• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komoditas Unggulan Dan Arahan Pengembangannya Di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komoditas Unggulan Dan Arahan Pengembangannya Di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN

PENGEMBANGANNYA DI KECAMATAN CIAMPEA

DAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Ekha Rojiah

(4)
(5)

ABSTRAK

EKHA ROJIAH. Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.

Kondisi ekonomi, sosial, lingkungan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga termasuk kurang berkembang, dan arahan pengembangan komoditas belum tersedia secara lengkap. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis komoditas unggulan, menganalisis ketersediaan dan kesesuaian lahan, menganalisis rantai dan margin pemasaran. serta menganalisis kelayakan usahatani dan menyusun arahan pengembangannya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Agustus 2015 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor. Metode analisis yang digunakan adalah analisis LQ, SSA, evaluasi ketersediaan dan kesesuaian lahan, analisis tata niaga, serta analisis kelayakan usahatani. Komoditas unggulan di Kecamatan Ciampea adalah padi sawah, sedangkan di Kecamatan Dramaga adalah ubi jalar. Lahan yang tersedia dan sesuai untuk pengembangan komoditas padi sawah seluas 249 ha dan untuk pengembangan komoditas ubi jalar seluas 122 ha. Rantai pemasaran dan margin yang baik adalah rantai pemasaran yang langsung menjual ke pedagang akhir. Komoditas padi sawah dan ubi jalar layak dibudidayakan karena memiliki nilai B/C Ratio>1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komoditas unggulan padi sawah dan ubi jalar berturut-turut dapat dikembangkan pada areal pengembangan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga.

(6)

ABSTRACT

EKHA ROJIAH. Analysis of primary commodities and their Development Direction in the Ciampea and Dramaga Districts, Bogor Regency. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS and SETYARDI PRATIKA MULYA.

The condition of economic, social and environmental in Ciampea and Dramaga districts are less developed and direction of growth commodities are not yet available. The purpose of this research was to analyze the primary commodities, to analyze land availability and suitability, to analyze marketing chain and margins and to analyze farm feasibility and to collate their development direction. The research was conducted from February to August 2015 in Ciampea and Dramaga Districts, Bogor Regency. Methods of analysis used are LQ, SSA, evaluation of land suitability and availability, analysis of marketing chain, analysis offarm feasibility. The primary commodities in the Ciampea District is rice and Dramaga district is sweet potatoes. Land available and suitable for development of rice commodity covering 249 ha and for development of sweet potatoes commodity covering 122 ha. The marketing chain and good margin is marketing chain directly sell to theend merchants. Rice and sweet potatoes commodities are worth cultivated because B/C Ratio value >1. It can be concluded that primary commodities of rice and sweet potatoes can be developed in the development area of Ciampea and Dramaga districts, respectively.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN

PENGEMBANGANNYA DI KECAMATAN CIAMPEA DAN

DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangannya di Kecamatan Ciampea dan Dramaga Kabupaten Bogor”. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Terima kasih diucapkan kepada Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus selaku pembimbing I dan Setyardi Pratika Mulya, SP MSi selaku pembimbing II, atas arahan, bimbingan, dan bantuan selama penelitian berlangsung. Terima kasih diucapkan kepada Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, BPS Kabupaten Bogor, BMKG Dramaga, serta Kantor Kecamatan Ciampea dan Dramaga yang telah memberikan informasi dan data mengenai penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada PT Adaro Indonesia yang telah memberikan beasiswa melalui Beasiswa Utusan Daerah (BUD).

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta Bapak A. Rosid dan Ibu Mariana serta kakak saya Diet Baharsyah atas doa dan kasih sayang yang telah diberikan. Penghargaan juga diberikan kepada Rizqi Ianatus Sholihah, teman satu bimbingan (Jeti Rahmawati, Tatu Rizkia), teman satu divisi (Niken Ratna Handayani, Nunung Nurhayati, Fathya Virgina Soekatno, dan Windy Rashinta Dewanti) teman-teman BUD Adaro Indonesia (Ayu Listiana, Riskia Tri Meilanie, Aulia Azizah, Erni Widyaningsih, dan Sartika Purnama Sari), dan teman-teman Ilmu Tanah 48 yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penelitian berlangsung.

Karya Ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini tetap bermanfaat bagi akademisi dan pembaca.

Bogor, Desember 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Komoditas Unggulan ... 3

Lahan dan Penggunaan Lahan ... 4

Evaluasi Sumberdaya Lahan ... 5

Rantai dan Margin Pemasaran ... 6

Analisis Kelayakan Usahatani... 7

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 8

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

Jenis dan Sumber Data ... 8

Metode Penelitian ... 10

Teknis Analisis Data ... 11

Penyusunan Arahan Pengembangan ... 15

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ... 15

Kondisi Fisik Wilayah ... 15

Kependudukan ... 17

Kondisi Pendidikan ... 17

Kondisi Pertanian ... 18

Kondisi Perekonomian ... 19

Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Ciampea dan Dramaga ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Komoditas Unggulan ... 19

Penggunaan Lahan Sekarang di Kecamatan Ciampea dan Dramaga ... 24

Areal yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan ... 26

Rantai Pemasaran Komoditas Unggulan utama di Kecamatan Ciampea dan Dramaga ... 30

(14)

Analisis Usahatani Komoditas Padi Sawah dan Ubi jalar ... 35

Penyusunan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Wilayah ... 38

SIMPULAN DAN SARAN ... 42

Simpulan ... 42

Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN 46

RIWAYAT HIDUP 59

DAFTAR TABEL

1 Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber

data, teknik analisis data, dan output yang diharapkan 9 2 Luas Lahan Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan

Ciampea 16

3 Luas Lahan Berdasarkan Pemanfaatan Lahan di Kecamatan

Dramaga 17

4 Jumlah Penduduk Kecamatan Ciampea dan Kecamatan

Dramaga berdasarkan mata pencaharian 17

5

Nilai koefisien LQ Komoditas Tanaman Pangan,Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Berbasis Produksi di Kecamatan

Ciampea dan Dramaga Tahun 2013. 22

6 Nilai Perhitungan SSA untuk Berbagai Komoditas di

Kecamatan Ciampea dan Dramaga. 23

7 Komoditas unggulan wilayah di Kecamatan Ciampea dan

Dramaga 24

8 Peta penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga 25 9 Luas lahan tersedia dan tidak tersedia di Kecamatan Ciampea

dan Dramaga 26

10 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Padi Sawah 28

11 Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Ubi Jalar 30

12 Margin Pemasaran tiap-tiap simpul pemasaran untuk komoditas

padi sawah 34

13 Margin Pemasaran tiap-tiap simpul pemasaran untuk komoditas

ubi jalar 35

14 Analisis usahatani komoditas padi sawah 36

15 Analisis usahatani komoditas ubi jalar dengan harga penjualan

Rp 1.800,-/Kg 37

16 Analisis usahatani komoditas ubi jalar dengan harga penjualan

Rp 2.000,-/Kg 38

17 Pembagian prioritas lokasi yang menjadi arahan pengembangan

komoditas unggulan Padi sawah dan Ubi Jalar 40 18 Prediksi peningkatan produksi komoditas padi sawah dan ubi

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 8

2 Diagram alir penelitian 10

3 Peta penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga 25 4 Peta ketersediaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga 27 5 Peta kesesuaian lahan untuk padi sawah di Kecamatan Ciampea 28 6 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas ubi jalar di Kecamatan

Dramaga

29 7 Rantai pemasaran padi tipe 1 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga 30 8 Rantai pemasaran padi tipe 2 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga 31 9 Rantai pemasaran padi tipe 3 di Kecamatan Ciampea dan Dramaga 31 10 Rantai pemasaran ubi jalar tipe 1 di Kecamatan Ciampea dan

Dramaga

32 11 Rantai pemasaran ubi jalar tipe 2 di Kecamatan Ciampea dan

Dramaga

32 12 Peta arahan pengembangan komoditas padi sawah di Kecamatan

Ciampea

40 13 Peta Arahan pengembangan komoditas ubi jalar di Kecamatan

Dramaga

41

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data produksi berbagai berbagai komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga tahun 2008 dan 2013.

