• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Ilmu Sosial (Fix)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengantar Ilmu Sosial (Fix)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR ILMU SOSIAL

Diskripsi

Pemahaman konsep-konsep ilmu sosial, masalah-masalah masyarakat dan penggunaan berbagai pendekatan ilmu pengetahuan sosial sebagai dasar untuk menganalisis masalah kemasyarakatan

Buku Sumber

Sumaadmodja. Nursid. 1985. Pengantar Ilmu Sosial. Bandung Sumaadmodja. Nursid. 1986. Perspektif Studi Sosial. Bandung Daldjoeni. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung Supardan, Dadang , Pengantar Ilmu Sosial, Jakarta: Sinar Grafika Offset

I. PENGERTIAN ILMU SOSIAL, METODE ILMIAH, DAN KEBENARAN ILMIAH A. Pengertian Ilmu

B. Pengertian Sosial

C. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Sosial D. Metode Ilmiah

E. Kebenaran Ilmiah

II. STRUKTUR DAN PERANAN ILMU A. Pengertian Struktur Ilmu

B. Pengertian dan Peranan Fakta C. Pengertian dan Peranan Konsep D. Pengertian dan Peranan Generalisasi E. Pengertian dan Peranan Teori

(2)

A. Pengertian, Karakteristik, dan Ruang Lingkup Sosiologi B. Kegunaan Sosiologi C. Konsep-konsep Sosiologi D. Generalisasi-generlisasi Sosiologi E. Teori-teori Sosiologi IV. ANTROPOLOGI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Antropologi B. Tujuan dan Kegunaan Antropologi

C. Konsep-konsep Antropologi

D. Generalisasi-generlisasi Antropologi E. Teori-teori Antropologi

V. ILMU GEOGRAFI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Geografi B. Manfaat Terapan Geografi

C. Konsep-konsep Geografi

D. Generalisasi-generlisasi Geografi E. Teori-teori Geografi

VI. ILMU SEJARAH

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Sejarah B. Tujuan dan Kegunaan Sejarah

C. Konsep-konsep Sejarah

D. Generalisasi-generlisasi Sejarah E. Teori-teori Sejarah

VII. ILMU EKONOMI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi B. Sejarah Perkembangan Ekonomi

C. Mazhab-mazhab dalam Ekonomi D. Generalisasi-generlisasi Ekonomi E. Teori-teori Ekonomi

(3)

VIII. PSIKOLOGI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi B. Sejarah Perkembangan Psikologi

C. Mazhab Psikologi

D. Konsep-konsep Psikologi E. Generalisasi Psikologi F. Teori Psikologi

IX. ILMU POLITIK

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Politik B. Tujuan dan Kegunaan Politik

C. Sejarah Perkembangan Politik D. Mazhab Politik

E. Konsep-konsep Politik

F. Generalisasi-generlisasi Politik G. Teori-teori Ilmu Politik

BAB I

PENGERTIAN ILMU SOSIAL, METODE ILMIAH, DAN KEBENARAN ILMIAH

A. PENGERTIAN ILMU

Jerome R. Ravert dalam karyanya The Philosophy of science, sampai saat ini mungkin mengakui bahwa ilmu merupakan sebuah kisah sukses luar biasa. Kemenangan-kemenangan ilmu melambangkan suatu proses kumulatif peningkatan pengetahuan dan rangkaian kemenangan tehadap kebodohan dan takhayul dan dari ilmulah kemudian mengalir arus penemuan yang berguna untuk kemajuan hidup manusia.

The Liang Gie (1999), ilmu dipandang sebagai kumpulan pengetahuan sistematis, metode penelitian, aktivitas penelitian.

(4)

Mark Baldwin (1957), mengemukakan: ‘pengetahuan; khususnya pengetahuan dalam arti luhur sebagai hasil dari pelaksanaan proses-proses koqnitif yang terpercaya dan sistematis‘.

Soekanto (1986): ‘Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya.

Ilmu menunjuk pada kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun tentang alam semesta yang selalu diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang objektif.

Tidak semua pengetahuan adalah ilmu sebab ilmu hanya terbatas pada pengetahuan yang diperoleh secara sistermatis.

2. Ilmu sebagai Metode Penelitian

Pengertian ini menekankan bahwa ilmu pada hakikatnya sebagai metode penelitian. Para ahli yang nengemukakaan hal tersebut diantaranya:

a. William J.Goode dalam bukunya Method In Social Research mengemukakan bahwa ilmu adalah suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia pengalaman, yakni dunia yang dapat terkena pengalaman oleh manusia. b. Caraghan delangles dalam bukunya‘‘a guide historical

Method‘‘mengemukakan bahwa ilmu pada dasarnya suatu metode untuk menangani masalah.

c. Harold H.Titus dalam bukunya ‗‘Living Issues in Philosophy‘‘ mengemukakan bahwa ilmu adalah suatu metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenarannya.

3. Ilmu sebagai aktivitas penelitian

Beberapa tokoh yang berpendapat bahwa ilmu sebagai aktivitas penelitian diantaranya:

The Liang Gie (1999): ‘Ilmu adalah proses membuat pengetahuan‘

Jean Ladriere (1975) : ‘Ilmu dapat dipandang sebagai keseluruhan pengetahuan kita saat ini, atau sebagai suatu aktivitas penelitian, atau sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan‘.

(5)

I Charles Singer yang yang dikutip dalam bukunya ‗‘Critical Thinking‘‘ mengemukakan bahwa ilmah adalah proses pembuat pengetahuan .

John Warfield dalam bukunya ‗‘Social Sistem‘‘ mengatakan tetapi ilmu pun dipandang sebagai proses. Pandangan proses ini paling berkaitan dengan perhatian terhadap penyelidikan karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses .Dengan demikan jelas bahwa ilmu merupakan aktivitas penelitian .

Kesimpulan ilmu dipandang sebagai keseluruhan pengetahuan kita saat ini, atau sebagai suatu aktivitas penelitian, atau sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan.

B. PENGERTIAN SOSIAL

Istilah sosial (social dalam bahasa inggris )dalam ilmu sosil memiliki arti yang berbeda–beda, misalkan istilah sosial dalam sosialialisme dengan istilah bepartemen sosial, jelas keduanya menunjukan makna yang sangat jauh berbeda.Menurut Soekanto apabila istilah sosial pada ilmu sosial mrnunjuk pada objeknya,yaiti masyarakat sosialisme adalah suatu ideologi yang pokok pada prinsip pemilikan umum alat-alat atau produksi dan jasa–jasa bidang ekonomi. Sedangkan istilah sosial pada departemen sosial menunjuk pada kegiatan–kegiatan di lapangan sosial. Artinya kegiatan–kegiatan yang ditunjukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, sepeti tuna karya,tuna susila,tuna wisma,orang jompo,anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu Soekanto mengemukakan bahwa istilah sosial pun berkenaan dengan prilaku interpersonal,atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.Secara keilmuan,masyarakat yang menjadi objek kajian ilmu-ilmu sosial ,dapat dilihat sebagai suatu yang terdiri dari berbagai segi .Dilihat dari segi ekonomi akan bersangkut paut dengan paktor produkdi ,distribusi,penggunaan barang-barang serta jasa-jasa .Dari segi politik antaralain berhubungan dengan penggunaan kekuasan dalam masayarakat.Dari segi antropologi budaya lebih menekanka pada masyarakat dan kebudayaanya,dan begitu seterusnya untuk ilmu-ilmu sosial yang lainya,seperti geografi sosial,sejarah,maupun sosiologi.

Begitupun tentang pengertian masyarakat (societi)banyak sarjana terdahulu yang mendepinisikan apa itu masyarakat dintaranya:

(6)

 Menurut Mac Iver dan Page mengemukakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.

 Menurut Ralph Linton dalam bukunya yang bejudul ―The Study of Man― mengemukakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia uang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang di rumuskan dengan jelas.

 Menurut Selo Soemarjan Menyatakan bahwa masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian masyarakat terdiri atas beberapa unsur.

a. Manusia yang hidup bersama b. Bercampur untuk waktu yang lama

c. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Sedangkan yang merupakan bentuk umum pada proses-proses sosial adalah interaksi sosial, bahkan ahli sosiologi berpendapat bahwa interaksi sosial tersebut merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial yang di dasarkan pada berbagai faktor, dan menurut Soekanto di sebabkan melalui :

1. Imitasi

Mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi interaksi sosial tersebut. Sebab salah satu peran positifnya adalah bahwa proses imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

2. Sugesti

Berlangsungnya apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian di terima oleh pihak lain secara emosi. 3. Identifikasi

Merupakan kecenderungan-kecenderungan ataupun keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain.

