• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Skalogram-Sentralitas

Bab 4 Tingkat Perkembangan Wilayah

4.4 Analisis Skalogram-Sentralitas

Analisis skalogram digunakan untuk mengetahui jumlah dan jenis sarana pelayanan (fasilitas) yang dimiliki oleh setiap wilayah. Dalam metode ini, seluruh fasilitas yang dimiliki setiap wilayah didata dan disusun dalam satu tabel dimana unit wilayah yang memiliki fasilitas lebih lengkap diletakkan paling atas, dan selanjutnya unit wilayah yang memiliki fasilitas kurang lengkap. Secara umum, fasilitas yang dimiliki oleh setiap unit wilayah dikelompokkan menjadi enam yaitu fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas olah raga, fasilitas keamanan, dan fasilitas ekonomi. Analisis sentralitas untuk mengelompokkan hirarki wilayah berdasarkan kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki, seperti berikut ini:

1. Kelompok I (tingkat perkembangan tinggi) diasumsikan sebagai kelompok desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, serta kepadatan penduduk yang lebih besar atau sama dengan rata-rata + 2x standar deviasi.

2. Kelompok II (tingkat perkembangan sedang) diasumsikan sebagai kelompok desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, dan kepadatan penduduk antara rata-rata sampai rata-rata + 2x standar deviasi.

3. Kelompok III (tingkat perkembangan rendah) diasumsikan sebagai kelompok desa yang memiliki jumlah jenis, jumlah unit sarana dan prasarana, dan kepadatan penduduk kurang dari nilai rata-rata. Studi Kasus: Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah berdasarkan

Kelengkapan Fasilitas di Kabupaten Kupang dalam Pengembangan Minapolitan

Tingkat perkembangan wilayah Kabupaten Kupang sangat berhubungan dengan potensi sumberdaya alam, potensi sumberdaya manusia, maupun kelengkapan fasilitas yang dimiliki. Dilihat dari potensi sumberdaya manusia, wilayah ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Dari tiga kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan minapolitan berbasis budidaya laut di Kabupaten Kupang telah memiliki jumlah penduduk sekitar 32.430 jiwa (BPS Kabupaten Kupang, 2010). Jumlah penduduk yang cukup besar ini telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai satu kawasan pengembangan minapolitan, hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa sebagian besar penduduk bahkan seluruh penduduk di kecamatan yang berada di wilayah pesisir mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan/pembudidaya dan menggantungkan hidupnya dari laut. Namun permasalahan yang dihadapi adalah bahwa kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini masih tergolong rendah, mereka hanya dapat mengecap pendidikan dasar bahkan sedikit yang melanjutkan ke tingkat lanjutan (SLTP dan SLTA). Rendahnya kualitas sumberdaya manusia di wilayah ini, disebabkan oleh minimnya sarana pendidikan terutama sarana pendidikan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dilihat dari potensi sumberdaya alam, sektor perikanan merupakan tulang punggung penggerak perekonomian di wilayah Kabupaten Kupang, baik sebagai sumber konsumsi masyarakat dan penghasilan atau penyedia lapangan kerja sebagian besar penduduknya, maupun sebagai penghasil nilai tambah dan devisa daerah. Dari keseluruhan penduduk, sekitar 90% masyarakatnya adalah keluarga nelayan/pembudidaya. Mereka menggantungkan hidup dan keluarga dari kegiatan perikanan baik tangkap dan budidaya. Namun demikian fasilitas pendukung untuk meningkatkan produksi perikanan mereka masih minim, sehingga produksi perikanan mereka masih belum maksimal.

Dilihat dari kelengkapan fasilitas yang dimiliki, wilayah ini memiliki fasilitas yang beragam dari fasilitas yang sangat minim sampai fasilitas yang lebih lengkap yang menyebar pada setiap desa. Untuk mengetahui tingkat perkembangan kawasan pengembangan minapolitan di wilayah Kabupaten Kupang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis skalogram. Dalam analisis skalogram, akan dihasilkan hirarki wilayah berdasarkan kelengkapan fasilitas yang dimiliki, dimana hirarki wilayah yang paling tinggi ditentukan oleh semakin banyaknya jenis dan jumlah fasilitas yang dimiliki dan demikian sebaliknya, semakin sedikitnya fasilitas yang dimiliki terutama dari segi jenis fasilitas, menggambarkan semakin rendahnya hirarki wilayah. Fasilitas-fasilitas yang dapat dikaji berupa fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas pendukung budidaya laut. Hirarki wilayah desa berdasarkan hasil analisis skalogram pada tiga kecamatan di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hirarki wilayah desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan kelengkapan fasilitas