46 2 Karakteristik Lahan untuk Komoditas Padi Sawah (Oryza sativa) 47 3 Karakteristik Lahan untuk Komoditas Ubi jalar (Ipomoea batatas) 48 4 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah 49 5 Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Ubi Jalar 50

6 Data analisis usahatani padi sawah di Kecamatan Ciampea 51

7 Data analisis usahatani ubi jalar Rp 18 00/kg di Kecamatan Dramaga 52 8 Data analisis usahatani ubi jalar Rp 2000/kg di Kecamatan Dramaga 54

9 Peta RTRW Kecamatan Ciampea dan Dramaga 56

10 Peta Kawasan Hutan Kecamatan Ciampea dan Dramaga 56 11 Peta Satuan Lahan Kecamatan Ciampea dan Dramaga 57

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecamatan Ciampea dan Dramaga adalah dua kecamatan di Kabupaten Bogor yang berperan sebagai pusat produksi khususnya dibidang pertanian. (PSP3-PEMKAB Bogor 2012). Berdasarkan penggunaaan lahannya sebagian besar lahan digunakan sebagai areal persawahan, kebun campuran, hutan dan permukiman. Penggunaan lahan non pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan pertanian. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan penduduk yang cepat dengan jumlah lahan yang tetap mengakibatkan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun (permukiman) tinggi, sehingga menjadikan ketersediaan lahan untuk pertanian semakin berkurang. Hal ini juga mengakibatkan rendahnya kesejahteraan penduduk dengan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Ciampea sebesar 7 974 jiwa dan Kecamatan Dramaga sebesar 7 306 jiwa. Selain itu, suatu kendala utama dalam komoditas lahan basah dan kering (semusim dan tahunan) adalah masih rendahnya produktivitas yang terkait dengan manajemen usahatani, dan pemasaran. Adanya komoditas pertanian yang sudah dikenal dan mempunyai potensi untuk dikembangkan namun masih kurangnya pengelolaan.

Kondisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan kecamatan Ciampea dan Dramaga termasuk rendah atau kurang berkembang, dan arahan pengembangan komoditasnya pun juga belum tersedia secara lengkap. Banyak aspek yang harus di perhatikan agar pemanfaatan komoditas wilayah lebih efektif dan berdaya guna. Dalam penyusunan arahan pengembangan komoditas wilayah perlu mempertimbangkan pemanfaatan sumberdaya lahan yang berpegang pada prinsip keadilan dan berkelanjutan (Hidayat 2009). Penyusunan arahan pengembangan komoditas perlu mempertimbangkan pemanfaatan lahan yang optimal. Kesalahan dalam pengelolaan lahan yang melebihi daya dukung lahan akan menyebabkan terjadinya kerusakan tanah (Nugroho 2000). Arahan pengembangan komoditas pada suatu lahan mencakup perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, kesesuaian lahannya sesuai serta dibudidayakan masyarakat dan memiliki kecukupan dukungan sarana dan prasarana produksi serta kelembagaan.

(18)

Perumusan Masalah

Lahan pertanian luasannya semakin kecil karena tingginya konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun, akibat jumlah penduduk yang semakin banyak dan adanya alasan bahwa kawasan terbangun dapat memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan keuntungan pertanian. Manajemen usahatani yang kurang baik menjadikan produksi komoditas pertanian rendah. Demikian juga komoditas unggulan lahan basah dan kering yang sudah dikenal namun produksinya saat ini masih rendah, sehingga perlu produktivitasnya ditingkatkan dan perlu direncanakan upaya pengembangannya.

Hasil survei lapang menunjukkan bahwa petani di Kecamatan Ciampea dan Dramaga termasuk petani yang dikategorikan pada petani tidak sejahtera. Ada beberapa masalah yang masih menyertai petani, yaitu: a) kurangnya permodalan; b) banyaknya tanaman yang tidak produktif; c) kurangnya sarana dan prasarana produksi; d) kurangnya eksistensi kelembagaan petani; e) rendahnya posisi tawar petani; f) belum memiliki manajemen yang memadai dan g) lemahnya kemampuan mengakses pasar.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Dimana sajakah lokasi pengusahaan komoditas unggulan pada Kecamatan Ciampea dan Dramaga ?

2. Dimanakah lokasi yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan berdasarkan aspek kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan?

3. Bagaimana rantai dan margin pemasaran komoditas unggulan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga ?

4. Bagaimana kelayakan usahatani komoditas unggulan berdasarkan hasil analisis usahatani ?

5. Bagaimana arahan pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga ?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

1. Menganalisis komoditas unggulan wilayah

2. Menganalisis ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan wilayah

3. Menganalisis rantai dan margin pemasaran komoditas unggulan wilayah 4. Menganalisis kelayakan usahatani komoditas unggulan wilayah

5. Menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan wilayah

Manfaat Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Komoditas Unggulan

Menurut Hendayana (2003), komoditas unggulan adalah komoditas yang layak diusahakan baik secara biofisik, sosial maupun ekonomi, karena memberikan keuntungan kepada petani, suatu komoditas dikatakan layak secara biofisik jika komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologinya. Layak secara sosial jika komoditas tersebut memberi peluang berusaha, serta bisa dilakukan dan diterima oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Layak secara ekonomi jika komoditas tersebut menguntungkan.

Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, kondisi sosial budaya) untuk dikembangkan disuatu wilayah. Keberadaan komoditas unggulan pada suatu daerah dapat memudahkan upaya pengembangan agribisnis (Sitorus et al. 2014)

Sektor basis adalah sektor dimana kelebihan yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan menyebabkan terjadinya mekanisme ekspor dan impor antar wilayah (Rustiadi et al. 2011). Sektor basis adalah sektor yang dapat mengekspor barang/jasa (komoditas) ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sektor non basis adalah sektor yang hanya cukup menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri (Glasson 1977).

Aktifitas komoditas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain, semakin maju pertumbuhan wilayah tersebut dan sebaliknya. Setiap perubahan kenaikan atau penurunan mempunyai efek pengganda (multiplier effect) terhadap perekonomian wilayah (Adisasmita 2005).

Komoditas basis akan menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas tersebut dan komoditas nonbasis yang kurang potensial berfungsi sebagai penunjang komoditas basis (Syafrizal 2008). Output dari komoditas basis ini dapat diekspor ke daerah lainnya karena dianggap telah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Penekanan output komoditas non-basis adalah pemenuhan kebutuhan suatu komoditas untuk dikonsumsi oleh masyarakat dalam perekonomian yang bersangkutan (Tabrani 2008).

Komoditas basis memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif di suatu wilayah. Hal ini dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam, penguasaan masyarakat dalam teknologi industri komoditas, aksesibilitas wilayah yang baik, pemasaran yang baik, terdapatnya aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi, tenaga kerja yang baik, dan kebijakan pemerintah yang mendukung terciptanya keunggulan-keunggulan suatu wilayah (Tarigan 2003).

