BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah Kota Surakarta Hadiningrat, dimulai dari perpindahan ibukota kerajaan Mataram Kartasura ke desa Sala. Dalam perkembangan selanjutnya, daerah kerajaan Surakarta terbagi menjadi dua, akibat adanya Perjanjian Giyanti, yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Selanjutnya dalam perjanjian Salatiga, Kraton Surakarta Hadiningrat terpecah lagi menjadi Kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan Kadipaten Mangkunegaran yang dipimpin oleh Adipati Mangkunegaran I atau yang lebih dikenal oleh Pangeran Samber Nyawa.
Dalam filosofi Kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan yang ada di komplek Keraton dikenal dengan adanya Catur Agatra Tunggal, yaitu:
1. Keraton, merupakan pusat pemerintahan 2. Alun-alun, sebagai simbol suara rakyat 3. Masjid Agung, sebagai tempat peribadatan 4. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat.1
Pasar memiliki ketertarikan yang sangat erat dengan keberadaan sebagai cikal bakal elemen pembentuk kota Sala. Menurut Cliford Geertz (1992), pasar adalah suatu pranata ekonomi dan sekaligus cara untuk hidup, maka perdagangan bagi para pedagang merupakan latar belakang yang permanen, di hampir semua kegiatan dilakukan di pasar. Pasar juga memiliki peranan sosial yang sangat kuat,
1 L.V. Ratna Devi. S, et.al., Pasar Tradisional, Tinjauan Sosiologis, (Solo : LPPM UNS, 2000), hlm. 23.
1
commit to user
karena mereka menghubungkan anggota keluarga, pelanggan dan klien atau para anggota kelompok.
Sistem ekonomi yang ada di pasar tradisional adalah tradisional dalam arti bahwa fungsinya diatur oleh adat kebiasaan dagang yang dianggap keramat karena terus menerus dipergunakan selama berabad-abad. Begitu juga dengan fungsi sosial pasar tradisional tidak lepas dari aktivitas ekonomi yang berlangsung atau muncul dari interaksi komunitas pasar yang bermuara pada penjual dan pembeli, dengan demikian dapat dikatakan fungsi pasar tradisioanal adalah memungkinkan ratusan pedagang kecil berada didalamnya dan secara langsung juga memberikan nafkah kepada ribuan warga yang berkaitan erat dengan keluarga pelaku pasar.2 Pasar tradisional sendiri memiliki nilai-nilai atau kultur yang berbeda dengan yang ada dikomunitas masyarakatnya, bahkan dari dulu sampai sekarang. Ketika jaringan pasar menjadi penuh sesak dengan pelarian- pelarian dari desa dan kelas pekerja dari kota, dengan sifat datang tak di undang dan tidak serasi dengan keadaan yang asing semua masih melekat dengan kuatnya pada diri pedagang pasar. Nilai inilah yang menjadi ciri khas dari kehidupan sosial pasar dan menjadi gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai segala aspek dari masyarakat.3
Pada bagian lain homogenitas pemukiman penduduk yang pada konteksnya masih bersifat nginduk dan magersari, serta masih menjadi abdi dhalem dan menjalin kekerabatan dengan Kraton perlahan mulai berubah seiring
2 Eva Agustinawati., Kehidupan Pasar Tradisional, (Solo : LPPM UNS, 2000), hlm.5.
3 Ibid, hlm. 2
commit to user
dengan perkembangan pasar. Dengan adanya migrasi dari orang-orang pinggiran kota hingga kedatangan para pedagang dari luar pulau bahkan pedagang etnis, membuat tatanan pemukiman penduduk yang awalnya masih bersifat homogen, berubah menjadi heterogen. Konsep tekstual kota sebagai kuthagara berubah secara gradual kearah kontekstual kepentingan ekonomi pasar kota yang menyedot kelompok-kelompok etnisitas yang bermukim diperkampungan kota secara heterogen. Perubahan tersebut terjadi karena pergeseran nilai-nilai sosial, ekonomi, dan budaya penduduk.4
Permasalahan sosial ekonomi yang ada di masyarakat juga dikarenakan adanya para investor yang menanamkan modalnya untuk mendapatkan keuntungan. Keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakat perlahan tapi pasti mengalami perubahan pula. Indikator dari kegiatan ekonomi pada masa lampau, nampak terlihat pada aktivitas perdagangan yang terkonsentrasi di perkotaan.