No Kecamatan Desa Jumlah

penduduk (Jiwa) Jumlah jenis Jumlah unit 1 Kupang Barat Tablolong 1010 14 484 Lifuleo 986 12 175 Tesabela 1015 19 259 Sumlili 1492 16 346 Oematnunu 1643 20 368 Kuanheun 1336 13 229 Nitneo 1073 14 255 Bolok 2273 15 736 Oenaek 567 11 138 2 Semau Bokonusan 978 20 493 Otan 767 23 636 Uitao 745 23 473 Huilelot 699 21 331 Uiasa 1153 25 381

Hansisi 1276 24 673 Batuinan 333 14 198 Letbaun 474 14 121 3 Sulamu Sulamu 4589 26 932 Pitai 942 19 246 Pariti 3203 21 1276 Oeteta 2435 24 1030 Bipolo 1792 21 567 Pantulan 1134 16 174 Pantai Beringin 515 14 177

Sumber : BPS Kabupaten Kupang, 2010

Hasil analisis skalogram pada Tabel 6 menunjukkan bahwa desa yang menduduki hirarki wilayah tertinggi berdasarkan kelengkapan jenis fasilitas yang dimiliki adalah Kelurahan Sulamu dengan jumlah jenis dan banyaknya fasilitas sebanyak 26 jenis dan 932 unit. Jumlah penduduk yang bermukim di desa ini sekitar 4589 jiwa dengan kepadatan penduduk hanya sekitar 139 jiwa/km2. Kelurahan Sulamu merupakan ibukota

Kecamatan Sulamu dengan jarak tempuh yang dekat ke Kota Kupang jika ditempuh dengan transportasi laut seperti feri. Desa ini lebih terlihat lebih berkembang dibandingkan desa-desa lainnya, hal ini dicirikan dari kelengkapan fasilitas yang dimiliki baik fasilitas umum maupun fasilitas pendukung, seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas pendukung budidaya laut. Fasilitas pendidikan cukup lengkap seperti Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) baik negeri maupun swasta. Fasilitas kesehatan juga tersedia cukup lengkap. Desa ini telah memiliki fasilitas kesehatan seperti puskesmas, puskesmas pembantu, BKIA/polindes dan posyandu. Sedangkan fasilitas sosial dan kelembagaan juga sudah tersedia seperti sarana ibadah baik agama kristen protestan, kristen khatolik dan islam, sarana telekomunikasi, koperasi unit desa (KUD) dan lembaga penyuluh dan pelatihan untuk nelayan/pembudidaya.

Hirarki wilayah desa paling rendah adalah desa Oenaek di kecamatan Kupang Barat. Jumlah penduduk yang bermukim di desa ini sekitar 567 jiwa dengan kepadatan penduduk hanya sekitar 40 jiwa/km2. Jumlah jenis

jumlah yang sangat minim dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Desa Oenaek cukup jauh dari ibukota kecamatan maupun ibukota kabupaten. Untuk menuju ke wilayah ini dibutuhkan perjalanan sejauh 32,5 km dari ibukota kabupaten. Di desa ini hanya memiliki satu SD swasta, satu polindes dengan satu tenaga bidan, dua posyandu, dua gereja bagi agama kristen protestan, tidak ada lembaga koperasi dan perputaran ekonomi hanya pada sembilan kios kecil. Fasilitas lainnya tidak tersedia pada desa ini.

Pengelompokkan hirarki wilayah desa dapat dilakukan dengan analisis sentralitas. Dalam analisis sentralitas, parameter yang diukur adalah kelengkapan fasilitas yang dimiliki tiap desa. Hasil analisis ini akan menggambarkan tingkat perkembangan desa yang dapt dibagi atas tiga kelompok yaitu:

a) Kelompok I adalah desa dengan tingkat perkembangan tinggi (maju) yaitu apabila memiliki nilai indeks sentralitas jenis fasilitas sebesar nilai rata-rata + 2 kali standar deviasi.

b) Kelompok II adalah desa dengan tingkat perkembangan sedang yaitu apabila memiliki nilai indeks sentralitas jenis fasilitas sebesar nilai rata-rata sampai nilai rata-rata + 2 kali standar deviasi.

c) Kelompok III adalah desa dengan tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal) yaitu apabila memiliki nilai indeks sentralitas jenis fasilitas kurang dari nilai rata-rata.

Berdasarkan hasil analisis terhadap kelengkapan fasilitas yang dimiliki seluruh desa di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 7, diperoleh tiga kelompok perkembangan desa seperti pada Tabel 8.

