) 4,295.65 Ha, Medium (S) 2,332.15 Ha, Low (R) 465.67 Ha, and Very Low (SR) 65.16 Ha. Suitability effectiveness analysis for settlements development results: Very High (ST) 4,560.08 Ha, High (T) 2,636.54 Ha, Medium (S) 1,533.04 Ha, Low (R) 417.36 Ha, and Very Low (SR) 167.65 Ha. Conformity analysis productivity utilization for settlements development results; Very High (ST) 4,216.52 Ha, High (T) 2,036.35 Ha, Medium (S) 1,249.72 Ha, Low (R) 1,122.23 Ha, and Very Low (SR) 451.52 Ha.
Keywords: Land suitability, residential areas, Geographic Information Systems (GIS), spatial analysis, Binjai city
Abstrak
Penentuan lokasi untuk kawasan permukiman dipengaruhi faktor fisik, aksesibilitas, sosial ekonomi, kondisi guna lahan eksisting, dan sebagainya. Kota Binjai merupakan salah satu kotamadya dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan pembangunan permukiman yang tinggi, sehingga perlu dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan permukiman yang dapat memberikan arahan lokasi permukiman yang tepat untuk mewujudkan pemanfaatan lahan yang produktif, efektif, dan efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi geografi (SIG). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis arah perkembangan kawasan permukiman di Kota Binjai dan menentukan lokasi yang berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan permukiman dengan pertimbangan daya dukung lahan, efektifitas dan produktivitas pemanfaatan lahan. Hasil analisis kesesuaian daya dukung lahan untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) 2.616,12 Ha, Tinggi (T) 4.295,65 Ha, Sedang (S) 2.332,15 Ha, Rendah (R) 465,67 Ha, dan Sangat Rendah (SR) 65,16 Ha.
Analisis kesesuaian efektifitas untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) 4.560,08 Ha, Tinggi (T) 2.636,54 Ha, Sedang (S) 1.533,04 Ha, Rendah (R) 417,36 Ha, dan Sangat Rendah (SR) 167,65 Ha. Analisis kesesuaian produktivitas pemanfaatan untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) 4.216,52 Ha, Tinggi (T) 2.036,35 Ha, Sedang (S) 1.249,72 Ha, Rendah (R) 1.122,23 Ha, dan Sangat Rendah (SR) 451,52 Ha.
Kata Kunci: Kesesuaian lahan, kawasan permukiman, Sistem Informasi Geografis (GIS), analisis spasial, Kota Binjai
1. Pendahuluan
Pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman di daerah perkotaan mempunyai presentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pemanfaatan lainnya. Permukiman dibangun dengan maksud untuk mengatur manusia berkehidupan didalam ruang alam dan mengatur hubungan manusia dengan alam dalam rangka mencapai kemajuan kehidupannya. Dalam pemanfaatan lahan, kawasan
922
permukiman merupakan salah satu kawasan yang memegang peranan penting dalam perekonomian nasional dan merupakan unsur dari kebijakan sosial nasional [1].
Kota Binjai merupakan sebuah kota madya di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas 90,23 Km2 yang terdiri dari lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat, dan Kecamatan Binjai Utara. Kota Binjai merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi setelah Kota Medan dan Kota Tebing Tinggi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan pembangunan permukiman yang juga sangat pesat. Faktor pertumbuhan perkembangan pembangunan Kota Binjai juga dipengaruhi oleh posisi geografis Kota Binjai yang menjadi kota satelit terbesar bagi pertumbuhan Kota Medan yang berkembang menjadi kota metropolitan Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo).
2. Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 90,23 Km2 yang terdiri dari lima wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Barat, dan Kecamatan Binjai Utara. Pemilihan Kota Binjai sebagai lingkup wilayah penelitian, karena posisi Kota Binjai yang merupakan kota satelit terbesar bagi Kota Medan yang siap menampung perluasan perkembangan Kota Medan menjadi kawasan perkotaan metropolitan Mebidangro. Kesiapan Kota Binjai menjadi perluasan pengembangan kawasan perkotaan metropolitan Mebidangro dapat dilihat dari sisi geografis wilayah dan kapasitas kelembagaan dalam mengelola kawasan perkotaan yang tidak terlalu luas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019 sampai dengan bulan September 2019. Daftar kecamatan dan peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 [2].
Tabel 2. Wilayah kecamatan di Kota Binjai Kecamatan
Jumlah Kelurahan
Jumlah Lingkungan
Binjai Selatan 8 61
Binjai Kota 7 51
Binjai Timur 7 65
Binjai Utara 9 64
Binjai Barat 6 43
Jumlah 37 284
Sumber: BPS Kota Binjai (2019) Peralatan Penelitian
Peralatan penelitian ini adalah laptop dengan perangkat lunak Windows 10, Microsoft Excel, Microsoft Word, ArcGIS 10.5, dan Google Chrome sebagai peramban situs internet.
Jenis Penelitian dan Sumber Data
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian deskripif dengan pendekatan kuantitatif tersebut digunakan untuk menentukan lokasi pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kota Binjai. Analisis kuantitatif diperlukan untuk menganalisis data-data kuantitatif menyangkut penentuan lokasi kawasan permukiman di Kota Binjai. Analisis deskriptif diperlukan sebagai alat untuk melakukan analisis berbagai informasi kebijakan dan informasi pendukung lainnya dalam rangka perumusan usulan arahan pemanfaatan ruang dan penentuan kawasan permukiman wilayah studi. Unit analisis yang dipakai adalah kecamatan yang berada dalam wilayah Kota Binjai, dengan alasan kemudahan dalam ketersediaan data, terutama data sosial ekonomi kependudukan [2].
Proses pengumpulan data penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder yang dilaksanakan pada kawasan studi [3]. Data Primer diperoleh dari survei lapangan.
Pengumpulan data dengan survei lapangan ditujukan untuk memperoleh gambaran eksisting penggunaan lahan perumahan dan permukiman di Kota Binjai. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data dari berbagai instansi terkait diantaranya BPS, BPN, Dinas Tata Kota, Bappeda, Dinas Pajak, dan sebagainya [4].
Gambar 1. Peta lokasi penelitian Sumber: BPS Kota Binjai (2019) Kriteria Analisis Kesesuaian Permukiman
Analisis kesesuaian lahan permukiman dalam penelitian ini dibatasi dengan analisis kesesuaian daya dukung lahan, kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan, kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan, dan kesesuaian efisiensi pemanfaatan lahan seperti pada Tabel 2 [5][6].
Tabel 2. Kriteria analisis kesesuaian permukiman Kriteria Analisis Kesesuaian Permukiman Indikator
Daya Dukung Lahan Kondisi Fisik Kawasan, yaitu: Kemiringan Lahan, Jenis Tanah, Curah Hujan, Jenis Batuan, danTutupan Lahan.
Produktivitas Pemanfaatan Lahan Nilai Ekonomi Lahan, yaitu zona nilai tanah (ZNT) atau nilai jual objek pajak (NJOP)
Efektifitas Pemanfaatan Lahan Aksesbilitas Kawasan, yaitu Ketersediaan Jaringan Jalan dan Jangkauan Sarana Pelayanan Permukiman (Sistem Pusat Kegiatan)
Efisiensi Pemanfaatan Lahan Kondisi Sosial, yaitu proyeksi jumlah penduduk yang menghasilkan proyeksi kebutuhan rumah baru dan proyeksi kebutuhan lahan untuk permukiman baru.