(7)

Sebenarnya merupakan suatu proses yang di sebabkan oleh ketertarikan seseorang oleh pihak lain, baik itu sebatas kerjasama, merasa senang dan tertarik karena faktor-faktor yang menyebabkan ia patut di kaguminya, maupun karena merasa adanya keterikatan dengan dirinya.

C. PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN PERKEMBANGAN ILMU-ILMU SOSIAL

Istilah ilmu sosial menurut Ralf Dahrendorf seorang ahli sosiologi Jerman dan penulis buku ― class and Class Conflict Industrial Society yang di kenal sebagai pencetus teori konflik Non-Marxis, Merupakan suatu konsef yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukan sebuah komunitas dan pendekatan yang saat ini hanya di klaim oleh beberapa orang saja ; sedangkan bentuk jamaknya, ilmu-ilmu sosial, mungkin istilah tersebut merupakan bentik yang lebih tepat. Ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik, bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu humaniora.

Pendapat Bung Hatta mengenai ilmu sosial :

1. Sebagai critical discourse ( wacana kritis ) artinya pada kajian ini membahas tentang adanya yang keabsahannya tergantung pada kesetiaan pada persyaratan sistem rasionalitas yang kritis dan pada konvensi akademis yang berlaku.

2. Sebagai academic interprise memiliki pengertian ― bagiman mestinya ―.

3. Sebagai applied science artinya bahwa dalm ilmu sosial itu di perlukan untuk mendapatkan atau mencapai hal-hal yang praktis dan berguna entah untuk mewujudkan sesuatu yang di cita-citakan. Contohnya kemakmuran maupun mengurangi atau meniadakn sesutu yang tidak di inginka contohnya kemiskinan. D.METODE ILMIAH

Istilah pendekatan menurut Vernon Van Dyke dalam bukunya yang berjudul ―political science‖dikemukakan bahwa suatu pendekatan pada prinsipnya adalah ukuran –ukuran untuk memilih masalah dan data yang berkaitan satu sama lain Hal ini diperjelas oleh Kerlinger bahwa pendekata atau rancangan ilmiah merupakan bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran .

(8)

Suatu pendekata dalam menelaah sesuatu dapat dilakukan berdasarkan sudut pandang ataupun tinjauan dari berbagai satu kesatuan karakteristik maupun cabang ilmu seperti sosiologi,Antropologi,geografi ,ekonomi ,politik dan sebagainya.

Metode merupakan prosedur yang mewujudkan pla-pola dan tata langkah dalam suatu penelitian ilmiah(the Liang Gie1999)

Teknik adalah suatu cara operasional yang seringkali bersipat rutin,mekanis,atauj spesipik untuk dan menangani data dalam penelitian.sebagai contoh,suatu penelitian tentang gjala-gejala kemasyarakatan dapat menggunakan metode survei.berbagai teknik yang digunakan misalkan wawancara,observasi,maupun menyebarkan angket .

Secara etimologi metide dari bahasa Yunani ―meta‖yang berarti sesudah dan hodos yang berarti jalan Dengan demikian metode merupakan langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu ,untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan (Soeprapto 2003:128)

Menurut rumusan ―the World Of Science Encyclopedia‖(volume 17:181)metode ilmiah diartikan sebagai prosedur yang dipergunakan oleh ilmuan-ilmuan dalam pencarian sistematis terhadap pengrtahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang ada.

Menurut George Kneller (1978 ;118) dalam karyanya ―Science as a Human Endeavor ―mengemukakan bahwa dengan metode ilmiah kami maksudkan struktur rasional dari penyelidikan ilmiah yang hipotesisnya disusun dan diuji .

Menurut Arturo Rosenblueth (1970 :1)dalam bukunya‖Mind and Brain‖mengemukakan bahwa metode ilmiah sebagai proswdur dan ukuran yang dipakai oleh ilmuwan-ilmuwan dalam penyusunan dan pengembangan cabang pengetahuan khusus mereka .

Menurut Harold titus metode ilmiah sebagai proses-proses dan langkah-langkah yang membuat ilmu-ilmu menghasilkan pengetetahuan .

Langkah-langkah metode ilmiah menurut Sheldon J.Lachman diantarnya: 1.Perumusan hipotesis spesipik atau pertanyaan spesifik untuk penyelidikan 2.Perancangan penyelidikan

3.Pengumpulan data

4.penggolongan data dan pengembangan generalisasi

5.pemeriksaan kebenara terhadap hasil-hasil yaitu terhadap data dan generalisasi-generalisasi

(9)

Kaplan kebenaran ilmiah itu beragam rentang penomena yang perlu dipelajari,ilmu pun begitu luas dan kompleka.Oleh karena itu membutuhkan strategi penelitian atau inkuiri yang beragam pula antara ilmu-ilmu sosial ,kealaman maupun humaniora.jadi tidak benar jika kita memutlakan apa yang disebut metode ilmiah.

Pendapat yang sangat berbeda mengenai metode ilmiah diantaranya: 1.Menurut Gold Stein :sesungguhnya istilah metode ilmiah adalah menyesatkan 2.Menurut Kaplan:Kekhawatiran saya dengan konspsi kesatuan ―metode ilmiah‖hal itu terasa oleh saya sesuatu justifikasi progmatis yang sungguh mengada ada terus menerus analisis logika kita tidak mampu untuk menerima segalanya secara penuh kedalam catatan .

Sanggahan-sanggahan tersebut mengingatkan kita untuk tidak tergesa-gesa memutlakan keampuha metode ilmiah sebagaimana dekemukaka sebagian orang. E.KEBENARAN ILMIAH

Julie Rord dalam :‖Paradigms and Fairy Tales(1975)‖mengemukakan bahwa istilah kebenaran memiliki 4 arti yang berbeda yang ia simbolkan dalam T1,T2,T3,T4. 1. Kebenaran pertama (T1)adalah kebenaran metafisik,yaitu kebenaran yang paling mendasar dan puncak dari seluruh kebenaran atau basic ultimate truth (Supriadi ,1998:5)oleh karena itu harus diterima apa adanya sebagai suatu given, kebenaran iman dan doktrin-doktrin sbsolut agama.

2. Kebenaran Kedua (T2) adalah kebenaran etik,yaitu yang menunjuk pada perangkat standar moral atau profesional tentang prilaku yang pantas dilakukan termasuk kode etik atau‖Code of Conduct‖

3. Kebenaran ketiga(T3) kebenaran logis.sesuatu dianggap benar apabila secara ligis atau matematis konsisten dan koheren dengan apa yang telah diakui sebagai sesuatu yang benar (dalam pengertian T3) atau sesuai dengan apa yang benar menurut kepercayaan metafisik.

4. Kebenaran keempat(T4)adalah kebenaran empirik ,yang lazimnya dipercayai ssebagai landasan pekerjaan para ilmuwan dalam melakukan penelitian .

Dalam konteks kebenaran ilmiah yang melibatkan subjek(manusia ,knower ,dan observer)dan objek (fakta,realitas,knowen) ,terdapat tiga teori utama kebenaran,yaitu :

1. Teori korespondensi(Correspondence Theory)teori ini beranggapan bahwa seluruh pernyataan itu benar jika apa yang diungkapkanya itu merupaka fakta,dalam arti adanya suatu kenyataan yang interaksionaj antara teori dengan

(10)

realita (Kattsoff,1998:7)Contoh,Jakarta adalah ibu kota Indonesia,dan setelah dicocokan dengan realitanya memang Jakarta adalah ibu kota negara Republik Indonesia.

2. Teori Koherensi(Coherence Theori)yang beranggapan bahwa sesuatu dianggap benar jika terdapan koherensi atau konsistensi,dalam arti tidak terjadi kontradiktif pada saat bersaman ,antara dua atau lebih logika.Contoh,pernyataan‖orang yang sederhanakecil kemungkinan untuk berprilaku swrakah maupun materialistik ―.

3. Teori Pragmatis(Pragmatism Theory),yang beranggapan bahwa kebenaran itu tersimpul pada asfek fungsional secara praktis (Kattsoff,1996:130-131)

BAB 3

STUKTUR DAN PERANAN ILMU

A.PENGERTIAN STRUKTUR ILMU

Menurut Joseph J.Schwab dalam tulisanya ―Structur Of The Disciplines Meaning and Significance‖konsep struktur bukanlah konsep yang mudah dipahami hal itu mengacu pada bagian –bagian dari suatu objek dan tata cara yang saling berhubungan .Menurutnya suatu disiplin ilmu adalah bentuk konsepsi yang

(11)

membatasi pokok masalah yang diselidiki dari suatu disiplin dan pengawasan atau pengendalian terhadap penelitianya Struktur suatu disiplin ilmu meliputi dua bagian yaitu subtantive conceptual strukture dan syntactial strukture.Subtantive conceptual Struktur adalah konsep-konsep yang menjadi kerangka berfikir dalan meneliti sesuatu .Syntactial Stucture berhubungsn dengan penelitian yang dilakukan oleh disiplin itu.Syntactial Structure menyangkut masalh-masalah jalan mana yang akan ditempuh dalam penelitian?cara mengumpulkan data,cara menguji data, kriteria yang dipakai dalam menetapkan kualitas data,ukuran untuk menentukan bahwa dat yang diperoleh relevan atau mungkin tidak relevan .

