• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tipologi Wilayah

Bab 4 Tingkat Perkembangan Wilayah

4.3 Analisis Tipologi Wilayah

Analisis tipologi kawasan diperlukan untuk mengidentifikasi berbagai karakteristik dari masing-masing kawasan. Dalam analisis tipologi kawasan ini digunakan analisis berstrata, analisis komponen utama (principal component analysis/PCA), dan analisis klaster. Dalam analisis strata (Deptan, 2002), membagi wilayah untuk pengembangan kawasan minapolitan atas tiga strata yaitu strata pra kawasan minapolitan I, strata pra kawasan minapolitan II, dan strata kawasan minapolitan. Ada lima variabel penciri yang digunakan sebagai indikator penilaian yaitu komoditas unggulan yang dikembangkan, kelembagaan pasar, kelembagaan nelayan, kelembagaan balai penyuluh perikanan (BPP) dan kelengkapan sarana dan prasarana wilayah yang dimiliki.

Dalam analisis komponen utama digunakan untuk menentukan peubah- peubah yang paling dominan mempengaruhi strata kawasan minapolitan. Penggunaan analisis komponen utama dimaksudkan untuk mendapatkan variabel baru dalam jumlah lebih kecil dari sejumlah variabel yang dianalisis dimana variabel baru tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap peningkatan strata kawasan. Variabel yang lebih kecil dapat 2 atau 3 atau lebih tergantung subjektivitas analis, tetapi menurut Iriawan dan Astuti (2006), bahwa apabila total variasi populasi sekitar 80-90% untuk jumlah variabel yang besar dapat diterangkan oleh 2 atau 3 komponen utama (Principal Component), maka kedua atau ketiga komponen dapat menggantikan variabel semula tanpa menghilangkan banyak informasi

dan multikolinearitas (hubungan korelasi antar variabel-variabel penjelas), selanjutnya dilakukan analisis klaster untuk mengelompokkan unit-unit wilayah ke dalam kelompok yang lebih homogen berdasarkan kemiripan yang dimiliki. Analisis komponen utama dan analisis klaster dilakukan dengan menggunakan software Minitab 14.

Studi Kasus: Analisis Tipologi Wilayah Kabupaten Kupang dalam Pengembangan Minapolitan

Berdasarkan hasil analisis tipologi wilayah, kawasan minapolitan yang akan dikembangkan di Kabupaten Kupang termasuk dalam strata kawasan minapolitan II, baik untuk Kecamatan Kupang Barat, Kecamatan Semau, dan Kecamatan Sulamu dengan nilai skor masing-masing 12, 9, dan 11 (Tabel 2). Status pra kawasan minapolitan II pada tiga Kecamatan ini memberikan gambaran bahwa secara umum masih banyak variabel- variabel sebagai indikator penilaian untuk meningkatkan strata kawasan menuju strata kawasan minapolitan belum terpenuhi secara lengkap. Tabel 2. Nilai strata masing-masing kecamatan di Kabupaten Kupang

berdasarkan hasil analisis tipologi

Kupang Barat Semau Sulamu 1

a) Satu jenis komoditas 1 b) Lebih dari satu jenis komoditas 2 c) Komoditas unggulan dan produk olahannya 3 2

a) Menampung hasil dari sebagian kecil kawasan 1 b) Menampung hasil dari sebagian besar kawasan 2 c) Menampung hasil dari kawasan minapolitan dan luar kawasan 3 3

a) Kelompok nelayan/pembudidaya 1 b) Gabungan kelompok nelayan/pembudidaya 2 c) Koperasi (Credit Union / CU) 3 4

a) BPP sebagai Balai Penyuluh Perikanan 1 b) BPP sebagai Balai Penyuluh Minabisnis 2 c) BPP sebagai Balai Penyuluh Pembangunan 3 5 a) Kurang 1 b) Sedang 2 c) Baik 3 Penilaian Skor Indikator No 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 3 1 3 3 3 Komoditas Unggulan Kelembagaan Pasar Kelembagaan Nelayan/Pembudidaya