Pada tahun 1970an sampai 1980an modernisasi di sektor industri mulai meningkat. Pada tahun 1980an sampai 1990an sektor ekonomi masyarakat mulai meningkat 20% dari tahun sebelumnya.5 Perekonomian semakin berkembang daripada era sebelum tahun 1970an, pertumbuhan sektor industri terlihat pada tahun 1980an dengan adanya toko-toko yang menjual barang-barang jadi dan mempekerjakan masyarakat sebagai pramuniaganya.6 Pada masa Orde baru ada empat fase yang menjadi masa laju pertumbuhannya yang tinggi, yaitu salah
4 M. Hari Mulyadi, Soedarmono., Runtuhnya Kekuasaan “Kraton Alit”, (Solo : LPTP, 1999), hlm.563.
5 Ibid, hlm. 83.
6 Wawancara dengan Asmoro Hadi, sesepuh masyarakat Kelurahan Kemlayan dan Budayawan, tanggal 15 Desember 2012, jam 20.00 WIB
commit to user
satunya fase dimana sektor swasta mulai menjadi kekuatan utama dalam pertumbuhan industri dan perekonomian masyarakat pada tahun 1985.
Setiap daerah dan keadaan masyarakatnya pasti mengalami suatu perubahan yang diakibatkan adanya suatu modernisasi dan perkembangan IPTEK, baik perubahan secara fisik ataupun perubahan secara sosial ekonomi, dan budaya masyarakatnya, terjadi dinamika kehidupan masyarakat yang ada di daerah tersebut. Dinamika itu juga terjadi di pasar tradisional di kota Solo, seperti pasar tradisional Singosaren dan masyarakat yang ada di kelurahan Kemlayan yang telah ada sekitar pemerintahan Kanjeng Paku Buwono VII. Perubahan yang terjadi pada pasar tradisional Singosaren sangat terlihat, karena pada sebelum tahun 1987 pasar tradisional singosaren yang sebelumnya merupakan pasar yang besar dan menjadi salah satu denyut nadi perekonomian masyarakat di kelurahan Kemlayan mulai berubah dengan adanya Plasa Matahari department store yang menggunakan lahan dari pasar tradisional Singosaren, dan menyisakan tempat yang terbilang kecil di belakang Matahari department store.
Secara geografis pasar Singosaren terletak di dalam pemerintahan kelurahan Kemlayan, dan sangat strategis karena berada di tengah kota Sala dan tengah-tengah kelurahan Kemlayan. Selain strategis letaknya, pasar singosaren juga mempunyai peranan sosial ekonomi masyarakat yang ada di kelurahan Kemlayan, karena sebagian dari masyarakat kelurahan Kemlayan banyak yang menggantungkan hidup dari pasar Singosaren, baik untuk berdagang maupun untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Karena sebelum adanya plasa Matahari department store, pasar Singosaren merupakan pasar yang paling
commit to user
terdekat, dari pada masyarakat harus ke Pasar Legi maupun ke Pasar Gedhe, selain itu Pasar Kadipolo yang waktu itu juga belum dibangun.
