Bab 3
Metode Dan Perancangan Sistem
Dalam bab 3 akan dibahas tentang metode dan perancangan sistem potensi sumberdaya lahan pesisir dalam pengembangan usaha perikanan di Kepulauan Padaido (GPP Padaido Bawah dan GPP Padaido Atas). Metode perancangan sistem ini akan menggunakan metode ESDA (Exploratory Spatial Data Analysis). Untuk itu akan dibahas setiap tahapan yang ada dalam metode tersebut antara lain: elemen spasial analisis yang terdiri dari generalisasi, distribusi data, inferensi spasial serta kerangka analisis dan proses penyusunan kesesuaian lahan, juga parameter dan bobot beserta skor kesesuaian lahan. Hasil dan perancangan sistem ini nantinya akan diimplementasikan dan akan dibahas pada bagian selanjutnya.
3.1. Lokasi Penelitian
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian (COREMAP, 2010).
Penelitian ini berlangsung sejak September November 2011 yang dilakukan dalam tiga tahap. Pertama studi pustaka, bertujuan untuk memperoleh data dan informasi sekunder. Kegiatan ini berlangsung selama 1 bulan. Kedua survei, bertujuan untuk memperoleh data primer, berlangsung selama 3 minggu. Kegiatan ini mencakup pengamatan dan pengumpulan data BioGeoFisik, dan ketiga adalah analisis data dan penulisan tesis.
Tabel 3.1. Jenis Data Yang Dibutuhkan Dalam Penelitian.
No. Jenis Data Metode Keterangan
1. Data Primer
(Luas pulau, topografi,
Survei Lapangan
Instansi terkait dan kemiringan pantai, tipe pantai, survei insitu: lebar pantai, panjang pantai, pulau-pulau material pantai, penutup lahan, berpenduk dan ketersediaan air tawar, pasang surut, tidak berpenduduk kedalaman perairan, kecepatan dan
arah arus, kecerahan, kualitas air,
jenis tutupan). 2. Data Sekunder
(Batas wilayah, monografi kampung, Penelusuran dokumen Kampung dan Kantor batas kelola kampung adat, hasil-hasil hasil penelitian dan Distrik Padaido, penelitian di lokasi, (terumbu karang, dokumentasi pada Pesisir Biak Timur, lamun dan mangrove), aktivitas perpustakaan kantor Biak Kota, masyarakat, kegiatan pemerintah dan daerah dan instansi COREMAP serta non-pemerintah yang pernah dan lain terkait. instansi terkait lain Sedang dilakukan di lokasi penelitian).
di luar Kabupaten
Biak Numfor.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data profil sumberdaya pesisir serta sosial ekonomi dan budaya dengan melibatkan partisipasi masyarakat digunakan metode pengkajian sumberdaya pesisir secara partisipasi Participatory Coastal Resources Assesment (PCRA) (Walters, et al., 2010).
Pengumpulan data primer (BioFisik dan SosEkBud) menerapkan pencatatan langsung dan wawancara, sedangkan pengumpulan data sekunder menerapkan metode penelusuran informasi yang terdokumentasi di berbagai lembaga, pemerintah dan masyarakat (Tabel 3.2).
Tabel 3.2. Metode Pengumpulan Data Penelitian.
No. Jenis Data Metode Keterangan I. Data Primer Pengamatan/Pengukuran -Insitu
Langsung di Lapangan
1. Profil SDA Pesisir Dan Laut:
Terumbu Karang -Transek Intersep Linear (LIT) -COREMAP, 2010
-Trnsek Kuadrat Linear
Rumput Laut -Sensus -COREMAP, 2010
Ikan Karang -Transek Kuadrat Linear -COREMAP, 2010
Lamun -Pengamatan Langsung -Insitu
Mangrove -Pengamatan Langsung -Insitu
2. Profil Pantai Dan Perairan -Analisis Citra + SIG -Insitu
-Lab. SIG
II. Data Sekunder Penelusuran dokumen -Distrik Padaido
dan laporan hasil -Biak Kota
kajian instansi terkait -Wilayah Lain
3.3. Analisis Data
Gambar 3.2. Kerangka Analisis Kesesuaian Lahan Pesisir GPP Padaido.