Sumber: Modifikasi dari naskah publikasi ilmiah Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 2013
3. Metode Analisis Data
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kawasan Perumahan dan Permukiman
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) adalah melakukan pembobotan terhadap setiap parameter fisik dasar. Parameter fisik tersebut terdiri dari data kemiringan lereng, jenis batuan, jenis induk tanah, curah hujan, guna lahan eksisting dan jaringan jalan (aksesibilitas). Kemudian skor akhir pembobotan untuk setiap parameter tersebut diolah dengan analisis spasial menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis Software ArcMap 10.2 dengan metode geoprosessing tools (Buffer– Overlay – Union) [7][8].
Output (hasil) dari analisis ini adalah sembilan Peta Satuan Kemampuan Lahan, yaitu Peta SKL Morfologi, Peta SKL Kemudahan dikerjakan, Peta SKL Kestabilan lereng, Peta SKL Kestabilan Pondasi, Peta SKL Ketersediaan Air, Peta SKL Terhadap Erosi, Peta SKL Untuk Drainase, Peta SKL Pembuangan Limbah, dan Peta SKL Terhadap Bencana Alam.
924
Analisis Kesesuaian Lahan Berdasarkan Aspek Fisik dan Lingkungan
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kesesuaian lahan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan perumahan dan permukiman berdasarkan analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan dengan mengenali karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/atau kawasan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Analisis yang dilakukan ini berpedoman pada Permen PU No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang [9].
Analisis Daya Dukung Pemukiman
Melakukan pengukuran dan penentuan daya dukung berdasarkan fungsi dan tujuan sebagai kawasan permukiman pada lahan terpilih sesuai dengan pedoman penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Tahun 2014 dengan rumus sebagai berikut [10]:
DDPm =𝐿𝑃𝑚/𝐽𝑃
𝛼 (1)
Ket:
DDPm > 1, mampu menampung penduduk untuk bermukim
DDPm : 1, terjadi keseimbangan antara penduduk yang bermukim (membangun rumah dengan luas wilayah yang ada)
DDPm <1, tidak mampu menampung penduduk untuk bermukim (membangun rumah dalam wilayah tersebut)
Analisis Daya Dukung Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Analisis ketersediaan air dilakukan dengan menghitung jumlah curah hujan per tahun terhadap luas kawasan hutan yang terdiri dari hutan lindung dan hutan produksi terbatas sebagai kawasan resapan air di Kota Binjai. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Petunjuk Teknis Standar pelayanan minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang maka kebutuhan minimal setiap orang akan air bersih per hari adalah 60liter atau 0,06 m³/orang/hari. Perhitungan kebutuhan air baku minimal pada kabupaten/ kota dilakukan pada tahun ke-n adalah dengan mengalikan jumlahnya terhadap jumlah proyeksi penduduk dalam satu tahun dengan rumus [11]:
Kebutuhan Air (DA)= Jumlah penduduk X 0,06 m3/orang/hari X 365 hari (2) Analisis Overlay dengan Metode Unions
Analisis spasial ini dilakukan untuk mengetahui sebaran luas dan kuantitas unit aspek yang diteliti secara spasial yang di teliti. Dalam melakukan analisis ini dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode pendekatan pada tahap kajian ini dilakukan dengan pembahasan menggunakan analisis deskriptif guna menerangkan data - data yang hasil dari analisis. Analisis spasial yang dilakukan menggunakan Software ArcMap 10 dengan geoprosessing tools (Overlay – Union) digunakan untuk mengetahui lokasi pengembangan kawasan perumahan dan permukiman[12]. Secara umum analisis overlay menggunakan fungsi penggabungan (union) dua tema merupakan konsep irisan yang pada dasarnya adalah teori himpunan pada matematika aljabar [13].
