• Tidak ada hasil yang ditemukan

II.A.1.a.2 2 Buku Referensi Klaster Perikanan Tunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "II.A.1.a.2 2 Buku Referensi Klaster Perikanan Tunggal"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN

Jl. Adisucipto Penfui, Kotak Pos 104, Kupang 85001, NTT Telp.(0380) 881580 Email : puskomundana@yahoo.com  

dan perikanan serta bagaimana menghadapi sumberdaya perikanan dengan dinamika pengembangan dari pendekatan sistem. Isi buku ini mengandung prinsip-prinsip umum, kerangka teoritis, dan metodologi serta pemecahan contoh kasus yang terkait dengan pengembangan klaster perikanan. Buku ini merupakan kesatuan metodologi yang dapat dipakai dalam pengembangan klaster perikanan maupun klaster di sektor usaha atau jasa lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan metode atau teknik yang ada dalam buku ini dapat dipakai secara terpisah sesuai dengan peruntukkannya atau sebagai penunjang dalam melakukan penilaian dalam pengembangan kluster perikanan atau sektor usaha atau jasa lainnya.

Dr. Chaterina Agusta Paulus, M.Si adalah Dosen pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Akuatik, Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Nusa Cendana. Memperoleh gelar Doktor dan mendapatkan Piagam Penghargaan Prestasi Akademik pada Wisuda Tahap I Tahun Akademik 2012/2013 sebagai Lulusan Terbaik Program Pendidikan Doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis juga mendapatkan beberapa pendidikan informal di Belanda dan Afrika Selatan, yang bersangkutan juga aktif di berbagai pertemuan ilmiah nasional dan internasional. Telah mendapatkan beberapa skim penelitian dan pengabdian kepada masyarakat melalui hibah kompetitif nasional dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan menulis beberapa buku, jurnal ilmiah dan koran pada tingkat nasional dan internasional. Penulis juga pernah menjadi tenaga ahli pada beberapa lembaga pemerintah dan institusi nasional juga internasional di bidang kelautan dan perikanan seperti The Nature Conservancy (TNC), DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Dewan Konservasi Perairan Provinsi NTT, Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT, dan Badan Perencana Pengembangan Daerah (BAPPEDA) NTT. Pernah menjadi Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (LPMT) Undana dan saat ini menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran (LPPP) Undana.

(2)

Pengembangan Klaster

Perikanan

SUATU PENDEKATAN SISTEM

(3)

Chaterina Agusta Paulus

Copyright © 2016 Chaterina Agusta Paulus

Editor : Marcelien Dj. Ratoe Oedjoe Desainer Sampul & Tata Letak : Devid Susilo & Tony Prabowo Sumber Gambar Sampul : https://anekamesinpengemas.com

ISBN: 978-602-6906-23-6

Penerbit UNDANA Press

Kampus UNDANA Penfui Kupang

Dicetak oleh Percetakan Muara Cipta Kreasi

Epicentrum Walk Lt. 17 - B7 17, Komp. Rasuna Epicentrum Jl. HR. Rasuna Said, Karet Kuningan, Setiabudi

Jakarta Selatan - 12940 Telp. +6221 2991 2275

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

(4)

Kata Pengantar

UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menyatakan bahwa Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Definisi perikanan ini memiliki dua kata kunci yakni pengelolaan dan pemanfaatan yang muaranya adalah suatu sistem bisnis perikanan. Seperti apakah sistem bisnis perikanan yang dimaksud?

Buku ini akan menjelaskan bagaimana konsep berpikir dari ekonomi hijau menuju perubahan ekonomi biru. Isi buku ini mengandung prinsip-prinsip umum, kerangka teoritis, dan metodologi serta pemecahan contoh kasus yang terkait dengan pengembangan klaster perikanan. Buku ini merupakan kesatuan metodologi yang dapat dipakai dalam pengembangan klaster perikanan maupun klaster di sektor usaha atau jasa lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan metode atau teknik yang ada dalam buku ini dapat dipakai secara terpisah sesuai dengan peruntukkannya atau sebagai penunjang dalam melakukan penilaian dalam pengembangan klaster perikanan atau sektor usaha atau jasa lainnya.

Pendekatan sistem dalam buku ini mengungkapkan bagaimana cara berpikir sistematik terhadap pengembangan usaha perikanan yang kompleks. Pendekatan sistem dipakai dalam rangka mewujudkan klaster perikanan yang dikenal dengan klaster minapolitan sebagai suatu upaya pemerintah dalam mendorong perekonomian kelautan dan perikanan (ekonomi biru). Pada akhir dari bab ini (Bab 6) yang merupakan kunci pendekatan sistem yang sederhana melalui pemodelan dinamis dari kompleksitas usaha perikanan.

Buku ini terdiri dari 6 Bab yang disusun berdasarkan tahapan pemahaman kebijakan pengembangan perekonomian yang berlaku di Indonesia dan metodologi pendekatan sistem dalam pengembangan klaster perikanan. Pemahaman teori dan konsep ekonomi biru dan masterplan percepatan dan pembangunan ekonomi (MP3EI) dijelaskan pada Bab 1, sedangkan prinsip-prinsip dasar tentang pendekatan sistem dan klaster perikanan disajikan pada Bab 2 dan Bab 3.

(5)

5 menyajikan prinsip penilaian kesesuaian wilayah baik secara ekologis maupun finansial. Pendekatan sistem dinamis perikanan disajikan pada Bab 6 mengetengahkan hasil penelitian penulis ke dalam simulasi dinamis perikanan.

Berbagai bentuk buku, jurnal atau hasil penelitian banyak dapat diakses terkait informasi pendekatan sistem terkait pengembangan klaster yang mungkin telah banyak menyajikan berbagai informasi terkait dengan pendekatan sistem perikanan. Namun demikian, setiap buku mempunyai karakteristiknya masing-masing. Buku ini berbeda dengan tulisan ilmiah tentang pendekatan sistem, buku ini disusun berdasarkan pemahaman dan pengalaman penulis dalam menggunakan teknik dan proses analisis yang cukup lama dan sudah dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Struktur buku ini terdiri dari tiga bagian yakni pemahaman dasar teoritis, pemahaman terkait metodologi dan contoh kasus penggunaan metodologi yang disajikan secara sistematis.

Harapan penulis bahwa buku ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dan dapat dicerna dengan mudah, inspirasi maupun ide ataupun pemikiran lain yang membangkitkan semangat dalam melakukan penelitian dan pengembangan dalam khasanah keilmuan.

Akhirnya, penulis ingin menyampaikan suatu kalimat bijak “a room without books is like a body without a soul” demikian penulis seperti ‘ruang’ yang selalu mengharapkan adanya ‘buku-buku’ yakni saran maupun kritik demi perbaikan buku ini maupun buku lainnya di masa mendatang.

Kupang, November 2016

(6)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

Bab 1 Ekonomi Biru dan MP3EI ... 1

1.1 Pendahuluan ... 1

1.2 Ekonomi Biru Indonesia ... 2

1.3 Pengembangan Ekonomi Biru ... 7

1.4 Strategi dan Upaya Pengembangan Ekonomi Biru (Sumber: Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru oleh Dewan Kelautan RI, 2012) ... 9

1.5 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) di Indonesia 2011-2025 ... 21

1.6 Penutup ... 38

Bab 2 Pendekatan Sistem ... 41

Bab 3 Klaster Perikanan... 45

3.1 Pendahuluan ... 45

3.2 Pengembangan Wilayah dalam Perspektif Development from Below ...46

3.3 Konsep Pengembangan Minapolitan ... 47

3.4 Penutup ... 51

Bab 4 Tingkat Perkembangan Wilayah ... 53

4.1 Pendahuluan ... 53

4.2 Metode Analisis Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah ... 53

4.3 Analisis Tipologi Wilayah ... 54

4.4 Analisis Skalogram-Sentralitas ... 62

4.5 Penutup ... 68

Bab 5 Kesesuaian Lahan dan Kelayakan Usaha ... 69

5.1 Pendahuluan ... 69

(7)

5.3 Daya Dukung Lahan ... 72

5.4 Penutup ... 82

Bab 6 Sistem Dinamis Perikanan ... 83

6.1 Pendahuluan ... 83

6.2 Teori Sistem Dinamis ... 83

6.3 Analisis Sensitivitas dan Stabilitas ... 86

6.4 Pendekatan Sistem Dinamis dalam Pengembangan Minapolitan ... 86

6.5 Penutup ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

GLOSARIUM ... 95

(8)

Tabel 1 Kebijakan, Strategi dan Upaya yang diperlukan untuk Pengembangan Ekonomi Kelautan Nasional

Dengan Model Ekonomi Biru ... 20

Tabel 2 Nilai strata masing-masing kecamatan di Kabupaten Kupang berdasarkan hasil analisis tipologi ... 55

Tabel 3 Keragaman variabel yang menggambarkan perkembangan wilayah di Kabupaten Kupang ... 57

Tabel 4 Hasil analisis komponen utama (AKU) terhadap variabel yang berpengaruh pada tipologi Kabupaten Kupang ... 58

Tabel 5 Tipologi wilayah di Kabupaten Kupang berdasarkan kemiripan karakteristiknya ... 61

Tabel 6 Hirarki wilayah desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan kelengkapan fasilitas ... 64

Tabel 7 Tingkat perkembangan desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan analisis sentralitas ... 66

Tabel 8 Tingkat perkembangan desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan analisis sentralitas ... 67

Tabel 9 Kriteria dan Matriks Kesesuaian Perairan untuk Kegiatan Budidaya Keramba Jaring Apung ... 70