Gambar 3.3. Proses Penyusun Kesesuaian Lahan Pesisir GPP Padaido.
3.4. Analisis Kesesuaian Lahan Pesisir GPP Padaido
Pertama, penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan dan skoring. Untuk masing-masing peruntukan, penetapan persyaratan tidak sama. Parameter yang menentukan diberikan skor tertinggi. Kedua, penghitungan nilai peruntukan lahan. Nilai suatu lahan ditentukan berdasarkan total hasil perkalian Bobot (B) dan Skor (S) dibagi dengan total Nilai Bobot dikurang Skor dikalikan 100. Ketiga, pembagian kelas lahan dan nilainya. Dalam penelitian ini kelas lahan dibagi dalam 4 kelas yang didefinisikan sebagai berikut:
Kelas S1: Sangat Sesuai (Highly Suitable)
Pada kelas ini lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk mengelola yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap kegiatan atau produksi hasil.
Kelas S2: Sesuai (Moderately Suitable)
Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi aktivitas atau produksi dan keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas S3: Sesuai Bersyarat (Marginally Suitable)
Kelas N:
Pada kelas ini lahan mempunyai pembatas permanen yang mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. Sesuai dengan faktor pembatas dan tingkat keberhasilan yang dimiliki oleh masing-masing lahan, lahan kelas S1 dinilai sebesar 80 100%; S2 dinilai sebesar 70 79%; S3 dinilai sebesar 60 69% dan N dinilai sebesar <60%. Semakin kecil faktor pembatas dan peluang keberhasilan atau produksi suatu lahan, semakin besar pula nilainya.
Keempat, membandingkan nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas lahan. Dengan cara ini, kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu diperoleh. Kelima, pemetaan kelas kesesuaian lahan. Pemetaan kelas lahan dilakukan dengan program pemetaan spasial ArcView 3.3.
3.5. Pariwisata Pesisir
Tabel 3.3. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Pariwisata Pesisir.
No. Parameter Sat.
6. "Rugousity" 1 rata lorong-lorong goa-goa
7. Tutupan Karang 3 rendah sedang tinggi
3.6. Budidaya Rumput Laut
Tabel 3.4. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Budidaya Rumput Laut.
No. Parameter Skor (S) Bobot
Tabel 3.5. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Budidaya Teripang.
No. Parameter Yang Diukur Skor (S) Bobot
1 3 5 (B)
1. Faktor Penunjang
Lumpur Lumpur Patahan Karang
b. Kedalaman Air (m)
3.8. Daerah Tangkapan Ikan Karang
Tabel 3.6. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Daerah Tangkapan Ikan Karang.
No. Parameter Skor (S) Bobot
1 3 5 (B)
1. Kedalaman Perairan (m) <3 3 - 5 >5 2 2. Topografi Dasar Perairan Landai Landai - Curam Curam 2 3. Kecerahan Perairan (m) <5 5 - 10 >10 2 4. Perubahan Cuaca Sering Sedang Jarang 2 5. Kondisi Terumbu Karang Buruk Sedang Baik 2
6. Pencemaran Ada Sedikit Tidak Ada 1
7. Kelimpahan Ikan Target <100 100 - 200 >200 2 (ind/350 m2)
(COREMAP, 2010)
3.9. Daerah Tangkapan Ikan Pelagis
Kesesuaian lahan untuk daerah tangkapan ikan pelagis dianalisis menggunakan persyaratan, pembobotan dan skoring yang disajikan pada Tabel 3.7. Parameter dipilih berdasarkan tingkah laku distribusi dan kondisi oseanografi dari jenis-jenis ikan pelagis. Suhu dan perubahan cuaca memiliki bobot terbesar karena menentukan lahan atau lokasi sebagai daerah tangkapan ikan pelagis.
Tabel 3.7. Parameter, Bobot Dan Skor Sistem Penilaian Lahan Untuk Daerah Tangkapan Ikan Pelagis.