4. Hasil dan Pembahasan
Kondisi Permukiman di Kota Binjai Tahun 2008
Data kawasan permukiman pada Tahun 2008 diadopsi dari data penggunaan lahan berdasarkan RTRW Kota Binjai Tahun 2011-2030 dan dilakukan analisis Sistem Informasi Geografi (SIG). Dari hasil analisis tersebut, didapatkan luas kawasan permukiman di Kota Binjai pada Tahun 2008 adalah seluas 1.876,27 Ha atau sebesar 20% dari total luas wilayah Kota Binjai. Kawasan permukiman tersebut tersebar di seluruh kecamatan dengan yang terluas berada di Kecamatan Binjai Utara yaitu seluas 694,27 Ha atau sebesar 37% dari total luas permukiman di Kota Binjai, sedangkan yang terkecil adalah di Kecamatan Binjai Kota dengan luas 137,48 Ha atau hanya 7% dari total luas kawasan permukiman di Kota Binjai.
Tabel 3 menampilkan daftar luas Kawasan permukiman Tahun 2008, Gambar 2 menampilkan pie chart sebaran pemukiman Tahun 2008, dan Gambar 3 menampilkan peta sebaran pemukiman Tahun 2008.
Tabel 3. Luas kawasan permukiman pada tahun 2008 di Kota Binjai Kecamatan Luas Permukiman (Ha) Persentase
Binjai Barat 328,00 17%
Binjai Kota 137,48 7%
Binjai Selatan 319,09 17%
Binjai Timur 397,42 21%
Binjai Utara 694,27 37%
Grand Total 1.876,27 100%
Sumber: RTRW Kota Binjai, dianalisis Tahun 2019
Gambar 2. Persentase kawasan permukiman pada tahun 2008 di Kota Binjai Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 3. Permukiman Kota Binjai tahun 2008 Sumber: RTRW Kota Binjai, dianalisis tahun 2019 Kondisi Permukiman di Kota Binjai Tahun 2017
Data kawasan permukiman pada Tahun 2017 didapatkan dari hasil interprestasi dari citra satellite spot 6/7 Tahun 2017. Dari hasil analisis tersebut, didapatkan luas kawasan permukiman di Kota Binjai pada Tahun 2017 adalah seluas 2.658,10 Ha atau sebesar 29% dari total luas wilayah Kota Binjai.
Kawasan permukiman tersebut tersebar di seluruh kecamatan dengan yang terluas berada di Kecamatan Binjai Utara yaitu seluas 787,71 Ha atau sebesar 30% dari total luas permukiman di Kota Binjai,
Binjai Barat;
28%
Binjai Kota;
12%
Binjai Selatan; 26%
Binjai Timur;
22%
Binjai Utara;
12%
926
sedangkan yang terkecil adalah di Kecamatan Binjai Kota dengan luas 230,14 Ha atau hanya 9% dari total luas kawasan permukiman di Kota Binjai. Tabel 4 menampilkan luas permukiman Tahun 2017, Gambar 4 menampilkan persentase kawasan permukiman Tahun 2017, dan Gambar 5 menampilkan peta Kawasan permukiman Tahun 2017.
Tabel 4. Luas kawasan permukiman pada tahun 2017 di Kota Binjai
Kecamatan Luas Permukiman (Ha) Persentase
Binjai Barat 549,39 21%
Binjai Kota 230,14 9%
Binjai Selatan 519,48 20%
Binjai Timur 571,38 21%
Binjai Utara 787,71 30%
Grand Total 2.658,10 100%
Sumber: Hasil interprestasi Citra Satellite Spot 6/7 tahun 2017
Gambar 4. Persentase kawasan permukiman tahun 2017 di Kota Binjai Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 5. Peta permukiman Kota Binjai tahun 2017 Sumber: Hasil analisis (2019)
Binjai Barat;
28%
Binjai Kota;
12%
Binjai Selatan;
26%
Binjai Timur; 22%
Binjai Utara;
12%
Arah Perkembangan Permukiman di Kota Binjai
Dari hasil analisis kawasan permukiman di Kota Binjai pada Tahun 2008 dan Tahun 2017 maka didapatkan arah pertambahan/perkembangan permukiman dengan melakukan overlay terhadap kedua data tersebut. Dari hasil overlay maka didapatkan pertambahan permukiman selama 10 tahun terakhir adalah seluas 781,83 Ha atau dengan kata lain permukiman di Kota Binjai telah bertambah sebesar 42%.