Kelurahan Kemlayan terdiri dari beberapa kampung yang memiliki hubungan dengan Kraton Kasunanan, baik masih memiliki hubungan darah atau kerabat keraton maupun sebagai abdi dhalem keraton. Seperti kampung Notodiningratan, Cokrosuman yang barasal dari nama Kanjeng Notodiningrat dan Kanjeng Cokrodiningrat yang merupakan menantu dari Kanjeng Sunan Paku Buwono VII, ataupun nama Singosaren sendiri yang berasal dari nama Pangeran Singosari, selain itu kampung singosaren juga terdapat Ndalem Kanjengan yang berarti rumahnya para Kanjeng atau bangsawan keraton.
Pada tahun 1987 pasar tradisional Singosaren berganti bangunan, konstruksi, dan konsep dengan adanya pembangunan Matahari department store, dan karena adanya perkembangan zaman yang terjadi di kota Surakarta, pasar tradisional Singosaren tergeserkan dengan Matahari plasa yang merupakan toko besar yang memnyediakan berbagai barang siap pakai dan lebih modern dan hanya menyisakan sedikit ruang untuk pasar tradisional Singosaren, tepatnya menyisakan hanya di ruang belakang dari total keseluruhan bangunan, dan bangunannya yang ada mulai berubah bentuk dan konsepnya juga menjadi lebih modern. 7
Kalurahan Kemlayan merupakan wilayah yang paling strategis yang ada di kota Sala, hal ini terbukti dari adanya pusat pertokoan yang ada di wilayah Kalurahan Kemlayan, seperti adanya Matahari Department store, pusat
7 Wawancara dengan Slamet Widodo, sesepuh warga Kelurahan Kemlayan 4 Desember 2012, Jam 13.00 WIB
commit to user
perkulakan nonongan dan pertokoan yang ada di jalan Secoyudan, bahkan di wilayah tersebut juga terdapat pusat kerajinan batik Danar Hadi yang nama dan produknya sudah terkenal sampai mendunia.
Kelurahan Kemlayan terdapat berbagai titik atau konsentrasi ekonomi, sehingga merupakan sumber potensi perubahan terkait kehidupan sosial, ekonomi masyarakat. Banyak masyarakat di Kalurahan Kemlayan yang berganti pekerjaan dari yang semula berjualan jajanan pasar menjadi penjual makanan warung, juru parkir, dan pramuniaga di toko-toko yang ada di kelurahan Kemlayan tidak terkecuali di Matahari Department store dan batik Danar Hadi.
Selain perubahan dari segi ekonomi masyarakat, perubahan juga terjadi dari segi kehidupan budaya masyarakat yang ada di Kelurahan Kemlayan.
Perubahan-perubahan tersebut terjadi secara perlahan sesuai dengan kemampuan masyarakat dan faktor budaya yang berpengaruh. Pada sekitar tahun 1950 sampai tahun 1960an gang-gang kampung yang yang ada di Kemlayan sering terdengar suara gamelan dan karawitan atau bahkan tiap sore banyak masyarakat yang berlatih menari dan menembang. Karena pada masa lalunya Kemlayan merupakan kampung yang diberikan oleh Keraton kepada para abdi dhalem mlaya (penabuh gamelan).8
Pada tanggal 14 Mei 1998, terjadi aksi kerusuhan dan pembakaran yang terjadi di kota Sala, yang merupakan bagian dari awal gerakan perubahan, yang dikenal dengan gerakan Reformasi, gerakan yang sebenarnya bertujuan untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat untuk hidup yang lebih baik lagi ini
8 Radjiman., Toponimi Kutha Sala, (Solo : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012), hlm.68.
commit to user
dipelopori oleh mahasiswa. Gerakan Reformasi ini juga memaksa Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan presiden dan mengakhiri masa orde baru awalnya berjalan tertib tanpa adanya tindakan anarkis, tapi karena ulah dari oknum yang tidak bertanggung jawab, aksi tersebut berubah menjadi anarkis dan terjadinya pembakaran toko-toko besar dan pengrusakan terhadap ruang publik.