B.PENGERTIAN DAN PERANAN FAKTA

Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English(2000:449-450)yang dimaksud dengan fakta adalah:

1. Sesuatu yang digunakan untuk mengacu pada situasi tertentu atau khusus 2. Kualiatas atau sifat yang aktual atau dibuat atas dasar fakta-fakta

3. Sesuatu hal yang dikenal sebagai yang benar-benar ada dan terjadi terutama yang dapat dibuktikan oleh bukti yang benar atau dinyatakan benar-benar terjadi .

4. Hal yang terjadi dapay dibuktikan oleh hal-hal yang benar,bukan oleh berbagai hal yang telah ditemukan .

5. Suatu penegasan,pernyatan,atau informasi yang berisi atau berartimengandung sesuatu yang memiliki kenyataan objektif,dalam arti luas adalah sesuatu yang ditampilkan dengan benar atau salah karena memiliki realitas objektif.

Menurut Bachtiar fakta merupakan abstraksi dari kenyataan yang diamati,yang sifatnya terbatas dan dapat diuji kebenaranya secara empiris.

Menurut Sjamsudin fakta adalah erat hubunganya dengan jawaban atas apa,siapa,kapan,di mana dan juga dapat berupa benda-benda yang benar-benar ada dan atau peristiwa yang pernah terjadi pada masa lalu(Sjamsudin ,1996:5)

Menurut James A.Bank (977:84)fakta adalah kejadian berbagai hal atau peristawa tertentuyang pada giliranya menjadi data mentah atau pengamatan dari ilmuwan-ilmuwan sosial.

(12)

1. Menurut Schwab (1969:12-14)konsep ,erupakan abstraksi,kontruksi logis yang terbentuk dari kesan,tanggapan dan pengalaman kompleks.

2. Menurut James Bank konsep adalah suatu kata abstrak atau kata yang bermanfaat untuk mengklasifikasikan atau menggolongkan suatu kelompok berbagai hal gagasan atau peristiwa.

Jenis-jenis konsep menurut Fraenkel:

1. Konsep konjungtif,yaitu konsep yang berfunhsi untuk menghubungkan dari keberadaan dua atau lebih atribut yang semuanya harus ada(Fraenkel,1980:58)

2. Konsep disjungtif,mencerminkan adanya alternatif-alternatif yang beragam. 3. Konsep relasional,yang memiliki arti mengandung suatu hubungan khusus

antara dua atribut maupun lebih yang dinyatakan secara eksplisit dengan bilngan tertentu.

4. Kosep deskriptif,adalah konsep yang menuntut jawaban tentang gambaran suatu benda.

5. Konaep evaluatif,yaitu konssep yang berhubungan dengan pertimbangan baik atau buruk ,salah atau benar,cantik atau jelek.

6. Konsep campuran,yaitu suatu konsep yang tidak hanya memberikan penjelasan tentang suatu karakteristik yang dimiliki oleh benda tersebut,tetapi juga sekaligus memberikan sikap ataupun penilaian terhadap pernyataan tersebut.

Kegunaan konsep bagi kehidupan manusia:

1. Konsep berguna untuk melakukan episiensi dan efektivitas bagi manusia. 2. Melalui konsep itupun adanya klasifikasi atas beberapa individu.

3. Konsep dapat berfungsi untuk mereduksi keperluan yang sering dikatakan berulang uiang terhadap sesuatu kajian yang serupa dan sudah diketahui . 4. Konsep dapat berfungsi memudahkan kita untuk memecahkan masalah. 5. Konsep berguna untuk menjelaskan sesuatu yang dianggap rumit ataupun

memerlukan keterangan yang cukup panjang dan rinci.

6. Konsep berguna untuk mengonseptualisasikan sesuatu secara cermat melalui simbol-simbol.

7. Konsep mengandung konotasi negatif dinamakan stereotif

8. Konsep berguna sebagai mata rantai penghubung ataupun katalisator antardisiplin ilmu

(13)

D.PENGERTIAN DAN PERANA GENERALISASI Pengertian generalisasi :

1. Generalisasi adalah pernyataan hubungan dua konsep atau lebih

2. Generalisasi merupakan pernyataan tentang hubungan antara konsep-konsep dan berfugsi untuk membantu dalam memudahkan pemahaman suatu maksud pernyataan itu

3. Generalisasi adlah kesimpulan yang ditarik secara induktif mengenai dua hubungan fakta-fakta atau lebih yang melahirkan teori

4. Generalisasi merupakan pernyataan yang menjelaskan hubungan antara konsep-konsep yang berfungsi sebagai penbantu berfikir dan memahami Tingkatan generalisasi:

1. High Order Generalization yaitui generalisasi yang pemakaianya secara universal.

2. Ntermediat Level Generalization yaitu generalisasi yang digunakan dikawasan tertentu dan kebudayaan tertentu

3. Law order Generalization yaitu generalisasi yang digunakan atas data dari dua data atau tiga sampel kecil misalkan tentang kelompok kota pada suatu kawasan tertentu

Tipe-tipe generalisasi:

1. Generalisasi deskriftip yaitu suatu generalisasi yang hanya mendeskripsikan suatu hubungan yang ada

2. Generalisasi Kausal ,yaitu suatu generalisasi yang menjelaskan hubungan sebab akibat terjadi suatu peristiwa

3. Generalisasi korelatif,yaitu generalisasi yang menunjukan adanya hubungan satu sama lain

4. Generalisasi kondisional,yaitu suatu generalsasi yang menyarankan apa yang akan terjadi jika seandainya suatu khusus dilaksanakan dengan drmikian adanya suatu persyaratan khusus

E.PENGERTIAN DAN PERANAN TEORI

Teori adalah suatu suatu preposisi dari masalah yang mengandung variable,hipotesis,dan saumsi berdasarkan mertode keilmuwan.

Unsur-unsur teori menurut Capbell:

1. Definisi,memberitahu kita bagaimana prnulis akan memakai istilah-istilah kuncinya

(14)

2. Deskripsi,merupakan sebuah kegiatan yang tanpa ajhir dan selalu belum selesai serta tanpa batas.

3. Penjelasan, harus melampaui makna deskripsi denga mengatakan hal-hal apakah yang dapat memberikan pada kita suatu pemahaman tertentu mengenai mengapa suatu kenyataan seperti itu.

Fungsi teori menurut Suppes dan Kerling:

1. Berguna sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitia

2. Teori memberika suatu keragka kerja bagi pengorganisasian butir-butir informasi tertentu.

3. Teori mengemukakan kompleksitas peristiwa-peristiwa yang tamoaknta sederhana.

4. Teori mengorganisasikan kembalio pengalaman –pengalama sebelumnya. 5. Teori berfunhsi untuk melakukan prediksi kontrol.

BAB 4 SOSIOLOGI

A. PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI Secara terminologi Sosiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata socius

dan logos. Socius yang berarti kawan, berkawan, ataupun bermasyarakat.

Sedangkan logos berarti ilmu atau dapat jugaberbicara tentang sesuatu. Dengan demikian, secara harfiah istilah Sosiologi dapat diartikan ilmu tentang masyarakat (Spencer dan Inkeles, 1982: 4; Abdulsyani, 1987: 1). Di bawah ini terdapat beberapa definisi Sosiologi menurut beberapa ahli:

1. Pitirim Sorokin (1928: 760 – 761) mengemukakan bahwa Sosiologi adalah suatu ilmu tentang hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala – gejala sosial, contohnya antara gejala ekonomi dengan non ekonomi, seperti agama, gejala keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dan sebagainya.

2. William Ogburn dan Meyer F. Nimkoff (1959: 12 – 13) berpendapat bahwa Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

3. Roucekj dan Warren (1962: 3) berpendapat bahwa Sosiologi adalah ilmu tentang hubungan antara manusia dalam kelompok – kelompoknya.

(15)

4. J.A.A. van Doom dan C.J. Lammers (1964: 24) mengemukakan bahwa Sosiologi ilmu tentang struktur – struktur dan proses – proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Meta Spencer dan Alex Inkeles (1982: 4) mengemukakan bahwa Sosiologi ilmu tentang kelompok hidup manusia.

6. David Popenoe (1983: 107 – 108) berpendapat bahwa Sosiologi adalah ilmu tentang interaksi manusia dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan.

7. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1982: 14) menyatakan bahwa Sosiologi adalah ilmu tentang struktur sosial dan proses –proses sosial, termasuk perubahan – perubahan sosial. Selanjutnya, menurut mereka bahwa struktur sosial keseluruhan jalinan antara unsur – unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah – kaidah sosial (norma – norma sosial), lembaga – lembaga sosial, kelompok – kelompok, serta lapisan sosial. Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik, kehidupan hukum dengan agama, dan sebagainya.

Dengan demikian, Sosiologi dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu tentang interaksi sosial, kelompok sosial, gejala – gejala sosial, organisasi sosial, struktur sosial, proses sosial, mapun perubahan sosial.

Objek kajian sosiologi adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok – kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup keluarga, etnis atau suku bangsa, komunitas pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, budaya, bisnis, dan organisasi lainnya (Ogburn dan Nimkoff, 1959: 13; Horton dan Hunt, 1991: 4). Sosiologi pun mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal usul pertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan demikian, sebagai objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia yang dilihat dari sudut hubungan antarmanusia dan proses – proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.

Jika ditelaah lebih lanjut, tentang karakteristik sosiologi menurut Soekanto (1986: 17) mencakup hal – hal berikut.

1. Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan bagian ilmu pengetahuan alam maupun kerohanian.

(16)

2. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif, melainkan suatu disiplin yang bersifat kategoris. Artinya, sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini, dan bukan mengenai apa yang semestinya terjadi atau seharusnya terjadi. Dengan demikian, sosiologi dapat dikategorikan sebagai ilmu murni (pure science), bukan merupakan ilmu terapan (applied science). Sebagai ilmu murni sosiologi bukan disiplin yang normatif. Artinya, sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi pada saat ini, serta bukan mengenai apa yang terjadi seharusnya terjadi.

3. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian – pengertian dan pola – pola umum (nomotetik). Sosiologi mencari apa yang menjadi prinsip – prinsip atau hukum – hukum umum dari interaksi antarmanusia individu maupun kelompok dan perihal sifat hakiki, bentuk, isi, struktur, maupun proses dari masyarakat manusia.

4. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang empiris, faktual, dan rasional.

5. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan tentang ilmu pengetahuan yang konkret. Artinya, bahan kajian yang diperhatikan dalam sosiologi adalah bentuk – bentuk dan pola – pola peristiwa dalam masyarakat, dan bukan wujudnya tentang masyarakat yang konkret.

6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menghasilkan pengertian – pengertian dan pola – pola umum.

Sosiologi sebagai ilmu yang memfokuskan pada kajian pola – pola interaksi manusia, dalam perkembangannya sering kali lebih banyak dihubungkan dengan kebangkitan modernitas. Menurut Zygmunt Bauman (2000: 1023) keterkaitan tersebut didasarkan beberapa alasan.

1. Mungkin satu – satunya denominator umum dari sejumlah besar mazhab pemikiran dan strategi riset yang mengklaim mengandung sumber sosiologis adalah fokusnya pada masyarakat.

2. Fenomena modern lainnya yang khas adalah ketegangan konstan antarmanusia yang muncul dari latar belakang tradisional dan komunal, yang berubah menjadi individu dan menjadi subjek tindakan otonom, serta masyarakat sebagai batasan sehari – hari terhadap tindakan dari kegiatan individu.

Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki cakupan luas dan banyak cabang yang dipersatukan, meskipun tidak terlalu kuat oleh strategi hermeneutika

(17)

dan ambisi untuk mengoreksi kepercayaan umum. Garis batas bidang tersebut mengikuti divisi fungsional serta lembaga di dalam organisasi masyarakat yang menjawab tuntutan efektif dari bidang manajemen yang telah mapan.

Jadi, spesialisasi bentuk pengetahuan terakumulasi dengan fokus pada penyimpangan dan kebijakan korektif atau hukuman, politik dan institusi politik, tentara dan perang, ras dan etnis, perkawinan dan keluarga, pendidikan dan media kultural, teknologi informasi, agama dan institusi agama, industri dan pekerjaan, kehidupan urban dan persoalan persoalannya, serta kesehatan dan kedokteran (Bauman, 2000: 1032).

Secara sistematis, ruang lingkup sosiologi dapat dibedakan menjadi beberapa subdisiplin sosiologi, seperti sosiologi pedesaan (rural sociology), sosiologi industri (industrial sociology), sosiologi perkotaan (urban sociology), sosiologi medis (medical sociology), sosiologi wanita (woman sociology), sosiologi militer (military sociology), sosiologi keluarga (family sociology), sosiologi pendidikan (educational sociology), sosiologi medis (medical sociology), dan sosiologi seni (sociology of art).

1. Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology)

Jurusan yang pertama kali mengkhususkan sosiologi pedesaan muncul di Amerika Serikat tahun 1930-an, kemudian muncul beberapa Akademi Land Grant yang dibentuk dalam wilayah kewenangan Departemen Pertanian Amerika Serikat untuk meneliti masalah pedesaan dan melatih ahli sosiologi serta ekstensionis pedesaan untuk kerjasama lembaga – lembaga pemerintah beserta organisasi petani (Hightower, 1973). Adapun kerangka yang paling sering digunakan untuk mengenali berbagai temuan empiris adalah gagasan tentang suatu ―kontinum pedesaan – perkotaan‖, yang berusaha menjelaskan berbagai pendekatan pola sosial dan kultural dengan mengacu kepada tempat masyarakat tersebut di sepanjang kontinum yang bergerak dari tipe pemukiman yang paling kota (the most urban) hingga yang paling desa (the most rural).

Salah satu aspek yang paling mengganggu dalam sejarah sosiologi pedesaan adalah kegagalan ilmu ini mengembangkan analisis sistematis tentang produksi pertanian, pada tingkat perusahaan maupun struktur agraria(Newby, 1980). Sehingga nasib sosiologi pedesaan saat ini terperangkap dalam sejumlah kontroversi dan harapan. Sepanjang sejarahnya, sosiologi pedesaan tidak pernah dapat secara efektif menyatakan statusnya sebagai disiplin ilmu tersendiri yang

(18)

memiliki objek penyelidikan dan metode penjelasan yang khusus. Jika tradisi awal mengasumsikan bahwa ada perbedaan menyolok antarlokasi pedesaan yang membuat lokasi – lokasi itu memiliki perbedaan dalam hal sosial dan budaya dibandingkan dengan bentuk – bentuk kehidupan sosial perkotaan. Namun, akhirnya makin banyak peneliti yang berpandangan bahwa lokasi pedesaan hanya sekadar entitas empiris atau geografis tempat seseorang bekerja. Keadaan desa tidak mensyaratkan teori atau implikasi metodologis khusus untuk penelitian, tetapi sangat tergantung pada jenis masalah teoretis dan metodologis yang dikandungnya, dan tidak semata – mata didasarkan pada kenyataan yang sama – sama memiliki pengalaman pedesaan (Long, 2000: 942).

2. Sosiologi Industri (Industrial Sociology)

Kelahiran bidang ini mendapat inspirasi dari pemikiran – pemikiran Karl Marx, Emile Durkheim, dan Max Weber, walaupun secara formal, sosiologi industri lahir pada kurun waktu antara Perang Dunia I dan II, serta secara matang tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an (Grint, 2000: 488).

Dalam perkembangannya, sosiologi industri sejak tahun 1980-an terdapat empat tema baru yang muncul dari riset – riset sosiologi industri.

a. Sosiologi industri yang hanya menekankan gaya tradisional yang patriarkat, memberikan peluang munculnya lini baru, yakni feminisme dalam riset.

b. Runtuhnya komunisme di Eropa Timur, adanya globalisasi industri, pergeseran dari Fordisme (keadaan ekonomi seusai perang) menuju post Fordisme, perkembangan – perkembangan teknologi pengawasan dan bangkitnya individualisme tanpa ikatan tahun 1980-an, mengantarkan bangkitnya minat pada peran norma dan dominasi diri yang sering kali dikaitkan dengan gagasan – gagasan Foulcault dan tokoh pascamodernis lainnya (Reed dan Hughes, 1992). c. Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi – aplikasinya di bidang

manufaktur serta perdagangan, telah mendorong bangkitnya kembali minat untuk menerapkan gagasan – gagasan konstruktivis sosial dari sosiologi ilmu pengetahuan serta teknologi ke sosiologi kerja dan industri (Grint dan Woolgar, 1994).

d. Asumsi bahwa pekerjaan dan produksi merupakan kunci identitas sosial tentang argumen – argumen bahwa pola – pola konsumsi merupakan sumber identitas individual (Hall, 1992: 114).