Pertambahan terbesar terjadi Kecamatan Binjai Barat yaitu seluas 221,39 Ha atau sebesar 28%, sedangkan yang terkecil adalah di Kecamatan Binjai Kota yaitu seluas 92,66 Ha atau sebesar 12%. Tabel 5 menampilkan daftar luas perubahan permukiman dari Tahun 2008-2017, Gambar 6 menampilkan diagram perubahan arah permukiman 2008-2017 (10 tahun), dan Gambar 7 menampilkan peta perkembangan permukiman 2008-2017 (10 tahun).
Tabel 5. Luas arah perkembangan permukiman 10 tahun terakhir di Kota Binjai Kecamatan
Luas Permukiman (Ha) Pertambahan Permukiman
(Ha)
Persentase Tahun 2008 Tahun 2017
Binjai Barat 328,00 549,39 221,39 28%
Binjai Kota 137,48 230,14 92,66 12%
Binjai Selatan 319,09 519,48 200,39 26%
Binjai Timur 397,42 571,38 173,96 22%
Binjai Utara 694,27 787,71 93,44 12%
Grand Total 1.876,27 2.658,10 781,83 100%
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 6. Diagram arah perkembangan permukiman 10 tahun terakhir di Kota Binjai Sumber: Hasil analisis (2019)
Binjai Barat; 28%
Binjai Kota; 12%
Binjai Selatan;
26%
Binjai Timur;
22%
Binjai Utara; 12%
928
Gambar 7. Arah perkembangan permukiman 10 tahun terakhir di Kota Binjai Sumber: Hasil analisis (2019)
Kesesuaian Lahan Berdasarkan Daya Dukung Lahan
Penentuan kesesuaian lahan berdasarkan daya dukung lahan untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dilakukan dengan menumpangtindihkan ke sembilan peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL). Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu [14].Permukiman merupakan bagian dari lingkungan di luar kawasan lindung, baik dalam lingkup ruang perkotaan maupun pedesaan, dan juga memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat hunian serta tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Wilayah permukiman di perkotaan yang sering disebut sebagai daerah perumahan, memiliki keteraturan bentuk fisik. Sebagian besar rumah pada daerah perumahan menghadap secara teratur ke arah kerangka jalan yang ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok, dan dilengkapi dengan penerangan listrik [15].
Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman berdasarkan daya dukung lahan adalah peta kesesuaian lahan yang mendeskripsikan arahan pola peruntukkan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman di Kota Binjai dalam lima kelas kesesuaian, yaitu (1) Sangat Tinggi (ST) dengan luas 2.616,12 Ha, (2) Tinggi (T) dengan luas 4.295,65 Ha, (3) Sedang (S) dengan luas 2.332,15 Ha, (4) Rendah (R) dengan luas 465,67 Ha, dan (5) Sangat Rendah (SR) dengan luas 65,16 Ha.
Kesesuaian Efektifitas Pemanfaatan Lahan Untuk Pengembangan Permukiman
Dari hasil analisis didapatkan lahan dengan tingkat kesesuaian efektifitas sangat tinggi seluas 4.560,08 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian efektifitas tinggi seluas 2.636,54 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian efektifitas sedang seluas 1.533,04 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian rendah seluas 417,36 Ha, dan lahan dengan tingkat kesesuaian efektifitas sangat rendah seluas 167,65 Ha. Tabel 6 menampilkan luas lahan berdasarkan tingkat kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai, Gambar 8 menampilkan grafik luas lahan berdasarkan tingkat efektifitas dan Gambar 9 menampilkan peta kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai.