Metode LQ (Location Quotient) dan SSA (Shift Share Analysis)

(20)

unggulan (Rustiadi et al. 2011). Suatu komoditas dikatakan sebagai komoditas unggulan jika penyebarannya paling luas dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya dan diusahakan oleh petani secara merata diseluruh kota/kabupaten. Komoditas unggulan kompetitif menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat persaingan paling tinggi untuk dikembangkan dibandingkan komoditas pangan lainnya, disebabkan pertumbuhan komoditas tanaman tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tanaman pangan lainnya, karena adanya permintaan konsumen yang meningkat. (Sitorus et al. 2013)

Lahan dan Penggunaan Lahan

Menurut Sitorus (2004), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya, termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang. Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (Campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual.

Menurut Rayes (2007) penggunaan lahan secara umum digolongkan atas pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Studi evaluasi lahan setiap jenis penggunaan lahan dirinci ke dalam tipe-tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan bukan merupakan tingkat kategori klasifikasi dari klasifikasi penggunaan lahan, melainkan mengacu pada penggunaan lahan tertentu yang tingkatannya dibawah kategori penggunaan lahan secara umum karena berkaitan dengan aspek masukan, teknologi dan keluaran. Tipe penggunaan lahan merupakan penggunaan lahan yang diuraikan secara lebih terinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu, yaitu menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan, dan keluaran yang diharapkan secara spesifik.

Menurut Sitorus (1989) dan Arsyad (2006), penggunaan lahan dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non-pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan, seperti penggunaan lahan tegalan, kebun kopi, kebun karet, padang rumput dan lain-lain. Penggunaan lahan non-pertanian dibagi berdasarkan atas penggunaan kota dan desa (pemukiman), industri, rekreasi, dan pertambangan. Barlow (1986) membagi penggunaan lahan menjadi 10 jenis, yaitu: (1) lahan pemukiman; (2) lahan industri dan perdagangan; (3) lahan bercocok tanam; (4) lahan peternakan dan penggembalaan; (5) lahan hutan; (6) lahan mineral atau pertambangan; (7) lahan rekreasi; (8) lahan pelayanan jasa; (9) lahan transportasi; dan (10) lahan tempat pembuangan.

(21)

pemerintah. Besarnya kontribusi setiap faktor-faktor tersebut akan sangat beragam menurut waktu dan ruang (Lopulisa 1995).

Evaluasi Sumberdaya Lahan

Menurut Sitorus (2004), evaluasi sumberdaya lahan merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Evaluasi sumberdaya lahan membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama, yaitu: lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomis. Manfaat mendasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah menilai kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan lahan tertentu yang sedang dipertimbangkan serta memprediksi konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Kegunaan dari evaluasi sumberdaya lahan sangat beragam yang dapat ditinjau dari bentuk fisik, ekonomi, sosial, intensitas, dan skala serta tujuan pemakai. (Sitorus 2015)

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), mengemukakan evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengn sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut.

Kualitas lahan (land quality) adalah sifat-sifat atau atribut yang kompleks dari suatu lahan. Masing-masing kualitas lahan mempunyai keragaan

(performance) tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi

penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan. Kualitas lahan dapat berperan positif (sifatnya sangat menguntungkan bagi suatu penggunaan) atau negatif (keberadaannya akan merugikan terhadap penggunaan tertentu, sehingga bisa merupakan faktor penghambat atau pembatas. (Sitorus 2014).

Evaluasi kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu areal dapat berbeda tergantung dari pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Kesesuaian lahan terdiri atas kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial (Sitorus 2004).

Menurut Ritung et al. (2007), kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan apabila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

(22)

masing-masing skala pemetaan. Persyaratan tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan yang diperlukan oleh masing-masing komoditas mempunyai batas kisaran minimum, optimum, dan maksimum untuk masing-masing karakteristik lahan. a) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly suitable)

Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembat bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

b) Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately suitable)

Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

c) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally suitable)

Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada kelas S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

d) Kelas N1: Tidak Sesuai saat ini (Currently not suitable)

Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan secara lestari tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.

e) Kelas N2: Tidak Sesuai Permanen ( Permanently not suitable).

Lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu penggunaan secara lestari.

Rantai dan Margin Pemasaran

Irawan et al. (2001) menjelaskan bahwa pemasaran pertanian khususnya hortikultura masih menjadi bagian yang lemah dalam aliran komoditas karena belum berjalan secara efisien. Menurut Agustian dan Mayrowani (2008) menjelaskan permasalahan yang cukup sering dihadapi para pelaku adalah tingginya biaya pemasaran dan pembagian balas jasa yang bersifat asimetris. Pedagang besar mendapatkan balas jasa yang lebih tinggi dibandingkan pedagang kecil. Tingginya biaya pemasaran didukung oleh ketidakefisienan yang disebabkan panjangnya rantai pemasaran. (Agustian & Mayrowani 2008) serta (Irawan et al.2001) menjelaskan permasalahan utama dalam sistem pemasaran adalah fluktuasi harga, dimana hingga saat ini belum ada solusinya.

Efisiensi sistem pemasaran suatu usaha diukur dengan pendekatan margin tata niaga dan keterpaduan pasar. Margin tata niaga memiliki dua pengertian.

(23)

merupakan imbalan yang diberikan konsumen kepada lembaga tata niaga. Komponen tata niaga terdiri dari biaya tataniaga atau biaya fungsional (functional cost) yaitu biaya-biaya yang diperlukan lembaga tata niaga untuk melakukan fungsi tataniaga dan keuntungan (profit) lembaga tataniaga. (Soekartawi 2002) menjelaskan bahwa besarnya biaya pemasaran berbeda-beda tergantung kepada beberapa faktor, yaitu: macam komoditas, lokasi pengusahaan, macam dan peranan lembaga pemasaran dan efektifitas pemasaran. Semakin pendek rantai tata niaga, maka biaya tata niaga semakin rendah, margin tata niaga juga semakin rendah dan harga yang harus dibayar konsumen juga rendah serta harga yang diterima produsen tinggi.

Asmarantaka (2012) menjelaskan panjangnya rantai pemasaran belum tentu menunjukkan bahwa suatu pemasaran dapat dikatakan tidak efisien. Walaupun rantai pemasaran suatu produk tersebut panjang tetapi mampu memberikan kepuasan konsumen serta dapat memperhitungkan fungsi-fungsi pemasaran yang ada serta biaya, maka sistem pemasaran tersebut dapat dikatakan efisien.

Analisis Kelayakan Usahatani

Menurut Suratiyah (2006) usahatani adalah bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.

Menurut Prawirokusumo (1990) Ilmu Usahatani adalah ilmu terapan yang membahas bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati petani, peternak, atau nelayan tersebut. Sementara itu menurut (Rahim dan Hastuti 2007) ilmu usahatani adalah cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat.

Soekartawi et al. (2011), penerimaan usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani, dan mencakup yang berbentuk benda. Jadi, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani. Sedangkan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Rahim dan Hastuti 2007).

(24)

analisis B/C ratio dipentingkan adalah besarnya manfaat. Selain itu analisis B/C

ratio dapat digunakan untuk membandingkan 2 (dua) atau lebih usaha, pertanian seperti usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Jika hasil B/C Ratio lebih besar dari satu maka usahatani tersebut menguntungkan (tambahan manfaat/penerimaan lebih besar dari tambahan biaya). Apabila hasil B/C Ratio kurang dari satu maka usahatani tersebut mengalami kerugian (tambahan biaya lebih besar dari tambahan penerimaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor utamanya di dua kecamatan, yaitu: Kecamatan Dramaga dan Ciampea (Gambar 1). Analisis data dilakukan di studio Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung mulai dari bulan Februari sampai Agustus 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner

dan dokumentasi penggunaan lahan aktual. Sedangkan data sekunder didapatkan dari beberapa instansi pemerintahan. Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis dan output (keluaran) tertera pada Tabel 1.