Tabel 10 Hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya KJA ... 76

Tabel 11 Daya dukung lahan perairan untuk budidaya KJA ... 78

Tabel 12 Perkiraan biaya investasi usaha budidaya ikan kerapu ... 80

Tabel 13 Analisis rugi laba usaha budidaya ikan kerapu ... 81

Tabel 14 Kriteria kelayakan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA ... 81

(9)
(10)

Gambar 1 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan

Dengan Model Ekonomi Biru untuk Produk Rumput

Laut ... 12

Gambar 2 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Perikanan dengan Model Ekonomi Biru berupa Silvofishery ... 13

Gambar 3 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Wisata Bahari Dengan Model Ekonomi Biru ... 14

Gambar 4 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru ... 15

Gambar 5 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Bangunan Kelautan dengan Model Ekonomi Biru pada untuk Eco Fishing Port ... 17

Gambar 6 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Jasa Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru untuk kerjasama penelitian untuk industri garam ... 18

Gambar 7 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor Bidang Kelautan dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk Model Bisnis Terintegrasi di Lombok Timur ... 19

Gambar 8 Contoh Implementasi Bisnis Lintas Sektor Bidang Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru dalam Bentuk Model Pengembangan Ekonomi Kawasan Terbatas di Nusa Penida ... 19

Gambar 9 Aspirasi Pencapaian PDB Indonesia ... 24

Gambar 10 Keadaan Demografi Umur Penduduk Indonesia ... 25

Gambar 11 Potensi SDA Indonesia ... 26

Gambar 12 Ilustrasi Percepatan Transformasi Ekonomi Indonesia ... 28

Gambar 13 Kegiatan Ekonomi Utama di Indonesia ... 29

(11)

Gambar 14 Posisi MP3EI di dalam Rencana

Pembangunan Pemerintah ... 30

Gambar 15 Kerangka Desain Pendekatan Masterplan P3EI ... 30

Gambar 16 Ilustrasi Koridor Ekonomi ... 31

Gambar 17 Peta Koridor Ekonomi Indonesia ... 32

Gambar 18 Tema Pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia ... 33

Gambar 19 Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara ... 33

Gambar 20 Kontribusi PDRB Provinsi Nusa Tenggara Timur ... 34

Gambar 21 Perkembangan Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2009-2010 ... 35

Gambar 22 Analisis Kebutuhan Aktor dalam Pengembangan Minapolitan ... 43

Gambar 23 Diagram Lingkar Sebab-Akibat dalam Pengembangan Minapolitan... 44

Gambar 24 Diagram Kotak Gelap dalam Pengembangan Minapolitan ... 44

Gambar 25 Dendrogram koefisien korelasi beberapa variabel penciri tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kupang ... 59

Gambar 26 Peta kesesuaian lahan budidaya keramba jaring apung di perairan Kecamatan Kupang Barat ... 76

(12)

Bab 1

Ekonomi Biru dan MP3EI

1.1 Pendahuluan

United Nation Convention on the Law of The Sea (UNCLOS) melalui Undang-undang No.17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang HUKUM LAUT 1982, namun pada saat itu Indonesia belum memiliki kebijakan yang secara spesifik mengatur laut. Pada Undang-undang No. 17 Tahun 2007 mencantumkan 8 (delapan) misi pembangunan nasional untuk mencapai Visi “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Salah satu misi tersebut adalah “Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional”. Strategi pembangunan nasional yang digunakan untuk mencapai visi dan misi sebagaimana diamanatkan dalam UU RI No. 17/2007 adalah pembangunan yang berkelanjutan dengan semangat yang pro-poor, pro-growth, pro-job dan pro-environment. Kebijakan pembangunan kelautan Nasional dibangun dari 5 pilar utama yang terdiri dari Budaya Bahari (Ocean Culture), Tata Kelola di Laut (Ocean Governance), Pertahanan, Keamanan dan Keselamatan di Laut (Maritime Security), Ekonomi Kelautan (Ocean Economy) dan Lingkungan Laut (Marine Environment). Kedua pilar ekonomi dan lingkungan inilah yang menjadi komponen inti dalam konsep Ekonomi Biru, karena pada dasarnya Ekonomi Biru adalah paradigma pembangunan ekonomi yang berazaskan pada prinsip-prinsip ekosistem.

(13)

akan melakukan deregulasi (debottlenecking) terhadap regulasi yang menghambat pelaksanaan investasi. Penyusunan MP3EI dimaksudkan bukan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti RPJPN dan RPJMN, namun akan menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer, serta penting dan khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

1.2 Ekonomi Biru Indonesia

Istilah ekonomi biru pertama kali diperkenalkan oleh Gunter Pauli pada tahun 2010 melalui bukunya The Blue Economy: 10 years – 100 innovations – 100 million jobs. Ekonomi biru menerapkan logika ekosistem, yaitu ekosistem selalu bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa limbah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua kontributor dalam suatu sistem. Selanjutnya, ekonomi biru menitikberatkan pada inovasi dan kreativitas yang meliputi variasi produk, efisiensi sistem produksi, dan penataan sistem manajemen sumber daya.

Esensi konsep ekonomi biru menurut Pauli, 2010 adalah: a. Learning from nature

Blue Economy mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja sesuai dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak mengurangi tapi justru memperkaya alam.

b. The logic of ecosystems

Cara kerja ekosistem dijadikan model Blue Economy, yaitu seperti air mengalir dari gunung membawa nutrien dan energi untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan seluruh makhluk hidup dan tanaman, limbah dari yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi yang lain, sehingga sistem kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang. Hanya dengan gravitasi energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa ekstraksi energi eksternal. Untuk mendukung sistem kehidupan, sinar matahari menjadi energi fotosintesa seluruh kontributor yang membutuhkannya.

c. Inspired by 100 innovations

(14)

meninggalkan limbah untuk mendayagunakan kemampuan seluruh kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semuanya.

Ekonomi Biru menjamin bahwa suatu pembangunan yang dijalankan tidak hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjamin terjadinya keberlanjutan secara ekologi dan sosial. Secara umum, Ekonomi Biru dapat dipahami sebagai sebuah model ekonomi untuk mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan kerangka pikir seperti cara kerja ekosistem. Hal ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang ada pada konsep Ekonomi Biru, yaitu : (1) Natural resources efficiency, (2) Zero waste: leave nothing to waste – waste for one is a food for another – waste from one process is resource of energy for the other, (3) Social inclusiveness: self-sufficiency for all – social equity-more job, moreopportunities for the poor, (4) Cyclic systems of production: endless generation to regeneration, balancing production and consumption, (5) Open-ended innovation and adaptation: the principles of the law of physics andcontinuous natural adaptation.

Teori ekonomi biru Pauli tidak menyebutkan penerapan di laut, namun dalam bayangan bahwa planet bumi ini akan tetap biru apabila dikelola dengan baik. Dengan menggunakan idealisme tersebut, pembangunan kelautan (penciri warna biru laut) seyogyanya dapat berkembang selaras dengan prinsip pembangunan yang inovatif dan berkelanjutan. Penerapan ekonomi biru harus memiliki pemahaman yang komprehensif dan holistik terhadap aspek konektivitas antar sektor yang memamnfaatkan ekosistem pesisir dan laut. Setidaknya ada tiga hal utama dalam dasar pendekatannya yakni: kondisi kesehatan ekosistem (Healthy Ocean), aktifitas ekonomi yang berpusat pada kesejahteraan masyarakat (People-centered activities), dan adanya tata-kelola sumberdaya yang baik (Ocean governance).

Sesuai ketentuan undang-undang, manfaat dari hasil bumi dan isinya harus di orientasikan untuk mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat banyak. Tujuan yang sangat mulia ini sekarang menjadi perdebatan karena seberapa banyak sisa sumberdaya yang ada untuk generasi mendatang? Pendekatan Ekonomi Biru di Indonesia seharusnya menempatkan prasyarat bahwa mekanisme pasar dan terobosan inovatif dalam bidang kelautan dan perikanan harus dirancang untuk menyediakan insentif keuangan yang memadai bagi masyarakat (UNEP, 2011).

Konsep Ekonomi Biru

(15)

mengembangkan investasi dan bisnis yang lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan, menggunakan sumberdaya alam lebih efisien dan tidak merusak lingkungan, sistem produksi lebih efisien dan bersih, menghasilkan produk dan nilai ekonomi lebih besar, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan memberikan kesempatan untuk memberikan benefit kepada setiap kontributor secara lebih adil.

Konsep Ekonomi Biru dikembangkan untuk menjawab tantangan, bahwa system ekonomi dunia cenderung eksploitatif dan merusak lingkungan. Kerusakan lingkungan ini tidak hanya disebabkan oleh adanya limbah industri, akan tetapi kerusakan alam dan lingkungannya juga disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam yang melebihi kapasitas atau daya dukung alam. Selama ini prinsip-prinsip resource efficiency, low carbon, social inclusiveness telah berkembang, namun masih belum mampu mengatasi keserakahan manusia untuk mengeksploitasi sumberdaya alam lebih banyak.