3.10. Lingkungan BioGeoFisik Teresterial 3.10.1. Topografi Dan Relief Pantai
Gugusan Pulau-Pulau Padaido memiliki konfigurasi permukaan tanah relatif datar dan bergelombang dengan kemiringan antara 0–5%. Topografi datar dijumpai pada daerah pesisir pantai, sedangkan konfigurasi sedikit bergelombang dijumpai pada bagian Tengah Utara pulau, kira 200–300 m dari pantai. Pulau-pulau yang memiliki konfigurasi tanah datar antara lain Pulau Wundi, P. Nusi, P. Urev, P. Mansurbabo, P. Rarsbar, P. Warek, P. Kebori, P. Rasi, P. Workbondi, P. Nukori, P. Dauwi, P. Wamsoi, P. Runi dan P. Samakur. Pulau-pulau yang memiliki konfigurasi tanah datar dan sedikit bergelombang adalah Pulau Auki, P. Pai, P. Pakreki, P. Padaidori, P. Mbromsi, P. Pasi dan P. Mangguandi (COREMAP, 2009).
3.10.2. Iklim
3.10.3. Tipe Dan Asal Pembentukan Pulau
Gugusan Pulau-Pulau Padaido terdiri dari dua tipe pulau. Tipe pertama adalah pulau-pulau karang timbul (raised coral island), yaitu pulau-pulau yang terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas permukaan laut kira-kira 70 m dpl dengan tebing karang setinggi 5 10 m, karena adanya gerakan ke atas (uplift) dan gerakan ke bawah (subsidence) dari dasar laut karena proses geologi. Pulau-pulau tipe ini terdapat di kawasan GPP Padaido Atas. Tipe kedua adalah pulau Atol, yaitu pulau-pulau karang yang berbentuk cincin dimana pada bagian tengahnya terdapat Lagoon. Pulau-pulau tipe ini terdapat di kawasan GPP Padaido Bawah (COREMAP, 2010).
Gugusan Pulau-Pulau Padaido terbentuk dari batuan induk kapur (karst) dan batu gamping koral (formasi mokmer). Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, pulau-pulau ini mengalami perubahan bentuk, bertambah tinggi pada salah satu bagian pulau atau seluruhnya, sebagai akibat dari aktivitas tektonik.
3.11. Perancangan ESDA Pada Sistem Lingkungan BioFisik Perairan.
3.11.1.Batimetri
Gugusan Pulau-Pulau Padaido merupakan pulau-pulau kecil yang terletak di sebelah Timur-Tenggara Pulau Biak. GPP ini dikelilingi oleh laut yang relatif dalam, berkisar antara 100 1200 m. Kedalaman di atas 500 m berada di bagian Utara, Selatan dan Timur. Namun demikian, 90% kedalaman perairan berada dibawah 500 m (Gambar 3.4). Jarak ke arah laut dalam sangat pendek dari batas luar rataan terumbu dan pada beberapa pulau tertentu topografi pantainya langsung curam mencapai kedalaman >200 m. Perairan dangkal, umumnya, terdapat di sekitar rataan terumbu, pesisir pulau dan perairan Lagoon dengan kedalaman perairan berkisar antara 1 25 m.
3.11.2.Suhu, Salinitas Dan Kecerahan Perairan
Suhu permukaan di perairan GPP Padaido berkisar antara 28 30ºC. Pada kedalaman 50 m suhu berkisar antara 26 28ºC (Hutahaean, et al., 2005). Salinitas permukaan perairan GPP Padaido berkisar pada nilai 27 34.5 ppm, sedangkan kecerahan perairan berkisar pada nilai >15 m (Hutahaean, et al., 2005).
3.11.3.Gelombang Dan Arus
Tinggi gelombang laut di perairan GPP Padaido berkisar antara 1.12 1.21 m. Gelombang tinggi biasanya terjadi pada bulan Mei dan Juli, sedangkan gelombang rendah terjadi pada bulan September dan Maret (Direktorat Jenderal PHPA, 2009).
Arus di GPP terjadi pada bulan Februari Juli arus permukaan bergerak ke Timur dengan kecepatan antara 24 75 cm/det dengan arah ke Barat. Kecepatan arus pada bulan-bulan tersebut tergolong kuat (Direktorat Jenderal PHPA, 2009).