Dari aksi yang terjadi, Matahari Departement Store yang berdiri kokoh tersebut dibakar dan dijarah oleh masyarakat yang berbuat anarkis, dan mengakibatkan kerugian fisik maupun materiil. Selain itu perekonomian masyarakat juga berhenti total dan berakibat pula pada perubahan sosial ekonomi masyarakat dikelurahan Kemlayan.
Kota Surakarta atau sering disebut kota Solo tergolong dalam secondary city atau kota kelas menengah yang terus berkembang, bahkan tidak lebih dari satu dasawarsa kedepan kota ini akan menjadi kota metropolitan. Perkembangan kota Solo sampai saat sekarang dapat dikatakan cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun terus meningkat, setidaknya jika diingat sejak tragedi 1998 yang memporak-porandakan perekonomian kota Surakarta sampai pada titik nadir.
Kini setelah 12 tahun berlalu, situasi ekonomi kota Surakarta bukan hanya pulih seperti sediakala, namun semakin melesat. Bagaimana tidak, pada 1998 pasca kerusuhan tersebut pertumbuhan ekonomi kota Surakarta bahkan mencapai mencapai minus, setidaknya ini dibuktikan dengan tingkat PDRB (Pendapatan Daerah Regional Bruto) kota Surakarta yang mencapai angka minus 13%. Namun, dalam waktu kurang dari satu dasawarsa telah terjadi pertumbuhan yang pelan
commit to user
namun pasti seiring membaiknya iklim investasi. Bahkan kota Solo kini menjadi barometer pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, selain Kota Semarang.9
Fenomena yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya perubahan sosial budaya masyarakat yang ada di Kampung Kemlayan antara lain pertambahan atau pengurangan jumlah penduduk, perubahan lingkungan geografis, perpindahan ke lingkungan baru, kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan, persoalan alam dan sosial, kelahiran atau kematian seorang pemimmpin, penemuan atau inovasi.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain;
perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat;
prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.
Dengan pemaparan latar belakang masyarakat yang ada di Kelurahan Kemlayan, maka dinamika masyarakat di kelurahan Kemlayan tahun 1985 sampai tahun 2011 inilah yang menarik untuk diteliti, karena perubahan masyarakat yang ada dikelurahan Kemlayan dengan adanya perkembangan pasar tradisional yang mengalami fase naik-turun. Setelah berbentuk pasar tradisional kemudian berubah menjadi pasar modern (Matahari Departement store), selain itu penelitian ini juga membatasi kajian tentang dampak dari tragedi Mei 1998 yang telah ada
9 BPS., Surakarata Dalam Angka Tahun 2000, (Surakarta: Badan Pusat Statistik, 2000), hlm. 6.
commit to user
sebelumnya, yang berdampak pada kota Solo secara keseluruhan. Dengan mempersempit kajian dari kerusuhan Mei 1998 terhadap dinamika kehidupan masyarakat kelurahan Kemlayan. Pada tahun 1998 pasca kerusuhan sampai tahun 1999 akhir, dinamika kehidupan masyarakat Solo dan khususnya kelurahan Kemlayan masih mengalami keterpurukan roda perekonomian sebagai imbas dari pasca kerusahan dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada umumnya dan tersebut. Akhir tahun 1999 barulah, kota Solo mulai bangkit untuk berbenah dengan mulai dibangun kembali pertokoan-pertokoan yang hancur sebelumnya.
Roda perekonomian kota Solo mulai menggeliat kembali pada awal tahun 2000, walaupun masih belum pulih 100% tapi aktifitas perekonomian kota Solo mulai berangsur membaik. Dinamika baik dari sisi sosial maupun ekonomi masyarakat semakin berubah terus meningkat dari tahun 2000 sampai tahun 2011, hal tersebut dapat dilihat oleh perkembangan kota Solo yang semakin diramaikan oleh berdirinya kembali pertokoan-pertokoan, pasar, dan semakin menjamurnya beberapa pasar swalayan (mall-mall) maupun hotel-hotel di Kota Solo. Hal tersebut juga berimbas pada dinamika ekonomi-sosial masyarakat di kelurahan Kemlayan yang berada di pusat kota Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dimaksudkan untuk mengungkapkan pokok pikiran secara jelas dan sistematik, sehingga akan mudah dipahami dengan jelas dari permasalahan sebenarnya.
commit to user
Adapun pokok dari permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Mengapa terjadi perubahan sosial, ekonomi dan budaya pada masyarakat Kelurahan Kemlayan?
