i
BUDIDAYA PERIKANAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG
FREDRIK TAMBUNAN
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Daya Dukung Perairan Danau Lido Berkaitan dengan Pemanfaatannya untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2009
Fredrik Tambunan C24050575
iii
Fredrik Tambunan. C24050575. Daya Dukung Perairan Danau Lido Berkaitan dengan Pemanfaatannya untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung. Dibawah bimbingan Kadarwan Soewardi dan Niken Tunjung Murti Pratiwi.
Danau Lido terletak pada koordinat 106048’ 26”-106048’ 50” BT dan 6044’ 30”-6044’ 58” LS di Kecamatan Cigombong, Bogor. Danau Lido yang merupakan danau buatan digunakan untuk berbagai pemanfaatan seperti wisata, perhotelan, dan perikanan. Air yang terdapat di Danau Lido berasal aliran Sungai Ciletuh.
Danau Lido yang memiliki luas 198750 m2 dengan kedalaman rata-rata 9,71 m dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Kegiatan perikanan yang terdapat di Danau Lido adalah kegiatan budidaya ikan dengan menggunakan keramba. Jenis keramba yang digunakan di Danau Lido merupakan keramba jaring apung (KJA) yang bahan dasarnya terbentuk dari bambu. Budidaya ikan dengan sistem KJA hanya terdapat di bagian barat dari Danau Lido yang dekat dengan outlet. Sebagian besar ikan yang dibudidaya adalah ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila (Oreochromis
niloticus).
Kegiatan budidaya ikan di Danau Lido menggunakan pakan tambahan. Pakan tambahan digunakan untuk meningkatkan ukuran dan bobot ikan. Pakan ikan yang mengandung protein yang terdapat unsur fosfat akan diserap ke dalam daging melalui proses metabolisme dan sisanya akan terbuang ke perairan. Disamping itu pakan yang tidak termakan akan terbuang ke perairan. Pakan yang tidak termakan dan sisa metabolisme akan mengalami proses penguraian yang menghasilkan nitrogen dan fosfat. Kosentrasi nitrogen dan fosfat akan mempercepat kesuburan perairan yang dapat menurunkan daya dukung perairan Danau Lido. Oleh karena itu diperlukan perhitungan daya dukung perairan Danau Lido yang ditinjau dari fosfat total.
Pengembangan kegiatan budidaya ikan di Danau Lido dengan sistem KJA harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan sehingga kegiatan budidaya dapat berlangsung secara berkelanjutan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Daya dukung Danau Lido dalam budidaya ikan di KJA adalah 53,52 ton/tahun. Produksi total ikan seluruh KJA milik petani dan BRKP adalah 17,3 ton/tahun. Dengan demikian kegiatan perikanan di Danau Lido saat ini belum melebihi daya dukung perairan.
Penambahan fosfat ke dalam perairan Danau Lido tidak hanya disebabkan oleh kegiatan perikanan. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan perhitungan daya dukung Danau Lido untuk menduga masukan fosfat ke perairan dari kegiatan manusia selain dari perikanan seperti pertanian, perhotelan, pemukiman, rumah makan, dan wisata.
iv
BUDIDAYA PERIKANAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG
FREDRIK TAMBUNAN C24050575
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
v
Judul : Daya Dukung Perairan Danau Lido Berkaitan dengan Pemanfaatannya untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung
Nama Mahasiswa : Fredrik Tambunan Nomor Pokok : C24050575
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi Dr.Ir. Niken T M Pratiwi, M.Si.
NIP. 130 805 031 NIP. 19680111 199203 2 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. NIP. 19660728 199103 1 002
vi
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul ”Daya Dukung Perairan Danau Lido Berkaitan dengan Pemanfaatannya untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung” dibuat sebagai salah satu syarat utama untuk meraih gelar sarjana di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan usulan penelitian ini, khususnya kepada orang tua penulis yang telah membiayai seluruh biaya akademik dan non-akademik penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi dan Dr. Ir. Niken T M Pratiwi, M.Si. selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik untuk penyempurnaan tulisan ini agar bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Desember 2009
vii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan rahmat dan anugrah-Nya sehingga menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Kadarwan Soewardi dan Dr. Ir. Niken T M Pratiwi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah bersabar dalam membimbing, memberikan banyak masukan, arahan, nasehat, dan saran untuk penulis.
2. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc. selaku penguji tamu dalam sidang skripsi dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku dosen penguji dari program studi yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti untuk penulis.
3. Majariana Krisanti S.Pi., M.Si. yang telah memberikan kesempatan untuk penelitian kepada penulis.
4. Staf Pengajar dan Tata Usaha Manajemen Sumberdaya Perairan terutama Mba Widar, Bagian Produktivitas dan Lingkungan (Bu Siti, Bu Ana, Bu Wulan, Pak Yayat, Pak Toni, Kang Heri, Kak Aan, Kak Budi, Mas Adon) serta seluruh civitas Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
5. Keluarga tercinta, Mamah, Sinar Parulian Tambunan, Sriayuningsih Tambunan, Daniel Tambunan atas doa dan dukungannya. Fitri Junita Amalia yang selalu setia memberikan dukungan dan semangat.
6. Tim Lido, Fitri, Herman, Wati, Dinda, Endah, dan Lia selalu mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
7. Himaja, Awan, Didi, Jimmy, Johan, Rony, Ason, Aris, Nugrah dan Mahmud atas motivasinya.
8. Teman-teman MSP 42 serta adik-adik kelas MSP 43 dan 44 atas doa, bantuan, kerjasama, dan semangatnya selama masa perkuliahan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
viii
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatra Utara pada tanggal 23 April 1987, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal pertama diawali dari SDN Baktijaya V Depok 2009, SMP Mardi Yuana Depok (2002), dan SMA Mardi Yuana Depok (2005).
Pada tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Setelah setahun melewati tahap Tingkat Persiapan Bersama, penulis diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Pratikum Mata Kuliah Ekologi Perairan, Asisten Luar Biasa Mata Kuliah Dinamika Populasi Ikan, Asisten Pratikum Mata Kuliah Ekologi Perairan, Asisten Pratikum Mata Kuliah Limnologi, Asisten Pratikum Mata Kuliah Ekosistem Perairan Pesisir, Asisten Pratikum Mata Kuliah Produktifitas Perairan, Asisten Pratikum Mata Kuliah Planktonologi, dan Asisten Luar Biasa Mata Kuliah Manajemen Sumberdaya Perairan. Penulis juga aktif di berbagai organisasi seperti sebagai Ketua Aquatic Study Club HIMASPER (Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan) periode 2007/2008. Penulis juga pernah membuat karya ilmiah dan kewirausahaan. Karya ilmiah yang telah dibuat adalah “Pembentukan Kristal dari Limbah Samping Pengelolaan Air Minum”.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul “Daya Dukung Perairan Danau Lido Berkaitan dengan Pemanfaatannya untuk Kegiatan Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung”.