3.11.4.Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis. Selain mempunyai produktifitas organik yang tinggi, ekosistem ini memiliki keanekaragaman biota (flora dan fauna) yang berasosiasi dengannya.
Padaido memiliki empat jenis terumbu karang, yaitu: 1) terumbu karang pantai; 2) terumbu karang penghalang; 3) terumbu karang Atol; dan 4) terumbu karang Gosong. Atol hanya terdapat di GPP Padaido Bawah, yaitu Atol Wundi. Terumbu karang penghalang hanya terdapat di GPP Padaido Atas, yaitu dekat P. Runi. Terumbu karang tepi terdapat di perairan pesisir pulau-pulau, sedangkan terumbu Gosong terdapat baik di GPP Padaido Bawah maupun GPP Padaido Atas.
Gambar 3.5. Kondisi Karang Di GPP Padaido (COREMAP, 2010).
3.11.5.Ikan Karang
Padaido Bawah dan 127 jenis di GPP Padaido Atas. Ikan indikator adalah jenis-jenis ikan karang yang berasosiasi sangat erat dengan terumbu karang. Keberadaan jenis-jenis ikan ini digunakan sebagai indikator untuk mempelajari kondisi terumbu karang. Di perairan terumbu karang GPP Padaido ditemukan kurang lebih 34 jenis di GPP Padaido Bawah dan 29 jenis di GPP Padaido Atas. Ikan mayor adalah jenis-jenis ikan yang tidak termasuk dalam kedua kelompok di atas dan belum diketahui peranan utamanya dalam rantai makanan di alam. Ikan-ikan ini berukuran kecil dan sebagian besar tergolong ikan hias. Di perairan GPP Padaido terdapat kurang lebih 151 jenis di GPP Padaido Bawah dan 185 jenis di GPP Padaido Atas (Hukom, et al., 2009; COREMAP, 2009, COREMAP, 2010).
3.11.6.Rumput Laut
Rumput laut merupakan alga berukuran besar (makroalga) yang hidup menancap atau melekat pada dasar laut yang keras, seperti karang mati atau fragmen karang yang bercampur dengan pasir. Rumput laut telah dimanfaatkan dan dikembangkan secara luas dalam berbagai industri, seperti industri makanan, obat-obatan, farmasi, kosmetik, bioteknologi dan mikrobiologi (Chapman, 2008; Okazaki, 2008; Atmadja, et al., 2009).
3.11.7.Ikan Pelagis
Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang mendiami suatu lapisan pelagis, yaitu lapisan air yang masih dapat dicapai sinar matahari. Berdasarkan ukuran, ikan pelagis dibedakan atas ukuran yaitu: ikan pelagis besar adalah ikan pelagis yang berukuran besar, seperti ikan cakalang, tongkol, tenggiri, layar dan jenis-jenis ikan tuna. Ikan pelagis kecil adalah ikan pelagis yang berukuran kecil, seperti ikan kembung, kawalinya, momar, make dan puri/teri.
3.12. Lingkungan Sosial, Ekonomi Dan Budaya 3.12.1.Kependudukan
Berdasarkan sensus pertanian tahun 2011, jumlah penduduk GPP Padaido sebanyak 3.975 jiwa (laki-laki 2.097 jiwa dan perempuan 1.978 jiwa) dengan jumlah keluarga sebesar 975 kepala keluarga yang tersebar di 19 kampung dalam 8 pulau. Distribusi penduduk berdasarkan kampung dan pulau disajikan pada Tabel 3.8.
Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk GPP Padaido yang tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) sebesar 9.71%, yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 20.13% dan yang tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 30.79%. Penduduk yang tidak sekolah sebesar 39.20% (Kabupaten Biak Numfor, 2011).
Tabel 3.8. Kondisi Penduduk GPP Padaido, Distrik Padaido.
No. Pulau Kampung Penduduk Jumlah Keluarga
Tabel 3.8. Lanjutan
Hasil Sensus Pertanian Maret 2011, BPS Biak Numfor.