2. Bagaimana dinamika kehidupan masyarakat di Kalurahan Kemlayan pada tahun 1985 sampai 2011?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang dicapai dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya pada masyarakat Kelurahan Kemlayan.
2. Untuk mengetahui dinamika kehidupan masyarakat Kelurahan Kemlayan pada tahun 1985 sampai 2011.
D. Manfaat Penelitian
Memberikan sumbangan yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang masih ada hubungannya dengan disiplin ilmu sejarah.
Menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah perkembang atau perubahan pasar tradisional dengan studi kasus perubahan sosial-ekonomi masyarakat yang ada di sekitar pasar tradisional di kota Surakarta. Sebagai sarana Informasi bagi para peneliti yang menaruh minat terhadap tema sejarah dinamika masyarakat yang ada dikelurahan-kelurahan kota Surakarta. Menambah tulisan sejarah baru dan memperkaya kajian dalam perbendaharaan ilmu sejarah.
commit to user
E. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa literatur dan referensi yang relevan dengan tema yang di kaji dan dapat menunjang tema yang di pilih oleh penulis. Literature tersebut membantu menulusuri dan mengungkapkan pokok permasalahan yang di tulis oleh penulis. Literatur yang digunakan antara lain sebagai berikut:
Dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Skripsi tentang Solo Kota Dagang, 2006. Laporan ini banyak menjelaskan mengenai keadaan kota Surakarta seperti alat transportasi, pola pemukiman, pasar-pasar, bandar, dan tempat bersejarah lainnya. Faktor tersebut sangat menunjang sistem perdagangan, misalnya dengan adanya pasar di pusat kota, maka akan dibuat jalur transportasi untuk kelancaran dalam berdagang dan memudahkan para konsumen. Sejalan dengan perkembangan pasar, maka berkembang pula jumlah penduduk dan jumlah struktur yang dibutuhkan masyarakat dalam menunjang kehidupannya.
Karena dengan adanya perkembangan ini, maka banyak pekerja atau masyarakat yang membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang dan memperlancar aktivitas perdagangan tersebut, dengan adanya rumah-rumah penduduk asli yang disewakan untuk rumah kost dan berdagang makanan setidaknya membantu menunjang perdagangan dan semakin ramainya kegiatan ekonomi yang terjadi di wilayah tersebut.
Dalam buku yang ditulis oleh Tejo Wahyono, dkk pada tahun 1987 dengan judul Peranan Pasar pada masyarakat Pedesaan (Pasar ”Nayak” Wamena), menjelaskan tentang peranan pasar sebagai pusat ekonomi dan peranan pasar
commit to user
sebagai pusat kebudayaan. Selain itu, pasar tidak hanya tempat untuk jual beli, namun tempat untuk berinteraksi antara anggota masyarakat dari berbagai golongan. Munculnya interaksi secara sengaja atau tidak yang terjadi di pasar, yang menyebabkan terjadi transformasi nilai-nilai budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat disekitarnya. Begitu pula yang terjadi kepada masyarakat yang ada di kelurahan Kemlayan yang secara langsung ataupun tidak langsung menggantungkan kebutuhan hidup dan hidupnya dengan pasar Singosaren dan Matahari department store. Masyarakat kelurahan Kemlayan mengalami perubahan kehidupan baik secara ekonomi, kebudayaan, serta sosialnya saat terjadi awal modernisasi di kelurahan Kemlayan dengan di bangunnya Matahari department strore yang secara langsung atau tidak langsung menggusur pasar tradisional Singosaren.