Kelembagaan Balai Penyuluh Perikanan (BPP)

Sarana dan Prasarana 1. Aksesbilitas ke/di sentra produksi

Kenyataan yang terjadi, para nelayan/pembudidaya langsung menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul desa untuk selanjutnya dijual kepada pedagang pengumpul kabupaten atau langsung dipasarkan ke Kota Surabaya. Demikian pula dengan variabel kelembagaan pasar, nelayan/pembudidaya dan balai penyuluh perikanan masih sangat minim, misalnya di Kecamatan Kupang Barat sudah memiliki KUD tapi tidak aktif lagi, menyebabkan pedagang pengumpul menggantikan posisinya dan membuat hasil budidaya dijual dengan harga yang murah sehingga merugikan nelayan/pembudidaya, khusus berkaitan dengan variabel sarana dan prasarana untuk aksesibilitas ke/di sentra produksi untuk kecamatan ini baik, dengan syarat yang perlu diketahui bahwa dari ibukota kabupaten/kota untuk menempuh Kecamatan Kupang Barat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat, sedangkan sarana dan prasarana umum dan sosial dalam kondisi yang kurang.

Tipologi kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang berupa pra kawasan II yang menggambarkan tingkat perkembangan wilayah untuk pengembangan kawasan minapolitan, masih didasarkan pada variabel- variabel yang bersifat umum sebagaimana yang ditetapkan oleh departemen pertanian pada Tahun 2002 peruntukkannya kawasan agropolitan. Untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah untuk pengembangan kawasan minapolitan masih banyak faktor-faktor pendukung lain yang bersifat spesifik yang menggambarkan variabilitas kawasan yang dapat dijadikan sebagai indikator penilaian. Analisis tipologi kawasan yang didasarkan pada variabel-variabel yang lebih spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan principal component analysis (PCA) atau lebih

Kupang Barat Semau Sulamu 1 Penilaian Skor Indikator No Komoditas Unggulan a) Kurang 1 b) Sedang 2 c) Baik 3 a) Kurang 1 b) Sedang 2 c) Baik 3 12 9 11

Jumlah Skor Maksimal :

2

1

1 1

1 1 2. Sarana dan prasarana umum

Skor 8 -14 = Strata Pra Kawasan Minapolitan II Skor 15 -21 = Strata Pra Kawasan Minapolitan Sumber : Deptan, 2002 dan Data Olahan Keterangan :

Skor 1 -7 = Strata Pra Kawasan Minapolitan I 3. Sarana dan prasarana kesejahteraan sosial

dikenal dengan analisis komponen utama (AKU). Dalam penelitian ini, variabel-variabel terpilih yang dianalisis dengan menggunakan teknik PCA antara lain jumlah penduduk (jiwa), jarak kecamatan ke kabupaten (km), jumlah kepala keluarga (kk), sarana dan prasarana umum (unit), sarana dan prasarana budidaya laut (unit), jumlah komoditas budidaya laut (jenis), keluarga pemakai PLN (kk), desa/kelurahan terpencil (desa), jumlah keluarga prasejahtera (kk), jumlah keluarga sejahtera (kk), jumlah pembudidaya rumput laut (jiwa), potensi lahan budidaya laut (ha), luas lahan budidaya laut (ha), produksi rumput laut (ton). Keragaman setiap variabel disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Keragaman variabel yang menggambarkan perkembangan wilayah di Kabupaten Kupang