ix
Halaman
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan ... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Daya Dukung Danau ... 4
2.2. Keramba Jaring Apung ... 4
2.3. Morfometri ... 5 2.4. Kualitas Air ... 6 2.4.1. Parameter fisika ... 6 2.4.1.1. Kecerahan ... 6 2.4.1.2. Suhu ... 7 2.4.1.3. Kekeruhan ... 7 2.4.2. Parameter kimia ... 8 2.4.2.1. Fosfat ... 8
2.4.2.2. Oksigen terlarut (DO) ... 8
2.4.2.3. Derajat keasaman (pH) ... 9
2.4.3. Parameter biologi ... 9
2.4.3.1. Klorofil-a ... 9
3. METODE PENELITIAN ... 10
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 10
3.2. Pelaksanaan Penelitian ... 10
3.2.1. Penentuan stasiun ... 10
3.2.2. Pengamatan dan pengambilan contoh ... 11
3.2.3. Analisis contoh ... 11
3.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 12
3.3.1. Kedalaman kompensasi ... 12
3.3.2. Parameter morfometri ... 13
3.3.2.1. Dimensi permukaan (Surface dimension) ... 13
3.3.2.2. Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension) ... 14
3.3.3. Waktu tinggal air dan laju pembilasan... 15
3.4. Analisis Data ... 16
3.4.1. Daya dukung dengan pendekatan fosfat total ... 16
3.4.2. Pemodelan daya dukung dengan Software Dev c++ dan Microsoft Visual Basic ... 17
x
4.1.1. Lokasi Danau Lido ... 19
4.1.2. Morfometri Danau Lido ... 20
4.1.2.1. Dimensi pemukaan (Surface dimension) ... 21
4.1.2.2. Dimensi bawah pemukaan (Subsurface dimension) ... 22
4.1.3. Waktu tinggal air dan laju pembilasan ... 23
4.1.4. Daya dukung perairan Danau Lido ... 24
4.1.5. Kualitas air ... 27 4.1.5.1. Parameter fisika ... 27 a. Kecerahan. ... 27 b. Suhu ... 28 c. Kekeruhan... 29 4.1.5.2. Parameter kimia ... 30 a. Orthofosfat... 30
b. Oksigen terlarut (DO) ... 31
c. Derajat keasaman (pH) ... 32
4.1.5.3. Parameter biologi ... 34
a. Klorofil-a ... 34
4.1.6. Algoritma pemograman daya dukung ... 35
4.2. Pembahasan ... 37
5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
5.1. Kesimpulan ... 40
5.2. Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
xi
Halaman 1. Alat dan metode yang digunakan dalam analisis contoh air pada
parameter fisika, kimia, dan biologi ... 12
2. Model fosfat total terlarut yang hilang ke sedimen ... 17
3. Morfometri Danau Lido ... 21
xii
Halaman
1. Diagram alir penentuan daya dukung perairan Danau Lido ... 3
2. Peta Danau Lido dan lokasi stasiun ... 11
3. Hubungan intensitas cahaya matahari dengan kedalaman ... 13
4. Lokasi Danau Lido ... 19
5. Peta bathimetri Danau Lido... 20
6. Kurva hysografik hubungan luas (m2) dengan kedalaman (m) dan kurva hysografik hubungan persentase luas (m2) dengan kedalaman (m) ... 23
7. Sebaran fosfat total rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi, kompensasi, dan dasar ... 25
8. Sebaran kecerahan rata-rata di stasiun KJA dan Non-KJA ... 27
9. Sebaran suhu rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi, kompensasi, dan dasar ... 28
10. Sebaran kekeruhan rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi, kompensasi, dan dasar ... 30
11. Sebaran orthofosfat rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi, kompensasi, dan dasar ... 31
12. Sebaran DO rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi, kompensasi, dan dasar ... 32
13. Sebaran pH rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi, kompensasi, dan dasar ... 33
14. Sebaran klorofil-a rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi, dan kompensasi ... 34
15. Diagram alir algoritma program daya dukung ... 35
16. Tampilan perhitungan daya dukung di Dev c++ ... 36
xiii
Halaman 1. Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan dan
pengambilan contoh... 45 2. Prosedur kerja analisis contoh air ... 46 3. Gambar alat yang digunakan dalam pengamatan dan
pengambilan contoh... 48 4. Titik koordinat yang diperoleh dalam pembentukan peta Danau
Lido... 51 5. Pengukuran debit di perairan Danau Lido ... 60 6. Algoritma pembentukan program daya dukung dengan Dev c++
dan Microsoft Visual Basic ... 61 7. Data rata-rata kualitas air perairan Danau Lido ... 65
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Danau Lido yang terletak pada koordinat 106048’ 26”-106048’ 50” BT dan 60 44’ 30”-6044’ 58” LS di Kecamatan Cigombong, Bogor, merupakan danau buatan yang digunakan untuk berbagai pemanfaatan seperti wisata, perhotelan dan perikanan. Air yang terdapat di Danau Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh.
Kegiatan perikanan yang terdapat di Danau Lido adalah kegiatan budidaya ikan dengan menggunakan keramba. Jenis keramba yang digunakan di Danau Lido merupakan keramba jaring apung (KJA) dengan bahan dasar bambu. Budidaya ikan dengan sistem KJA hanya terdapat di bagian barat dari Danau Lido yang dekat dengan outlet. Sebagian besar ikan yang dibudidaya adalah ikan mas (Cyprinus
carpio) dan ikan nila (Oreochromis niloticus).
Kegiatan budidaya ikan di Danau Lido menggunakan pakan tambahan. Pakan tambahan digunakan untuk meningkatkan ukuran dan bobot ikan. Pakan ikan yang mengandung protein, dengan unsur fosfat di dalamnya, akan diserap ke dalam daging melalui proses metabolisme, dan sisanya akan terbuang ke perairan. Di samping itu, pakan yang tidak termakan (sisa pakan) akan terbuang ke perairan. Sisa pakan dan sisa metabolisme akan mengalami proses penguraian yang menghasilkan nitrogen dan fosfor. Peningkatan kosentrasi nitrogen dan fosfor akan mempercepat kesuburan perairan sehingga dapat menurunkan daya dukung perairan Danau Lido. Fosfor yang terkandung dalam sisa pakan ditelusuri dari kandungan dari fosfat total. Oleh karena itu diperlukan perhitungan daya dukung perairan Danau Lido yang ditinjau dari keberadaan fosfat total.
Kegiatan KJA di Danau Lido akan memicu produktivitas dan mengubah sifat biotik dan abiotik perairan. Bertambahnya fosfat dari kegiatan budidaya ke perairan menyebabkan terjadinya peningkatan kelimpahan fitoplankton sehingga terjadi perubahan kualitas air, seperti penurunan oksigen pada malam hari. Oleh karena itu daya dukung lingkungan harus dipertimbangkan dalam pengembangan kegiatan KJA supaya dapat berlangsung secara berkelanjutan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga.
1.2. Rumusan Masalah
Pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein dengan unsur fosfor di dalamnya, digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ukuran dan bobot ikan budidaya. Sisa pakan dan sisa metabolisme ikan yang berasal dari budidaya akan menjadi limbah bagi perairan Danau Lido. Pemberian pakan dengan Food
Convertion Ratio (FCR) yang tinggi menyebabkan sisa pakan dan kotoran ikan akan
mengalami penumpukan. Penumpukan sisa pakan dan kotoran ikan akan mempengaruhi kualitas air Danau Lido.
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Kelimpahan fosfor sangat sedikit dan menjadi faktor pembatas dalam produktivitas perairan. Namun pada kadar yang relatif tinggi dapat menyebabkan eutrofikasi sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton secara cepat. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut (defisiensi oksigen) pada malam hari yang akhirnya akan menimbulkan kematian organisme akuatik.
Daya dukung perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya KJA merupakan tingkat maksimum produksi ikan yang dapat didukung oleh perairan pada tingkat perubahan kosentrasi fosfat total yang masih dapat diterima oleh badan perairan tersebut (Beveridge 2004). Oleh karena itu dalam pengembangan kegiatan budidaya ikan dengan sistem KJA harus dipertimbangkan daya dukung lingkungan sehingga kegiatan budidaya dapat berlangsung secara berkelanjutan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Perumusan masalah penentuan daya dukung perairan Danau Lido tersaji pada Gambar 1.
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui daya dukung dan kualitas air perairan Danau Lido pada kegiatan budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung.
Gambar 1. Diagram alir penentuan daya dukung perairan Danau Lido Kegiatan perikanan
dengan sistem KJA Pakan buatan
Fosfat total
Daya dukung perairan Danau Lido
Pakan buatan yang tidak termanfaatkan
Sisa metabolisme ikan budidaya
2. TINJUAN PUSTAKA
2.1. Daya Dukung Danau
Daya dukung perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya dalam keramba jaring apung (KJA) merupakan tingkat maksimum produksi ikan yang dapat didukung oleh perairan pada tingkat perubahan kosentrasi fosfat total yang masih dapat diterima oleh badan perairan tersebut (Beveridge 2004). Penentuan daya dukung didasarkan pada adanya hubungan korelasi negatif antara kelimpahan populasi fitoplankton dengan kualitas air (Pillay & Kutty 2005). Masukan fosfat yang berlebihan ke perairan berpotensi memicu blooming fitoplankton sehingga kualitas air perairan akan menurun (Pierce 2002).
Fosfor (P) merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton sehingga peningkatan P akibat adanya kegiatan budidaya KJA akan meningkatkan kelimpahan fitoplankton. Terlalu tingginya kelimpahan fitoplankton dapat menyebabkan terganggunya produksi ikan hasil budidaya seperti terjadinya kematian ikan akibat dari kompetisi oksigen pada malam hari (Beveridge 2004).