Dalam buku karangan dari M. Hari Mulyadi, dkk, pada tahun 1999 denagn judul Runtuhnya Kekuasaan “Keraton Alit” (Study Radikalisasi Sosial “wong Sala”dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta). Buku tersebut menuliskan tentang radikalisasi masyarakat Sala dan mengenai kondisi sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan di Surakarta selama masa Orde Baru dan menjelang terjadinya kerusuhan Mei 1998. Pembahasan mengarah kepada berbagai kebijakan politik maupun ekonomi, dengan fenomena yang mencolok adalah kondisi sosial ekonominya. Kemudian dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari kejadian kerusuhan Mei 1998 tersebut yang mengakibatkan dibakarnya Matahari Departement Store dan beberapa toko-toko yang berada di wilayah Kelurahan Kemlayan. Akibat dari kerusuhan tersebut memberi dampak
commit to user
perubahan yang ditimbulkan, baik perubahan sosial, ekonomi, mentalitas masyarakat di Kelurahan Kemlayan.
Dalam buku karangan dari R. Bintaro pada tahun 1983 dengan judul buku Interaksi Desa dan Permasalahannya. Dalam buku tersebut menuliskan tentang daerah-daerah yang ada dikota dan menjadi pusat kegiatan dapat hidup karena adanya jalur jalan, dan alat transportasi yang digunakan sebagai alat pengangkutan barang dan manusia. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut manusia dan barang tersebut tidak selalu dalam keadaan bergerak terus, tetapi suatu saat akan berhenti ditempat tertentu. Dengan keadaan tersebut maka di pasar atau pusat perbelanjaan dikota, timbul tempat-tempat yang disediakan untuk lahan parkir, dan hal ini membuat adanya para petugas untuk menjaga kendaraan yang parkir tersebut dan bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar pasar atau pusat perbelanjaan tersebut. Begitu pula yang terjadi didalam masyarakat Kemlayan yang sebagian masyarakatnya bekerja menjadi petugas parkir di Matahari department store dan toko-toko yang ada di wilayah Kelurahan Kemlayan. Dengan menjadi petugas parkir bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan sebagian warga di Kelurahan Kemlayan.
Dalam buku yang dikarang oleh Dwi Ratna Nurhajarini, dkk pada tahun 1999 dengan judul Sejarah Tradisional Surakarta, Dalam buku tersebut menuliskan tentang kehidupan didalam keraton Surakarta. Dalam buku tersebut juga menjelaskan letak bagian-bagian bangunan keraton Surakarta, stratifikasi sosial masyarakat Jawa dengan pemuncak tertingginya adalah raja hingga yang terndah adalah wong cilik, serta dalam buku tersebut juga menjelaskan bagaimana
commit to user
kebudayaan yang dimiliki orang Jawa yang adiluhung dan sifat-sifat orang Jawa.
Begitu pula dengan masyarakat yang ada dikelurahan Kemlayan yang mayoritas adalah masyarakat Jawa dan Kelurahan Kemlayan juga memiliki unsure kebudayaan yang kuat yang telah ditinggalkan oleh pendahulunya yang merupakan abdi dalem penabuh gamelan didalam keraton Surakarta dan mempunyai hubungan ngawulo dengan raja.
F. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ilmiah sangat dibutuhkan sebagai prosedur dalam rangka ilmu tersebut sampai pada satu kesatuan pengetahuan, tanpa langkah- langkah tersebut tidak mungkin suatu ilmu dapat menjadi ilmu pengetahuan tapi hanya akan menjadi suatu pengetahuan saja. Sesuai permasalahan yang akan diteliti maka penelitian ini menggunakan metode sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto, metode sejarah merupakan kumpulan prinsip-prinsip atau aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk bantuan secara efektif didalam usaha mengumpulkan bahan-bahan bagi sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan suatu sintesa daripada hasilnya dalam bentuk tertulis.10
Metode penelitian sejarah dalam pelaksanaannya meliputi empat tahap, yaitu: 1. Heuristik, 2. Kritik sumber, 3. Interpretasi, 4. Historiografi.