No Variabel

Kecamatan Kupang

Barat

Semau Sulamu

1 Jumlah penduduk (jiwa) 11.395 6.425 14.610 2 Jarak kecamatan ke kabupaten (km) 26 28 84 3 Jumlah kepala keluarga (kk) 2.473 1.632 3.193 4 Sarana dan prasarana umum (unit) 2.990 3.306 4.402 5 Sarana dan prasarana budidaya laut (unit) 137 107 242 6 Jumlah komoditas budidaya laut (jenis) 3 2 4 7 Keluarga pemakai PLN (kk) 1.752 1.107 1.206 8 Desa/kelurahan terpencil (desa) 2 0 0 9 Jumlah keluarga prasejahtera (kk) 668 516 1.270 10 Jumlah keluarga sejahtera (kk) 1.047 678 991 11 Jumlah pembudidaya rumput laut (jiwa) 1.663 995 200 12 Potensi lahan budidaya laut (ha) 3824 952 750 13 Luas lahan pemanfaatan budidaya laut (ha) 952 121,3 750 14 Produksi rumput laut (ton) 27.000 19.000 1.041,86 Sumber: BPS Kabupaten Kupang, 2010 dan DKP Kabupaten Kupang, 2008

Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa setiap variabel memberikan pengaruh yang berbeda-beda antara satu variabel dengan variabel lainnya yang menggambarkan keragaman tipologi wilayah pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang. Namun demikian, keragaman tipologi wilayah yang disebabkan oleh keseluruhan variabel yang dapat dianalisis dapat disederhanakan menjadi kelompok variabel yang lebih kecil yang dapat menggambarkan keseluruhan

informasi yang terkandung dalam semua variabel. Berdasarkan ketetapan total persentasi kumulatif sebagaimana ditetapkan oleh Iriawan dan Astuti yaitu sebesar 80–90%, maka dari 14 variabel yang dianalisis, dapat disederhanakan menjadi 5 variabel yang menyebar dalam dua komponen utama (PC) yaitu komponen utama 1 (PC1), dan komponen utama 2 (PC2) dengan nilai proposi eigenvalue masing-masing 61,4% dan 38,6% atau persentase kumulatifnya menjadi 100%. Hasil analisis komponen utama seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil analisis komponen utama (AKU) terhadap variabel yang berpengaruh pada tipologi Kabupaten Kupang

Eigenanalysis of the Correlation Matrix

Eigenvalue 8.5958 5.4042 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Proportion 0.614 0.386 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Cumulative 0.614 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Eigenvalue 0.0000 -0.0000 -0.0000 -0.0000 -0.0000 -0.0000 Proportion 0.000 -0.000 -0.000 -0.000 -0.000 -0.000 Cumulative 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 Jumlah penduduk (jiwa) 0.285 -0.236 0.154 0.156 -0.129 0.222 Jarak kec ke kab (km) 0.339 0.042 -0.161 -0.217 -0.376 -0.367 Jumlah kepala keluarga (KK) 0.299 -0.207 0.085 -0.014 0.240 0.380 Sarana & prasrna umum (unit)0.328 0.119 0.482 0.404 -0.152 -0.387 Sarana & prasrna bud (unit) 0.337 -0.063 -0.108 -0.207 0.161 -0.255 Jumlah komoditas bud laut 0.306 -0.190 0.114 -0.243 0.317 0.052 Keluarga pemakai PLN (KK) -0.105 -0.409 0.211 0.207 0.482 -0.290 Desa/kel terpencil (desa) -0.151 -0.386 -0.322 0.474 -0.043 -0.322 Jumlah kel prasehtra (KK) 0.338 -0.054 -0.110 0.419 0.018 0.375 Jumlah keluarga sjhtra (KK) 0.148 -0.388 0.271 -0.151 -0.534 0.073 Jumlah pembudidya rl (jiwa)-0.293 -0.221 0.157 -0.007 -0.184 0.301 Potensi Lahan Bud Laut (Ha)-0.168 -0.374 0.273 -0.415 0.072 -0.169 Luas Lhn Pmanfaatn bl (Ha) 0.118 -0.403 -0.582 -0.079 -0.112 -0.003 Produksi Rumput Laut (ton) -0.318 -0.156 0.124 0.136 -0.252 0.038 Variable PC7 PC8 PC9 PC10 PC11 PC12 Jumlah penduduk (jiwa) 0.717 -0.275 -0.058 -0.057 0.322 -0.213 Jarak kec ke kab (km) 0.188 0.032 0.461 -0.332 -0.345 0.069 Jumlah kepala keluarga (KK)-0.328 -0.236 0.375 -0.022 0.156 0.396 Sarana & prsrna umum (unit)-0.203 -0.190 0.049 0.198 -0.064 -0.013 Sarana & prasrna bud (unit)-0.392 -0.187 -0.197 -0.151 0.287 -0.584 Jumlah komoditas bud laut 0.101 -0.075 0.108 0.483 -0.361 -0.007 Keluarga pemakai PLN (KK) 0.074 0.125 0.017 -0.572 -0.033 0.143 Desa/kel terpencil (desa) -0.005 0.138 0.216 0.434 0.144 -0.040 Jumlah kel prasejhtra (KK) -0.089 0.359 -0.254 -0.127 -0.498 -0.236 Jumlah kel sejhtra (KK) -0.231 0.367 -0.237 -0.018 0.239 0.244 Jumlah pembudidy rl (jiwa) -0.180 0.031 0.565 -0.090 -0.039 -0.528 Potensi Lahan Bud Laut (Ha) 0.117 0.126 -0.167 0.197 -0.249 -0.144 Luas Lhn Pmanfaatn bl (Ha) -0.070 -0.251 -0.142 -0.027 -0.067 0.112 Produksi Rumput Laut (ton) -0.141 -0.643 -0.236 -0.109 -0.376 0.052