Usaha budidaya ikan yang dilakukan secara intensif akan menghasilkan limbah fosfat yang memicu produktivitas dan merubah sifat biotik dan abiotik perairan (Kim et al. 2001). Bertambahnya fosfat ke perairan menyebabkan peningkatan kelimpahan fitoplankton sehingga terjadi perubahan kualitas air, seperti penurunan oksigen pada malam hari. Penentuan daya dukung suatu perairan dilakukan untuk menduga batasan fosfat yang boleh masuk ke dalam perairan sebagai landasan dalam pengelolaan sumberdaya perairan, untuk mencegah penurunan produksi ikan dalam kegiatan budidaya dengan sistem KJA.
2.2. Keramba Jaring Apung
Keramba memiliki beberapa tipe dan design. Keramba memiliki empat tipe, yaitu keramba tetap, keramba jaring apung, keramba yang terbenam, dan keramba yang mencuat (Beveridge 2004). Keramba tetap sangat mudah dibangun tetapi memiliki batasan ukuran dan bentuk karena digunakan pada bagian danau yang dangkal, dan harus sesuai dengan substrat. Keramba jaring apung harus dilengkapi material yang dapat mengapung di permukaan perairan. Keramba jaring apung
memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi sesuai dengan tujuan dari pemanfaatan keramba tersebut. Keramba yang ditanam dapat dipindahtempatkan untuk menghindar dari perubahan lingkungan. Beberapa dari keramba yang ditanam memiliki alat apung. Keramba yang mencuat biasanya tebentuk dari papan kayu/bambu di antara aliran air.
Sistem budidaya ikan di Danau Lido menggunakan keramba jaring apung. Menurut Ismail et al. (1994) in Ismane (2002), batas pemanfaatan luas permukaan perairan waduk dan sejenisnya untuk budidaya ikan berkisar antara 1-10% dari total luas permukaan waduk. Menurut Beveridge (2004), KJA dapat mempengaruhi perairan dalam tiga hal, yaitu pemanfaatan ruang dari luas permukaan perairan, mengubah daerah aliran air, dan mengubah nilai estetika dari perairan
2.3. Morfometri
Morfometri adalah suatu metode pengukuran dan analisis secara kuantitatif dimensi-dimensi fisik suatu perairan tawar (Cole 1983). Aspek morfometri dapat dibedakan menjadi dimensi permukaan (surface dimension) dan dimensi bawah permukaan (subsurface dimension). Morfologi sebuah danau dapat digambarkan dengan baik melalui peta bathimetri. Perubahan parameter-parameter morfometri disebabkan perubahan iklim, erosi, dan sedimentasi (Wetzel 2001). Parameter bathimetri dapat menentukan besar beban atau kandungan unsur hara dan beberapa indeks tingkat kesuburan.
Dimensi permukaan terdiri dari panjang maksimum, panjang maksimum efektif, lebar maksimum, lebar maksimum efektif, lebar rata-rata, shore line,
shoreline development index dan luas permukaan. Dimensi bawah permukaan
terdiri dari kedalaman maksimum, kedalaman relatif, kedalaman rata-rata, volume dan perkembangan volume (Cole 1983).
Indeks perkembangan garis tepi (shoreline development index/SDI) dapat menggambarkan produktivitas suatu perairan. Semakin besar nilai SDI dari danau maka perairan tersebut memiliki kesuburan yang tinggi (Welch 1952). SDI yang mendekati nilai satu maka danau tersebut berbentuk lingkaran teratur. Danau akan berbentuk elips memiliki SDI 1 sampai 2. Danau yang memilik SDI yang lebih besar dari dua maka danau tersebut memiliki bentuk yang tidak beraturan. Danau
yang memiliki bentuk tidak beraturan akan menyebabkan danau tersebut memiliki masukan nutrien yang besar dari daratan.
Kedalaman relatif dapat mengambarkan stabilitas stratifikasi. Perairan yang memiliki kedalaman relatif yang kurang dari 2% akan mudah mengalami pengadukan sedangkan perairan yang memiliki kedalaman relatif lebih besar dari 4% memiliki stabilitas sratifikasi yang tinggi. Perkembangan volume danau (volume development/VD) menggambarkan bentuk danau secara umum. Perkembangan volume danau yang kurang dari dari satu akan memiliki bentuk danau yang kerucut dan perkembangan volume danau yang lebih besar dari satu memiliki bentuk dengan dasar yang rata.
Waktu tinggal (retention time) adalah lamanya waktu yang diperlukan badan air untuk terbilas secara keseluruhan yang diperhitungkan sejak air masuk ke dalam perairan sampai seluruh air keluar. Semakin lama waktu tinggal maka kehadiran unsur hara partikel-partikel lainya semakin lama.
2.4. Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor fisik, kimia, dan biologi dari perairan yang mempengaruhi organisme perairan. Kualitas air yang cocok bagi ikan budiaya di perairan tercantum di PP RI No:82 Tahun 2001 Kelas III.
2.4.1. Parameter fisika 2.4.1.1. Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran tranparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk (Cole 1983). Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi. Pengukuran kecerahan dilakuan pada saat cuaca cerah. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan oleh banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di air (Wetzel & Likens 1991).
Cahaya sangat mempengaruhi fotosintesis dan pertumbuhan fitoplankton karena berhubungan dengan metabolisme fitoplankton (Wetzel 2001). Cahaya akan berkurang di setiap penambahan kedalaman. Cahaya dapat menyebabkan perubahan
suhu dan berat jenis sehigga menyebabkan terjadinya percampuran massa air. Perubahan suhu akan mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat bagi suatu organisme akuatik.
2.4.1.2. Suhu
Suhu perairan dipengaruhi oleh musim lintang, ketinggian dari permukaan laut, lama penyinaran matahari, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran, dan kedalaman (Wetzel 2001). Cahaya matahari yang masuk ke perairan akan mengalami penyerapan dan perubahan menjadi energi panas. Proses penyerapan cahaya ini berlangsung secara lebih intensif pada lapisan atas sehingga lapisan atas perairan memiliki suhu yang lebih tinggi dan densitas kurang dari dibandingkan dengan lapisan bawah. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya stratifikasi panas (thermal stratification) pada kolom air (Welch 1952).
Suhu sangat berperan dalam mengendalikan ekosistem perairan. Perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi (Wetzel 2001). Salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Suhu mempengaruhi proses dekomposisi oleh mikroba. Suhu mempengaruhi metabolisme dan respirasi organisme biota air. Nilai aku mutu suhu berdasarkan PP RI No:82 Tahun 2001 untuk budidaya ikan tawar adalah suhu rata-rata harian dengan deviasi 3.
2.4.1.3. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air (Beveridge 2001).
2.4.2. Parameter kimia 2.4.2.1. Fosfat
Fosfor sangat penting dalam metabolisme biologi tetapi ketersediaan fosfor sangat sedikit di hidrosfer (Wetzel 2001). Orthofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Kelimpahan fosfor sangat sedikit dan menjadi faktor pembatas dalam produktivitas biologi. Namun pada kadar yang relatif tinggi dapat menyebabkan eutrofikasi, sehingga mendorong pertumbuhan dan perkembangan alga secara cepat. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut yang akhirnya akan menimbulkan kematian organisme akuatik.
Fosfor yang terdapat di sedimen jauh lebih besar dibandingkan dengan di kolom air. Faktor yang mempengaruhi keberadaan fosfor di sedimen, antara lain kemampuan sedimen dalam menahan fosfor, kondisi dari kolom air, dan biota yang dapat menyebabkan fosfor kembali ke dalam kolom air. Keberadaan fosfor di danau dapat berkurang akibat adanya konsumsi oleh biota. Hilangnya fosfor secara langsung disebabkan adanya aliran air yang keluar. Limbah domestik, pertanian, perombakan bahan organik, dan pencucian mineral merupakan sumber fosfat dalam perairan. Nilai baku total fosfat berdasarkan PP RI No:82 Tahun 2001 untuk budidaya ikan air tawar adalah 1 mg/l.
2.4.2.2. Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut adalah konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan massa air yang merupakan indikator penting bagi proses kimia dan biologi. Oksigen di perairan berasal dari difusi udara maupun dari proses fotosintesis oleh organisme nabati seperti fitoplankton dan tumbuhan air. Difusi oksigen atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada kondisi air diam (stagnant) atau terjadi karena pergolakan massa air akibat adanya arus (Wetzel 2001).