Ekonomi biru kemudian berkembang dan sering dikaitkan dengan pengembangan daerah pesisir. Konsep ekonomi biru sejalan dengan konsep ekonomi hijau yang ramah lingkungan dan difokuskan pada negara-negara berkembang dengan wilayah perairan (laut), yang biasa dikenal dengan Small Island Development States (SIDS). Ekonomi biru dalam hal ini ditujukan untuk mengatasi kelaparan, mengurangi kemiskinan, menciptakan kehidupan laut yang berkelanjutan, mengurangi risiko bencana di daerah pesisir, dan mitigasi serta adaptasi perubahan iklim. Implementasi ekonomi biru secara global dianggap krusial mengingat 72 persen dari total permukaan bumi merupakan lautan. Disamping itu, laut berfungsi sebagai salah satu sumber penyedia makanan dan pengatur iklim dan suhu bumi sehingga kelestariannya perlu dijaga.

(16)

Kebijakan Kelautan berbasis Model Ekonomi Biru

Dewan Kelautan Indonesia, 2012 menyatakan Konsep Ekonomi Biru (Blue Economy) merupakan konsep yang menggabungkan pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Konsep Ekonomi Biru mencontoh cara kerja alam (ekosistem), bekerja sesuai dengan apa yang disediakan alam dengan efisien dan tidak mengurangi tapi justru memperkaya alam (shifting from scarcity to abundance), limbah dari yang satu menjadi makanan/sumber energi bagi yang lain, sehingga sistem kehidupan dalam ekosistem menjadi seimbang, energi didistribusikan secara efisien dan merata tanpa ekstraksi energi eksternal, bekerja menuju tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa meninggalkan limbah untuk mendayagunakan kemampuan seluruh kontributor dan memenuhi kebutuhan dasar bagi semuanya. Merujuk pada konsep tersebut di atas, maka Indonesia dapat mengembangkan teori tersebut ke dalam pembangunan bidang kelautan dengan model ekonomi biru sebagai penopang Pembangunan Nasional.

Kebijakan Kelautan dengan Model Ekonomi Biru melalui bidang ekonomi kelautan, memiliki 8 (delapan) sektor pengembangan yaitu sektor perhubungan laut, industry kelautan, perikanan, pariwisata bahari, energi dan sumberdaya mineral, bangunan kelautan, jasa kelautan serta lintas sektor bidang kelautan. Dari 8 (delapan) sektor tersebut, maka muncullah 8 (delapan) strategi pengembangan ekonomi. Sebagai tindak lanjutnya maka dalam masing-masing strategi pengembangan ekonomi tersebut terdapat upaya-upaya yang merupakan ruang bagi masing-masing sektor yang bersangkutan untuk secara kreatif mengembangkan bisnis di sektornya yang menggunakan model ekonomi biru.

(17)

kelautan dengan model Ekonomi Biru membutuhkan suatu perencanaan yang komprehensif dan pro-kepentingan masyarakat juga kepentingan lingkungan. Pembangunan ekonomi yang dimaksud haruslah memiliki keterpaduan ekologis, geografis, antar pemangku kepentingan, sektor, dan antar disiplin ilmu pengetahuan. Kebijakan pengembangan ekonomi kelautan dengan Model Ekonomi Biru selanjutnya dapat dilaksanakan secara berkelanjutan serta memberikan kontribusi yang signifikan pada pembangunan bangsa dan negara serta kesejahteraan rakyat secara adil di segenap wilayah NKRI.

Pembangunan berbasis Model Ekonomi Biru

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Ekonomi Biru dapat memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi demi mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan. Ekonomi Biru merupakan gagasan universal yang dapat diimplementasikan dalam perencanaan pembangunan nasional. Konsep Ekonomi Biru juga mampu mengakomodasi Ekonomi Hijau (Green Economy) yang selama ini diterapkan dalam perencanaan pembangunan di Indonesia. Ekonomi Biru dapat dilihat sebagai kebijakan yang bertumpu pada pengembangan ekonomi rakyat secara komprehensif guna mencapai pembangunan nasional secara keseluruhan. Terminologi Ekonomi Biru telah diangkat dalam berbagai forum kerjasama internasional, seperti pada pertemuan tingkat Senior Officials Meeting (SOM) for theAsia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Moskow pada bulan February 2012.

Penggunaan pendekatan Ekonomi Biru sebagai model pembangunan kelautan nasional diharapkan mampu menjawab ketergantungan antara ekonomi dan ekosistem serta dampak negatif akibat aktivitas ekonomi termasuk perubahan iklim dan pemanasan global. Keberhasilan dari Ekonomi Biru seperti pencapaian industrialisasi sektor kelautan selain dihadapkan pada kebutuhan tenaga kerja dan teknologi yang memadai, juga memerlukan terobosan-terobosan, seperti perbaikan rantai hulu hingga hilir guna meningkatkan daya saingnya.

(18)

didukung oleh kebijakan terintegrasi, pengembangan infrastruktur, sistem usaha dan investasi serta IPTEK dan SDM.

Dengan model pembangunan ekonomi kelautan dengan model Ekonomi Biru diharapkan dapat menjamin keberlanjutan ketersediaan sumberdaya, keseimbangan ekosistem dan kesehatan lingkungan, serta mendorong pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya yang efektif. Paradigma pembangunan kelautan dengan mengadopsi konsep Ekonomi Biru diharapkan dapat membantu dunia untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, ekosistem laut yang kian rentan terhadap dampak perubahan iklim dan pengasaman laut. Hal ini sejalan dengan pengendalian ancaman pemanasan global, seperti: energi gas buang dan karbon sehingga dapat terwujud pembangunan berkelanjutan secara terpadu dan upaya pengentasan kemiskinan. Ancaman perubahan iklim seperti kenaikan permukaan laut, peningkatan suhu permukaan laut, aktivitas badai meningkat, yang disertai efek berbahaya dari pengasaman laut yang dapat menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan dan ekosistem laut. Paradigma Ekonomi Biru dalam pembangunan kelautan nasional merupakan refleksi sinergitas pertumbuhan, pembangunan dan lingkungan dengan berpedoman pada triple helix model.

Dengan pendekatan konsep Ekonomi Biru, pembangunan ekonomi kelautan di harapkan mempunyai kemampuan sebagai penggerak pembangunan nasional dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Konsep ini diharapkan tidak hanya memacu keberlanjutan pembangunan, melainkan juga dapat melestarikan lingkungan lewat usaha ekonomi yang rendah karbon. Konsep ekonomi biru ini didasarkan empat pilar utama yakni: a) keterpaduan pembangunan di darat dan laut; b) kegiatan pembangunan yang bersih, inklusif dan berkelanjutan; c) inovasi pada nilai tambah dan produk; serta d) peningkatan pendapatan secara adil, merata juga pantas bagi masyarakat. Keberhasilan model Ekonomi Biru membutuhkan komitmen para pemangku kepentingan khususnya terkait dengan berbagai kebijakan baik lokal maupun nasional, SDM, teknologi, akses keuangan, industrialisasi (hulu dan hilir), pendidikan, dan kesadaran kolektif masyarakat akan potensi kelautan.

1.3 Pengembangan Ekonomi Biru

(19)

kepulauan mandiri, maju, kuat, dan berbasis pada kepentingan

nasional melalui

pp

pembangunan ekonomi sektor kelautan yang

berkelanjutan dan ramah lingkungan,

maka diperlukan suatu kebijakan bersifat integrasi dan komprehensif

dengan meletakkan prinsip efisien (

pro growth

), keadilan (

pro

job

), peningkatan kesejahteraan masyarakat (

pro poor

), dan ramah

lingkungan (

pro environment

). Berdasarkan pemikiran tersebut,

kemudian dirumuskan kebijakan pengembangan ekonomi kelautan

nasional sebagai berikut:

“Pengembangan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru sebagai Akselerator bagi Terwujudnya Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang Mandiri, Maju, Kuat, dan Berbasiskan Kepentingan Nasional”

Selanjutnya, guna mengimplementasikan konsep ini lebih lanjut, strategi yang harus diambil seperti di bawah ini:

1. Pengembangan Ekonomi Sektor Perhubungan Laut 2. Pengembangan Ekonomi Sektor Industri Kelautan 3. Pengembangan Ekonomi Sektor Perikanan 4. Pengembangan Ekonomi Sektor Pariwisata Bahari

5. Pengembangan Ekonomi Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan

6. Pengembangan Ekonomi Sektor Bangunan Kelautan 7. Pengembangan Ekonomi Sektor Jasa Kelautan

8. Pengembangan Ekonomi Lintas Sektor Bidang Kelautan

(20)

profesional dan handal. Perpaduan rekayasa teknologi dan SDM penting dalam mengembangkan ekonomi sektor kelautan sesuai dengan konsep ekonomi biru. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keterpaduan kegiatan di hulu sampai hilir dalam efisiensi pemanfaatan sumberdaya laut juga pemberian nilai tambah sehingga mampu bersaing dengan pasar global dan nantinya berdampak pada peningkatan pendapatan dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Puspitawati dan Madjid, 2015 menyatakan kunci dari ekonomi biru berbasis kelautan sebenarnya ada pada industrialisasi sektor kelautan dan kemaritiman. Industri dapat diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, setengah jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Industrialisasi sendiri merupakan suatu proses interaksi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.