Tabel 7 Tingkat perkembangan desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan analisis sentralitas

Tinggi Sedang Rendah

1 Tablolong 14 -4,291667 18,41840278 X 2 Lifuleo 12 -6,291667 39,58506944 X 3 Tesabela 19 0,7083333 0,501736111 X 4 Sumlili 16 -2,291667 5,251736111 X 5 Oematnunu 20 1,7083333 2,918402778 X 6 Kuanheun 13 -5,291667 28,00173611 X 7 Nitneo 14 -4,291667 18,41840278 X 8 Bolok 15 -3,291667 10,83506944 X 9 Oenaek 11 -7,291667 53,16840278 X

x - (x - )2 Tingkat Perkembangan Desa

No Desa Banyaknya Jenis Fasilitas

Kecamatan Kupang Barat

Kecamatan Semau

66

Tinggi Sedang Rendah

≥ 21,1

x - (x - )2 Tingkat Perkembangan Desa

No Desa Banyaknya Jenis Fasilitas

Kecamatan Kupang Barat

10 Bokonusan 20 1,7083333 2,918402778 X 11 Otan 23 4,7083333 22,16840278 X 12 Uitao 23 4,7083333 22,16840278 X 13 Huilelot 21 2,7083333 7,335069444 X 14 Uiasa 25 6,7083333 45,00173611 X 15 Hansisi 24 5,7083333 32,58506944 X 16 Batuinan 14 -4,291667 18,41840278 X 17 Letbaun 14 -4,291667 18,41840278 X 18 Sulamu 26 7,7083333 59,41840278 X 19 Pitai 19 0,7083333 0,501736111 X 20 Pariti 21 2,7083333 7,335069444 X 21 Oeteta 24 5,7083333 32,58506944 X 22 Bipolo 21 2,7083333 7,335069444 X 23 Pantulan 16 -2,291667 5,251736111 X 24 Pantai Beringin 14 -4,291667 18,41840278 X 439 476,9583333 18,29166667 20,73731884 1,425521868 Standar Deviasi Varians Rata-rata ( ) Jumlah Total <18,3 18,3 - 21,1 ≥ 21,1 Indeks Sentralitas Kecamatan Semau Kecamatan Sulamu

Tabel 8 Tingkat perkembangan desa dari tiga kecamatan pesisir di Kabupaten Kupang berdasarkan analisis sentralitas

No Perkembangan

desa

Indeks sentralitas

Kecamatan Kelompok Desa

1

Tingkat perkembangan tinggi (maju)

≥ 21,1 Semau

Otan, Uitao, Uiasa, Hansisi

Sulamu Sulamu, Oeteta

2

Tingkat perkembangan sedang

18,3 - 21,1

Kupang Barat Tesabela,

Oematnunu

Semau Bokonusan, Huilelot

3 Tingkat perkembangan rendah (relatif tertinggal) < 18,3 Kupang Barat Tablolong, Lifuleo, Sumlili, Kuanheun, Nitneo, Bolok, Oenaek

Semau Batuinan, Letbaun

Sulamu Pantulan, Pantai

Beringin

Tabel 8 menunjukkan Desa Otan, Uitao, Uiasa, dan Hansisi di kecamatan Semau dan Kelurahan Sulamu dan Desa Oeteta di Kecamatan Sulamu merupakan kelompok desa yang sudah mengalami tingkat perkembangan wilayah tinggi atau lebih maju dengan indeks sentralitas ≥ 21,10. Dilihat dari posisi geografisnya, kelompok desa diatas dekat dengan ibukota kabupaten dan Kota Kupang walaupun sarana yang digunakan adalah transportasi laut. Selain itu, kelompok desa ini memiliki fasilitas yang lengkap dibandingkan desa-desa lain disekitarnya terutama fasilitas pendidikan, kesehatan, sosial, dan fasilitas pendukung lainnya.

4.5 Penutup

Kebijakan pewilayahan digunakan untuk penerapan pengelolaan (manajemen) sumberdaya yang memerlukan pendekatan yang berbeda- beda sesuai dengan perbedaan karakteristik spasial. Kemampuan memacu pertumbuhan suatu wilayah sangat tergantung pada keunggulan atau daya saing sektor-sektor ekonomi di wilayahnya. Tingkat perkembangan wilayah memegang peranan penting dalam penilaian awal sebelum menentukan tipe klaster perikanan yang sesuai. Nilai strategis setiap sektor di dalam memacu menjadi pendorong utama (prime mover) pertumbuhan ekonomi wilayah berbeda-beda. Keunggulan komparatif adalah perbandingan relatif antara kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas dalam suatu wilayah. Sedangkan keunggulan kompetitif ialah potensi ekonomi dari produksi sektoral yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Perkembangan suatu wilayah dapat diketahui melalui dampak multiplier yang dihasilkannya. Beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk melihat perkembangan ekonomi suatu wilayah akibat adanya suatu aktivitas ekonomi adalah pendapatan (income) dan tenaga kerja (employment).

Dokumen terkait