Dinamika distribusi oksigen di perairan merupakan dasar untuk mengetahui distribusi, tingkah laku, dan pertumbuhan organisme perairan. Suhu akan mempengaruhi terlarutnya nutrien yang berada di perairan. Penyediaan nutrien pada kondisi aerobik lebih tinggi dibandingkan akan pada kondisi anaerobik.
Kadar oksigen berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, bertambahnya kedalaman, dan berkurangnya tekanan atmosfer. Oksigen terlarut berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Semakin dalam suatu perairan, makin rendah intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan dan lama-kelamaan tidak ada cahaya yang masuk. Nilai baku mutu oksigen berdasarkan PP RI No: 82 Tahun 2001 untuk budidaya ikan adalah 3 mg/l.
2.4.2.3. Derajat keasaman (pH)
Keasaman dan kebasaan suatu perairan diukur dalam unit yang disebut pH, yang mempunyai skala nilai 1-14 (Wetzel 2001). Nilai pH sering juga dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup, walaupun baik buruknya suatu perairan itu tergantung pula dari faktor lain (Welch 1952).
Air yang basa dapat mendorong proses perombakan bahan organik yang ada dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh tumbuhan. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan ikan dan biota air berkisar antara 6,5-9 (Boyd 1982). Perairan yang memiliki pH antara 4-6,5 dan antara 9-11 dapat mengganggu pertumbuhan ikan. Nilai baku mutu pH berdasarkan PP RI No:82 Tahun 2001 untuk budidaya ikan air tawar adalah 6-9.
2.4.3. Parameter biologi 2.4.3.1. Klorofil-a
Klorofil adalah molekul organik yang kompleks yang mengandung magnesium, contohnya klorofil-a yang memiliki rumus kimia C55H72O5N4Mg. Klorofil-a adalah suatu pigmen fotosintesis yang paling penting bagi tumbuhan yang berada di perairan seperi fitoplankton. Klorofil-a terdapat di semua alga dan hanya korofil yang mampu melaksanakan proses fotosintesis. Jumlah klorofil-a setiap individu fitoplankton berbeda. Klorofil-a sering digunakan sebagai indikator produktivitas primer fitoplankton di perairan. Klorofil-a memiliki hubungan eksponensial dengan fosfat total sehingga keberadaan fosfat total dapat diketahui dengan menentukan klorofil-a (Walmsley & Thorton,1984 in Beveridge, 2004).
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Danau Lido, Sukabumi, Jawa Barat. Danau Lido berada pada koordinat 106048’ 26”-106048’ 50” BT dan 6044’ 30”-6044’ 58” LS. Kegiatan penelitian dibagi kedalam dua tahap, yaitu kegiatan di lapangan dan kegiatan di laboratorium.
Kegiatan pengamatan lapang dan pengambilan contoh dilakukan setiap satu minggu sekali pada Mei hingga Juli 2009 sebanyak empat kali. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Manajemen Sumberdaya Perairan.
3.2. Pelaksanaan Penelitian 3.2.1. Penentuan stasiun
Pengamatan dan Pengambilan contoh dilakukan pada dua stasiun. Pengamatan dan pengambilan contoh dilakukan secara spasial, baik secara horizontal maupun vertikal. Penentuan lokasi stasiun pengamatan dan pengambilan contoh dilakukan dengan mempertimbangkan ada atau tidak adanya kegiatan budidaya ikan dengan menggunakan KJA. Stasiun pertama (stasiun KJA) terletak pada koordinat 106048’43” BT-60 44’56’’ LS. Lokasi ini mewakili bagian perairan Danau Lido yang dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya ikan dengan sistem KJA. Stasiun kedua (stasiun Non-KJA) terletak pada koordinat 106048’ 33” BT-60 44’48” LS. Lokasi ini mewakili bagian perairan Danau Lido yang tidak memiliki aktivitas budidaya ikan dengan sistem KJA. Stasiun KJA berada dekat dengan kedua outlet dari Danau Lido dan stasiun Non-KJA dekat dengan inlet, pertanian, dan hotel. Lokasi pengamatan dan pengambilan contoh di Danau Lido tersaji pada Gambar 2. Pengambilan contoh secara vertikal dilakukan pada kedalaman permukaan, kedalaman Secchi, kedalaman kompensasi, dan dekat di dasar perairan.
Gambar
3.2.2. Pengamatan dan p
Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan untuk men kondisi kualitas air Danau Lido
kimia, dan biologi, yaitu morfologi danau, suhu, terlarut, pH, fosfat total, dan klorofil
dengan prosedur standard method total, orthofosfat, dan klorofil
Pengambilan contoh pada stasiun pengamatan dengan selang waktu satu minggu.
kedalaman, yaitu permukaan, kedalaman
dasar perairan. Pengambilan contoh air dilakukan pada pukul 09.00 bahan yang digunakan
Lampiran 1.
3.2.3. Analisis contoh
Analisis parameter kimia dan biologi dilakukan untuk mendapatkan pendugaan daya dukung perairan Danau Lido.
total fosfat, orthofosfat, pH, dan DO
Gambar 2. Peta Danau Lido dan lokasi stasiun
Pengamatan dan pengambilan contoh
Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan untuk men Danau Lido. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika
yaitu morfologi danau, suhu, kekeruhan, kecerahan, oksigen , dan klorofil-a. Parameter-parameter tersebut diukur
standard method APHA (Eaton et al. 1989; 2005). Sampel fosfat
klorofil-a diawetkan dengan cara pendinginan.
Pengambilan contoh pada stasiun pengamatan dilakukan sebanyak empat kali satu minggu. Pengambilan contoh dilakukan di
yaitu permukaan, kedalaman Secchi, kedalaman kompensasi Pengambilan contoh air dilakukan pada pukul 09.00-12.00.
yang digunakan pada pengamatan dan pengambilan contoh tertera pada
Analisis parameter kimia dan biologi dilakukan untuk mendapatkan pendugaan daya dukung perairan Danau Lido. Analisis parameter kimia
, orthofosfat, pH, dan DO. Analisis parameter biologi dilakukan untuk Penelitian dilakukan dengan metode survei lapangan untuk mengetahui meter fisika, ecerahan, oksigen parameter tersebut diukur sesuai Sampel fosfat
dilakukan sebanyak empat kali ambilan contoh dilakukan di empat
asi, dan dekat 12.00. Alat dan mbilan contoh tertera pada
Analisis parameter kimia dan biologi dilakukan untuk mendapatkan sis parameter kimia meliputi
E
kD.Z 01 , 0 Z kD. 01 , 0 ln Z kD. 6 , 4 kD Z 4,6Z
s kD 1,7menduga biomasa fitoplankton. Alat dan metode yang digunakan dalam analisis contoh air pada parameter fisika dan kimia tersaji pada Tabel 1. Prosedur kerja analisis contoh tertera pada Lampiran 2. Gambar alat yang digunakan dalam pengamatan dan pengambilan contoh tertera pada Lampiran 3.
Tabel 1. Alat dan metode yang digunakan dalam analisis contoh air pada parameter fisika, kimia, dan biologi.
Parameter Satuan Alat / Metode Penanganan contoh Keterangan Fisika
Morfometri GPS/Akustik in situ
Suhu oC Thermometer Hg/Pemuaian in situ
Kecerahan meter Secchi disk/Visual in situ
Kekeruhan NTU Turbidimeter ex situ
Kimia
Fosfat total mg/l Spektrofotometer/Digestion Pendinginan ex situ
Orthofosfat mg/l Spektrofotometer Pendinginan ex situ
pH pH meter/Potensiometrik in situ
DO mg/l Titrasi/ metode Winkler in situ
Biologi
Klorofil a mg/l Spektrofotometer Pendinginan Ex situ
3.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1. Kedalaman kompensasi
Intesitas cahaya matahari berkurang dengan bertambahnya kedalaman dengan menggunakan persamaan eksponensial (Beer-Lambert 1983 in www. lifescience. napier. ac. uk 2009). Hubungan tersebut dijabarkan dalam bentuk kurva sebagaimana yang tampak pada Gambar 3. Persamaan eksponensial yang dimaksud adalah :
e
E
E
kDZ o z . Z kDE
E
z ln o . ln e
kD.Z . 100 1 Penentuan kedalaman kompensasi dapat ditentukan dengan pendekatan kedalaman Secchi. Nilai 1,7 adalah nilai konstanta untuk menentukan koefisien peredupan.