Variable PC13 PC14 Jumlah penduduk (jiwa) -0.063 0.020 Jarak kec ke kab (km) -0.134 0.183 Jumlah kepala keluarga (KK) -0.413 0.043 Sarana & prasarana umum (unit) 0.040 -0.430 Sarana & prasarana bud (unit) -0.060 0.242 Jumlah komoditas budidaya laut 0.496 0.240 Keluarga pemakai PLN (KK) 0.219 -0.002 Desa/kel terpencil (desa) -0.174 0.296 Jumlah kel prasejahtera (KK) -0.179 0.030 Jumlah keluarga sejahtera (KK) 0.220 0.179 Jumlah pembudidaya rl (jiwa) 0.203 -0.186 Potensi Lahan Bud Laut (Ha) -0.562 -0.238 Luas Lhn Pmanfaatn bl (Ha) 0.199 -0.567 Produksi Rumput Laut (ton) -0.026 0.360

Adapun variabel-variabel dari kedua komponen utama (PC1 dan PC2) hasil penyederhanaan variabel meliputi jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, jumlah sarana dan prasarana umum, jumlah komoditas budidaya laut, dan banyaknya keluarga pra sejahtera. Ini berarti kelima variabel tersebut di atas dapat menjelaskan variabilitas keempat belas variabel yang berpengaruh terhadap tipologi wilayah pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Kupang atau dengan kata lain kelima variabel baru hasil analisis komponen utama dapat menjelaskan sekitar 100% (totalitas variabilitas variabel).

Adanya perbedaan tipologi wilayah terhadap kecamatan di Kabupaten Kupang sangat dipengaruhi oleh keragaman variabel-variabel spesifisik yang dimiliki oleh setiap desa pada setiap kecamatan. Namun demikian keragaman setiap variabel pada setiap desa dapat dikelompokkan menjadi kelompok variabel yang lebih kecil dan homogen berdasarkan kemiripan setiap variabel yang dimiliki oleh setiap desa. Untuk mengelompokkan desa-desa yang memiliki kemiripan berdasarkan keragaman variabel, dapat dilakukan dengan analisis klaster.

Tujuan dari analisis klaster terhadap desa-desa di kecamatan adalah memaksimumkan keragaman antar kelompok desa dan meminimumkan keragaman antar kelompok desa. Dalam analisis klaster ini, ada 24 desa di tiga kecamatan wilayah studi masing-masing sembilan desa di Kecamatan Kupang Barat, delapan desa di Kecamatan Semau, dan tujuh desa di Kecamatan Sulamu, dimana 24 desa tersebut akan dibagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil berdasarkan kemiripan karakateristik yang dimiliki. Karakteristik setiap desa disajikan pada hasil analisis klaster dapat dilihat pada Gambar 25.