(19)

Sosiologi medis merupakan bagian dari sosiologi yang kajiannya memfokuskan pada pelestarian ilmu kedokteran, khususnya pada masyarakat modern (Amstrong, 2000: 643). Bidang ini berkembang pesat pada sejak tahun 1950-an sampai sekarang. Setidaknya ada dua alasan yang mendorong pesatnya perkembangan bidang ini.

a. Berhubungan dengan asumsi – asumsi dan kesadaran bahwa masalah yang terkandung dalam perawatan kesehatan masyarakat modern adalah sebagai bagian integral masalah – masalah sosial.

b. Meningkatkan minat terhadap pengobatan dalam aspek – aspek sosial dari kondisi sakit (illness), terutama berkaitan dengan psikiatri (berhubungan dengan penyakit jiwa), pediatri (kesehatan anak), praktik umum (pengobatan keluarga), geriatrik (perawatan usia lanjut), dan pengobatan komunitas (Amstrong, 2000: 643 – 644).

Pada awal kelahirannya yang dominan adalah perspektif medis, psikologi, dan psikologi sosial. Dalam perspektif medis, terutama pada epidemiologi sosial yang berusaha mengidentifikasi peran dari faktor – faktor sosial terhadap berjangkitnya penyakit menular yang dilakukan oleh para ahli medis dan sosiologi. Hasil kajian awal menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari struktur sosial (kelas sosial) terhadap etiologi dari penyakit psikiatris maupun organis (Amstrong, 2000: 644).

Dalam perkembangan selanjutnya, khususnya tahun 1990-an, minat terhadap studi detail kehidupan sosial pun dilibatkan yang meneliti ekspresi dalam pengalaman sakit pasien.

4. Sosiologi Perkotaan (Urban sociology)

Sosiologi urban atau perkotaan adalah studi sosiologi yang menggunakan berbagai statistik di antara populasi dalam kota – kota besar. Kajiannya terutama dipusatkan pada studi wilayah perkotaan di mana zona industri, perdagangan, dan tempat tinggal terpusat.

Sosiologi perkotaan baru dimulai di Eropa, perintisannya sejak tahun 1920-an dan 1930-an walaupun resminya sejak awal tahun 1970-an yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah khususnya Amerika Serikat. Hal itu pun memengaruhi studi masyarakat lainnya sampai ke kota – kota besar di Jepang pada tahun 1970-an. Selama dua puluh tahun sejak pengenalannya dari Barat, dapat dibagi menjadi tiga tahapan.

(20)

a. Periode dari 1977 – 1985, ketika sosiologi urban Prancis, terutama sekali teori Manuael Castell pernyataannya sangat berpengaruh.

b. Dari 1986 – 1992, memusatkan pada teori pergerakan sosial dan konsep global di kota besar dalam suatu konteks pembaruan, terutama kota – kota di Jepang. c. Dari 1992 sampai sekarang, ditandai oleh suatu perubahan bentuk sosiologi

perkotaan dalam suatu teori ruang kemasyarakatan di bawah globalisasi yang telah begitu besar memengaruhi pekerjaan David Harvey (Kazutaka Hashimoto, 2002). Beberapa tema yang relevan dalam kajian sosiologi urban tersebut, di antaranya populasi, geopolitik, ekonomi, dan lain – lain.

5. Sosiologi Wanita (Woman Sociology)

Lahir dan berkembangnya sosiologi wanita, di mana sejarah perintisannya sejalan dengan perkembangan gerakan feminisme yang dipelopori oleh Mary Wollstonecraft dalam bukunya A Vindication of The Right of Woman (1779), kendati akar – akar historisnya dapat dilacak sejak lahirnya sosiologi sebagai disiplin akademik.

Dilihat dari perspektif pendorong teori sosiologi wanita tersebut, terdiri atas tiga kelompok kontributor pemikiran sosiologi utama yang terpilih.

a. Kelompok teoretisi positivis atau fungsionalis, menegaskan bahwa tatanan alamiah dominasi laki – laki sebagai suatu perbedaan terhadap argumen – argumen mengenai hak – hak kaum wanita.

b. Kelompok para teoretisi konflik, melukiskan sistem – sistem penindasan yang secara sistematis membatasi kaum wanita.

c. Kelompok altenatif, yakni kelompok aktivis karya sosial dan interaksionis. 6. Sosiologi Militer (Military Sociology)

Bidang kajian ini menyoroti angkatan bersenjata sebagai suatu organisasi bertipe khusus dengan fungsi sosial spesifik (Bredow, 2000: 664). Fungsi – fungsi tersebut bertolak dari suatu tujuan organisasi keamanan dan sarana – sarananya, kekuatan, serta kekerasan. Sebenarnya, masalah – masalah seperti itu sudah lama didiskusikan oleh para sosiolog, seperti August Comte maupun Herbert Spencer. Akan tetapi, secara formal studi sosiologi militer tersebut baru dimulai selama Perang Dunia II. Sosiologi militer tersebut berkembang pesat khususnya di Amerika Serikat, yang menurut Bredow (2000: 665), terdapat lima bidang utama kajian sosiologi militer.

(21)

a. Problem organisasi internal yang menganalisis proses – proses dalam kelompok kecil dan ritual militer dengan tujuan untuk mengidentifikasi problem disiplin dan motivasi, serta menguraikan cara – cara subkultur militer dibentuk. b. Problem organisasional internal dalam pertempuran, di mana dalam hal ini

dianalisis termasuk seleksi para petinggi militer, kepangkatan, dan evaluasi motivasi pertempuran.

c. Angkatan bersenjata dan masyarakat yang mengkaji tentang citra profesi yang berkaitan dengan dampak perubahan sosial dan teknologi, profil rekrutmen angkatan bersenjata, problem pelatihan dan pendidikan tentara, serta peran wanita dalam angkatan bersenjata.

d. Militer dan politik. Dalam hal ini, dianalisis ada suatu perbandingan bahwa pada demokrasi Barat rriset militer, terfokus pada kontrol politik terhadap jaringan militer, kepentingan ekonomi, dan administrasi lainnya. Namun, bagi negara – negara berkembang, memfokuskan berbagai sebab dan konsekuensi dari kudeta militer yang diperankannya dengan membawa atribut – atribut pembangunan dan Praetorisme (bentuk yang biasanya diterapkan oleh militerisme negara berkembang).

e. Angkatan bersenjata dalam sistem internasional. Dalam hal ini, dianalisis tentang aspek – aspek keamanan nasional dan internasional, disertai peralatan atau perlengkapan dan pengendaliannya, serta berbagai operasi pemeliharaan perdmaian internasional.

7. Sosiologi Keluarga (Family Sociology)

Mempelajari pembentukan dan perkembangan keluarga, bentuk keluarga, fungsi dan struktur keluarga, arah perkembangan keluarga pada masa mendatang,permasalahanyang dihadapi keluarga serta penyelesaiannya, masalah penyimpangan hubungan dengan sosialisasi, disorganisasi keluarga, dan masalah keluarga berencana. Mencakup hubungan keluarga dengan sistemsosial lainnya, seperti sistem pendidikan, ekonomi, pemerintahan, hubungan keluarga dengan sistem nilai dan organisasi lainnya, serta implikasinya terhadap anggota keluarga. Pendekatan sosiologis dalam melihat keluarga, peranan, interaksi, danfungsi keluargadalamera modernisasi maupun pembangunan (Goode, 2002: 37).

8. Sosiologi Agama

Sosiologi agama merupakan studi sosiologis yang mempelajari studi ilmu budaya secara empiris, profan, dan positif yang menuju kepada praktik, struktur

(22)

sosial, latar belakang historis, pengembangan, tema universal,dan peran agama dalam masyarakat (Goddijn, 1966: 36). Para ahli sosiologi agama mencoba untuk menjelaskan efek masyarakat itu pada agama maupun efek agama terhadap masyarakat. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang bersifat dialektis antara keduanya, dalam kaitannya dengan agama ini terutama tertuju pada studi praktis, struktur sosial, latar belakang historis, perkembangan, tema universal, dan peran agama dalam masyarakat (Wikipedia, 2002). Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa sosiologi agama merupakan cabang dari sosiologi umum yang bertujuan untuk mencari keterangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya. 9. Sosiologi Pendidikan (Educational Sociology yang Kemudian Menjadi

Sociology of Education)

Merupakan bidang kajian sosiologi yang perintisannya selalu dikaitkan dengan sosiolog pendidikan bernama Lester Frank Ward pada tahun 1883, yang menegaskan bahwa untuk memperbaiki masyarakat diperlukan pendidikan (Ballantine, 1983: 11). Selanjutnya, Ward menegaskan bahwa perbedaan kelas yang terjadi dalam masyarakat bersumber kepada perbedaan pemilikan kesempatan, terutama kesempatan dalam memperoleh pendidikan. Sebab perbedaan pemilikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan tersebut mengarah kepada monopoli pemilikan sumber – sumber sosial maupun keadilan. Pada abad ke-20, muncul semangat yang kuat untuk mendirikan sebuah cabang sosiologi yang dinamakan

educational sociology (Brookover dalam Pavalko, 1976: 6). Perkembangan ternyata bidang baru tersebut sangat pesat, hal ini terlihat pada tahun 1914, khususny di Amerika Serikat telah 14 universitas yang mengadakan program perkuliahan bidang tersebut, di mana bidang educational sociology mengandalkan pada problem solving

sosial sebagai metodenya (Adiwikarta, 1988: 2).