Keterangan :
Ez= Intensitas cahaya matahari di kedalaman z E0= Intensitas cahaya matahari di permukaan kD= Koefisien peredupan cahaya matahari Z = Kedalaman kompensasi
Zs = Kedalaman Secchi
Gambar 3. Hubungan intensitas cahaya matahari dengan kedalaman
3.3.2. Parameter morfometri
Morfometri adalah suatu metode pengukuran dan analisis secara kuantitatif dimensi-dimensi fisik suatu perairan tawar (Cole 1983). Aspek morfometri dapat dibedakan menjadi dimensi permukaan (surface dimension) dan dimensi bawah permukaan (subsurface dimension). Penentuan titik dalam pembentukan peta morfometri Danau Lido dilakukan dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Titik koordinat yang diperoleh dalam pembentukan peta Danau Lido tertera pada Lampiran 4.
3.3.2.1. Dimensi permukaan ( Surface dimension)
1. Panjang maksimum (Lmax dinyatakan dalam meter) diperoleh melalui pengukuran jarak terjauh antara dua titik pada tepi permukaan danau (berupa garis lurus) termasuk pulau dan daratan yang terlintas.
2. Panjang maksimum efektif (Le dinyatakan dalam meter) diperoleh melalui pengukuran jarak terjauh antar dua titik dari tepi permukaan danau tanpa melintasi pulau dan daratan.
3. Lebar maksimum (Wmax dinyatakan dalam meter) diperoleh melalui pengukuran jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau yang ditarik tegak lurus terhadap Lmax.
4. Lebar rata-rata merupakan nilai hasil pembagian antara luas pemukaan luas permukaan danau (Ao) dengan panjang maksimum (Lmax).
L
A
o
w
max
5. Lebar maksimum efektif (We dinyatakan dalam meter) diperoleh melalui pengukuran jarak dua titik terjauh pada tepi permukaan danau tanpa melintasi pulau dan daratan, yang ditarik tegak lurus terhadap Le.
6. Luas permukaan (Ao dinyatakan dalam meter) merupakan luas wilayah permukaan danau yang tertutup air, nilainya akan bervariasi bergantung pada musim.
7. Panjang garis keliling tepi (shore line/ SL dinyatakan dalam meter)
8. Indeks perkembangan garis tepi (shoreline development index/SDI) menggambarkan hubungan shore line/SL dengan luas permukaaan (A0).
A
o SL SDI 2 Keterangan :SDI < 1 = danau berbentuk lingkaran 1<SDI<2 = danau berbentuk elips
SDI > 2 = danau berbentuk tidak beraturan
3.3.2.2. Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension)
1. Kedalaman maksimum (Zm dinyatakan dalam meter) merupakan kedalaman suatu danau pada titik terdalam.
2. Kedalaman rata-rata (Z dinyatakan dalam meter) bersifat lebih informatif dari kedalaman maksimum.
A
V
o total Z Keterangan :Vtotal =Volume total air danau (m3) A0 = Luas permukaan air danau (m)
3. Volume total air danau (Vtotal dinyatakan dalam m3) ditentukan dengan asumsi bahwa pada umumnya danau berbentuk kerucut terpancung dengan volume total merupakan penjumlahan dari volume air pada setiap strata.
A
A
A
A
h
V
1 3 1( 0 1 0. 1 1 A
A
A
A
h
V
n n n n n 3 ( 1 ( 1). 0 1
n i i i i i i totalh
A
A
A
A
V
1 ). 1 ( 1 ( 1 3 1 Keterangan :V1 = Volume total air pada strata 1 (m3) h1 = Kedalaman antar kontur
A1 = Luas kumulatif strata 1 Vtotal = Volume total danau (m3) n = Jumlah kontur
4. Perkembangan volume danau (volume development/VD) merupakan ukuran yang menggambarkan bentuk dasar danau secara umum.
Z
A
Z
A
m o m O z Z VD 3 . 3 1 . Keterangan :VD < 1 = Danau berbentuk kerucut
VD >1 = Danau dengan dasar rata seperti pasut
3.3.3. Waktu tinggal air dan laju pembilasan
Waktu tinggal (retention time) adalah lamanya waktu yang dibutuhkan badan air untuk terbilas secara keseluruhan sejak air masuk ke dalam perairan sampai seluruh air keluar (Cole 1983). Laju pembilasan (flushing rate) merupakan volume air yang keluar salama satu tahun yang dibandingan dengan volume total danau (Cole 1983). Debit merupakan volume air yang keluar dalam satu detik. Pengukuran debit di perairan Danau Lido tertera di Lampiran 5.
Q
V
rat total Rt danV
m
total tahun Debit( 3 ) Keterangan :
Vtotal= Volume total (m3) Qrat = Debit rata-rata (m3/detik)
3.4. Analisis Data
Analisis data meliputi penentuan daya dukung dan pemodelan daya dukung. Selanjutnya dilakukan pembandingan antara data parameter fisika dan kimia dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No:82 Tahun 2001 Kelas III untuk kegiatan budidaya ikan air tawar.
3.4.1. Daya dukung dengan pendekatan fosfat total
Daya dukung dari suatu perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya KJA merupakan tingkat maksimum produksi ikan yang dapat didukung oleh perairan pada tingkat perubahan kosentrasi fosfat total yang masih dapat diterima oleh badan perairan tersebut (Beveridge 2004). Penentuan daya dukung didasarkan oleh adanya hubungan korelasi negatif antara kelimpahan populasi fitoplankton dengan kualitas air. Masukan fosfat yang berlebihan ke perairan berpotensi memicu
blooming fitoplankton sehingga kualitas air perairan akan menurun (Pierce 2002).
Meningkatnya kelimpahan fitoplankton dapat menyebabkan terganggunya produksi ikan hasil budidaya seperti terjadinya kematian ikan.
Tahapan-tahapan perhitungan daya dukung Danau Lido adalah sebagai berikut : 1. Penentuan kosentrasi total fosfat steady state yang terdapat di Danau Lido.
Pengambilan contoh kosentrasi fosfat total dilakukan di tiga kedalaman, yaitu kedalaman permukaan, kedalaman Secchi, dan kedalaman kompensasi.
2. Penentuan kosentrasi fosfat total yang dapat diterima oleh jenis ikan yang dibudidaya. Jenis ikan yang dibudidaya di Danau Lido adalah ikan mas dan ikan nila. Menurut Beveridge (2004) bahwa fosfat total yang dapat diterima oleh perairan yang membudidayakan ikan dari kelompok tersebut sebesar 250 mg/m3.
3. Kapasitas fosfat total yang masih dapat ditampung Danau Lido, yang merupakan selisih dari fosfat total maksimum yang dapat diterima oleh Danau Lido dengan fosfat total steady state. Menurut Beveridge (2004), bahwa proporsi fosfat total yang hilang secara permanen menjadi endapan di dasar
perairan (x) adalah 0,45 - 0,55, dan fosfat total terlarut yang hilang ke sedimen (koefisien retensi/ R) berbeda untuk setiap tipe perairan. Model fosfat total terlarut yang hilang ke sedimen di Danau Lido diasumsikan sesuai dengan model fosfat total terlarut yang hilang ke sedimen pada danau alami karena Danau Lido merupakan danau alami yang dibendung. Model fosfat total terlarut yang hilang ke sedimen (koefisien retensi/ R) untuk berbagai tipe perairan (Beveridge 2004) tersaji pada Tabel 2. Dengan demikian proporsi keseluruhan fosfat total yang hilang ke sedimen (Rfish) memiliki fungsi Rfish=x+(1-x)R.
Tabel 2. Model fosfat total terlarut yang hilang ke sedimen
Tipe perairan Model Sumber
Danau dan waduk di Eropa
R=1/(1+ρ0.5) Larsen dan
Mercier 1975
in Beveridge
2004 Waduk di Amerika Utara R=1/(1+0.515 ρ 0.551) Larsen dan
Mercier 1975
in Beveridge
2004 Danau-danau alami R=1/(1+0.747 ρ 0.507) Larsen dan
Mercier 1975
in Beveridge
2004
4. Penentuan Food Convertion Ratio (FCR), dengan menghitung jumlah pakan yang digunakan (kg) untuk menjadi 1 kg daging ikan.
