• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Sistem Dinamis

Bab 6 Sistem Dinamis Perikanan

6.2 Teori Sistem Dinamis

Pendekatan teknik analisis sistem dikembangkan oleh para ahli militer untuk keperluan eksplorasi dan kajian keseluruhan implikasi dari alternatif-alternatif strategi militer yang kompleks. Obyek yang diamati berupa suatu sistem yang kompleks sehingga memerlukan abstraksi. Hubungan pengabsstraksian seperti ini dikenal dengan istilah “model”. Istilah “pemodelan” adalah terjemahan bebas dari istilah “modeling”. Dengan adanya berbagai pengertian dan penafsiran yang berbeda maka istilah “pemodelan” diartikan suatu rangkaian aktivitas pembuatan model. Telaah “model” diperlukan untuk lebih memahami pengertian pemodelan dari pendekatan sistem.

Dalam mengembangkan model, menemukan peubah-peubah penting dan tepat sangat erat hubungannya dengan mengkaji hubungan antara peubah-peubah yang ada. Beberapa metode kuantitatif seperti persamaan regresi dan simulasi dipakai untuk melihat keterkaitan antara peubah dalam model. Kesulitan yang dihadapi pengguna analisa sistem adalah menerapkan rumusan matematika ke dalam format konsepsi ilmunya, pada akhirnya muncul alternatif pembuatan model konsepsi (conceptual model) yang sifatnya informal dan lebih mudah.

Sebagaimana diketahui bahwa model dapat dibedakan atas dua jenis yaitu model statik dan model dinamik, namun yang banyak digunakan adalah model dinamik karena memiliki variabel yang dinamis sehingga

dapat berubah sepanjang waktu sebagai akibat dari perubahan input dan interaksi antar elemen-elemen sistem. Melalui model dinamik, apat menggambarkan dunia nyata yang terjadi selama ini sekaligus sebagai proses peramalan dari suatu keadaan untuk masa yang akan datang.

Studi pengembangan sistem dinamik bertujuan untuk mendapatkan model keterkaitan secara dinamis antar variabel yang berpengaruh. Hall dan Day, 1977 menyatakan model adalah abstraksi atau penyederhanaan dari sistem yang sebenarnya. Menurut bentuknya, model dapat dibedakan antara lain (Hardjomidjojo, 2006):

1. Model fisik dan mental. Model fisik menggambarkan sistem secara nyata (fisik), sedangkan model mental menggambarkan sistem melalui penjelasan secara deskriptif atau persamaan matematis. 2. Model deskriptif dan numerik. Model deskriptif menjelaskan sistem

tanpa menggunakan hubungan kuantitatif, umumnya menggunakan diagram atau berupa konsep. Sedangkan model numerik menggunakan persamaan matematis sehingga mempunyai kemampuan prediksi. 3. Model empirik dan model mekanistik. Model empirik juga disebut

model statistik, yang mengandalkan hubungan kausal berdasarkan pengamatan empirik (hubungan input-output). Model ini kadang disebut ‘black box’ karena tidak menjelaskan mekanisme proses yang terjadi. Sedangkan model mekanistik menjelaskan mekanisme proses yang terjadi, namun tergantung pada level model tersebut.

4. Model statis dan model dinamik. Model statis tidak memperhitungkan waktu yang selalu berubah (tidak ada fungsi waktu). Sedangkan model dinamik memperhitungkan waktu sebagai variabel. Dalam model dinamis, variabel yang tidak berubah dengan waktu disebut ‘parameter’ atau ‘konstanta’.

5. Model deterministik dan model stokastik. Model deterministik menghasilkan keluaran (output) yang pasti (determined) atau tunggal dan tidak memperhitungkan berbagai kemungkinan lain akibat ketidak-pastian berbagai faktor eksternal. Sedangkan model stokastik dengan masukan (input) yang sama dapat memiliki berbagai kemungkinan. Pada model semacam ini, biasanya digunakan perhitungan peluang (probability) dari keluaran (output) model. Model-model tersebut digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif. Dalam melakukan suatu pemodelan,

maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan struktur model yang akan memberikan gambaran bentuk dan perilaku sistem dimana perilaku tersebut dibentuk oleh kombinasi perilaku simpul umpan balik (causal loop) yang menyusun struktur model. Struktur model suatu sistem dapat dijelaskan dengan jalan menentukan pengaruh yang akan memberikan hubungan sebab-akibat antara faktor-faktor yang ada.

Hubungan sebab akibat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan positif adalah hubungan sebab akibat dimana makin besar nilai faktor penyebab akan makin besar pula nilai faktor akibatnya, sedangkan hubungan negatif adalah hubungan sebab akibat dimana makin besar nilai faktor penyebab akan makin kecil nilai faktor akibat. Akibat yang ada dapat juga mempengaruhi balik penyebab sehingga terdapat hubungan sebab akibat yang memiliki arah yang berlawanan dengan hubungan sebab akibat yang lain atau dikenal dengan feedback. Pemodelan dengan sistem dinamik dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak powersim constructor atau sejenisnya. Kelebihannya adalah mudah menghubungkan suatu sistem yang lain sepanjang ada hubungan matematis atau asumsi- asumsi yang dapat menghubungkan berbagai sistem tersebut, sedangkan kelemahan pemodelan dengan sistem dinamik terletak pada pendefinisian dan penggunaan asumsi-asumsi, penentuan hubungan variabel dengan variabel yang lain (Eriyatno dan Sofyar, 2007). Tahapan yang dilakukan dalam pendekatan sistem dinamik meliputi:

1. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian suatu sistem. Pada tahap ini dicari kebutuhan-kebutuhan dari masing-masing aktor dalam kaitannya dengan tujuan sistem. Tujuan analisis kebutuhan ini adalah untuk mendefinisikan kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam suatu kegiatan.

2. Formulasi masalah merupakan rincian dari kebutuhan aktor yang saling bertentangan yang memerlukan solusi pemecahan. Munculnya pertentangan dapat disebabkan oleh adanya konflik kepentingan dari para stakeholder dan keterbatasan sumberdaya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan yang menimbulkan masalah dalam sistem. 3. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan

dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus dipecahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Identifikasi sistem ini bertujuan untuk mencari pemecahan terbaik dari permasalahan yang dihadapi. Identifikasi sistem dapat digambarkan dalam bentuk diagram input-output (black box) dan diagram lingkar sebab-akibat.

4. Pemodelan sistem merupakan simplifikasi dari sistem yang dihadapi. Model juga didefinisikan sebagai suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata (real) yang akan bertindak seperti dunia nyata terhadap aspek-aspek tertentu.

5. Simulasi model adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses tersebut. Simulasi bertujuan untuk memahami gejala atau proses tersebut, membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses di masa depan. Untuk membuat simulasi diperlukan tahapan berikut: (a) penyusunan konsep, (b) pembuatan model, (c) simulasi, dan (d) validasi hasil simulasi.

6. Validasi model merupakan satu dari beberapa kriteria penilaian keobjektifan suatu pekerjaan yang ilmiah. Validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yang ditirukan. Dalam validasi model, dilakukan dua pengujian: uji validasi struktur dan kinerja. Validasi struktur lebih menekankan pada keyakinan pemeriksaan kebenaran logika pemikiran, sedangkan validasi kinerja lebih menekankan pemeriksaan kebenaran yang taat data empiris. Model yang memenuhi kedua syarat tersebut yaitu logis- empiris adalah model yang baik.

Dokumen terkait