Timbul ketidakpuasan atas educational sociology tersebut dari sosiolog lainnya, terutama Robert Angell terhadap nama subdisiplin itu, maupun terhadap metodenya sehingga pada tahun 1928, muncul istilah baru, yaitu sociology of education. Bagi Angell, sociology of education, ia tidak perlu menjanjikan jawaban sosiologis untuk mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi dunia pendidikan. Bidang ini cukup bertugas untuk melakukan berbagai riset dan menjadikan institusi pendidikan sebagai sumber data ilmiah. Menurut Brookover, bidang – bidang kajian materi

sociology of education tersebut mencakup

(23)

(b) hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya; (c) hubungan antarmanusia dalam sistem pendidikan; (d) pengaruh sekolah terhadap perilaku anak didik 10.Sosiologi Seni

Istilah sosiologi seni (sociology of art) digunakan dari sosiologi berbagai seni (sociology of art) atau soiologi seni dan literatur (sociology of art and literature). Sedangkan, sosiologi seni visual relatif jarang dikembangkan dibandingkan sosiologi literatur, drama, maupun film. Implikasinya, sifat generik dari bidang kajian ini mau tidak mau menimbulkan kesulitan dalam analisisnya karena tidak selalu terdapat hubungan linear antara musik dan novel dengan konteks atau politiknya (Wolff, 2000: 41). Namun demikian, sosiologi seni dapat dikatakan sebagai wilayah kajian yang cair karena di dalamnya tidak ada suatu model analisis atau teori yang dominan.

B. PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, ILMU BANTU, DAN JENIS PENELITIAN 1. Pendekatan

Walaupun sosiologi di awal kelahirannya pada abad ke-19 sangat dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran yang bersifat positivistik, khususnya bagi pendirinya Auguste Comte, namun dalam pendekatan sosiologi tidaklah absolut bersifat kuantitatif, melainkan juga dapat menggunakan pendekatan kualitatif (Soekanto, 1986: 36).

Dalam pendekatan kuantitatif, sosiologi mengutamakan bahan dan keterangan dengan angka sehingga gejala – gejala yang ditelitinya dapat diukur dengan mempergunakan skala, indeks, tabel, dan formula yang menggunakan statistik. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif, sosiologi selalu dikaitkan dengan epistemologi interpretatif dengan penekanan pada makna – makna yang terkandung di dalamnya atau yang ada di balik kenyataan yang teramati.

2. Metode

Para ahli sosiologi dalam penelitiannya banyak menggunakan beberapa metode penelitian.

a. Metode Deskriptif

Metode ini sering disebut bagian metode empiris yang menekankan pada kajian masa kini. Secara sngkat, metode deskriptif ini adalah suatu metode yang berupaya untuk mengungkap pengejaran atau pelacakan pengetahuan. Metode

(24)

tersebut dirancang untuk menemukan apa yang sedang terjadi, tentang siapa, di mana, dan kapan.

Dengan demikian, dalam metode ini pun termasuk metode survei dengan jumlah sampel yang begitu banyak untuk mengungkap dan mengukur sikap sosial maupun politik, seperti yang dirintis George Gallup dalam The Literary Digest (1936). Dalam metode tersebut, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pertanyaan – pertanyaan yang disusun melalui angket (kuesioner) terhadap responden untuk mengukur pendapat atau tanggapan publik tentang sesuatu yang diteliti (Bailey, 1982: 110; Spencer dan Inkeles, 1982: 32).

b. Metode Eksplanatori

Metode ini pun merupakan bagian metode empiris. Popenoe (1983: 28) mengemukakan bahwa jika saja dalam studi deskriptif lebih banyak bertanya tentang apa, siapa, kapan, dan di mana maka dalam studi eksplanatori lebih banyak menjawab mengapa dan bagaimana. Oleh karena itu, metode ini bersifat menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan ―mengapa‖ dan ―bagaimana‖.

c. Metode Historis Komparatif

Metode ini menekankan pada analisis atas peristiwa – peristiwa masa silam untuk merumuskan prinsip – prinsip umum, yang kemudian digabungkan dengan metode komparatif, dengan menitikberatkan pada perbandingan antara berbagai masyarakat beserta bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan, serta sebab – sebabnya.

d. Metode Fungsionalisme

Metode ini bertujuan untuk meneliti fungsi lembaga – lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial dalam masyarakat.

e. Metode Studi Kasus

Metode studi kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi untuk menentukan variabel itu, dan hubungannya di antara variabel memengaruhi status atau perilaku yang saat itu menjadi pokok kajian (Fraenkel dan Wallen, 1993: 548).

f. Metode Survei

Penelitian survei adalah salah satu bentuk dari penelitian yang umum dalam ilmu – ilmu sosial.

(25)

Beberapa teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam kajian sosiologi, di antaranya adalah sosiometri, wawancara, observasi,dan observasi partisipan.

a. Sosiometri

Dalam sosiometri berusaha meneliti masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan skala dan angka untuk mempelajari hubungan antarmanusia dalam suatu masyarakat. Bidang ini merupakan bidang keahlian psikologi yang mempelajari, mengukur, dan membuat diagram hubungan sosial yang ada pada kelompok kecil (Horton dan Hunt, 1991: 235).

b. Wawancara atau Interview

Teknik ini adalah situasi peran antarpribadi yang bertemu muka (face to face) ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang yang diwawancarai atau responden (Supardan, 2004:159).

c. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang diperoleh secara langsung dan teratur untuk memperoleh data penelitian.

d. Observasi Partisipan

Bentuk pengamatan yang menyeluruh dari semua jenis metode atau strategi (Patton, 1980). Dalam hal ini, peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan sesuai dengan yang dilakukan oleh subjek penelitian.

4. Ilmu Bantu

Beberapa ilmu bantu yang sering digunakan dalam sosiologi, seperti statistik, psikologi, etnologi, arkeologi, dan antropologi, di samping ilmu – ilmu sosial lainnya, seperti sejarah, ekonomi, antropologi, politik, hukum, maupun geografi.

a. Statistik

Statistik sangat diperlukan dalam sosiologi terutama dalam perhitungan – perhitungan yang menyangkut pendekatan kuantitatif agar hasil – hasil penelitiannya lebih valid, akurat, dan terukur.

b. Psikologi

Psikologi pun sangat diperlukan dalam kajian sosiologi karena dalam psikologi dapat diperoleh keterangan, baik latar belakang seseorang

(26)

berperilaku maupun proses – proses mentl yang diperlukan keterangan – keterangannya.

c. Etnologi

Etnologi adalah ilmu tentang adat istiadat suatu bangsa. Ilmu tersebut sangat diperlukan dalam sosiologi karena menyangkut tradisi – tradisi yang berkembang pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, etnologi sering disebut juga sosial antropologi (Shadily, 1984: 20).

d. Arkeologi

Arkeologi adalah ilmu tentang peninggalan ataupun kebudayaan klasik dari suatu bangsa yang telah silam.

e. Antropologi

Antropologi telah memasuki kajian kelompok maupun etnis atau ras masyarakat kota ataupun yang lebih maju. Maksud dari hasil penelitian bidang antropologi adalah untuk lebih mudah memahami tentang beberapa keunikan secara ideografis serta memberikan pengertian yang mendalam mengenai masyarakat modern yang lebih luas dan kompleks.

5. Jenis Penelitian Sosiologi

Dalam penelitian sosiologi (Shadily, 1984: 50 – 52), setidaknya kita mengenal tiga macam penelitian sosiologi, yakni penelitian lengkap, penelitian fact finding, dan penelitian interpretasi kritis.

a. Penelitian Lengkap b. Penelitian Fact Finding c. Penelitian Interpretasi Kritis C. KEGUNAAN SOSIOLOGI

Kegunaan sosiologi secara praktis dapat berfungsi untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan mengatasi problema sosial (Soekanto, 1986: 339 – 340). Adapun beberapa problema sosial tersebut jika dilihat fokus kajiannya secara makro dapat dibedakan berdasarkan bidang – bidang keilmuannya. Dari sisi fokus kajian mikro, sosiologi juga berfungsi dalam memberikan informasi untuk mengatasi masalah – masalah keluarga, seperti disorganisasi keluarga.

D. SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG NYATA (OBVIOUS)

Banyak orang sering memperdebatkan tentang sifat ilmu sosiologi itu. Tidak sedikit yang mengemukakan bahwa sosiologi sebagaimana layaknya ilmu sosial,

(27)

tidak jauh berbeda dengan ilmu – ilmu sosial lainnya. Akan tetapi, di balik itu semua tampak juga yang menekankan bahwa jika sosiologi ingin tetap merupakan sebuah ilmu pengetahuan maka harus merupakan suatu ilmu pengetahuan yang jelas nyata (Popenoe, 1983: 5).