5. Penentuan fosfat total yang hilang ke perairan, dengan adanya aktivitas budidaya ikan dengan keramba jaring apung.
6. Penentuan daya dukung, dengan membagi jumlah beban fosfat total yang terdapat di Danau Lido dengan fosfat total yang hilang ke perairan.
3.4.2. Pemodelan daya dukung dengan Software Dev c++ dan Microsoft Visual Basic
Pemodelan daya dukung diawali dengan penyusunan algoritma dalam pembentukan program daya dukung perairan di Dev c++ dan Microsoft Visual Basic. Algoritma yang dibentuk didasarkan dari model daya dukung perairan dengan pendekatan fosfat total yang dibuat oleh Beveridge (2001). Algoritma
pembentukan program daya dukung dengan Dev c++ dan Microsoft Visual Basic terdapat pada Lampiran 6.
Penentuan daya dukung dilakukan menggunakan program yang telah dibuat di
Software Dev c++ dan Microsoft Visual Basic. Variabel-variabel yang digunakan
dalam pembentukan progam daya dukung adalah variabel yang digunakan Beveridge (2004) dalam menghitung daya dukung danau. Fungsi-fungsi yang digunakan dalam pembentukan program daya dukung meliputi jumlah fosfat total yang masuk ke perairan, fosfat yang hilang ke perairan, dan jumlah produksi ikan maksimum dalam budidaya keramba jaring apung.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Lokasi Danau Lido
Danau Lido terletak pada koordinat
30”-60 44’ 58” LS yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Bogor merupakan danau buatan digunakan untuk berbagai pemanfaatan seperti wisata, perhotelan perikanan. Air yang terdapat di Danau Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh dan rembesan dari areal perkebunan Pondok
serta posisi berbagai aktivitas Gambar 4.
Danau Lido mempunyai satu
Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh dan sumber air lainnya berasal dari air
. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Lokasi Danau Lido
Danau Lido terletak pada koordinat 106048’ 26”-106048’ 50” BT dan 6 yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Bogor merupakan danau buatan digunakan untuk berbagai pemanfaatan seperti wisata, perhotelan perikanan. Air yang terdapat di Danau Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh dan rembesan dari areal perkebunan Pondok Gedeh. Tata guna lahan di sekitar danau serta posisi berbagai aktivitas yang terdapat di Danau Lido dapat dilihat pada
Gambar 4. Lokasi Danau Lido
Danau Lido mempunyai satu inlet dan dua outlet. Sumber utama air Danau Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh dan sumber air lainnya berasal dari air 48’ 50” BT dan 6044’ yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Bogor merupakan danau buatan digunakan untuk berbagai pemanfaatan seperti wisata, perhotelan, dan perikanan. Air yang terdapat di Danau Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh dan Tata guna lahan di sekitar danau yang terdapat di Danau Lido dapat dilihat pada
Sumber utama air Danau Lido berasal dari aliran Sungai Ciletuh dan sumber air lainnya berasal dari air
permukaan dan air dalam tanah (
Sungai Ciletuh melewati lahan pertanian sebelum masuk ke Danau Lido.
Pemanfaatan Danau Lido yang sudah dilakukan saat ini adalah sebagai objek wisata, rumah makan, dan kegiatan perikanan
dengan keramba jaring apung tersebut mulai dikembangkan sekitar tahun 1978 oleh Balai Penelitian Perikanan
diikuti penduduk setempat (Ubaidillah 2003
4.1.2. Morfometri Danau Lido
Morfometri merupakan metode pengukuran dan analisis secara kuantitatif dimensi-dimensi fisik suatu perairan tawar
dibedakan menjadi dimensi permukaan ( permukaan (subsurface dimension
Gambar 5.
Gambar 5
permukaan dan air dalam tanah (Groundwater). Sumber air yang berasal dari Sungai Ciletuh melewati lahan pertanian sebelum masuk ke Danau Lido.
aatan Danau Lido yang sudah dilakukan saat ini adalah sebagai objek wisata, rumah makan, dan kegiatan perikanan keramba jaring apung. Budidaya
jaring apung tersebut mulai dikembangkan sekitar tahun 1978 oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BALITKANWAR) Bogor, yang selanjutnya diikuti penduduk setempat (Ubaidillah 2003 in Nancy 2007).
Morfometri Danau Lido
Morfometri merupakan metode pengukuran dan analisis secara kuantitatif dimensi fisik suatu perairan tawar (Cole 1983). Aspek morfometri dapat dibedakan menjadi dimensi permukaan (surface dimension) dan dimensi bawah
subsurface dimension). Morfometri Danau Lido dapat terlihat pada
Gambar 5. Peta bathimetri Danau Lido
). Sumber air yang berasal dari Sungai Ciletuh melewati lahan pertanian sebelum masuk ke Danau Lido.
aatan Danau Lido yang sudah dilakukan saat ini adalah sebagai objek jaring apung. Budidaya ikan jaring apung tersebut mulai dikembangkan sekitar tahun 1978 oleh Air Tawar (BALITKANWAR) Bogor, yang selanjutnya
Morfometri merupakan metode pengukuran dan analisis secara kuantitatif Aspek morfometri dapat ) dan dimensi bawah Morfometri Danau Lido dapat terlihat pada
Danau Lido terletak pada koordinat 106048’ 26”-106048’ 50” BT dan 6044’ 30”-60 44’ 58” LS yang terdapat di Kecamatan Cigombong, Bogor merupakan danau buatan. Berdasarkan hasil pengukuran parameter morfometri yang terdiri dari dimensi permukaan (surface dimension) dan dimensi bawah permukaan (subsurface
dimension) dari peta bathimetri Danau Lido diperoleh informasi sebagai berikut
(Tabel 3).
Tabel 3. Morfometri Danau Lido
Parameter Nilai
Dimensi permukaan
Panjang maksimum (m) 767
Panjang maksimum efektif (m) 767
Lebar maksimum (m) 429
Lebar maksimum efektif (m) 390
Lebar rata-rata (m) 259,13
Luas permukaan (m2) 198750
Panjang garis tepi (m) 5630
Indeks perkembangan garis tepi 3,56 Dimensi bawah permukaan
Kedalaman maksimum (m) 18
Kedalaman rata-rata (m) 9,71
Kedalaman relatif (m) 3,58
Kemiringan rata-rata (%) 23,08
Volume total (m3) 1930028,76
Perkembangan volume danau (m) 1,62
4.1.2.1. Dimensi permukaan (Surface dimension)
Panjang maksimum efektif menunjukkan keleluasaan pergerakan angin di atas permukaan air yang akan mempengaruhi pergerakan massa air Danau Lido. Panjang maksimum dan panjang maksimum efektif Danau Lido adalah 767 m. Panjang maksimum dan panjang maksimum efektif memiliki nilai yang sama karena dalam penentuan panjang maksimum tidak melewati pulau kecil yang terdapat di Danau Lido. Lebar maksimum Danau Lido sebesar 429 m melewati dua pulau sehingga lebar maksimum efektif Danau Lido adalah 390 m.
Menurut Goldman & Horne (1983), luas permukaan danau tergantung dengan musim. Pada musim hujan, luas permukaan danau akan lebih luas daripada pada musim kemarau. Luas permukaan Danau Lido sebesar 198.750 m2dengan panjang garis tepi adalah 5.630 m. Soonthornsatit (1983) menyatakan bahwa luas
permukaan Danau Lido sebesar 210.000 m2. Dengan demikian luas permukaan Danau Lido mengalami pengurangan sebesar 11.250 m2dari tahun 1983.
Berkurangnya luas permukaan Danau Lido disebabkan oleh adanya aktivitas pertanian dan sedimentasi di daerah litoral. Menurut Loffler (1990) aktivitas rekreasi akan merusak daerah litoral danau. Adanya aktivitas rekreasi di Danau Lido menyebabkan luas daerah litoral Danau Lido berkurang sehingga dapat mengurangi kemampuan untuk menahan erosi dan nutrien dari daratan.