1.4 Strategi dan Upaya Pengembangan Ekonomi Biru (Sumber:

Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru

oleh Dewan Kelautan RI, 2012)

A. Sektor Perhubungan Laut

Arah strategi Pengembangan Ekonomi Sektor perhubungan laut adalah menyediakan pelayaran bagi masyarakat kepulauan yang aman, lancar, nyaman, dan berwawasan lingkungan, serta membangun kekuatan armada transportasi nasional menguasai pangsa pasar perhubungan laut nasional maupun internasional. Dengan langkah-langkah utamanya, antara lain: a)

Optimalisasi kekuatan armada pelayaran nasional yang aman,

nyaman, dan berwawasan lingkungan.

b)

Mengembangkan Sistem

Monitoring, Controling, and

Surveillance

(MCS) keselamatan pelayaran yang efisien, efektif,

dan hemat energi

c)

Mengembangkan sistem manajemen transportasi laut nasional

yang efisien dan terpadu dengan sistem transportasi darat dan

udara

(21)

penggerak perekonomian masyarakat. Penerapan konsep Ekonomi

Biru pada transportasi laut dapat diarahkan pada penetapan hub/

titik-titik strategis sebagai pelabuhan utama maupun pelabuhan

feeder

, sehingga mampu membangun sistem transportasi laut yang

integratif dengan menggunakan sumber daya yang efisien dan

efektif. Pemilihan dan penggunaan energi yang bersifat

low carbon

,

seperti kombinasi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan gas,

serta peluang untuk menggunakan energi terbarukan seperti angin,

sinar matahari dan lain-lain dapat dikembangkan sebagai terobosan

teknologi. Contoh implementasi pengembangan bisnis sektor

perhubungan laut dengan model Ekonomi Biru antara lain: rancang

bangun alat transportasi laut dengan sistem instalasi yang mampu

mengolah keluaran gas buang CO

2

menjadi nutrisi,

bio-fuel

dan

bio-plastic

, mengolah aliran arus air melalui terowongan di dalam kapal

untuk generator listrik mini dan desalinasi air laut, penggunaan

baling-baling yang mampu meningkatkan efisiensi propulsi kapal

dan lain-lain (Kementerian Perhubungan).

B. Sektor Industri Maritim

Strategi Pengembangan Ekonomi Sektor Industri Maritim diarahkan untuk membangun industri maritim yang bersih limbah, efisien, kokoh, dan mandiri, serta mampu memberikan nilai tambah ekonomi yang tinggi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi kelautan nasional. Dengan demikian, langkah-langkah utamanya meliputi:

a)

Menciptakan industri maritim nasional yang hemat energi dan

bersih (nir-limbah)

b)

Mengembangkan kawasan industri maritim terpadu berbasis

ekoregion

c)

Mengembangkan dan memperkuat industri bioteknologi

kelautan yang ramah lingkungan dan berbasis inovasi.

(22)

pengembangan industri maritim saat ini adalah bagaimana mensinkronkan dan mensinergikan kebijakan pemerintah, kepentingan kalangan pengusaha industri maritim dengan kebutuhan masyarakat yang bergerak dalam bidang kelautan maupun masyarakat luas.

Dengan demikian ruang masyarakat (civil sphere) dan ruang pemerintah (government sphere) dapat harmonis sehingga kebijakan yang ditetapkan dapat mendorong terciptanya kesesuaian antara barang yang diproduksi oleh dunia usaha dan masyarakat dalam maupun luar negeri yang mampu membangkitkan aktivitas industri maritim yang efisien dan kompetitif. Contoh implementasi bisnis sektor industri maritim dengan model Ekonomi Biru adalah: penggunaan berbagai bahan baku/material dan komponen kapal yang ramah lingkungan, pemanfaatan berbagai produk sampah (waste material) untuk penciptaan produk lainnya yang bermanfaat, penggunaan plat baja dan berbagai komponen berbahan baku logam dari material daur ulang logam, pemanfaatan sinar matahari (solar cell) sebagai sumber energi listrik, penggunaan alat pengolah limbah cair/ oli, minyak dan lain-lain untuk menghasilkan oli daur ulang, penggunaan cat dan anti fouling yang tidak menghasilkan pencemaran pada lingkungan laut dan lain-lain (Kementerian Perhubungan).

C. Sektor Perikanan

Arah strategi pengembangan ekonomi Sektor Perikanan adalah membangun sektor perikanan yang optimal, lestari, bernilai tambah, dan berdaya saing. Kegiatan pembangunan bidang perikanan adalah bagian yang tak terpisahkan dari program pemerintah yakni program revitalisasi ekonomi skala nasional dan terdiri atas 4 (empat) langkah: (1) pengembangan kapasitas SDM perikanan dan penguatan kelembagaan, (2) pengamanan ketahanan pangan terutama hal suplai protein dari sumberdaya perikanan, (3) pengembangan produksi, produktivitas, dan peningkatan daya saing untuk produk perikanan, dan (4) peningkatan upaya diversifikasi produk

perikanan dalam rangka meningkatkan nilai tambahnya. Dengan

langkah-langkah utamanya, sebagai berikut:

a)

Optimalisasi dan penguatan industri dan usaha perikanan

tangkap yang ramah lingkungan, produktif, lebih efisien, dan

sejalan dengan kaidah internasional.

(23)

c)

Pengembangan dan penguatan industri dan usaha pengolahan

hasil perikanan

zero waste

, lebih efisien dan memiliki keterpaduan

dengan industri dan usaha perikanan tangkap dan perikanan

budidaya.

d)

Pengembangan sistem manajemen usaha dan pemasaran

perikanan yang transparan, bersifat adil, dan menguntungkan

bagi semua pihak.

e)

Pengembangan dan penguatan industri dan usaha pengolahan

sumberdaya laut selain ikan yang

zero waste

, lebih efisien, lebih

kreatif, inovatif, dan memiliki keterpaduan dengan sentra-sentra

dari produksi perikanan.

Contoh-contoh implementasi bisnis pengembangan ekonomi Sektor perikanan yang dengan model Ekonomi Biru seperti pada Gambar 1 dan 2 adalah: kualitas dari alat tangkap yang berteknologi ramah lingkungan, efektif dan efisien akan mampu menjamin mutu dari hasil tangkapan, inovasi instalasi pendingin dengan tenaga penggerak dari tekanan air laut, pengembangan instalasi es balok berbahan baku dari air laut, teknologi alat pencari ikan atau dikenal fishfinder terhubung langsung dengan satelit akan menghemat rute kapal, pengembangan spesies dari benih unggul, teknologi budidaya multi trophic level, recycle limbah sebagai input bagi industri lain, sistem olahan rumput laut yang terpadu dari bahan baku sampai turunan produk seperti bahan farmasi, makanan, dan sebagainya.

(24)

Gambar 2 Contoh Penerapan Silvofishery berbasis Ekonomi Biru (KKP, 2012)

D.

Sektor Wisata Bahari

Arah strategi pengembangan ekonomi Sektor Wisata Bahari adalah mengembangkan wisata bahari Indonesia yang terpadu dan berwawasan lingkungan sehingga menjadi kelompok 10 besar tujuan wisata dunia dan meningkatkan pengembangan wisata nusantara yang mampu menjaga integritas budaya nasional, memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal serta dikelola secara berkelanjutan. Strategi pengembangan ekonomi Sektor wisata bahari dengan Model Ekonomi Biru di Indonesia dapat dicapai dengan langkah-langkah utama sebagai berikut:

a)

Mengembangkan industri pariwisata bahari berbasis ekosistem

yang berkelas dunia.

b)

Membangun sistem wisata bahari yang terpadu dengan sistem

kepelabuhanan dan transportasi nasional.

c)

Mengembangkan sistem pelayanan wisata bahari satu pintu

(

single window

).

(25)

pantai, serta wisata yang berbasis konservasi lingkungan laut, seperti: penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, dan lain-lain.

Contoh implementasi pengembangan bisnis sektor wisata bahari Dengan

Model Ekonomi Biru (Gambar 3) adalah: pengembangan kawasan

pemukiman pesisir yang ramah lingkungan, sistem pengelolaan limbah yang mampu menghasilkan keluaran sebagai sumber energi baru bagi kawasan (biogas), sistem desalinasi air laut, penanaman mangrove yang sekaligus sebagai media hidup hayati laut dan pesisir dan lain-lain.

Gambar 3 Contoh Penerapan Usaha Wisata Bahari berbasis Ekonomi Biru

(Kemenparekraf dalam KKP, 2012)

E.

Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan

Strategi pengembangan ekonomi di sektor energi dan sumberdaya mineral kelautan diarahkan pada peningkatan kemampuan nasional dalam memenuhi kebutuhan energi dan sumberdaya mineral kelautan melalui peningkatan produktivitas, daya saing sektor energi dan sumberdaya mineral kelautan dengan teknologi dan metode berorientasi pada lingkungan dan dalam pemanfaatannya bagi kemakmuran bangsa secara berkelanjutan. Kebijakan sektor energi yang tepat dan berpihak pada kepentingan nasional akan sangat mendukung kegiatan sektor- sektor ekonomi lainnya serta mampu menekan biaya di sektor-sektor lainnya yang

berakibat pada tercapainya efisiensi dan efektivitas antar sektor.

(26)

a)

Mengembangkan kapasitas skala nasional dalam pengelolaan

sumberdaya dan energi mineral kelautan yang berwawasan

lingkungan.

b)

Mengembangkan nilai tambah dan diversifikasi produk energi

dan sumberdaya mineral kelautan.

c)

Mengembangkan sumber energi terbarukan non-migas yang

efisien dan ramah lingkungan.

Energi minyak dan gas bumi hingga kini masih menjadi energi utama penggerak industri dan perekonomian bangsa, namun, untuk cadangan minyak yang berasal bawah laut belum sepenuhnya dieksplorasi dan dieksploitasi. Kemudian, beberapa sumber energi yang terbarukan dan

potensial untuk di kembangkan di Indonesia antara lain adalah: micro hydro,

geothermal/panas bumi, energi gelombang, arus, perbedaan panas air laut

(OTEC), energi matahari, angin, dan lain-lain. Contoh implementasi bisnis

sektor energi dan sumberdaya mineral kelautan dengan Model Ekonomi Biru (Gambar 4) adalah: penggunaan energi angin dan sinar matahari sebagai generator listrik hybrid untuk sumber energi di pulau-pulau kecil dan kawasan pesisir yang terpencil, penggunaan energi matahari untuk pengembangan instalasi desalinasi air laut sekaligus penghasil garam konsumsi, penggunaan rumput laut sebagai bahan bakar alternatif (bioetanol) dan lain-lain.