(25)

Tabel 1 Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data, sumber data, teknik analisis data, dan output yang diharapkan

Tujuan Penelitian

(26)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: (1) Tahap persiapan.

Tahapan ini dilakukan pemilihan topik dan judul penelitian, penyusunan proposal meliputi studi pustaka, dan pencarian data sekunder yang diperlukan, serta pemilihan metode yang digunakan untuk analisis data, (2) Pengumpulan data. Tahapan ini dilakukan pengumpulan data berupa data spasial dan data statistik. Jenis data yang dikumpulkan seperti terlihat pada Tabel 1, (3) Analisis dan pengolahan data. Analisis data yang digunakan adalah analisis LQ, dan SSA untuk mengetahui keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif komoditas, analisis kesesuaian lahan dan ketersediaan lahan untuk mengetahui lahan yang berpotensi untuk dikembangkan, (4) Pengecekan lapang. Pengecekan lapang dilakukan untuk memperkuat dan verifikasi hasil analisis data, (5) Analisis data.Tahapan ini berupa penyusunan interpretasi hasil analisis data sebagai dasar dalam penyusunan naskah skripsi, (6) Penulisan skripsi. Penulisan skripsi merupakan kegiatan akhir dari kegiatan penelitian. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Diagram alir penelitian Persiapan dan Pengumpulan Data

Survei lapang

Komoditas unggulan

Komoditas unggulan utama dan penunjang

Rantai pemasaran komoditas unggulan

utama

Ketersediaan dan kesesuaian lahan komoditas unggulan utama

Usahatani komoditas unggulan utama

Arahan pengembangan komoditas unggulan utama Data Spatial Dasar:

1. Peta land use 2. Peta administrasi

Data Spatial Policy: 1. RTRW

2. Status kawasan hutan

Data BPS/Dinas Pertanian:

Analisis awal LQ dan

(27)

Teknis Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan disajikan pada Tabel 1 terdahulu mencakup analisis keunggulan komparatif dan kompetitif untuk mengidentifikasi komoditas unggulan, analisis ketersediaan lahan untuk mengetahui lahan tersedia (memiliki potensi untuk direncanakan) terhadap komoditas yang cocok untuk dikembangkan, analisis kesesuaian lahan untuk mengetahui jenis komoditas yang cocok dikembangkan berdasarkan pendekatan satuan lahan, serta menganalisis rantai dan margin pemasaran. Perangkat lunak dan paket program untuk menganalisis data yang digunakan adalah ArcGIS dan Microsoft Excel.

Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) merupakan analisis untuk mengetahui keunggulan

komparatif berbagai komoditas pertanian di Kabupaten Bogor dalam tingkat kecamatan. LQ bertujuan membandingkan aktifitas komoditas tertentu di kecamatan dengan total aktifitas komoditas tersebut di Kabupaten Bogor. LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas komoditas pada kecamatan ke-i terhadap persentase aktifitas total komoditas di Kabupaten Bogor. Analisis LQ digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya pemusatan aktifitas komoditas pertanian pada Kecamatan Dramaga dan Ciampea di Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam analisis LQ adalah data luas areal tanam, data produksi, dan harga komoditas di tingkat produsen. Asumsi dalam analisis ini adalah (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Menurut Blakely (1994) persamaan indeks LQ adalah:

LQIJ =

...(1)

dimana: Xij : derajat aktifitas komoditas (produksi) ke-j di Kecamatan ke-i X.i : total aktifitas komoditas (produksi) di Kecamatan ke-i

X.j : total aktifitas komoditas (produksi) ke-j di semua Kecamatan X.. : derajat akfitas total komoditas (produksi) di Kabupaten Bogor.

Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi atau pemusatan suatu aktifitas komoditas ke-j di Kecamatan ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah. Jika nilai LQij = 1, maka aktifitas komoditas ke-j di dua Kecamatan ke-i tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total aktifitas komoditas dalam Kabupaten Bogor. Jika nilai LQij < 1, maka aktifitas komoditas ke-j di Kecamatan ke-i tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang sama secara umum di temukan di dua Kecamatan di Kabuaten Bogor.

Shift Share Analysis (SSA)

Shift Share Analysis (SSA) merupakan analisis untuk melihat keunggulan

(28)

merupakan salah satu dari sekian banyak teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, dengan membandingkan dua titik waktu yaitu aktifitas komoditas tahun 2008 dan 2013. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data luas lahan komoditas pertanian tahun 2008 dan 2013. Terdapat tiga komponen yang dapat dianalisis yaitu komponen regional share, komponen proportional shift, dan komponen differential shift. Komponen regional share menyatakan pertumbuhan komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga pada dua titik waktu, yaitu tahun 2008 dan 2013. Komponen proportional shift menentukan pertumbuhan total aktifitas komoditas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum di Kabupaten Bogor.

Komponen differential shift menjelaskan tingkat kompetitif aktifitas komoditas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total aktifitas komoditas tertentu tersebut di Kabupaten Bogor.

Persamaan SSA (Shift Share Analysis) adalah sebagai berikut:

SSA=

A = komponen regional share

B = komponen proportional shift

C = komponen differential shift, dan X..= nilai total aktifitas agregat wilayah X.j= nilai total aktifitas tertentu secara agregat

Xij= nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu t1 = titik tahun akhir

t0 = titik tahun awal

Analisis Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga diperoleh dari proses pendijitasian pada citra ikonos dan peta administrasi dengan outputnya berupa peta penutupan lahan, selanjutnya dilakukan pengecekan lapang di Kecamatan Ciampea dan Dramaga pada beberapa titik untuk memperoleh informasi perubahan penggunaan lahannya. Dari proses tersebut diperoleh informasi jenis penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga ada delapan jenis, yaitu hutan, kebun campuran, lahan terbuka, permukiman, sawah, semak belukar, tegalan dan badan air.

Analisis Ketersediaan Lahan

Analisis ketersediaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga bertujuan untuk mengetahui lahan yang bisa digunakan untuk suatu penggunaan tertentu dalam rencana arahan pengembangan komoditas unggulan. Analisis ketersediaan lahan ditinjau dari peta status kawasan hutan dengan skala 250 000 dan peta RTRW dengan skala 50 000 serta peta penggunaan lahan existing yang

(29)

belum bernilai ekonomi. Ketiga peta tersebut ditumpang tindihkan (overlay) untuk melihat ketersediaan lahannya. Hasil tumpang tindih peta tersebut menghasilkan peta lahan tersedia dan tidak tersedia dengan skala 50 000.

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan untuk menyusun rencana pengembangan komoditas pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga, Kabupaten Bogor dilakukan dengan menggunakan data-data: peta ketersediaan lahan Kecamatan Ciampea dan Dramaga, peta satuan lahan, dan kriteria kelas kesesuaian berdasarkan komoditas unggulan utama. Menurut Sitorus (2004) terdapat beberapa sistem klasifikasi kesesuaian lahan. Sistem klasifikasi lahan yang dipakai di Indonesia adalah sistem yang dikembangkan oleh FAO (1976). Struktur klasifikasi kesesuaian suatu lahan berdasarkan sistem klasifikasi ini, terdiri dari tiga kelas Pertama, ordo menunjukkan suatu lahan Sesuai (S) atau Tidak Sesuai (N) untuk pengembangan komoditas pertanian tertentu. Kedua, kelas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dari masing-masing ordo, SI (Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal), dan untuk yang tidak sesuai dalam analisis ini hanya sampai pada tingkat ordo (N). Ketiga, satuan/unit menunjukkan faktor pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut.