3.12.2.Sarana Sosial
Sarana sosial yang terdapat di GPP Padaido, Distrik Padaido, meliputi sarana pendidikan SD sebanyak (12 bangunan) yang tersebar di pulau-pulau yang berpenduduk, SMP (1 bangunan) di Pulau Mbromsi, sedangkan SMU tidak dijumpai di Distrik Padaido.
Tabel 3.9. Pendidikan Penduduk GPP Padaido, Distrik Padaido.
No. Pulau Kampung Tidak Tidak Tamat Tamat
Sekolah Tamat SD SMP SMU
(Kabupaten Biak Numfor, 2011)
3.12.3.Perekonomian Dan Industri
Berdasarkan sensus pertanian 2011, perekonomian penduduk GPP Padaido berasal dari bidang pertanian tanaman pangan (ketela pohon dan umbi-umbian), perkebunan (kelapa), peternakan (babi, ayam, itik) dan perikanan (penangkapan ikan dan budidaya kerang, teripang dan rumput laut) (BPS Kabupaten Biak Numfor, 2011).
Tabel 3.10. Keadaan Keluarga Pertanian GPP Padaido, Distrik Padaido. No. Pulau Kampung Tanaman Perke- Peter- Penang- Budidaya
Pangan bunan nakan kapan Ikan Laut
1. Auki Auki 23 8 30
Hasil Sensus Pertanian Maret 2011, BPS Kabupaten Biak Numfor, 2011
Tabel 3.11. Sarana Perikanan Tangkap Di GPP Padaido, Distrik Padaido.
No. Pulau Perahu Tidak Perahu Motor Jumlah Bermotor Tempel
1. Auki 67 8 75
2. Wundi 83 7 90
3. Nusi 114 9 123
4. Pai 85 9 94
5. Padaidori 82 11 93
6. Mbromsi 122 18 140
7. Pasi 106 10 116
8. Mangguandi 69 6 75
Jumlah 728 78 806 (Kabupaten Biak Numfor, 2011)
3.12.4.Penggunaan Lahan Saat Ini
Lahan yang digunakan di GPP Padaido adalah lahan daratan dan perairan. Umumnya di pesisir pantai terdapat perkampungan, sedangkan agak ke tengah pulau terdapat fasilitas sosial, seperti gereja, sekolah, puskesmas/posyandu dan sarana lain. Lahan lain berupa perkebunan kelapa yang tersebar di sekeliling pulau serta kebun campuran, semak belukar dan hutan lindung.
3.12.5.Kondisi Kepariwisataan
Pada tanggal 13 Februari 1997, wilayah Distrik Padaido ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Kepulauan Padaido oleh Pemerintah dengan luas 183.000 ha. Wilayah ini mencakup pulau-pulau dan perairannya (SK Menhut No. 91/Kpts-VI/1997). Berdasarkan ketetapan ini, wilayah GPP Padaido diperuntukan sebagai kawasan pariwisata dan rekreasi. Asal dan jumlah wisatawan yang mengunjungi GPP Padaido disajikan pada Tabel 3.12. Wisatawan manca negara yang mengunjungi GPP Padaido sebanyak 115 orang yang berasal dari kurang lebih 14 negara dengan total lama tinggal 82 hari selama periode 2009. Pada periode Januari Juni 2010, wisatawan yang mengunjungi GPP Padaido sebanyak 54 orang yang berasal dari 11 negara dengan total lama tinggal 26 hari.
Tabel 3.12. Kunjugan Wisatawan Manca Negara Di GPP Padaido, Distrik Padaido, Periode 2009 Juni 2010.
No. N e g a r a
T a h u n
2009 Januari Juni 2010 Jumlah Tinggal (hr) Jumlah Tinggal (hr)
Tabel 3.12. Lanjutan
9 Italy 2 2
10 Poland 2 2
11 Slovenia 2 4
12 Spain 3 5
13 Sweden 1 3 1 2
14 USA 13 8 4 1,5
15 New Zeland 5 3
16 Japan 2 2
17 Taiwan 1 2
Jumlah 115 82 54 26
(Dive, 2010)
3.13. Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA)
Analisis spasial ini adalah membuat model prosedur analisis keruangan dengan memanfaatkan fasilitas SIG. Dalam penentuan kriteria dan parameter/variabel tersebut mengacu pada model-model sebelumnya telah dibuat oleh Purwadhi (2000), Widodo, dkk (1996), Bakosurtanal (1996). Kriteria, yang digunakan dalam analisis alokasi ruang adalah kriteria umum dan parameter yang masih bersifat sementara. Analisis spasial menggunakan formula matematis sebagai berikut.