Gambar 4 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan

(27)

F.

Sektor Bangunan Kelautan

Arah strategi pengembangan ekonomi Sektor Bangunan Kelautan adalah untuk mengembangkan sektor bangunan kelautan dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah sesuai dengan karakteristik fisik, ekologi, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Pembangunan konstruksi di pesisir dan laut memerlukan kemampuan

rekayasa yang sesuai dengan kondisi alam (design with nature) pesisir dan

laut yang memiliki kondisi ekosistem dan fisik berbeda dengan daratan. Dengan demikian, sektor bangunan kelautan (pekerjaan pelabuhan penumpang dan pelabuhan perikanan, anjungan minyak dan gas, daerah wisata, perpipaan gas, pemasangan kabel listrik bawah laut, pemasangan kabel serat optik yang dimulai dari persiapan lahan sampai pekerjaan konstruksi serta pekerjaan perawatan) harus dikaji dengan seksama agar tidak menimbulkan bencana yang berdampak pada manusia maupun lingkungan serta sumberdaya alam.

Sektor bangunan kelautan adalah kelompok infrakstruktur penting dalam pengembangan wilayah Indonesia dengan karakteristik kepulauan. Ketersediaan bangunan kelautan yang baik dapat mempercepat arus barang dan jasa serta manusia, komunikasi serta berbagai aktivitas lainnya

yang dapat membangkitkan aktivitas ekonomi. Pembangunan dalam

sektor bangunan kelautan sangat dibutuhkan dalam rangka menunjang peningkatan prasarana yang menunjang pembangunan bidang kelautan secara menyeluruh. Sehingga diperlukan langkah-langkah utama sebagai berikut:

a)

Mengembangkan

Eco-port

yang efisien dan sesuai dengan

standar internasional

b)

Mengharmonikan perencanaan dan implementasi serta

pengelolaan pembangunan sektor bangunan kelautan antara

pusat dan daerah sehingga dicapai efisiensi dan meningkatkan

daya saing ekonomi nasional

c)

Mengembangkan standar bangunan kelautan yang sesuai dengan

kebutuhan nasional dan memenuhi kriteria internasional serta

mempertimbangkan aspek lingkungan

(28)

Gambar 5 Contoh Penerapan Bangunan Kelautan berbasis Ekonomi Biru pada untuk Eco

Fishing Port (KKP, 2012)

G.

Sektor Jasa Kelautan

Strategi pengembangan Jasa Kelautan secara umum diarahkan untuk membangkitkan kekuatan ekonomi nasional melalui peningkatan aktivitas ekonomi jasa kelautan yang mampu mendorong aktivitas ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi (riset, pendidikan dan pelatihan kelautan), serta jasa kelautan lainnya dalam mendukung daya saing bidang kelautan nasional. Berkembangnya bidang kelautan sebagai ujung tombak pembangunan ekonomi nasional memberi peluang bagi pengembangan ekonomi sektor jasa-jasa kelautan seperti SDM kelautan, pemasaran dan promosi, penelitian bidang kelautan, dan program pendidikan dan pelatihan (diklat).

Dengan demikian, peran sektor jasa kelautan menjadi signifikan dalam rangka mendukung pengembangan bidang kelautan secara menyeluruh dan terintegrasi. Implikasinya adalah sektor ini diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas sumberdaya pengelola pembangunan kelautan serta menyerap tenaga kerja terampil yang lebih banyak.

Langkah-langkah utama untuk mendukung strategi ini, diantaranya adalah: a)

Mendayagunakan potensi sektor jasa kelautan secara efektif dan

(29)

b)

Mengembangkan industri jasa kelautan melalui kebijakan yang

komprehensif dan kondusif sehingga peran sektor jasa kelautan

nasional meningkat.

Contoh implementasi pengembangan ekonomi sektor jasa kelautan

yang

dengan Model Ekonomi Biru

adalah: penciptaan industri garam

melalui kerjasama antara dunia usaha dengan perguruan tinggi atau

lembaga riset untuk melakukan kerjasama dalam pengembangan

riset dan inovasi guna menghasilkan produk garam dengan sistem

produksi bersih (nir-limbah) dan bernilai tambah.

Gambar 6 Contoh Penerapan Jasa Kelautan Berbasis Ekonomi Biru untuk kerjasama penelitian untuk industri garam (KKP, 2012)

H.

Sektor Lintas Kelautan

Secara umum, arah strategi pengembangan lintas sektor bidang kelautan adalah membangkitkan kekuatan ekonomi nasional melalui penguatan aktivitas yang menjadi landasan utama untuk memacu pertumbuhan ekonomi bidang kelautan secara umum. Berkembangnya aktivitas ekonomi bidang kelautan (7 sektor) sebagai ujung tombak pembangunan ekonomi nasional tentu memerlukan dukungan lingkungan usaha yang kondusif sebagai landasan utamanya, seperti: aspek keamanan, iklim investasi usaha,

sistem fiskal dan moneter, dan infrastruktur dasar atau primer.

Langkah-langkah utama yang perlu diambil untuk mendukung strategi ini adalah:

a) Menciptakan iklim investasi usaha di bidang kelautan yang kondusif

(30)

b) Menciptakan sistem fiskal dan moneter yang mendukung pengem-bangan usaha bidang kelautan yang dengan Model Ekonomi Biru

c) Mengoptimalkan penyediaan fasilitas infrastruktur yang dibutuhkan

usaha bidang kelautan yang dengan Model Ekonomi Biru

Penjabaran lanjutan dari arahan strategi sebelumnya masih diperlukan upaya seperti penerapan usaha lintas sektor bidang kelautan berbasis model ekonomi biru. Contoh penerapan pengembangan usaha lintas sektor

bidang kelautan berbasis model ekonomi biru adalah pemberian insentif

(pajak atau permodalan) bagi suatu pengembangan kawasan kelautan terpadu dengan model ekonomi biru dalam aktivitas usahanya.

Gambar 7 Contoh Penerapan Usaha Lintas Sektor Bidang Kelautan dengan Model

Ekonomi Biru berbasis Model Bisnis Terintegrasi di Lombok Timur

Gambar 8 Contoh Penerapan Usaha Lintas Sektor Bidang Kelautan berbasis Ekonomi Biru

(31)

Tabel 1. Kebijakan, Strategi dan Upaya yang diperlukan untuk Pengembangan Ekonomi Kelautan Nasional Dengan Model Ekonomi Biru

(32)

Strategi POLRI, dan TNI AL, Swasta, dan Perguruan Tinggi

Dalam rangka mewujudkan visi Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada Tahun 2015, Indonesia bertekad mempercepat transformasi ekonomi melalui Blue Ocean Policy. Sasaran kebijakan ini sejalan dengan sasaran prioritas RPJMN 2010-2014 dan MP3EI. Sub bab berikut akan menjelaskan tentang kebijakan MP3EI di Indonesia dalam bidang kelautan dan perikanan.

1.5 MP3EI di Indonesia Tahun 2011-2025 (Sumber: Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, 2011)

(33)

Semangat not business as usual dan pendekatan breakthrough menjadi landasan pengembangan dari MP3EI, hal ini dapat tercapai dengan adanya perubahan mindset dari keberhasilan pembangunan ekonomi pemerintah kearah keberhasilan pembangunan ekonomi hasil kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, BUMD dan BUMN. Setiap pemangku kepentingan memiliki peran masing-masing terhadap pembangunan ekonomi. Peran pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan aturan, katalisator dan fasilitator. Pemerintah akan membuat regulasi investasi menjadi lancar, menyediakan infrastruktur juga memberikan insentif baik fiskal maupun non-fiskal. Peran swasta pada pembukaan lapangan kerja baru dan investasi.

MP3EI mempunyai delapan program utama terdiri atas 22 kegiatan ekonomi dengan strategi penggabungan tiga elemen utama yakni:

1.

Pengembangan ekonomi dari potensi wilayah enam koridor

ekonomi (KE) Indonesia: KE Sumatera, KE Jawa, KE Kalimantan,

KE Sulawesi, KE Bali-Nusra, dan KE Papua-Maluku.

2.

Penguatan konektivitas secara nasional dan menyatukan baik

lokal namun secara global terhubung satu sama lain.

3.

Penguatan sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam mengembangkan program unggul pada tiap

KE.

Terobosan MP3EI:

Awal Perjalanan Percepatan Transformasi Ekonomi di Indonesia Presiden Republik Indonesia menyampaikan tantangan pembangunan yang semakin berat pada retreat kabinet terbatas 30 Desember 2010, Indonesia harus siap dalam menghadapi dinamika ekonomi baik secara regional dan global. Di kawasan timur Asia, Indonesia diharuskan mempercepat langkah menuju negara yang maju dan bangsa Indonesia harus menikmati secara merata hasil dari pembangunan. Potensi dan berbagai keunggulan lokal yang dimiliki Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dibutuhkan peningkatan daya saing semua potensi dan keunggulan yang ada.