Tabel 7. Luas lahan berdasarkan tingkat kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai Kecamatan
Luas Tingkat Kesesuaian Efektifitas Pemanfaatan Lahan (Ha) Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah Jumlah
Binjai Barat 894,95 223,71 138,69 32,72 0,78 1.290,85
Binjai Kota 195,08 148,74 65,91 12,52 0,13 422,38
Binjai Selatan 1.011,60 903,38 781,72 262,25 150,11 3.109,05
Binjai Timur 927,16 886,30 436,86 102,65 14,10 2.367,07
Binjai Utara 1.531,29 474,41 109,86 7,22 2,54 2.125,32
Total 4.560,08 2.636,54 1.533,04 417,36 167,65 9.314,67 Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 8. Grafik luas lahan berdasarkan efektifitas pemanfaatan lahan untuk permukiman di Kota Binjai Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 9. Peta kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan untuk pengembangan permukiman di Kota Binjai Sumber: Hasil analisis (2019)
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Binjai Barat Binjai Kota Binjai Selatan Binjai Timur Binjai Utara Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
930
Kesesuaian Produktivitas Lahan Untuk Pengembangan Permukiman
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan diatas, maka selanjutnya dilakukan analisis untuk mencari kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan. Dalam hal ini data hasil analisis kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan dilakukan overlay dengan hasil analisis zona nilai lahan dengan melakukan skoring dan pembobotan. Tabel 7 menunjukkan komponen, pembobotan dan skoring analissi tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan, Tabel 8 menunjukkan luas lahan berdasarkan tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai, dan Gambar 10 menampilkan peta kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai.
Tabel 7. Komponen, pembobotan dan skoring analisis tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan
Parameter Komponen Nilai Bobot Skor
Kesesuaian Efektifitas Pemanfaatan
Lahan
Kesesuaian Efektifitas Sangat Tinggi 5 60 300 Kesesuaian Efektifitas Tinggi 4 60 240 Kesesuaian Efektifitas Sedang 3 60 180 Kesesuaian Efektifitas Rendah 2 60 120 Kesesuaian Efektifitas Sangat Rendah 1 60 60 Zona Nilai
Tanah
Nilai Lahan Tinggi 5 40 200
Nilai Lahan Sedang 3 40 120
Nilai Lahan Rendah 1 40 40
Sumber: Hasil analisis (2019)
Pengembangan permukiman dengan tingkat kesesuaian produktivitas sangat tinggi seluas 4.216,52 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian produktivitas tinggi seluas 2.036,35 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian produktivitas sedang seluas 1.249,72 Ha, lahan dengan tingkat kesesuaian produktivitas rendah seluas 1.122,23 Ha, dan lahan dengan tingkat kesesuaian produktivitas sangat rendah seluas 451,52 Ha.
Tabel 8. Luas Lahan berdasarkan tingkat kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai
Kecamatan
Luas Tingkat Kesesuaian Produktivitas Pemanfaatan Lahan (Ha) Sangat
Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah Jumlah Kec. Binjai Barat 688,67 351,15 108,51 101,18 28,78 1.278,28
Kec. Binjai Kota 220,83 108,14 64,71 22,41 5,94 422,03 Kec. Binjai Selatan 758,63 700,82 601,93 654,37 325,21 3.040,95
Kec. Binjai Timur 937,80 529,17 403,74 326,44 83,73 2.280,88 Kec. Binjai Utara 1.610,60 347,08 70,82 17,84 7,86 2.054,19 Total 4.216,52 2.036,35 1.249,72 1.122,23 451,52 9076,34
Sumber: Hasil analisis (2019)
Gambar 10. Peta kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan di Kota Binjai Sumber: Hasil analisis (2019)
5. Kesimpulan