Analisis Rantai

Tipe rantai pemasaran di Kecamatan Ciampea dan Dramaga dianalisis dari hasil wawancara dengan responden (petani, tengkulak, pedagang pengumpul, pengusaha penggilingan, pedagang besar, dan pengecer). Rantai pemasaran dianalisis dari urutan pemasaran produksi mulai dari petani (produsen) sampai dengan konsumen akhir. Dari urutan tersebut disusun tipe rantai pemasaran masing-masing komoditas.

Margin Pemasaran

Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang diterima oleh petani atau pelaku pemasaran dengan harga yang dibayarkan oleh pelaku pemasaran atau konsumen. Margin pemasaran digunakan untuk mengetahui dimana letak rantai pemasaran yang paling menguntungkan. Untuk menganalisis margin pemasaran dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah harga di tingkat petani dan harga di tingkat lembaga pemasaran, Secara matematis persamaan margin tata niaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

∑ ∑ ∑ ∑ (Azzaino 1982)...(3)

M = Margin tataniaga (Rp/kg)

Mj= Margin tataniaga (Rp/kg) lembaga tataniaga ke-j (j=1,2,...,m)

dan m adalah jumlah lembaga tataniaga yang terlibat Cij = Biaya tataniaga ke-i (Rp/kg) pada lembaga tataniaga ke-j

(30)

Pasar yang efisien berarti apabila margin pemasaran yang dikeluarkan sama dengan kegunaan yang diciptakannya. Artinya bahwa marjinnya merata. Persentase keuntungan terhadap biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran digunakan untuk mengetahui penyebaran margin.

Analisis Usahatani

Menurut Suratiyah (2006) usahatani adalah bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Untuk mengevaluasi kelayakan pengusahaan komoditas ungulan pertanian di Kecamatan Ciampea dan Dramaga pada lahan yang tersedia dan sesuai dengan analisis usahatani. Persamaan yang digunakan yaitu :

Y = PH – B

T – BDPt (Yuhono 1999)...(4)

dimana :

Y = Pendapatan (Rp)

P = Jumlah produksi per tahun (kg/th)

H = Harga komoditas unggulan pertanian (Rp/kg) B

T = Biaya tunai (Rp)

BD

Pt= Biaya yang diperhitungkan (Rp)

Dalam analisis, pendapatan usahatani dibedakan antara pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya pada sarana produksi seperti biaya pupuk, bibit, dan obat-obatan (pestisida dan herbisida). Sedangkan biaya total terbagi menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan (biaya tenaga kerja). Biaya yang termasuk biaya diperhitungkan adalah biaya pada tenaga kerja diluar keluarga. Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan petani yang diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan biaya tunai (kontan), dan pendapatan biaya total adalah pendapatan petani yang diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan seluruh biaya petani yang dikeluarkan. Dasar pembedaan dalam perhitungan pendapatan karena petani pada umumnya hanya memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai tidak memperhitungkan biaya pada tenaga kerja.

(31)

Penyusunan Arahan Pengembangan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga

Penyusunan arahan pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA, yang dicirikan dengan nilai LQ > 1 dan SSA bernilai positif (+). Dilanjutkan dengan mengevaluasi ketersediaan lahan dan kesesuaian lahannya dengan menggunakan peta RTRW yang digabungkan (overlay) dengan peta kawasan kehutanan areal penggunaan lain. Hasil dari kedua peta tersebut, kemudian digabungkan kembali dengan peta penggunaan lahan sekarang (land use existing) untuk mengetahui lahan yang tersedia dan tidak tersedia untuk rencana pengembangan komoditas unggulan. Selanjutnya untuk melihat kesesuaian lahannya dengan cara, peta ketersediaan yang telah di hasilkan kemudian digabungkan (overlay) kembali dengan peta status lahan dan kriteria persyaratan kelas kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan utama. Selanjutnya dianalisis dari sisi ekonomi dengan melihat rantai pemasaran, margin pemasaran dan analisis kelayakan usahatani. Adapun beberapa pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menyusun rencana pengembangan komoditas unggulan adalah:

- Pengembangan komoditas unggulan hanya dilakukan pada desa basis komoditas unggulan tanaman pertanian

- Alokasi lahan untuk pengembangan komoditas basis berdasarkan ketersediaan lahan dan tingkat kesesuaian lahan dengan mempertimbangkan penggunaan lahan sekarang untuk komoditas unggulan tanaman pertanian.

- Pengembangan komoditas unggulan dilakukan di kawasan budidaya pertanian pada peta rencana pola ruang RTRW (Sitorus et al. 2013) dan areal penggunaan lain pada kawasan hutan, dan

- Arahan perencanaan pengembangan wilayah berdasarkan rantai dan margin pemasaran, serta hasil analisis kelayakan usahatani.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Kondisi Fisik Wilayah

Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang temasuk daerah pengembangan wilayah Barat, yang mempunyai luas wilayah sekitar ± 55,63 km2, dan secara administrasi Kecamatan Ciampea terbagi dalam 13 (tiga belas) desa, dengan kondisi geografis mempunyai batas dengan:

a. sebelah utara : Kecamatan Ranca Bungur dan Kemang b. sebelah selatan : Kecamatan Tenjolaya

c. sebelah barat : Kecamatan Cibungbulang d. sebelah timur : Kecamatan Dramaga

(32)

mm, hari hujan rata-rata pertahun sekitar 22 hari dan banyaknya curah hujan sekitar 278 mm/t. (Pemerintah Kecamatan Ciampea 2012).

Pemanfaatan lahan yang telah dilakukan di Kecamatan Ciampea diantaranya digunakan untuk permukiman (rumah), sawah, ladang/kebun, empang, dan lain-lain. Untuk mengetahui masing-masing pemanfaatan lahan tersebut dapat dilhat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas lahan berdasarkan pemanfaatan lahan di Kecamatan Ciampea

Desa Rumah Sawah Kebun Empang Lain-lain

Ciampea Udik 103 203 3.0 1.3 3.5

Cinangka 90 127 4.0 0.5 5.0

Cibuntu 92 144 1.7 3.0 2.3

Cicadas 135 125 1.5 1.3 2.5

Tegal Waru 189 150 5.0 0.5 5.5

Bojong Jengkol 109 85 4.0 1.2 0

Cihideung Ilir 101 80 1.0 2.0 4.1

Cihideung Udik 99 197 2.0 3.5 6.0

Cibanteng 116 50 2.0 0.5 4.0

Bojong Rangkas 75 45 0 0.5 3.0

Cibadak 95 6 0 0.5 3.0

Benteng 98 40 2.0 2.5 2.5

Ciampea 115 30 2.5 1.5 3.0

Jumlah 1 417 1 282 28.7 18.3 44.4 Sumber: Pemerintah Kecamatan Ciampea (2012)

Kecamatan Dramaga merupakan salah satu Kecamatan dari 40 Kecamatan di Kabupaten Bogor yang terletak di wilayah Barat. Secara administratif, Kecamatan Dramag terdiri dari 10 desa, 32 dusun, 72 RW dan 314 RT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. sebelah utara : Kecamatan Rancabungur b. sebelah barat : Kecamatan Tamansari c. sebelah selatan: Kecamatan Ciampea

d. sebelah timur : Kecamatan Ciomas dan Bogor Barat

Dari segi topografi, Kecamatan Dramaga memiliki hamparan permukaan wilayah datar diperkirakan mencapai ± 59 persen. Ketinggian (elevasi) dari permukaan laut berkisar antara 34-117 meter, serta memiliki kemiringan lereng berkisar antara 0-5%.