Tahap pertama adalah Heuristik, Kegiatan mencari sumber-sumber sejarah atau jejak-jejak masa lampau, yang merupakan langkah pertama dalam penulisan sejarah. Diartikan pula sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk menghimpun
10 Sartono Kartodirdjo., Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 60-62.
commit to user
data dan menyusun fakta-fakta sejarah yang berhubungan dengan penelitian ini.
Pencarian dan pengumpulan sumber yang dilakukan oleh peneliti baik itu sumber primer yang berupa dokumen-dokumen arsip yang banyak ditemukan dalam koleksi perpustakaan Badan Pusat Statistik Surakarta dan Kantor Kelurahan Kemlayan maupun sumber sekunder yang berupa buku-buku referensi yang dikumpulkan dari berbagai perpustakaan.
Tahap kedua adalah Kritik sumber, bertujuan untuk mencari keaslian sumber yang di peroleh melalui kritik intern dan kritik ekstern.11 Kritik intern berguna untuk mengetahui kredibilitas informasi yang diperoleh, sedang kritik ekstern berguna untuk mengetahui orientasi yang diperoleh.
Tahap Ketiga, Interpretasi adalah penafsiran terhadap data-data yang dimunculkan dari data yang telah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan semua fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah, dan bersama teori disusunlah fakta tersebut kedalam interpretasi yang menyeluruh.12 Data-data yang telah diseleksi dan diuji kebenarannya tersebut diuraikan dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.13
Tahap Keempat, Historiografi yaitu menyajikan hasil penelitian berupa penyusunan fakta-fakta dalam suatu sintesa kisah yang bulat sehingga harus disusun menurut tehnik penulisan sejarah.
11 Dudung Abdurrahman., Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.64.
12 Ibid,.
13 Nugroho Notosutanto., Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Indayu, 1978), hlm.36.
commit to user
Langkah-langkah selanjutnya adalah menentukan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data:
1. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data dari sumber-sumber data untuk penelitian menggunakan beberapa cara, yaitu:
a. Studi Dokumen
Sumber tertulis (dokumen) sangat penting bagi penulisan sejarah ini. Dari dokumenlah terdapat fakta-fakta sejarah serta bahan yang akan ditulis. Dokumen mempunyai nilai otentik dan dapat dipercaya.14 Dengan demikian dokumen sebagai sumber utama dalam penelitian.
Penelitian ini ditunjang dengan menggunakan sumber-sumber tertulis berupa dokumen. Adapun sumber tertulis yang dapat ditemukan adalah dokumen- dokumen di dinas pasar kota Surakarta, dinas pasar Singosaren, Badan Pusat Statistik bagian kependudukan kota Surakarta, dan Kelurahan Kemlayan.
Dokumen yang digukan antara lain Surakarta Dalam Angka tahun 1985 sampai tahun 2011, Koran Solopos tahun 1998, SK Kepala kelurahan Kemlayan yang ditujukan untuk pembentukan pengurus dan kegiatan dari Kampoeng School, dokumen dari Kelompok Kesenian Marem.
b. Wawancara
Wawancara merupakan tekhnik pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada narasumber yang memahami permasalahan yang
14 Louis Gottschalk., Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 1975), hlm.
18.