(34)

dihadapi dunia bisnis pada masa pengembangan sektor dan mendapatkan strategi juga prospek model pengembangan di masa depan. Lebih dari 500 peserta pertemuan datang dari perwakilan kalangan asosiasi profesi dan bisnis yang berperan penting dalam pemberian aspirasi di atas.

Hasil dari pertemuan aspirasi dilanjutkan dengan pembahasan lebih mendalam pada forum gugus tugas yang terbagi secara simultan ke enam gugus tugas KE. Tujuan dari gugus tugas ini adalah melakukan penyusunan strategi pengembangan sektor ke dalam format spasial guna memperoleh strategi pengembangan yang spesifik dan nyata sesuai potensi keunggulan tiap KE sehingga strategi pengembangan KE sudah terintegrasi baik aspek regional maupun sektoral. Pada pertemuan aspirasi tersebut, terdapat pembahasan kebutuhan infrastruktur dan konektivitas untuk tiap sektor, kebutuhan sumberdaya manusia, dan inovasi teknologi bagi peningkatan daya saing sektor. Pada pertemuan gugus tugas KE, hadir lebih dari 600 peserta dari pelaku usaha, pakar, akademisi, pejabat senior dari pemerintah. Hasil dari pertemuan-pertemuan diatas kemudian disempurnakan dalam sebuah dokumen laporan yang disampaikan pada rapat kerja pemerintah kepada Presiden RI di Bogor. Rapat kerja ini dihadiri oleh lebih dari 400 peserta dari seluruh menteri kabinet pembangunan Indonesia bersatu kedua, direksi dan komisaris BUMN, ketua dan anggota KEN dan KIN, penjabat senior pemerintah juga gubernur seluruh Indonesia. Hasil rapat ini dijadikan bahan penyempurnaan, perbaikan dan penajaman terhadap rancangan MP3EI dan dilaporkan ke presiden pada rapat kerja akbar di Bogor pada bulan April 2011. Rapat akbar ini dihadiri lebih dari 500 peserta dan hasil rapat disempurnakan dengan arahan lebih lanjut oleh presiden. Proses partisipatif dan interaktif yang telah dilalui ini menghasilkan komitmen bersama antara stakeholder dan rasa kepemilikan Bersama demi menyukseskan keberhasilan dari MP3EI. Pada akhirnya, semangat not business as usual mendasari terobosan percepatan perubahan ekonomi untuk pencapaian visi Indonesia sebagai bangsa yang maju, adil, mandiri dan makmur.

Program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi di Indonesia (Sumber: Kemenko bid. Ekonomi, 2011)

(35)

adalah menumbuhkan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5% (2011-2014) dan 8-9% (2015-2025) dikurangi inflasi 6,5% (2011-(2011-2014) menjadi 3% (2025). Ilustrasi pertumbuhan dan inflasi seperti ini sudah termasuk ciri dari negara-negara maju. Gambar 9 menunjukkan pertumbuhan PDB Indonesia di tahun 2010-2045.

Gambar 9 Aspirasi Pencapaian PDB Tahun 2010-2045 di Indonesia

Tiga misi dalam pencapaian visi pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai berikut:

1.

Penguatan inovasi pada sistem hulu sampai dengan hilir mulai

dari produksi – proses – pemasaran dalam rangka peningkatan

daya saing secara global dan berlanjut menuju ekonomi berbasis

inovasi.

2.

Peningkatan efisiensi dari produksi sampai pemasaran dan

keterpaduan pasar dalam negeri menuju penguatan daya tahan

dan saing kegiatan ekonomi nasional.

(36)

Potensi Sumber Daya dan Tantangan dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Potensi Indonesia

1.

Penduduk dan Sumber Daya Manusia

Indonesia merupakan negara ke-4 terbesar di dunia jika dilihat dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang besar berimbang dengan daya beli yang semakin meningkat sehingga menjadikan Indonesia sebagai pasar yang potensial. Di sisi lain, jumlah penduduk yang tidak sedikit ini dilengkapi dengan kualitas sumber daya manusia yang selalu membaik dan menjadikan Indonesia mempunyai potensi daya saing istimewa.

Gambar 10 Kondisi Demografi Umur dari Penduduk Indonesia

Gambar 10 menunjukkan pada rentang waktu 2020-2030 Indonesia mencapai angka terendah dalam indeks ketergantungan sejak tahun 1970. Kondisi ini merupakan peluang bagi penciptaan lapangan kerja dengan memanfaatkan usia produktif penduduk secara maksimal. Apabila tingkat pendidikan membaik maka produktivitas kegiatan perekonomian dalam kondisi prima, sehingga tujuan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan tercapai.

2.

Penduduk dan Sumber Daya Manusia

(37)

mengurangi ekspor bahan mentah adalah langkah produktif yang dapat dilakukan saat ini (Gambar 11). Data Kemenko bidang Ekonomi, 2011 menunjukkan sampai 2010 Indonesia masih sebagai produsen besar untuk berbagai komoditas penting seperti kakao, kelapa sawit, karet, timah, bauskit, nikel, tembaga, besi baja dan perikanan. Cadangan sumber daya energi seperti panas bumi, batubara, air dan gas alam dapat digunakan untuk berbagai industri pendukung yang handal seperti perkapalan, tekstil, peralatan transportasi, makanan dna minuman.

Gambar 11 Potensi SDA di Indonesia

3.

Letak Wilayah yang Geografis

(38)

Tantangan bagi Indonesia

Beberapa tantangan menuju era percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di Indonesia adalah sebagai berikut:

1)

Kondisi eksisting Indonesia masih belum beralih ke sektor

kelautan dan perikanan, masih mengarah dan fokus terhadap

sektor pertanian dan industri yang bersifat meng”ekstrak”si

dan mengumpulkan hasil dari sumber daya alam. Orientasi

peningkatan nilai tambah pada produk, sistem produksi

dan distribusi produk masih terbatas menyebabkan

gap

pembangunan di kawasan bagian barat dan kawasan bagian

timur Indonesia. Pemerataan pembangunan harus terwujud di

masa depan dalam jangka waktu pendek, untuk itu diperlukan

upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi

Indonesia.

2)

Infrastruktur adalah kebutuhan dasar dari suatu industri.

Kebutuhan infrastruktur dalam mendukung konektivitas antar

pulau dapat menekan biaya logistik dan transportasi, dan

mempercepat pergerakan roda ekonomi. Selain pembangunan

alur transportasi dan teknologi informasi juga komunikasi,

aturan dan regulasi yang terkait dengan efisiensi dan efektifitas

pembangunan ekonomi dibutuhkan.

3)

Sumber daya manusia yang berkualitas juga merupakan

tantangan lainnya di Indonesia. Tersedianya sumber daya

yang mumpuni sangat dipengaruhi dengan sarana kesehatan,

Pendidikan dan akses infrastruktur mendasar.

4)

Tantangan urbanisasi juga merupakan hal yang perlu

diperhatikan, prediksi BPS pada tahun 2025 penduduk

perkotaan akan mencapai 65%. Hal-hal yang menjadi akibat

dari peningkatan urbanisasi ini adalah meningkatnya konflik

penggunaan lahan, pola konsumsi yang berbeda, perubahan

struktur produksi yang akan berdampak pada struktur tenaga

kerja, pola pergerakan (mobilitas) yang meningkat, sampai pada

peningkatan kebutuhan akan infrastruktur dalam mendukung

distribusi dari barang/jasa.

(39)

akibat adanya indikasi perubahan iklim di Indonesia dan

merupakan tantangan tersendiri seperti curah hujan yang

berubah, kenaikan suhu udara, kenaikan muka laut, perubahan

musim kemarau dan hujan, air bersih, serta frekuensi dari cuaca

yang ekstrem.

Percepatan Transformasi Ekonomi

Perubahan pola pikir yang didasari not business as usual dapat mengantarkan Indonesia bertumbuh menjadi negara maju dengan roda transformasi ekonomi dalam mewujudkan kesejahteraan bagi Bangsa Indonesia (Gambar 12). Landasan berpikir akan pentingnya kerjasama pemerintah baik daerah maupun pusat, badan usaha milik negara/daerah dan pihak swasta harus dimiliki para pihak ini. Kemampuan pembiayaan pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara/daerah terbatas, sedangkan kondisi perekonomian negara maju propose anggaran pemerintah haruslah semakin kecil seiring semakin maju suatu perekonomian. Implikasi yang dihadapi adalah perekonomian suatu negara akan sangat bergantung pada dunia usaha seperti badan usaha milik negara/daerah dan swasta domestik/ asing.

Kebijakan pemerintah haruslah mampu merefleksikan pemahaman pola pikir dari transformasi ekonomi di atas. Kebijakan pemerintah pro dunia usaha dibutuhkan untuk pengembangan berbagai industri dan infrastruktur pembangunan. Evaluasi terhadap kebijakan yang ada perlu dilakukan untuk mendukung partisipasi yang maksimal dari dunia usaha.

Gambar 12 Ilustrasi Transformasi Ekonomi di Indonesia

(40)

anggaran pemerintah nasional/daerah berubah menjadi kolaborasi Bersama dalam pola kerjasama 3P.

Namun demikian, untuk mempercepat implementasi MP3EI, perlu juga dikembangkan metode pembangunan infrastruktur sepenuhnya oleh dunia usaha yang dikaitkan dengan kegiatan produksi. Peran Pemerintah adalah menyediakan perangkat aturan dan regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatan produksi dan infrastruktur tersebut secara paripurna. Insentif tersebut dapat berupa kebijakan (sistem maupun tarif) pajak, bea masuk, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan lainnya, sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Perlakuan khusus diberikan agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang dalam pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Selanjutnya, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus membangun linkage semaksimal mungkin untuk mendorong pembangunan daerah sekitar pusat pertumbuhan ekonomi.

Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia menetapkan sejumlah program utama dan kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus pengembangan strategi dan kebijakan. Prioritas ini merupakan hasil dari sejumlah kesepakatan yang dibangun bersama-sama dengan seluruh pemangku kepentingan di dalam serial diskusi dan dialog yang sifatnya interaktif dan partisipatif.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, fokus dari pengembangan MP3EI ini diletakkan pada 8 program utama, yaitu pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, dan telematika, serta pengembangan kawasan strategis. Kedelapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama.

(41)

MP3EI Bagian Integral dari Perencanaan Pembangunan Nasional

Program kerja MP3EI telah memuat arahan dari perencanaan pembangunan nasional Indonesia, beberapa di antaranya adalah: klaster ekonomi yang dilengkapi kebutuhan dasar infrastruktur, perluasan dan percepatan investasi, dan komitmen terhadap isu perubahan iklim yang tercantum dalam rencana aksi nasional gas rumah kaca. Pada Gambar 14 di bawah ini memuat posisi MP3EI dalam perencanaan pembangunan nasional, sedangkan rancangan detail strategi dari konsep MP3EI tahun 2011 sampai tahun 2015 disajikan pada Gambar 15.

Gambar 14 Pemetaan Posisi dari MP3EI dalam Rencana Pembangunan Pemerintah

(42)

Peningkatan Potensi Ekonomi Wilayah melalui Koridor Ekonomi Tujuan utama dari pendirian koridor ekonomi adalah mengoptimalkan potensi unggulan daerah dan memperbaiki kondisi ketidakmerataan ekonomi wilayah di Indonesia dengan melakukan pendekatan regional dan sektoral. Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dimaksudkan, dibutuhkan konektivitas antar dan inter koridor ekonomi tersebut berserta infrastruktur pendukung dan lokasi. Gambar 16 menyajikan model koridor ekonomi di Indonesia.

Gambar 16 Model KE di Indonesia

Langkah strategis yang dapat diambil oleh pemerintah adalah perhatian khusus jangka panjang pada koridor ekonomi di luar Pulau Jawa terutama bagi usaha yang telah tersedia pembiayaan pembangunan infrastruktur dan sarana pendukung usaha. Langkah-langkah yang dimaksudkan adalah kebijakan dalam perijinan dan perpajakan juga kepabeanan aturan di sektor ketenagakerjaan. Pertumbuhan disekitar pusat-pusat ekonomi juga perlu dijaga maksimal dalam keterkaitannya sehingga enclave dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dihindari tetapi sesuai dengan pengembangan potensi wilayah tersebut. Pengembangan koridor ekonomi ini merupakan pembangunan koridor ekonomi wilayah sebagai upaya dalam penciptaan dan pemberdayaan ekonomi kompetitif dan terpadu. Arahan dari pengembangan koridor ekonomi wilayah yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

(43)

2. Keterpaduan sistem konektivitas baik logistik, transformasi, informasi dan komunikasi dalam kebutuhan keterbukaan akses dunia usaha. 3. Sinergitas pembangunan regional dan sektoral dalam meningkatkan

potensi unggulan yang kompetitif dan komparatif skala nasional. 4. Pembangunan koridor ekonomi yang inklusif dan diversitas terhubung

dengan wilayah lain di luar koridor ekonominya sendiri tetapi sesuai dengan potensi keunggulan wilayah masing-maisng.

5. Pembangunan dan perluasan rantai produksi dari hulu ke hilir yang berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk dari SDA.

Postur Koridor Ekonomi Indonesia

Indonesia sebagai negara kepulauan diapit Benua Australia dan Asia, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dengan posisi yang strategis ini, setiap kepulauan memiliki perannya masing-masing dalam pencapaian visi Indonesia tahun 2025. Konstelasi yang unik ini telah ditetapkan menjadi enam koridor ekonomi seperti yang disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Peta Distribusi KE di Indonesia

(44)

(6) KE wilayah Papua – Kepulauan Maluku: pusat pengembangan pangan, perikanan, energi, dan pertambangan nasional. Gambar 18 menyajikan peta pembagian tema pembangunan koridor ekonomi di Indonesia.

Gambar 18 Pembagian Tema Pembangunan KE di Indonesia

Pada koridor ekonomi wilayah Bali dan Nusa Tenggara, pusat kegiatan ekonomi pada sektor pariwisata, peternakan dan perikanan. Gambar 19 menunjukkan peta jalur penghubung pusat ekonomi koridor Bali – Nusa Tenggara.

(45)

Overview Koridor Ekonomi di Wilayah Bali– Nusa Tenggara

Koridor ekonomi Pangan dan Pariwisata ini memegang peran penting bagi kesejahteraan khususnya bagi 17% masyarakat dibawah garis kemiskinan dan selisih pendapatan 17,7 juta rupiah per kapita bagi kabupaten dan kota yang kaya dan miskin dalam koridor ini. Terpisah dari kondisi ekonomi seperti itu, tingkat harapan hidup koridor ini cukup baik hingga 64 tahun, tingkat melek huruf 80% dengan PDRB per kapita 14,9 juta rupiah lebih tinggi dari PDB per kapita 13,7 juta rupiah. Permasalahan yang dihadapi koridor ini seperti infrastruktur dasar yang minim, rendahnya tingkat investasi dan ketidakmerataan populasi penduduk. Latar belakang dari koridor ekonomi ini merupakan modal dan tanatangan yang akan dilalui dalam program percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di sektor pangan (peternakan, perikanan) dan pariwisata. Gambar 20 menunjukkan kontribusi PDRB Provinsi NTT.

(46)

Tantangan Sektor Kelautan dan Perikanan

Pengembangan industri perikanan penting dalam menuju ketahanan pangan Indonesia. Konsumsi protein hewani dari sektor perikanan ini mencapai 72% (30,4 kilogram per kapita per tahun) dari protein hewani lainnya. Akses terhadap sumber protein ini didukung oleh kondisi bio-geografis Indonesia. Perkembangan produksi perikanan tahun 2009-2010 disajikan pada Gambar 21.

Gambar 21 Perkembangan Produksi Perikanan Indonesia Tahun 2009-2010

(47)

berpengaruh terhadap pengembangan industri perikanan terbagi atas 3 aspek utama yakni kegiatan tangkap atau budidaya, pengolahan hasil laut dan distribusi hasil olahan. Tantangan yang terkait langsung dengan 3 aspek pengembangan industri perikanan adalah sebagai berikut:

1. Pemetaan potensi kelautan dan perikanan yang belum akurat

2. Implementasi rencana tata ruang laut belum sesuai dengan peruntukkannya

3. Pengembangan bibit unggul perikanan untuk mewujudkan efisiensi proses produksi

4. Pengembangan armada penangkapan dan teknologi alat tangkap ramah lingkungan

5. Penambahan nilai tambah yang ekonomis terhadap produk olahan kelautan dan perikanan

6. Permodalan yang masih terbatas untuk masyarakat lokal

7. Pengembangan kegiatan budidaya dan perikanan berbasis masyarakat yang masih terbatas

8. Kualitas sumberdaya manusia dalam produksi budidaya, perikanan tangkap, dan pengolahan yang masih rendah

9. Distribusi dan pemasaran produk dan olahan yang masih terbatas 10. Minat investor yang masih rendah dalam produksi olahan perikanan

dan kelautan

11. Kebutuhan dasar dari industri perikanan dan kelautan belum terpenuhi dan mengakibatkan tingginya biaya operasional dan produksi

12. Akses terhadap pusat kegiatan produksi dengan lokasi industri olahan ke pasar regional maupun fasilitas ekspor.

Strategi Umum dan Langkah Aksi menghadapi Tantangan di Dunia Perikanan dan Kelautan

Beberapa strategi dan langkah yang dapat diambil dalam menghadapi tantangan di sektor kelautan dan perikanan adalah:

(48)

yang ramah lingkungan, pembangunan pusat-pusat pelatihan dan penyuluhan bagi nelayan, penyediaan sertifikat bagi nelayan.

2) Peningkatan hasil olahan produk perikanan seperti keragenan dari rumput laut, tepung ikan, udang beku, ikan kaleng. Langkah-langkah yang diambil untuk penambahan nilai ekonomis bagi hasil olahan ini sebagai berikut: Pengembangan klaster untuk industri bahan baku, pemasaran hasil perikanan budidaya melalui kerjasama dengan negara konsumen seperti Thailand, Jepang, dsb, pendampingan kelompok perikanan terutama pada bidang pengeolahan dan penyediaan skim kredit mikro via koperasi nelayan/pembudidaya.

3) Peningkatan tambak garam untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dengan membangun sentra garam di KE NTT.

4) Pembangunan infrastruktur bagi sektor industri perikanan dan garam dapat ditempuh melalui:

- Peninjauan kembali dan perbaikan jalan lintas kabupaten bagi wilayah NTT;

- Penambahan akses dari dari dermaga atau tempat pendaratan ikan (TPI) menuju ke jalan lintas kabupaten terdekat;

- Perbaikan kapasitas dari pelabuhan-pelabuhan yang ada di masing-masing kabupaten agar dapat mendukung aktivitas industri;

- Penambahan kapasitas dari energi listrik melalui peningkatan kapasitas dari PLTU/PLTP;

- Pengembangan Bandara Mbai di Nagekeo, NTT sebagai pengangkut hasil perikanan dan kelautan yang bernilai ekonomi tinggi namun harus cepat dikonsumsi;

- Pembangunan IPAB di NTT dalam mendukung pengembangan aktivitas industri pengolahan dan budidaya hasil perikanan dan kelautan.