Iklim wilayah Kecamatan Dramaga seperti keadaan umumnya wilayah Bogor yang beriklim tropis, terdiri dari dua musim (hujan dan kemarau). Berdasarkan klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk dalam tipe A (sangat basah) dan tipe B (basah). Temperatur udara harian rata-rata berkisar antara 18º-34ºC, dan jumlah curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 2 500-5 000 mm.

(33)

masih ada. Sehingga meskipun musim kemarau tiba sebagian besar wilayah kecamatan ini tidak kekurangan air.

Pemanfaatan lahan/tanah terbagi menjadi areal kolam, kebun/ladang, sawah, permukiman, setu/sungai/kali, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Untuk mengetahui masing-masing pemanfaatan lahan tersebut dapat dilhat pada Tabel 3.

Tabel 3 Luas lahan berdasarkan pemanfaatan lahan di Kecamatan Dramaga

Desa Sawah Pekarangan Perumahan Ladang Empang

Dramaga 2 100 118.50 2 505 -

Sinarsari 70 9 234.00 4 228 0 -

Neglasari 40 85 00 1 788 1 -

Babakan 183 241 439.00 1 975 - -

Ciherang - - - - -

Sukawening - 4 338.00 1 850 183.0 - Sukadamai - 115.26 - 6.9 0.9

Petir - 195.00 2 624 - 16.0

Cikarawang - - 1 826 - -

Purwasari - 11.92 2 354 - -

Jumlah 2393 255 536.69 19 150 200.9 16.9

Sumber: Pemerintah Kecamatan Dramaga (2014)

Kependudukan

Penduduk Kecamatan Ciampea mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian penduduk adalah bekerja sebagai pedagang dan petani. Berdasarkan Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea tahun 2012 jumlah penduduk Kecamatan Ciampea berjumlah 41 823 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk sebanyak 149 568 jiwa jumlah penduduk laki-laki berjumlah 77 177 jiwa dan perempuan berjumlah 72 391 jiwa. Sama halnya dengan penduduk di Kecamatan Ciampea, penduduk di Kecamatan Dramaga mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam dengan total penduduk sebanyak 98 406 penduduk laki-laki berjumlah 49 662 jiwa dan perempuan berjumlah 48 744 jiwa. Keadaan masyarakatnya berdasarkan mata pencaharian, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah penduduk Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga berdasarkan mata pencaharian

No Mata Pencaharian Kecamatan Ciampea (jiwa)a) Kecamatan Dramaga (jiwa)b)

1 Petani dan Peternak 8 978 1 309

2 Pengusaha 4 672 0

3 Pengrajin 9 737 0

4 Jasa/Buruh 9 493 10 604

5 Pengemudi 563 0

6 Dagang/Wiraswasta 10 871 4 865

7 TNI/Polri 180 57

8 Pegawai Negeri Sipil 944 1 056

9 Lainnya 1 963 634

Jumlah 47 401 18 525

(34)

Kondisi Pendidikan

Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Ciampea sebanyak 10 gedung Taman Kanak-Kanak (TK), 48 gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri, 1 gedung swasta, 1 gedung swasta Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri, 5 gedung SMA Swasta Umum, 3 gedung Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta, 1 gedung Universitas Swasta, sarana pendidikan keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 19 gedung, Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebanyak 8 gedung, dan Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 3 gedung. (Pemerintah Kecamatan Ciampea 2012).

Kesadaran dan Cita-cita orang tua untuk menyekolahkan anaknya cukup tinggi. Begitu juga di Kecamatan Dramaga minat dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan usia sekolah cukup tinggi, hal ini ditunjang oleh keberadaan dan peran Program Pendidikan Luar Sekolah (Kejar Paket, PKBM dll) yang sudah mampu memberikan andil dalam penanganan masalah pendidikan. Adanya program pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi, baik melalui program yang dicanangkan pemerintah maupun adanya peran swasta (perusahaan-perusahaan), bahkan dibeberapa sekolah daya tampung murid melampaui batas, sehingga ditanggulangi dengan “sistem shift”.

Sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Dramaga sebanyak 32 gedung PAUD, 6 gedung Taman Kanak-Kanak (TK), 34 gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri, 1 gedung Madrasah Ibtidaiyah (MI), 2 gedung Sekolah Lanjutan Tngkat Pertama (SLTP) Negeri, 4 gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Swasta, 1 gedung Madrasah Tsanawiyah (MTs), 1 gedung Sekolah Menengah Umum (SMU), 1 gedung Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Kondisi Pertanian

Kegiatan pertanian di Kecamatan Ciampea terdiri dari pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Pertanian tanaman pangan dan peternakan merupakan sektor komoditas andalan bagi penduduk Kecamatan Ciampea yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dalam meningkatkan produksi pangan baik kualitas maupun kuantitas. Dari subsektor tanaman pangan utama komoditas unggulan adalah padi, jagung, kacang tanah, dan sayur-sayuran, sedangkan dari subsektor tanaman perdagangan komoditas unggulan adalah kelapa, kelapa sawit, dan kopi. Disektor perikanan jenis ikan yang dibudidayakan adalah mas, mujair, lele, dan bawal. Pada sektor peternakan jenis ternak yang menjadi komoditas andalan adalah ayam petelur dan ayam pedaging. (Pemerintah Kecamatan Ciampea 2012)

(35)

Kondisi Perekonomian

Secara umum kondisi perekonomian Kecamatan Ciampea dan Dramaga sampai saat ini masih dibawah garis kemiskinan dengan mata pencaharian yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Akan tetapi sekarang ini di Kecamatan Ciampea dan Dramaga jumlah petani penggarap dan buruh tani bertambah banyak, karena banyaknya lahan pertanian yang telah dijual ke orang yang bukan seorang petani dan mereka bekerja kepada pembeli tanah mereka tersebut. Kedua kecamatan tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai pengembangan permukiman, pariwisata, kerajinan, pertanian, perikanan, peternakan, dan pelestarian sumberdaya air. (Pemerintah Kecamatan Ciampea 2012 ; Pemerintah Kecamatan Dramaga 2014).

Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Ciampea dan Dramaga

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bogor untuk pemanfaatan ruang wilayah Kecamatan Ciampea dan Dramaga secara garis besar dikelompokkan menjadi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan tanaman tahunan/perkebunan, kawasan hutan produksi tetap, kawasan permukiman pedesaan, kawasan permukiman perkotaan. Pengelolaan kawasan-kawasan tersebut dilakukan bagi kepentingan masyarakat melalui kegiatan budidaya dengan mempertimbangkan aspek teknis seperti daya dukung dan kesesuaian lahan, aspek sosial, serta aspek ruang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, selain itu, pengelolaan kawasan sumberdaya alam serta sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia dalam rangka menyerasikan pemanfaatan ruang dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan merupakan suatu komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan di wilayah tersebut. Komoditas unggulan (basis) memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif. Keunggulan komparatif yaitu suatu komoditas yang di dukung oleh sumberdaya alam, tidak bisa tumbuh ditempat lain. Sedangkan keunggulan secara kompetitif merupakan komoditas yang di produksi dengan cara efisien dan efektif. Sudah adanya nilai tambah dan daya saing usaha baik secara kualitas maupun kuantitas dan juga dari segi harga. Komoditas unggulan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu: komoditas unggulan utama dan komoditas unggulan penunjang. Komoditas unggulan utama adalah komoditas yang ditanam secara monokultur dalam hamparan lahan yang luas dan komoditas unggulan penunjang ditanam secara berganda (multiple

cropping) atau giliran (rotasi). Dalam penelitian ini metode analisis yang

(36)

Shift Share Analysis (SSA). Ketika nilai LQ >1 dan SSA bernilai positif (+) maka dikatakan sebagai komoditas unggulan.

Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa di Kecamatan Ciampea komoditas tanaman pangan padi sawah menghasilkan produksi terbanyak dibandingkan dengan komoditas lainnya dengan nilai LQ (1,27). Hal tersebut disebabkan karena luasan lahan tanaman padi sawah di Kecamatan Ciampea tergolong besar dengan luas lahan 2 696 ha, jika dibandingkan dengan luas lahan padi sawah di Kecamatan Dramaga sebesar 1 176 ha. Untuk tanaman pangan yang menghasilkan produksi tertinggi di Kecamatan Dramaga yaitu ubi jalar dengan LQ (1,62). Hal ini dapat disebabkan permintaan ubi jalar dan diversifikasi pangan di Kecamatan Dramaga tinggi.

Tanaman sayuran di Kecamatan Dramaga yang menghasilkan produksi tertinggi yaitu buncis dengan LQ (2.04), hal tersebut karena banyaknya petani yang menanam buncis bahkan ada beberapa petani di Kecamatan Dramaga yang benar-benar mengusahakan buncis dengan luasan lahan 2 ha per panen. Tanaman buncis dapat hidup di cuaca dengan curah hujan > 2500 mm/tahun. Curah hujan untuk Dramaga 3 610 mm rata-rata per tahun dalam 5 periode dari tahun 2009-2014 (BMKG 2015), sehingga cocok untuk ditanami buncis. Selain itu juga karena masa panen yang cepat yaitu umur 60 hari. Sedangkan di Kecamatan Ciampea untuk tanaman sayuran yang menghasilkan produksi tertinggi yaitu petsai/sawi dengan LQ (1.51), hal tersebut karena Kecamatan Ciampea termasuk daerah yang cocok untuk ditanami petsai/sawi. Dimana, Kecamatan Ciampea termasuk daerah yang memiliki temperatur rata-rata 25.8 dengan ketinggian lereng < 20% serta tekstur tanah yang agak halus dan kandungan c-organik yang tinggi. Disamping itu juga berdasarkan pendapat petani, petsai/sawi merupakan sayuran yang toleran terhadap lingkungan baik musim hujan ataupun musim kemarau, sehingga dapat ditanam kapan saja serta waktu panen yang pendek.

Tanaman buah-buahan yang menghasilkan produksi tertinggi di Kecamatan Ciampea yaitu belimbing dengan nilai LQ (1.75) dan untuk Kecamatan Dramaga yaitu jambu air dengan nilai LQ (2.28). Hal tersebut dapat disebabkan karena banyaknya pohon jambu air dan belimbing di pekarangan depan rumah ataupun pekarangan belakang rumah warga. Tetapi, tidak adanya ditemui hamparan lahan yang benar-benar di tanami jambu air maupun belimbing di Kecamatan Ciampea dan Dramaga. Oleh karena itu, tanaman tersebut dapat digolongkan ke dalam komoditas penunjang bukan menjadi komoditas unggulan utama. Tetapi jika diusahakan akan memberikan nilai tambah ekonomi. Nilai perhitungan LQ terinci dari Kecamatan Ciampea dan Dramaga dapat dilihat pada Tabel 5.

Melengkapi hasil analisis LQ dilakukan perhitungan Shift Share Analysis

(37)

Hasil perhitungan SSA untuk dua titik tahun menunjukkan bahwa komponen laju pertumbuhan total pengembangan komoditas di Kecamatan Ciampea dan Dramaga sebesar 0,73% (regional share). Untuk laju pertumbuhan komoditas (proportional shift), komoditas tanaman pangan (kecuali padi dan kacang tanah) mempunyai nilai dari 0,1 sampai negatif (-), begitu juga dengan komoditas buah-buahan (kecuali jambu biji, pisang dan sirsak). Artinya komoditas tersebut laju pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan komoditas secara keseluruhan. Namun untuk komoditas padi, kacang tanah, jambu biji, sirsak dan pisang menunjukkan nilai positif (> 0) artinya komoditas tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan total komoditas dua Kecamatan tersebut.

Komoditas dengan nilai Differential Shift lebih besar dari 0 (DS > 0) menunjukkan komoditas tersebut mempunyai keunggulan kompetitif, sedangkan nilai DS < 0 menunjukkan komoditas tersebut tidak memiliki keunggulan kompetitif. Tabel 6 menunjukkan bahwa komoditas padi sawah di Kecamatan Ciampea memiliki nilai DS 90.15 (DS > 0) yang berarti memiliki tingkat persaingan paling tinggi untuk dikembangkan dibandingkan dengan komoditas lainnya. Sementara itu di Kecamatan Dramaga memiliki nilai DS 170.03. Hal ini dapat disebabkan karena padi merupakan bahan pangan pokok sehingga permintaan padi pun tinggi.

(38)

Tabel 5 Nilai koefisien LQ komoditas tanaman pangan,tanaman sayuran dan buah-buahan berbasis produksi di Kecamatan Ciampea dan Dramaga tahun 2013.

Wilayah (Kecamatan)

Tanaman Pangan Tanaman Sayuran Padi

Sawah

Kacang tanah

Ubi kayu

Ubi

jalar Petsai/sawi Kacang panjang

Cabe

besar Terung Buncis Ketimun Ciampea 1.27 1.07 1.28 0.52 1.51 0.37 0.37 0.36 0.20 0.28

Dramaga 0.65 0.91 0.63 1.62 0.33 1.82 1.83 1.84 2.04 1.94

Wilayah (Kecamatan)

Buah-buahan

Belimbing

Durian

Jambu Biji

Jambu

Air Mangga

Manggis

Pepaya

Pisang Rambutan

Sirsak Ciampea 1.70 0.20 0.19 0.02 0.05 0.17 0.41 0.24 0.06 0.64

(39)
(40)

Berdasarkan hasil analisis LQ dan analisis SSA maka didapatkan komoditas unggulan wilayah untuk Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga. Dengan melihat nilai LQ > 1 dan nilai SSA yang dilihat dari komponen DS bernilai positif. Di Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga komoditas unggulan terbagi menjadi dua, yaitu komoditas unggulan utama dan komoditas unggulan penunjang. Komoditas unggulan utama di Kecamatan Ciampea adalah padi sawah dengan kacang panjang dan petsai/sawi sebagai komoditas unggulan penunjang. Komoditas unggulan utama di Kecamatan Dramaga adalah ubi jalar dan 15 komoditas unggulan penunjang (kacang panjang, cabe besar, terung, buncis, ketimun, durian, jambu biji, jambu air, mangga, manggis, pepaya, pisang, rambutan, dan sirsak). Komoditas unggulan utama dan komoditas unggulan penunjang di Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Komoditas unggulan wilayah di Kecamatan Ciampea dan Dramaga Kecamatan Komparatif Kompetitif Komoditas

unggulan utama

Komoditas unggulan penunjang Ciampea Padi Sawah Padi sawah Padi sawah -

Kacang tanah Kacang tanah Kacang tanah

Ubi kayu - -

Cabe besar Cabe besar Cabe besar

Terung Terung Terung

Penggunaan Lahan Sekarang di Kecamatan Ciampea dan Dramaga

(41)

Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga seperti yang terlihat pada Tabel 8 dan Gambar 3.