P (x) = f (Abiotik) + f (Biotik) + f (Sosek) + f (RTRW)
di mana:
3.14. Analisis Potensi Kesesuaian Lahan
Analisis lahan dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk pengunaan lahan tertentu. Dalam menentukan tingkat kesesuaian lahan ditentukan dengan metode pengharkatan dengan mengambil beberapa parameter serta pembobotan dalam menentukan tingkat kesesuaiannya.
Kesesuaian lahan untuk perikanan tambak yang berhasil dirancang melalui model matematis berikut.
PT = S (E) + LR (< 3) + R (< 2000) + P (< 4000) + PL (r, b) + MP (n) + J (< 2000) + RTRW (B)
Keterangan:
PT = Wilayah potensial untuk perikanan tambak S = Jenis tanah Entisol (E)
LR = Kelerengan datar : (0–3%) R = Jarak dari sungai (0–2000 meter) P = Jarak dari pantai (0–4000 meter)
PL = Jenis penggunaan lahan : rawa (r) atau belukar (b) MP = Mata pencaharian penduduk nelayan (n)
J = Jarak dari jalan (0–2000 meter)
RTRW= Rencana penggunaan lahan untuk Budidaya (B)
Kesesuaian lahan pariwisata pesisir yang berhasil dirancang melalui model matematis berikut.
Keterangan:
PP = Wilayah potensial untuk pariwisata pesisir P = Jenis pantai: berpasir (p)
i = Kecerahan perairan: cerah B = Kedalaman perairan (0–5 meter) V = Vegetasi: kelapa (k), pines pantai (pp) PL = Penggunaan lahan: lahan terbuka (lt)
MP = Mata Pencaharian Penduduk: nelayan (n), pedagang (d) J = Jarak dari jalan (0–500 meter)
S = Sarana: air tawar (at), hotel (h)
RTRW= Rencana penggunaan lahan untuk: Pariwisata (P)
Kesesuaian lahan kawasan konservasi yang berhasil dirancang melalui model matematis berikut.
PK = S (E) + V (p, m) + PL (h) + RTRW (K)
Keterangan:
P = Wilayah potensial untuk kawasan konservasi S = Jenis tanah : Entisol (E)
V = Vegetasi : pinus (p), mangrove (m) PL = Penggunanan Lahan : hutan (h)
Analisis kesesuaian lahan pesisir Kepulauan Padaido untuk berbagai peruntukan, budidaya perikanan tambak, pariwisata bahari (renang dan rekreasi pantai) dan konservasi wilayah pesisir dilakukan dengan teknik yang sama. Pertama, penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan dan skoring. Untuk masing-masing peruntukan, penetapan persyaratan tidak sama. Parameter yang menentukan diberikan bobot terbesar sedangkan kriteria, (batas-batas) yang sesuai diberikan skor tertinggi. Parameter, bobot dan skor sistem penilaian masing-masing kesesuaian lahan disajikan dalam bentuk matriks kesesuaian lahan. Kedua, perhitungan nilai peruntukan lain. Penghitungan kesesuaian dilakukan dengan mengalikan bobot dengan skor, untuk sesuai (skor 3), sesuai bersyarat (skor 2) dan tidak sesuai (skor 1).
Tabel 3.13. Klasifikasi Tingkat Kesesuaian Lahan Berdasarkan Total Bobot Skor x
Total Skor Pada Tingkat
Budidaya Pariwisata Kawasan
Kesesuaian Lahan
Perikanan Tambak Bahari Konservasi
120—180 100—150 68—102 Sesuai
60 —120 50—100 34—68 Sesuai Bersyarat
<60 < 50 <34 Tidak Sesuai