Uita o Otan Pant ulan Pant ai B erin gin Letb aun Uias a Bolo k Bipo lo Pita i Nitn eo Kuan heun Oena ek Oem atnu nu Sum lili Tesa bela Sula mu Liful eo Batu inan Oete ta Parit i Boko nusa n Hans isi Huile lot Tabl olon g 94.76 96.50 98.25 100.00

Nama Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kupang

S im ila ri ty Dendrogram

Average Linkage, Correlation Coefficient Distance

Gambar 25 Dendrogram koefisien korelasi beberapa variabel penciri tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kupang

Pada Gambar 25 terlihat bahwa secara garis besar tipologi wilayah desa berdasarkan kemiripan karakteristik yang dimiliki setiap desa di tiga kecamatan dapat dikelompokkan menjadi tiga tipologi wilayah yaitu tipologi I, tipologi II dan tipologi III. Kelompok desa yang termasuk dalam tipologi I meliputi 7 desa yaitu Desa Tablolong, Huilelot, Hansisi, Bokonusan, Pariti, Oeteta, dan Batuinan, dengan nilai koefisien korelasi ≥ 98,78%. Karakteristik yang dimiliki kelompok desa pada tipologi ini adalah bahwa secara geografis memiliki luas desa yang lebih besar dengan rata-rata luas desa sekitar 26 km2, dimana desa paling kecil adalah Desa

Batuinan dengan luas desa 5,13 km2 dan desa paling luas adalah Desa Pariti

sebesar 59,28 km2, dengan jumlah penduduk yang relatif banyak. Kelompok

desa ini sudah memiliki sarana dan prasarana umum yang lebih lengkap, sarana dan umumnya memiliki sarana PLN dengan jumlah pelanggan yang banyak. Persentase keluarga nelayan/pembudidaya berkisar antara 70–90%.

Kelompok desa yang termasuk dalam tipologi II meliputi 15 desa yaitu Desa Lifuleo, Sulamu, Kuanheun, Oenaek, Tesabela, Sumlili, Oematnunu, Pitai, Bipolo, Nitneo, Bolok, Uiasa, Letbaun, Pantai Beringin, dan Pantulan, dengan nilai koefisien korelasi antara 98,78%–98,00%. Kelompok desa tipologi II ini secara umum memiliki luas desa relatif kecil 22 km2. Desa

paling kecil adalah Desa Nitneo dengan luas desa 5,86 km2 dan Desa Bipolo

adalah desa yang paling luas sebesar 41,47 km2, tetapi memiliki jumlah

penduduk yang lebih banyak. Kelompok desa ini umumnya memiliki sarana dan prasarana umum namun dalam jumlah minim. Masyarakat pada kelompok tipologi II ini, sebagian besar telah memiliki sarana PLN dan hanya tiga desa yaitu Desa Letbaun, Pantai Beringin dan Pantulan yang belum memiliki sarana penerangan dari PLN.

Kelompok desa yang termasuk ke dalam tipologi III meliputi dua desa yaitu Desa Otan dan Desa Uitao dengan koefisien korelasi ≤ 97,82%. Kelompok desa tipologi III ini, secara geografis memiliki luas wilayah desa yang kecil dibandingkan rata-rata luas desa-desa pada tipologi I dan II dengan rata-rata luas desa sebesar 14 km2. Desa yang paling kecil

adalah Desa Uitao dengan luas wilayah sebesar 12,26 km2 dan desa yang

paling luas adalah Desa Otan dengan luas wilayah 14,81 km2. Dari sekitar

1.512 penduduk yang bermukim pada kedua desa ini, sekitar 10% adalah nelayan/pembudidaya. Selain jarak yang jauh ke ibukota kabupaten, jarak tempuh harus menggunakan transportasi laut sehingga kondisi seperti ini menyebabkan kondisi sarana dan prasarana umum sangat minim meskipun sarana penerangan seperti PLN sudah terpasang.