Sosiologi sebagai science of the obvious hanya dapat dilakukan melalui kajian – kajian yang penuh kehati – hatian dan objektif, bahwa kita dapat mengetahui dengan penuh percaya diri dalam menjawab banyak pertanyaan tentang tingkah laku manusia dan masyarakat kita.

E. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI

Sosiologi yang lahir tahun 1839, berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan, dan logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian, sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Bagi Comte sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Tokoh ahli kemasyarakatan dari Inggris, yaitu Herbert Spencer (1820 – 1830), merupakan tokoh yang pertama – tama menulis tentang masyarakat atas dasar data empiris yang konkret dan dituangkan dalam bukunya yang berjudul Principles of Sosiology. Ia mengemukakan bahwa kunci memahami gejala sosial atau gejala alamiah itu adalah hukum evolusi universal (Spencer, 1967).

Sosiologi berkembang dengan pesatnya pada abad ke-20, khususnya di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, walaupun arah perkembangan dari ketiga negara tersebut berbeda– beda. Untuk perkembangan sosiologi di Inggris, walaupun dipopulerkan oleh John Stuart Mill dan Herbert Spencer, ternyata sosiologi kurang berkembang pesat di sana, dan hal ini berbeda dengan di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (Soekanto, 1986:4).

Nama – nama,seperti Auguste Comte dan Emile Durkheim (Prancis), Herbert Spencer (Inggris), Karl Marx, Manheim, Max Weber, Georg Simmel, Ralf Dahrendorf (Jerman), Vilfredo Pareto (Italia), Pitirim Sorokin (Rusia), Charles Horton Cooley, Talcot Parsons, George Herbert Mead, Lester F.Ward, Erving Goffman, Lewis Coser, Randall Collins (Amerika Serikat), beserta tokoh sosiolog lainnya yang terkemuka dalam perkembangan sosiologi di Eropa dan Amerika.

Di Indonesia, walaupun secara formal sebelum kemerdekaan belum berkembang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, namun menurut Selo Soemardjan banyak diantara para pujangga dan pemimpin – pemimpin kita yang telah

(28)

memasukkan unsur – unsur sosiologi dalam ajaran – ajarannya (1965). Rechtshogeschool atau Sekolah Tinggi Hukum yang berkedudukan di Jakarta merupakan lembaga perguruan tinggi di Indonesia yang pertama kali memberikan kuliah – kuliah sosiologi sebelum meletusnya Perang Dunia !!.begitu pun yang mengajar bukan sarjana – sarjana sosiologi, tetapi lebih bersifat filsafat sosial dan teoretis berdasarkan buku – buku karya Alfred Vierkandt, Lepold von Wise Steinmezt, dan Bierens de Haan (Soemardjan, 1965; Soekanto,1986: 43

HUBUNGAN SOSIOLOGI DENGAN ILMU SOSIAL LAINNYA 1. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi

Hubungan antara ekonomi dan sosiologi bahwa ekonomi yang merupakan basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi mereka. Para ahli sosiologi mengakui bahwa ekonomi dan material itu memiliki pengaruh atas minat serta motivasi kerja pada masyarakat (Popenoe, 1983: 7).

2. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Politik

Ilmu politik memusatkan perhatiannya pada pemerintah dan penggunaan kekuatan politis. Para akademisi melihat ilmu politik terutama dari gagasan di belakang sistem pemerintah pada operasi proses politik itu, begitu pun para ahli sosiologi. Pada sisi lain, para ahli sosiologi menjadi lebih tertarik pada pertanyaan perilaku politik, seperti alasan orang – orang ikut serta berpolitik bergabung dalam pergerakan politik atau mendukung isu – isu politik, dan hubungan antara politik dan institusi sosial lainnya.

3. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Sejarah

Dalam hal ini, ilmu sejarah melihat kita ke belakang untuk menggambarkan suatu peristiwa, urutan, dan makna tentang peristiwa yang lampau itu. Penyelidikan sejarah telah bergeser dari laporan tentang orang – orang dan tempat – tempat untuk menggambarkan kecenderungan sosial yang luas dari waktu ke waktu. Di dalam putaran mereka, para ahli sosiologi banyak meminjam peranan penyelidikan historis.

4. Hubungan Sosiologi dengan Psikologi

Psikologi jelas berbeda dengan sosiologi karena dalam kajian psikologi memusatkan pada pengalaman individu dibandingkan dengan sosiologi yang

(29)

menekankan kelompok sosial. Akan tetapi, psikologi sosial kajiannya dengan cara memahami kepribadian dan perilaku yang dipengaruhi oleh individu – individu sosial adalah hubungan erat dengan sosiologi. Hal itu mendukung metode dan disiplin pengetahuan kedua – duanya.

5. Hubungan Sosiologi dengan Antropologi

Antropologi adalah studi biologi manusia dan kebudayaannya dalam semua periode dan dalam semua bagian – bagian dari dunia itu. Ilmu antropologi fisik berkonsentrasi pada dua aspek, yakni evolusi biologi manusia dan perbedaan fisik antara orang – orang did dunia. Sedangkan ilmu antropologi budaya mengkaji pengembangan dan kultur yang sebagian besar difokuskan pada masyarakat dan budaya pramodern, walaupun sekarang objek kajian yang demikian banyak terjadi pergeseran. Sebagai perbandingan, sosiologi lebih memusatkan pada peradaban modern yang relatif maju. Para ahli sosiologi banyak yang memunjam konsep – konsep dan pendekatan antropologi.

F. FOKUS ANALISIS, KLASIFIKASI KENYATAAN SOSIAL, DAN PERSPEKTIF DOMINAN DALAM SOSIOLOGI

Untuk memudahkan pemahaman fokus kajian dalam sosiologi, menurut sosiolog Popenoe (1983: 8 – 9) serta Spencer dan Inkeles (1982: 20), cakupannya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sosiologi makro dan sosiologi mikro.

Sosiologi makro menurut Popenoe (1983: 9) sebagai ―… the study of the large scale structures of society and how they relate to one another”. Dengan semikian, jelas dalam sosiologi makro tersebut struktur kajian masyarakatnya berskala luas dan mempertanyakan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain.

Sanderson mengemukakan bahwa paling tidak terdapat enam strategi teoretis berkaitan dengan luasnya kajian sosiologi makro.

1) Materialisme, mengasumsikan bahwa kondisi – kondisi material dari eksistensi manusia.

2) Idealisme, menegaskan signifikasi pikiran manusia dan kreasinya.

3) Fungsionalisme, berusaha menjelaskan ciri – ciri dasar kehidupan manusia sebagai respons terhadap kebutuhan dan permintaan masyarakat sebagai sistem sosial yang pernah tetap.

4) Strategi konflik, memandang masyarakat sebagai arena di mana masing – masing individu dan kelompok bertarung untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginannya.

(30)

5) Strategi evolusioner, memusatkan perhatian kepada upaya mendeskripsikan dan menjelaskan transformasi sosial jangka panjang, yang diasumsikan akan memperlihatkan arah transformasi untuk seluruh perubahan dalam masyarakat manusia.

6) Strategi elektisisme, memberikan toleransi kepada semua sudut pandang yang ada, yang dalam praktiknya berarti menggunakan bagian – bagian dari setiap yang ada untuk menjelaskan banyak kehidupan sosial.

Sedangkan untuk kajian sosiologi mikro menurut Popenoe (1983), ―… the study of the individual as social being‖, dalam arti lebih memfokuskan pada kajian

individual sebagai makhluk sosial. Sosiologi mikro tersebut menurut Douglas (1980) sering disebut sebagai the sosiology of everyday life yang bersifat mikro, khususnya dalam keluarga.

Untuk memudahkan pemahaman dalam mengklasifikasikan berbagai tingkatan dalam kenyataan sosial, menurut Johnson (1986: 61 – 62) dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkatan

1. Tingkat Budaya 2. Tingkat Individual 3. Tingkat Interpersonal 4. Tingkat Struktur Sosial

G. OBJEKTIVITAS DALAM SOSIOLOGI

Objektif merupakan sosiologi merupakan hal yang utama jika bukan pertama dalam keharusan ilmiah. Tidaklah cukup dengan bersedia mengetahui sesuatu sebagaimana adanya. Kita harus mengetahui dan waspada terhadap penyimpangan – penyimpangan yang mungkin kita lakukan. Secara sederhana penyimpangan adalah suatu kecenderungan, biasanya secara tidak sadar, melihat fakta dalam suatu arah tertentu karena pengaruh kebiasaan, harapan, kepentingan dan nilai – nilai seseorang.