Indeks perkembangan garis tepi (SDI) Danau Lido sebesar 3,56. Menurut Wetzel (2001) nilai SDI yang lebih besar dari dua menggambarkan suatu bentuk badan perairan yang tidak beraturan. Berdasarkan nilai SDI maka bentuk badan perairan Danau Lido tidak beraturan. Bentuk Danau Lido dapat dilihat dalam Gambar 5 yang sangat jauh dari bentuk lingkaran. Bentuk badan Danau Lido yang tidak beraturan akan memperbesar garis tepi untuk berhubungan dengan daratan sehingga semakin besar nutrien yang masuk ke perairan Danau Lido yang akan meyebabkan potensi produktivitas perairan yang tinggi.
4.1.2.2. Dimensi bawah permukaan (Subsurface dimension)
Kedalaman rata-rata Danau Lido sebesar 9,71 m dan kedalaman relatif Danau Lido sebesar 3,58%. Menurut Wetzel (2001) bahwa kedalaman relatif lebih besar dari 4% memiliki stratifikasi perairan yang tinggi sehingga sulit mengalami pengadukan. Danau Lido memiliki stratifikasi perairan yang sedang. Volume total Danau Lido sebesar 1930028,76 m3, volume total Danau Lido mengalami penurunan dari 1983 kerena luas permukaan mengalami penurunan sebesar 11.250 m2.
Menurut Cole (1983) nilai perkembangan volume danau yang lebih besar dari 1 memiliki dasar danau yang dominan rata. Berdasarkan perkembangan volume danau yang sebesar 1,62 sehingga dasar Danau Lido dominan rata atau tidak kerucut dengan kemiringan 23,08%. Hubungan luas dan persentase luas dengan kedalaman terdapat pada Gambar 6.
Luas permukaan dari Danau Lido yang memiliki kedalaman yang besar sangat kecil. Luas permukaan Danau Lido yang memiliki kedalaman > 0 m dan ≤ 3 m adalah 96850 m2sedangkan luas permukaan Danau Lido yang memiliki kedalaman >12 m dan ≤ 15 m adalah 8050 m2. Selanjutnya 75% luas permukaan Danau Lido terdapat pada kedalaman 18-9,8 m dengan luas 149062,5 m2 dan 25% luas
permukaan Danau Lido terdapat pada m2.
Gambar 6. Kurva hysografik hubungan luas (m hysografik hubungan persentase luas (m
4.1.3. Waktu tinggal air dan laju pembilasan Waktu tinggal (retention time
air untuk terbilas secara keseluruhan sejak air masuk ke dalam perairan s seluruh air keluar (Cole 1983).
salama satu tahun yang dibanding Goldman & Horne (1983),
nutrien di danau. Retention time
terdapat di danau akan bertahan dan dapat mengendap di dasar perairan (Pierce 2002). Retention time
perairan dimana
partikel-massa jenis air akan jatuh ke dasar perairan. Danau Lido memiliki debit di 0,06 m3/s sehingga debit total Dana volume danau dibagi dengan debit. Semakin besar retention time
Lido sebesar 2,25 sehingga selama satu tahun volum sebesar 4342564,72 m3.
mukaan Danau Lido terdapat pada kedalaman 18-13,2 m dengan luas
Gambar 6. Kurva hysografik hubungan luas (m2) dengan kedalaman (m) dan kurva hysografik hubungan persentase luas (m2) dengan kedalaman (m)
4.1.3. Waktu tinggal air dan laju pembilasan
retention time) adalah lamanya waktu yang dibutuhkan badan
air untuk terbilas secara keseluruhan sejak air masuk ke dalam perairan s (Cole 1983). Laju pembilasan merupakan volume air yang keluar salama satu tahun yang dibandingkan dengan volume total danau.
Goldman & Horne (1983), retention time sangat penting dalam penentuan dinamika
Retention time yang semakin besar menyebabkan nutrien yang
terdapat di danau akan bertahan dan dapat mengendap di dasar perairan (Pierce yang semakin besar dapat menyebabkan sedimentasi di -partikel yang memiliki massa jenis yang lebih besar dari massa jenis air akan jatuh ke dasar perairan.
Danau Lido memiliki debit di outlet 1 sebesar 0,07 m3/s dan outlet
/s sehingga debit total Danau Lido 0,13 m3/s. Waktu tinggal merupakan volume danau dibagi dengan debit. Danau Lido memiliki retention time
retention time akan memperkecil flushing rate. Flushing rate
Lido sebesar 2,25 sehingga selama satu tahun volume air Danau Lido yang keluar . Outlet dari Danau Lido dekat dengan aktivitas perikanan luas 49687,5
) dengan kedalaman (m) dan kurva ) dengan kedalaman (m)
) adalah lamanya waktu yang dibutuhkan badan air untuk terbilas secara keseluruhan sejak air masuk ke dalam perairan sampai Laju pembilasan merupakan volume air yang keluar an dengan volume total danau. Menurut sangat penting dalam penentuan dinamika yang semakin besar menyebabkan nutrien yang terdapat di danau akan bertahan dan dapat mengendap di dasar perairan (Pierce sedimentasi di partikel yang memiliki massa jenis yang lebih besar dari
outlet 2 sebesar
Waktu tinggal merupakan
retention time 163 hari. Flushing rate Danau
e air Danau Lido yang keluar dari Danau Lido dekat dengan aktivitas perikanan
menggunakan KJA sehingga air yang keluar akan membawa partikel dan nutrien hasil buangan dari kegiatan perikanan.
4.1.4. Daya dukung perairan Danau Lido
Daya dukung dari suatu perairan yang digunakan untuk kegiatan budidaya dalam KJA merupakan tingkat maksimum produksi ikan yang dapat didukung oleh perairan pada tingkat perubahan kosentrasi fosfat total yang berkaitan dengan kegiatan budidaya KJA yang masih dapat diterima oleh badan perairan tersebut (Beveridge 2004). Perhitungan daya dukung suatu perairan danau dilakukan untuk mencegah kematian ikan yang disebabkan oleh meledaknya kelimpahan plankton (Pierce 2002).
Fosfat sangat penting dalam metabolisme biologi dan ketersediaan fosfor sangat sedikit di hidrosfer (Wetzel 2001). Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Kelimpahan fosfat sangat sedikit dan menjadi faktor pembatas dalam produktivitas biologi (Jiwyam 2001).
Sebaran fosfat total rata-rata terlihat pada Gambar 7. Fosfat total di permukaan yang terdapat di daerah KJA berkisar 0,03-0,10 mg/l dan di Non-KJA berkisar 0,02-0,07 mg/l. Fosfat total di dekat dasar perairan yang terdapat di daerah KJA berkisar 0,11-0,18 mg/l dan di Non-KJA berkisar 0,39-0,95 mg/l. Kosentrasi fosfat total mengalami peningkatan dengan bertambahnya kedalaman. Pada stasiun KJA memiliki kosentrasi fosfat total rata-rata terbesar terdapat di dekat dasar perairan dan terendah di kedalaman kompensasi. Stasiun Non-KJA memiliki kosentrasi fosfat total terbesar terdapat di dekat dasar perairan dan terendah di permukaan.
Menurut Wetzel (2001), fosfat total lebih besar di dasar perairan karena fosfat total mudah mengalami pengendapan dan fosfat total sangat mudah terikat dengan tanah liat dan ion logam seperti FePO4. Pada permukaan perairan di kedua stasiun memiliki kosentrasi fosfat total kurang dari dasar perairan karena fosfor yang berupa orthofosfat di permukaan dimanfaatkan oleh fitoplankton.
Kosentrasi fosfat total rata-rata di kedalaman Secchi, kompensasi, dan dekat dasar perairan pada stasiun KJA kurang dari Non-KJA. Stasiun Non-KJA merupakan lokasi yang dekat dengan aktivitas pertanian dan perhotelan. Limbah pertanian merupakan salah satu penyebab tingginya fosfat total di perairan (Sellers
& Markland 1987). Pupuk yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian mengandung fosfat. Detergen yang
menambah kandungan fosfat total di daerah Non polifosfat.
Sumber fosfat total di daerah KJA berasal dari limbah perikanan yang berupa sisa pakan ikan. Daerah
pakan dan limbah domestik sebesar 0,07 m3/s dan outlet
terdapat tumbuhan air sehingga orthofosfat termanfaatkan oleh tumbuhan air. total di permukaan, kedalaman S
dan Non-KJA masih memenuhi baku mutu berdasarkan PP RI N kelas III untuk budidaya ikan air ta
Gambar 7. Sebaran fosfat total rata kompensasi, dan dasar
Jenis ikan budidaya menggunakan KJA di Danau Lido adalah ikan nila dan ikan mas. Menurut Beveridge
dalam budidaya ikan jenis
masuk ke dalam perairan yang disebabkan oleh budidaya ikan di KJA sangat tergantung pada Food Convertion Ratio
dalam pemberian pakan, semakin besar pula fosfat total yang masuk ke dalam perairan.