Tabel 8 Peta penggunaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga No Penggunaan Lahan Ciampea Dramaga

Luas (ha) % Luas (ha) % 1 Badan air 3 0.03 15 0.22

2 Hutan 236 2.24 10 0.15

3 Kebun Campuran 3 333 31.64 1 964 28.71

4 Lahan Terbuka 80 0.76 15 0.22

5 Permukiman 3 696 35.08 3 284 48.00

6 Sawah 2 969 28.18 1 176 17.19

7 Semak Belukar 9 0.09 3 0.04

8 Tegalan 209 1.98 375 5.48

Jumlah 10 535 100 6 842 100

(42)

Dari kedua Kecamatan tersebut penggunaan lahan untuk sawah di Kecamatan Ciampea sebesar 2 969 ha lebih luas dibandingkan dengan di Kecamatan Dramaga dengan luas 1 176 ha.

Masih banyaknya petani pemilik lahan maupun petani penggarap di Kecamatan Ciampea yang mengusahakan pertanian padi sawah. Sedangkan di Kecamatan Dramaga lahan sawah banyak yang sudah beralih fungsi menjadi lahan terbangun. Lahan sawah yang masih bisa di temui di Kecamatan Dramaga hanya di Desa Cangkurawok dan di desa lainnya sulit ditemui, dan jika pun ada lahan sawahnya hanya satu petakan atau dua petakan saja dalam satu desa tersebut. Luas Kecamatan Dramaga termasuk kecil dibandingkan dengan luasan Kecamatan Ciampea namun demikian jumlah penduduk semakin meningkat, sehingga mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan terbangun (permukiman) tinggi salah satu contohnya adalah di Desa Dramaga.

Areal yang Berpotensi untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Utama Berdasarkan Ketersediaan Lahan dan Kesesuaian Lahan

Dalam sub bab ini akan diuraikan hasil analisis penentuan areal yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan wilayah di Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga berdasarkan ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan. Dengan menggabungkan (overlay) berbagai peta tematik dan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Peta tematik yang digunakan yaitu peta RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025, peta penggunaan lahan sekarang (land use existing), peta penunjukan kawasan hutan, peta administrasi, dan peta satuan penggunaan lahan untuk melihat kesesuaian lahan aktual penggunaan lahan komoditas unggulan wilayah.

Penentuan wilayah yang berpotensi berdasarkan aspek biofisik dan ketersediaan lahan diawali dengan menentukan kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan pertanian dalam arahan pola ruang atau tata guna lahan yang tertuang dalam RTRW Kabupaten, kemudian digabungkan dengan peta kawasan kehutanan areal penggunaan lain. Hasil dari kedua peta tersebut, kemudian digabungkan kembali dengan peta penggunaan lahan sekarang (land use existing). Penggabungan beberapa peta tersebut menghasilkan luasan lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditas padi sawah di Kecamatan Ciampea 249 ha dan untuk komoditas ubi jalar di Kecamatan Dramaga 122 ha. Ketersediaan lahan untuk Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 4.

Tabel 9 Luas lahan tersedia di Kecamatan Ciampea dan Dramaga No Kecamatan Tersedia Total lahan existing (ha)

Luas (ha) %

1 Ciampea 249 2.36 10.535

(43)

Gambar 4 Peta ketersediaan lahan di Kecamatan Ciampea dan Dramaga Wilayah yang tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan wilayah selanjutnya akan digabungkan dengan peta status penggunaan lahan untuk melihat kesesuaian lahan aktualnya, sehingga dapat diketahui apakah wilayah tersebut sesuai untuk pengembangan komoditas unggulan wilayahnya secara biofisik. Peta kesesuaian lahan aktual dalam penelitian ini diperoleh dengan menganalisis peta satuan penggunaan lahan Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga yang dipadukan dengan kriteria persyaratan lahan untuk komoditas unggulan wilayah.

Kerangka dasar dari analisis kesesuaian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Dasar pemikiran utama dalam prosedur analisis kesesuaian lahan adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Hasil analisis kesesuaian lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).

Berdasarkan hasil ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan wilayah yang telah digabungkan dengan peta satuan penggunaan lahan dengan kriteria persyaratan lahan untuk komoditas unggulan wilayah padi sawah terdapat dua kelas kesesuaian lahan dengan pembatasnya masing-masing. Kelas kesesuaian lahan S2 nr na adalah kelas kesesuaian lahannya S2 (Cukup Sesuai)

dengan pembatas (nr) adalah retensi hara dan (na) adalah hara tersedia. Kelas kesesuaian lahan S3 eh adalah kelas kesesuaian lahannya S3 (Sesuai Marginal)

(44)

dinaikkan menjadi kelas kesesuaian S1 dengan menaikkan pH menjadi 5.5-7.0

dengan pemberian kapur atau dolomit. Jika pH tanah meningkat > 5.5 maka nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain pospor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6.0 hingga 7.0. Disamping itu juga pembatas lainnya yang perlu diperbaiki adalah KTK tanah dengan cara menambahkan nitrogen dan kalium untuk mengurangi terjadinya pencucian. Pembatas lainnya dari tipe kesesuaian lahan diatas adalah pada kesesuaian S3 eh,

untuk mengatasi faktor pembatasnya memerlukan modal yang tinggi, sehingga perlu adanya bantuan pemerintah ataupun swasta. Untuk menaikkan kelas kesesuaian lahan S3 eh menjadikan kelas kesesuaian S2 dapat dilakukan dengan

cara pembuatan terasering yang dibuat untuk memperpendek lereng atau memperkecil lereng yang bertujuan untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan memperbesar peresapan air sehingga mengurangi kehilangan tanah akibat erosi. Ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah di Kecamatan Ciampea terinci dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 10.

Gambar 5 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah di Kecamatan Ciampea.

Tabel 10 Peta kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah

Keterangan: nr (retensi hara), na (hara tersedia), eh (bahaya erosi)

No Kesesuaian Lahan Tersedia dan Sesuai Luas (ha) %

1 S2 nr na 197 79.12

2 S3 eh 52 20.88

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Matrik hubungan antara tujuan penelitian, jenis data,  sumber data, teknik       analisis data, dan output yang diharapkan
Gambar 2 Diagram alir penelitian
Tabel 2 Luas lahan berdasarkan pemanfaatan lahan di Kecamatan Ciampea
+7

Referensi

Dokumen terkait

Komoditas unggulan utama di Kota Pagar Alam untuk komoditas perkebunan adalah kopi di Kecamatan Dempo Selatan, Dempo Tengah, Dempo Utara dan Pagar Alam Utara,

Analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, dilakukan dengan memadukan antara peta pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas unggulan tanaman pangan tiap kecamatan dan arahan pengembangan wilayah menurut sarana prasarana pada

Arahan wilayah untuk 5 jenis komoditas unggulan yaitu ubi kayu, ubi jalar, padi, jagung, kacang tanah didasarkan pada pertimbangan analisis LQ &gt; 1, SSA &gt;

Untuk memperoleh arahan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Nias Barat...

Sehingga perlu dilakukan penelitian dengan Research Question ” Bagaimana arahan perwilayahan komoditas unggulan di Kabupaten Kotawaringin Timur?” Tujuan studi ini adalah

Arahan wilayah untuk 5 jenis komoditas unggulan yaitu ubi kayu, ubi jalar, padi, jagung, kacang tanah didasarkan pada pertimbangan analisis LQ &gt; 1, SSA &gt;

P ij = Jumlah produksi komoditas sub sektor tanaman pangan i di tingkat distrik. Dengan demikian akan dihasilkan sebuah angka untuk satu kabupaten, angka tersebut