Tabel 5. Tipologi wilayah di Kabupaten Kupang berdasarkan kemiripan karakteristiknya

Tipologi Kelompok desa Karakteristik

Tipologi I Desa Tablolong, Huilelot, Hansisi, Bokonusan, Pariti, Oeteta, dan Batuinan

Luas desa relatif besar, jumlah penduduk relatif banyak, kk pemakai PLN tinggi, sarana dan prasarana umum dan budidaya relatif lengkap, jarak ke ibukota kecamatan agak jauh dan ibukota kabupaten relatif dekat Tipologi II Desa Lifuleo, Sulamu,

Kuanheun, Oenaek, Tesabela, Sumlili, Oematnunu, Pitai, Bipolo, Nitneo, Bolok, Uiasa, Letbaun, Pantai Beringin, dan Pantulan

Luas desa relatif sedang, jumlah penduduk banyak, kk pemakai PLN kurang, sarana dan prasarana umum dan budidaya relatif kurang, jarak ke ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten relatif jauh

Tipologi III Desa Otan dan Desa Uitao Luas desa relatif kecil, jumlah penduduk relatif sedikit, kk pemakai PLN kurang, sarana dan prasarana umum dan budidaya tidak lengkap, jarak ke ibukota kecamatan agak dekat dan ibukota kabupaten relatif jauh

Sumber: Data diolah dari data sekunder BPS Kabupaten Kupang, 2010.

Berdasarkan kemiripan karakteristik desa yang dimiliki setiap tipologi wilayah kecamatan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum tipologi wilayah I terlihat lebih berkembang dibandingkan dengan tipologi wilayah II dan III. Namun demikian untuk tujuan pengembangan kawasan minapolitan ke depan di Kabupaten Kupang, maka semua kelompok desa baik yang termasuk dalam tipologi I, II dan III ini memerlukan penanganan yang serius terutama dalam melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan, baik sarana dan prasarana umum maupun sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan budidaya. Hasil analisis tipologi kawasan Kabupaten Kupang disajikan pada Tabel 5.

Sarana dan prasarana budidaya laut yang perlu dibenahi seperti lahan budidaya laut (perairan yang kesesuaiannya sesuai peruntukan jenis budidaya laut), lembaga usaha (koperasi, kelompok usaha atau usaha skala menengah dan atas), penyuluhan dan pelatihan (lembaga dan sumberdaya

manusia untuk penyuluhan dan pelatihan), prasarana budidaya (alat dan mesin budidaya laut), industri pengolahan, energi (jaringan listrik dan air yang memadai), dan penerapan teknologi tepat guna yang mampu meningkatkan daya saing budidaya laut (seperti teknologi kantung berkarbon untuk budidaya rumput laut), selain itu juga, dibutuhkan aksesibilitas nelayan/pembudidaya dan pengolah hasil budidaya yang baik sehingga dapat meningkatkan produktifitas budidaya laut. Prasarana infrastruktur seperti jalan, jembatan, sistem dan alat transportasi baik darat maupun laut perlu dibenahi sehingga proses budidaya dari hulu ke hilir sehingga akses terhadap jaringan pengadaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran (mata rantai pemasokan-supply chains) dapat terhubung dengan baik.

Karakteristik kawasan minapolitan salah satunya adalah mempunyai sarana dan prasarana yang memadai sebagai pendukung keanekaragaman aktivitas ekonomi sebagaimana layaknya sebuah kota. Dari analisis tipologi wilayah yang telah dilakukan pada desa-desa di tiga kecamatan menunjukkan bahwa sarana dan prasarana umum yang telah ada di masing-masing desa dalam keadaan baik dan mencukupi kebutuhan masyarakat sekarang. Namun demikian, hasil analisis tipologi wilayah di Kabupaten Kupang yang terbagi atas tiga kelas perlu dibenahi sarana dan prasarana umum dan budidaya laut agar dapat dikembangkan menjadi kawasan minapolitan berbasis budidaya laut dan mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kupang.

Dokumen terkait