Pupuk yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian mengandung fosfat. Detergen yang berasal dari limbah perhotelan akan menambah kandungan fosfat total di daerah Non-KJA karena detergen mengandung
Sumber fosfat total di daerah KJA berasal dari limbah perikanan yang berupa sisa pakan ikan. Daerah KJA dekat dengan dua outlet dari Danau Lido.
kan dan limbah domestik terbawa arus Danau Lido dengan debit di
outlet 2 sebesar 0,06 m3/s. Selain itu di stasiun KJA banyak
terdapat tumbuhan air sehingga orthofosfat termanfaatkan oleh tumbuhan air.
total di permukaan, kedalaman Secchi, dan kedalaman kompensasi di stasiun KJA KJA masih memenuhi baku mutu berdasarkan PP RI No.82
kelas III untuk budidaya ikan air tawar.
mbar 7. Sebaran fosfat total rata-rata di kedalaman permukaan, Secchi kompensasi, dan dasar
Jenis ikan budidaya menggunakan KJA di Danau Lido adalah ikan nila dan ikan mas. Menurut Beveridge (2004) bahwa beban total fosfat yang dapat diterima dalam budidaya ikan jenis carp dan tilapia sebesar 250 mg/m3. Fosfat total yang masuk ke dalam perairan yang disebabkan oleh budidaya ikan di KJA sangat
Food Convertion Ratio (FCR). Semakin besar FCR yang digunakan
dalam pemberian pakan, semakin besar pula fosfat total yang masuk ke dalam Pupuk yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas berasal dari limbah perhotelan akan KJA karena detergen mengandung
Sumber fosfat total di daerah KJA berasal dari limbah perikanan yang berupa ri Danau Lido. Sisa-sisa terbawa arus Danau Lido dengan debit di outlet 1 Selain itu di stasiun KJA banyak terdapat tumbuhan air sehingga orthofosfat termanfaatkan oleh tumbuhan air. Fosfat , dan kedalaman kompensasi di stasiun KJA tahun 2001
ecchi,
Jenis ikan budidaya menggunakan KJA di Danau Lido adalah ikan nila dan 4) bahwa beban total fosfat yang dapat diterima Fosfat total yang masuk ke dalam perairan yang disebabkan oleh budidaya ikan di KJA sangat in besar FCR yang digunakan dalam pemberian pakan, semakin besar pula fosfat total yang masuk ke dalam
Rata-rata pakan yang digunakan sebanyak 715 kg untuk meningkatkan ikan sebesar 500 kg sehingga FCR rata-rata yang digunakan dalam kegiatan budidaya ikan dengan KJA di Danau Lido sebesar 1,43. Parameter penentuan daya dukung Danau Lido tertera pada Tabel 4.
Penentuan fosfat total steady state hanya dari permukaaan sampai kedalaman kompensasi karena terkait dengan keberadaaan fitoplankton yang dipengaruhi cahaya matahari. Fitoplankton hanya terdapat pada bagian kolom perairan yang terdapat cahaya matahari. Rata-rata fosfat total steady state Danau Lido sebesar 82,16 mg/m3 sehingga selisih total fosfat yang dapat diterima dengan total fosfat yang berada di Danau Lido sebesar 167,84 mg/m3. Selisih total fosfat (∆ P) yang dapat diterima dangan fosfat total yang berada di Danau Lido merupakan kapasitas badan perairan Danau Lido.
Tabel 4. Parameter penentuan daya dukung Danau Lido
Parameter Nilai
Kandungan fosfat total dalam pakan (%) 3,76
Kandungan fosfat total dalam ikan (%) 0,14
Food Convertion Ratio (FCR) 1,43
Total fosfat yang masuk ke perairan (kg) 52,36
Kosentrasi fosfat total stady state (mg/m3) 82,16
Kosentrasi fosfat total yang dapat diterima (mg/m3) 250 Fosfat total yang masih dapat ditampung ∆P (mg/m3) 167,84 Proporsi fosfat total yang hilang permanen ke sedimen 0,5 Proporsi fosfat total yang terlarut menjadi sedimen R 0,47 Seluruh fosfat total yang hilang ke sedimen Rfish 0,74 Fosfat total yang dapat ditampung perairan Lfish (mg/m2/tahun) 14103,4
Daya dukung (ton/tahun) 53,52
Dalam satu ton ikan budidaya dengan FCR sebesar 1,43 akan membuang fosfat total ke perairan sebesar 52,36 kg. Beban fosfat total (Lfish) yang dapat ditampung Danau Lido sebesar 14103,4 mg/m2/tahun sehingga daya dukung Danau Lido dalam budidaya ikan di KJA sebesar 53,52 ton/tahun. Produksi total ikan seluruh KJA milik petani dan BRKP adalah 17,3 ton/tahun sehingga produksi ikan di Danau Lido belum melewati daya dukung perairan.
4.1.5. Kualitas air
Parameter utama yang digunakan dalam perhitungan daya dukung adalah fosfat total. Parameter pendukung dalam perhitungan daya dukung di Danau Lido yaitu parameter fisika, parameter kimia,
kecerahan, suhu, dan kekeruhan
pH. Parameter biologi yang digunakan yaitu klorofil fisika, kimia, dan biologi perairan Danau Lido d
Pengambilan sampel air di
kompensasi, dan kedalaman dekat dasar perairan. berkisar antara 1,59-2,75 m dan di stasiun Non
Kedalaman kompensasi yang merupakan kedalaman yang hanya terdapat 1% intesitas cahaya dari permukaan perairan
berkisar antara 4,30-7,33 m dan di stasiun Non
4.1.5.1. Parameter fisika a. Kecerahan
Kecerahan merupakan ukuran tranparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan
(2005) bahwa kecerahan dapat menduga kosentrasi nutrien, kosentrasi klorofil, dan biomasa fitoplankton. Kecerahan
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Sebaran kecerahan rata
Parameter utama yang digunakan dalam perhitungan daya dukung adalah fosfat total. Parameter pendukung dalam perhitungan daya dukung di Danau Lido yaitu parameter fisika, parameter kimia, dan biologi. Parameter fisika terdiri dari
, suhu, dan kekeruhan. Parameter kimia terdiri dari orthofosfat,
pH. Parameter biologi yang digunakan yaitu klorofil-a. Nilai rata-rata parameter fisika, kimia, dan biologi perairan Danau Lido dapat dilihat di Lampiran 7
gambilan sampel air di permukaan, kedalaman Secchi, kedalaman kompensasi, dan kedalaman dekat dasar perairan. Kedalaman Secchi di stasiun KJA
2,75 m dan di stasiun Non-KJA berkisar antara 1,80
dalaman kompensasi yang merupakan kedalaman yang hanya terdapat 1% dari permukaan perairan. Kedalaman kompensasi di stasiun KJA
7,33 m dan di stasiun Non-KJA berkisar antara
4,87-4.1.5.1. Parameter fisika
Kecerahan merupakan ukuran tranparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk (Wetzel 2001). Menurut Rast &
kecerahan dapat menduga kosentrasi nutrien, kosentrasi klorofil, dan Kecerahan rata-rata di stasiun KJA dan Non
Gambar 8. Sebaran kecerahan rata-rata di stasiun KJA dan Non-KJA
Parameter utama yang digunakan dalam perhitungan daya dukung adalah fosfat total. Parameter pendukung dalam perhitungan daya dukung di Danau Lido ter fisika terdiri dari
orthofosfat, DO dan rata parameter Lampiran 7.
permukaan, kedalaman Secchi, kedalaman Kedalaman Secchi di stasiun KJA 1,80-2,20 m. dalaman kompensasi yang merupakan kedalaman yang hanya terdapat 1% Kedalaman kompensasi di stasiun KJA
-5,95 m.
Kecerahan merupakan ukuran tranparansi perairan yang ditentukan secara Menurut Rast & Thornton kecerahan dapat menduga kosentrasi nutrien, kosentrasi klorofil, dan stasiun KJA dan Non-KJA dapat