5) Peningkatan sumberdaya manusia dan IPTEK dapat ditempuh melalui:

• Pendirian pusat pelatihan bagi nelayan/pembudidaya;

• Penyediaan program sertifikasi nelayan/pembudidaya;

(49)

• Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan pengetahuan pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian skema micro credit PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan;

• Penguatan kerjasama lembaga penelitian dan perguruan tinggi setempat untuk mendorong pengembangan teknologi bagi pengolahan hasil perikanan dan kelautan yang bernilai jual lebih tinggi (kualitas lebih baik), dan teknologi budidaya garam (agar tidak tergantung pada cuaca);

• Penyediaan pusat pelatihan bagi pembudidaya garam skala layanan kabupaten dalam kegiatan diseminasi teknik dan pengintegrasian dari penggunaan lahan tambak bagi sektor garam dengan budidaya perikanan.

Daya dukung ekosistem dan keberlanjutan dari populasi ikan dapat terjaga melalui kerjasama dengan lembaga penelitian dan/atau perguruan tinggi untuk menghasilkan bibit/benih unggulan dan teknologi ramah lingkungan untuk kegiatan perikanan budidaya dan tangkap juga pengolahan hasil perikanan. Infrastruktur dan fasilitas industri juga penting dalam pengembangan perikanan berkelanjutan. Regulasi pemerintah sangat diperlukan untuk mendukung iklim usaha yang produktif dan kondusif. Pengembangan perikanan selanjutnya dibahas pada bab Klaster Perikanan.

1.6 Penutup

Konsep ekonomi biru diperkenalkan pertama kali oleh Gunter Paulli dengan meninjau kekurangan konsep ekonomi hijau. Konsep ekonomi hijau merupakan konsep ekonomi yang menguntungkan lingkungan hidup dengan daupaya menghilangkan dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam. Ekonomi Hijau dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan efisiensi sumber daya alam tetapi tetap mengurangi emisi karbon dan polusi, mencegah berkurangnya biodiversitas dan menjaga keseimbangan ekosistem. Konsep ekonomi hijau diterapkan sekitar 30 tahun yang lalu, tetapi masih memiliki kekurangan seperti masalah biaya dan efisiensi, karena konsep ini memaksa investor untuk terus berinvestasi lebih dan konsumen pun dipaksa untuk terus membayar lebih.

(50)
(51)
(52)

Bab 2

Pendekatan Sistem

(53)

bahwa dalam penyelesaian persoalan dengan pendekatan sistem, harus memenuhi tiga karakteristik yaitu kompleks, dinamis, dan probabilistik. Pendekatan sistem dalam mengatasi permasalahan yang kompleks memberikan alat bantu berupa metode/cara dan peralatan logis yang dapat mengidentifikasi komponen atau sub-sistem yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam mencapai tujuan tertentu. Berbagai pilihan rasional alternatif-alternatif yang dihasilkan dari pendekatan sistem pada masalah yang kompleks. Menurut Eryatno dan Ma’arif (1989), ada tiga macam kondisi yang menjadi prasyarat agar supaya aplikasi pendekatan sistem dapat memberikan hasil yang memuaskan adalah:

1. Sasaran sistem didefinisikan secara jelas dan dapat dikenali, meski-pun kadang-kala tidak dapat dikuantifikasikan.

2. Proses pengambilan keputusan dalam sistem riil dilakukan dengan cara sentralisasi yang logis.

3. Skala perencanaannya jangka panjang.

Pengembangan sistem merupakan suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan fungsi dari struktur, hasil, evaluasi dan keputusan. Tahapan pokok dari pendekatan sistem adalah: 1) Analisa Kelayakan, 2) Rekayasa Model, 3) Implementasi Rancangan, 4) Implementasi Sistem, dan 5) Operasi Sistem.

Marimin, 2009 menyatakan bahwa prinsip pada metodologi sistem terbagi menjadi 6 (enam) tahap Analisa yang meliputi:

A. Analisa Kebutuhan Sistem: permulaan dari pengkajian suatu sistem. Tahapan ini menyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada dan selan-jutnya dilakukan deskripsi pengembangan. Analisa kebutuhan ini selalu meyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisa kebutuhan ini merupakan hasil survei, pendapat ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya.

(54)

C. Formulasi Masalah: proses identifikasi masalah secara global kemu-dian dilakukan perumusan masalah. Hal yang perlu diperjelas dalam perumusan masalah adalah sebagai berikut: (1) spesifikasi kebutuhan pemakai (deskripsi intuitif sistem kecerdasan, penentuan lingkungan operasi, klasifikasi kebutuhan pengguna, definisi interface pengguna, kriteria kelayakan, aspek ekonomi, bibliografi, kata kunci, para pa-kar dan contoh konkrit penerapan), (2) spesifikasi paket program (mencakup spesifikasi: fungsional, kinerja, interface, interaksi manu-sia-mesin, sumberdaya, rencana validasi, uji penerimaan, dokumen-tasi dan pemeliharaan), dan (3) strukturisasi pengetahuan (pendekat-an metode MOP (Module Oriented Programming).

D. Alternatif Sistem

E. Determinasi dari Realisasi Fisik, Sosial Politik F. Penentuan Kelayakan Ekonomi dan Keuangan

Untuk dapat lebih memahami metodologi sistem, berikut ini adalah penelitian Sistem Minapolitan Budidaya Laut pada Tahun 2011 di Kabupaten Kupang dengan menggunakan pendekatan sistem. Gambar 22-24 menyajikan analisis kebutuhan, diagram lingkar sebab-akibat, dan diagram kotak gelap dari sistem Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Kupang.

(55)

Gambar 23 Diagram Lingkar Sebab-Akibat dalam Pengembangan Minapolitan

(56)

Bab 3

Klaster Perikanan

3.1 Pendahuluan

Era globalisasi dan perdagangan bebas menjadi tuntutan bagi perkembangan dunia usaha saat ini. Kondisi ini menciptakan persaingan yang ketat dan memberikan pengaruh yang luas bagi pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional. Strategi dalam menghadapi kondisi persaingan ini adalah memiliki dunia usaha yang berdaya saing tinggi. Strategi yang dianggap tepat dan berdaya saing tinggi adalah dengan melalui strategi pendekatan klaster. Strategi pendekatan klaster ini mempunyai upaya pertumbuhan ekonomi yang lebih komprehensif dan efektif dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.

Pendekatan klaster ini merupakan strategi yang membutuhkan kerjasama dan motivasi kerja yang kuat dari pemangku kepentingan industri perikanan dan kelautan. Pendekatan klaster berbasis sumberdaya perikanan dan kelautan ini kemudian dikenal dengan klaster minapolitan. Klaster minapolitan ini merupakan pemusatan aktivitas perikanan pada suatu titik/tempat/wilayah/lokasi tertentu. Tujuan dari usaha ini untuk menekan biaya dari hulu ke hilir dalam aktifitas produksi suatu komoditas perikanan sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari industri perikanan. Bentuk dari pemusatan klaster pada suatu wilayah yang tersedia sub-sistem hulu sampai hilir dalam agibisnis perikanan tangkap maupun budidaya dan jasa penunjang kegiatan tersebut. Pemusatan aktivitas diharapkan dapat menekan biaya transportasi dan/atau logistik antar sub-sistem pada fokus komoditi perikanan yang ada, dengan demikian efektivitas dan efisiensi tecipta dan akan menambah daya saing dari komoditi perikanan domestik dan internasioanal.

Gambar

Gambar 2 Contoh Penerapan Silvofishery berbasis Ekonomi Biru (KKP, 2012)
Gambar 3 Contoh Penerapan Usaha Wisata Bahari berbasis Ekonomi Biru (Kemenparekraf dalam KKP, 2012)
Gambar 4 Contoh Implementasi Bisnis Sektor Energi dan Sumberdaya Mineral Kelautan Dengan Model Ekonomi Biru (Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral)
Gambar 5 Contoh Penerapan Bangunan Kelautan berbasis Ekonomi Biru pada untuk Eco Fishing Port (KKP, 2012)
+7

Referensi

Dokumen terkait

FUMIRA Semarang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, oleh karena itu membutuhkan sumber daya

Faktor manusia adalah faktor yang paling dominan jika terjadi peristiwa kecelakaan lalu lintas.Banyak kondisi dimana pengemudi menjadi penyebab kecelakaan seperti

Di dalam motivasi positif produsen tidak saja memberikan dalam bentuk sejumlah uang tapi bisa juga memotivasi (merangsang konsumen) dengan memberikan diskon, hadiah, pelayanan

Untuk dapat mengembangkan eksibisi yang interaktif, museum dapat menggunakan alternatif membuat ruang penemuan ( discovery room ) atau paviliun untuk anak, tanpa harus

Belum lagi ditambah dengan polusi udara dari emisi gas buang dari kendaraan bermotor yang berlalu-lalang dan terjebak kemacetan akan membuat tingkat urban heat island pada

Berkas- berkas cahaya yang tiba di layar akan mengalami interferensi konstruktif dan destruktif juga sehingga akan dihasilkan pola gelap terang tetapi dalam bentuk

Kualitas Produk, Harga dan Lokasi secara simultan berpengaruh terhadap Kepuasan Konsumen pada warung-warung makan Lamongan di kota Manado, sehingga hipotesis yang