Arah perkembangannya permukiman selama sepuluh tahun terakhir adalah seluas 781,83 Ha atau telah bertambah sebesar 42%.Perkembangan permukiman tersebut terjadi di seluruh kecamatan, namun yang terbesar terjadi di Kecamatan Binjai Barat seluas 221,39 atau sebesar 28% dan terkecil di Kecamatan Binjai Kota seluas 92,66 Ha atau sebesar 12%. Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan permukiman maka didapatkan lima tingkat kesesuaian lahan di Kota Binjai, yaitu (1) analisis kesesuaian daya dukung lahan untuk pengembagan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) seluas 2.616,12 Ha, Tinggi (T) seluas 4.295,65 Ha, Sedang (S) seluas 2.332,15 Ha, Rendah (R) seluas 465,67 Ha, dan Sangat Rendah (SR) dengan luas 65,16 Ha, (2) analisis kesesuaian efektifitas pemanfaatan lahan untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) seluas 4.560,08 Ha, Tinggi (T) seluas 2.636,54 Ha, Sedang (S) seluas 1.533,04 Ha, Rendah (R) seluas 417,36 Ha, dan Sangat Rendah (SR) dengan luas 167,65 Ha, dan (3) analisis kesesuaian produktivitas pemanfaatan lahan untuk pengembangan permukiman dengan hasil; Sangat Tinggi (ST) seluas 4.216,52 Ha, Tinggi (T) seluas 2.036,35 Ha, Sedang (S) seluas 1.249,72 Ha, Rendah (R) seluas 1.122,23 Ha, dan Sangat Rendah (SR) dengan luas 451,52 Ha.
6. Daftar Pustaka
[1] W. B. White, “Geomorphology and hydrology of karst terrains,” Geomorphol. Hydrol. karst terrains, 1988, doi: 10.5860/choice.26-2715.
[2] Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D),” Alfabeta.
2017, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[3] V. N. Chudori, “Relevansi Isi Kurikulum Keahlian Teknik Konstruksi Batu dan Beton di SMKN 5 Bandung Dengan Kebutuhan Industri,” Universitas Pendidikan Indonesia, 2012.
[4] D. Harnovinsah, “Metodologi Penelitian.” [Online]. Available:
https://mercubuana.ac.id/files/MetodeLogiPenelitian/Met Pen UMB 3-ok.pdf. [Accessed: 09-Dec- 2019].
[5] Y. A. Sari, “Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul,” Surakarta, 2013.
[6] F. S. P. Pangesti and F. Dwirani, “Analisis Kesesuaian Ruang Terbuka Hijau Di Kota Serang,”
Serambi Eng., vol. 3, no. Edisi Khusus, pp. 330–343, 2018.
932
[7] J. M. Mustafa, Sirojuzilam, and N. Sulistiyono, “Analisis Tingkat Kerawanan Longsor Dengan Integrasi Analytical Hierarchy Process dan Pemodelan Spasial Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Aceh Tenggara,” Serambi Eng., vol. 4, no. Khusus, pp. 471–481, 2019.
[8] J. Harefa, Zulkifli, and A. S. Toha, “Analisis Daerah Rawan Bencana Tsunami Terhadap Pemanfaatan Lahan Perumahan dan Permukiman Kota Gunungsitoli Berbasis Geospasial,”
Serambi Eng., vol. 5, no. 1 Januari 2020, pp. 824–834, 2020.
[9] M. PU, Peraturan Menteri PU No. 20/PRT/M/2007. 2007.
[10] K. L. H. Deputi Bidang Tata Lingkungan, Pedoman Penentuan Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup. 2014.
[11] M. P. Umum, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14 /PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang. 2010.
[12] D. Wacano, “Aplikasi, Kelebihan, dan Kelemahan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Bidang Teknik Lingkungan.” 2017, doi: 10.13140/RG.2.2.27323.41761.
[13] D. H. U.N, R.Soelistijadi, and Sunardi, “Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengolahan Data Spasial Sistem Informasi Geografi,” J. Teknol. Inf. Din., vol. X, pp. 108–116, 2005.
[14] S. R. P. Sitorus, Evaluasi sumberdaya lahan. Bandung : Tarsito, 1985.
[15] R. H. Koestoer, Perspektif lingkungan desa-kota : teori dan kasus. Universitas Indonesia, 1997.