commit to user
diteliti dan orang yang masih sejaman terhadap peristiwa yang terjadi. Karena penulisan ini termasuk sejarah kontemporer dan bertema dinamika kehidupan masyarakat, maka wawancara sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran kehidupan masyarakat. Wawancara dilakukan terhadap sesepuh masyarakat yang ada di kelurahan Kemlayan, Kepala kelurahan Kemlayan, dan masyarakat kelurahan Kemlayan. Peneliti melakukan wawancara antara lain; Bapak Mintardjo, H.S, Bapak R. Slamet Widodo, B.Sc, Bapak Sisiwardjo, Mas Djoko Sutopo, Ibu Subono, Ibu Mangun Supono, Bapak KRMH Asmoro Hadi, S.Sen, DLL
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan tehnik pengumpulan data dengan memanfaatkan literatur dan referensi sebagai bahan informasi untuk mendapatkan teori dan data sekunder yang baru sebagai pelengkap data yang tidak dapat diperoleh melalui studi dokumen dalam sumber data penelitian. Dalam hal ini studi pustaka digunakan untuk mendukung serta memperdalam pada pengumpulan data atau bahan yang dijadikan sebagai landasan teori dalam menyiapkan sebuah penelitian.
Penelitian ini mengambil buku acuan yang berupa buku-buku literatur baik itu berupa karya ilmiah, jurnal ilmiah, tulisan dari surat kabar maupun majalah yang berkaitan dengan tema penelitian penulis. Studi pustaka dalam penelitian ini di lakukan di Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Nasional Surakarta, Perpustakaan LPPM Universitas Sebelas
commit to user
Maret Surakarta, Perpustakaan UCYD Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Teknik Analisis Data
Sebagai prosedur pemecahan masalah yang akan ditulis, penulis akan menganalisa data dengan analisis kualitatif, yaitu suatu analisa yang dilaksanakan pada hubungan sebab akibat dari pada suatu fenomena tertentu. Terutama fenomena historis pada cakupan waktu dan tempat tertentu, dan penyusunan dilakukan secara diskriptif analisis. Deskriptif artinya memaparkan ataupun menggambarkan suatu fenomena tentang ciri-ciri khusus yang terdapat dalam suatu peristiwa. Analisis adalah usaha untuk menganalisa ataupun mengintepretasikan data-data yang berhubungan dengan kajian permasalahan, dengan demikian studi ini bukan hanya mempersoalkan masalah apa, dimana, dan kapan peristiwa tersebut dapat terjadi, namun lebih dari itu mencoba untuk mengupas bagaimana dan mengapa peristiwa tersebut terjadi, sehingga studi ini pada dasarnya tidak akan mengabaikan prinsip kausalitas ataupun hubungan sebab akibat serta aspek ruang dan waktu.15
15 Nasution., Metode Reseach Penelitian Ilmiah, (Bandung: Jemmaars, 1982), hlm 33.
commit to user
G. Sistematika Skripsi
Secara sistematis, penulis menyusun skripsi tersebut dalam lima bab, yaitu:
Bab I adalah pendahuluan yang merupakan uraian tentang masalah pokok skripsi yang secara berturut-turut mengemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan
Bab II membahas mengenai sejarah singkat Keraton Surakarta yang didalamnya terdapat tata wilayah Keraton Surakarta, asal usul nama Surakarta, keadaan kota Surakarta pada masa swapraja, kondisi geografis dan demografis Surakarta, stratifikasi sosial masyarakat Surakarta.
Bab III membahas mengenai arti dan peranan kampung-kampung yang ada di Surakarata bagi Keraton Surakarta dan peranan kampung-kapung lama dalam perkembangan kota Surakarta, Kemlayan dalam lintasan Keraton Surakarta.
Bab IV membahas mengenai dinamika kehidupan masyarakat di kelurahan Kemlayan pada tahun 1985 sampai tahun 2011 yang terbagi dalam tiga periodesasi, yaitu periode tradisional, periode transisional, dan periode modernisasi. Didalamnya juga mengemukakan pasang surut kehidupan masyarakat dikelurahan Kemlayan setelah dan sebelum adanya modernisasi.
Bab V berisi jawaban dari semua yang telah di teliti dan saran bagi pemerintah kota dan daerah dan saran bagi studi lanjutan
commit to user