Dengan demikian, beberapa bahaya umum terhadap objektivitas adalah kepentingan pribadi, kedapatan, dan penyimpangan. Sebab bagi seorang pengamat objektivitas tidaklah datang sedemikian mudah, namun hal tersebut dapat dipelajari. Kita akan dapat lebih objektif apabila kita semakin waspada terhadap preferensi – preferensi pribadi kita untuk kemudian menyingkirkannya. Melalui latihan yang tepat dalam metodologi, studi ilmiah di atas kebanyakan eksperimen, serta mencatat

(31)

contoh – contoh penggunaan data, baik secara objektif maupun subjektif, seorang pengamat pada akhirnya mungkin dapat mengembangkan kemampuannya untuk menembus berbagai lapisan penipuan diri dan memandang fakta dengan objektivitas ilmiah pada tingkat yang lebih tinggi. Para ilmuan memiliki juga sekutu yang kuat, yaitu kritik dari rekan sejawat. Ilmuan menerbitkan hasil penelitiannya sehingga dengan demikian karya mereka dapat diperiksa oleh para sejawat ilmuan lainnya. Berkat proses penerbitan dan kritik tersebut, karya yang bermutu rendah akan segera terlihat dan para ilmuan yang membiarkan preferensinya mengatur penggunaan data akan mendapt kritik tajam.

H. KONSEP – KONSEP SOSIOLOGI

Herbert Blumer, seorang ahli sosiologi yang terpandang menetapkan bahwa konsep – konsep yang menjadi kunci dalam sosiologis adalah samar – samar, ambigu, dan tidak tentu, usaha untuk membuat terminologi yang lebih tepat telah menjadikan sebagian besarnya tanpa hasil (Quated dalam Gitter dan Manheim, 1947; 2). Zetterberg menuliskan dengan jernih tentang masalah ini sebagai berikut.

Sosiologists have spent much energy in developing technical definitions, but to date they have not achieved a consensus about them that is commensurate with their effort. At present there are so many different competing definitions for key sociological notions such as “status” and “social role” that these terms are no more valuable than their counterparts …. In everyday speech” (Zetterberg, 1966: 30).

Sebaliknya, Horton dan Hunt (1991: 48-49) mengemukakan pendapat yang jauh berbeda. Mereka beranggapan bahwa studi sosiologi yang menggunakan konsep – konsep tersebut paling tidak ada dua manfaat:

1. Kita memerlukan konsep yang diutarakan dengan teliti untuk melangsungkan suatu diskusi ilmiiah.

2. Perumusan konser menyebabkan ilmu pengetahuan bertambah.

Adapun konsep – konsep yang terdapat dalam sosiologi tersebut, mencakup masyarakat, peran, norma, sanksi, interaksi sosial, konflik sosial, perubahan sosial, permasalahan sosial, penyimpangan, globalisasi, patronase, kelompok, patriarki, dan hierarki.

(32)

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan sendirinya bertalian secara golongan dan merupakan sistem sosial yang saling memengaruhi satu sama lain (Shadily, 1984:31; Soekanto, 1993: 466).

2. Peran

Peran adalah satuan keteraturan perilaku yang diharapkan dari individu. 3. Norma

Suatu norma adalah suatu standar atau kode yang memandu perilaku masyarakat.

4. Sanksi

Sansksi adalah suatu rangsangan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan (Soekanto, 1993: 446).

5. Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah proses sosial yang menyangkut hubungan timbala balik antar pribadi, kelompok, maupun pribadi dengan kelompok (Popenoe, 1983: 104; Soekanto, 1993: 247).

6. Konflik Sosial

Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain.

7. Perubahan Sosial

Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer, 1987: 560). 8. Permasalahan Sosial

Istilah permasalahan sosial merujuk kepada suatu kondisi yang tidak diinginkan, tidak adail berbahaya, ofensif, dan dalam pengertian tertentu mengancam kehidupan masyarakat. Dalam pendekatannya, studi tentang permasalahan sosial dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni pendekatan realis dan objektif dan konstruksionalisme sosial (Pawluch, 2000: 995).

9. Penyimpangan

Istilah penyimpangan atau deviance sebenarnya dalam sosiologi telah lama ada sejak awal kelahiran ilmu tersebut. Akan tetapi, makna sosiologisnya baru

(33)

muncul belakangan.para sosiolog dan kriminolog mengartikan sebagai perilaku yang terlarang , perlu dibatasi , disensor, diancam hukuman atau label lain yang dianggap buruk sehingga istilah tersebut sering di padankan dengan pelanggaran aturan (Rock, 2000:227-228). Namun demikian, istilah penyimpangan tersebut tetap lebih luas dari pada kriminalitas karena menyimpang itu tidak sepenuhnya melanggar secara kriminal.

10. Globalisasi

Istilah globalisasi merujuk pada implikasi tidak berartinya lagi jarak nasional, regional, maupun teritorial sehingga apapun yang terjadi dan berlangsung di satu tempat, bukan jaminan bahwa kejadian atau peristiwa tersebut tidak membawa pengaruh di tempat lain (Ohmae, 2002: 3-30).

11. Patronase

Istilah patronase dalam istilah ilmu – ilmu sosial lebih banyak dikaitkan dengan bitokrasi sehingga dikenal birokrasi patrimonial. Dalam birokrasi patrimonial ini serupa dengan lembaga perkawulaan, di mana patron adalah gusti atau

juragan, dan klien adalah kawula. Hubungan antara gusti dan kawula tersebut bersifat ikatan pribadi, implisit dianggap mengikat seluruh hidup, seumur hidup, dengan loyalitas primordial sebagai dasar tali perhubungan (Kuntjoro-Jakti, 1980: 6).

12. Kelompok

Konsep kelompok atau group secara umum dapat didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang disatukan oleh suatu prinsip dengan pola rekrutmen hak dan kewajiban tertentu (Holy, 2000:421).

13. Patriarki

Secara harfiah patriarki berarti aturan dari pihak ayah. Istilah ini memiliki penggunaan yang cukup luas, namun umumnya memiliki kecenderungan untuk mendeskripsikan kondisi superioritas laki – laki atas perempuan (Cannel, 2000: 734).

14. Hierarki

Konsep hierarki merujuk kepada suatu jenjang, tatanan, peringkat kekuatan, prestise, atau prioritas. Ditinjau dari historisnya, secara umum konsep hierarki diserap oleh ilmu – ilmu sosial pada mulanya hanya mengacu kepada gereja, pemerintahan pendeta, dan biasanya Gereja Katolik Roma. Dalam pengertian

(34)

yang lebih luas, merujuk pada organisasi bertingkat dari para pendeta atau paderi (Halsey, 2000: 433).

I. TEORI – TEORI SOSIOLOGI

1. Teori Tindakan Sosial dan Sistem Sosial Talcot Parsons a. Teori Tindakan Sosial

b. Teori Sistem Sosial

2. Teori Evolusi Sosial Herbert Spencer

3. Teori Teknologi dan Ketinggalan Budaya (Cultural Lag) William F. Ogburn 4. Teori Dramaturgi Erving Goffman

5. Teori Strukturasi Anthony Giddens

6. Teori Globalisasi “of Nothing” George Ritzer

BAB 5 ANTROPOLOGI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Antropologi

Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, asal kata anthropos berarti

maberarti ilmu. Para antropologi sering mengemukakan antropologi merupakan studi tentang umat manusia dan prilakunya, dan untuk memperolah pengertian

Referensi

Dokumen terkait

4. Conclusions and Recommendations Based on this study, El Nino reduces the climatological rainfall of Cilacap Regency DSSUR[LPDWHO\ WR PP 0HDQZKLOH La Nina phenomenon

Kejadian ini pernah ane alami, ketika mau print laporan dengan format Exel eh malah gak bisa di print malahan print preview juga tidak bisa sedangkan format yang lain seperti

Perubahan yang terjadi secara drastis pada umumnya hanya mengenai bentuk luarnya saja, sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak

Perencanaan strategi SI/TI yang baik dengan melihat dari berbagai sudut pandang pengembangan sistem. Jika sebuah lembaga pendidikan memiliki rencana strategis yang baik,

 Struktur Organisasi Laundry  Uraian jabatan  Pengenalan ruangan dan lingkungan kerja  Pengenalan personil  Pengenalan alur proses pengambilan  Pengenalan

sudah mendengar tetapi belum paham aplikasinya, tidak sedikit pula yang masih gagap saat diminta penjelasan mengenai konsep PAKEM (Akhmad Sudrajat dalam Majalah Derap

Bentuk tata panggung teater dalam pertunjukkan musik tradisional di Indonesia berdasarkan dari teori dan hasil pengkajian oleh Sumarsan, 1995 bahwa bentuk arena (teater in round)

Analisis merupakan penelaahan atau penelitian yang lebih mendetail dengan melakukan suatu percobaan yang menghasilkan kesimpulan dari penguraian suatu sistem yang utuh