• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN

N/A
N/A
Dode Iswara

Academic year: 2023

Membagikan "2. PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN

(2)

Dasar Hukum

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

PP No.27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UU HAPID

(3)

PENYELIDIKAN

Pasal 1 angka 5

“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini”

(4)

Penyelidikan merupakan tahap awal dari penyidikan.

(5)

Tujuan Penyelidikan :

1. Mengumpulkan bukti permulaan

2. Mengumpulkan bukti yg cukup agar dapat dilakukan penyidikan

(6)

Penyelidik 🡪 Pasal 1 angka 4

“Penyelidik adalah pejabat polisi negera Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan”

Pasal 4 KUHAP

“penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia”

(7)

Penyelidikan diperlukan :

a. Setiap perbuatan belum tentu suatu tindak pidana. Contoh : mati dalam kondisi tergantung

b. Masalah HAM

c. Upaya paksa syaratnya ketat

(8)

Fungsi dan wewenang penyelidik diatur dalam ketentuan Pasal 5 KUHAP

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang tindak pidana

b. Mencari keterangan dan barang bukti

c. Menyuruh berhenti seseorang yg dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal

d. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab

(9)

Menerima laporan atau pengaduan

Penyelidik memiliki hak dan kewajiban unt menindaklanjuti laporan yang disampaikan oleh seseorang

Laporan dapat berupa akan, sedang atau telah terjadinya suatu tindak pidana

Penyelidik wajib dan berwenang menerima laporan (Pasal 1 butir 24)

Berhak dan wajib menerima laporan yg disertai dgn permintaan unt menindaklanjuti (delik aduan)

(10)

Pasal 103 KUHAP

1. Laporan atau pengaduan dijukan secara tertulis harus di tanda tangani oleh pelapor atau pengadu,

2. Laporan atau pengaduan yg diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyelidik dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyelidik

3. Dlm hal pelapor atau pengadu tdk dapat menulis hal itu pula hrs disebutkan sebagai catatan dlm laporan atau pengaduan tersebut

(11)

Bagaimana jika penyelidik tdk mau menerima laporan?

Upaya apa yg dpt dilakukan?

(12)

Masa HIR pengadu dapat langsung mengajukan aduan atau laporannya kepada Kejaksaan.

Pelapor atau pengadu dapat mengajukan laporan atau pengaduannya kepada penyidik.

Bagaimana jika penyidik juga enggan menerima laporan dan pengaduan?

(13)

Tdk ada upaya lain dapat dilakukan jk penyidik juga tdk mau menerima laporan.

Upaya terakhir pelapor atau pengadu hanya dapat mengajukan laporan atau pengaduan kepada atasan penyidik.

Namun jika penyidikan dihentikan setelah dimulai penyidikan dan diberitahukan kepada penuntut umum mk JPU dapat mengajukan pra peradilan (Pasal 80 KUHAP)

(14)

Mencari Keterangan dan Barang Bukti

Penyelidikan dilakukan dalam rangka mendapatkan bukti permulaan yg cukup, yg selanjutnya sbg landasan dilaksanakannya penyidikan.

Penyelidikan merupakan tahap awal dari penyidikan. Keduanya saling terkait.

Jk penyidikan dilakukan tanpa tahap awal yg memadai maka dapat diajukan praperadilan yakni dituntut ganti rugi dan rehabilitasi

(15)

Menyuruh berhenti orang yg dicurigai

Menyuruh berhenti orang yg dicurigai dan memeriksa tanda bukti pengenal

Apakah penyelidik harus membawa surat perintah?

(16)

Penyelidik dalam rangka menghentikan seseorang yg dicurigai untuk memeriksa identitas tdk perlu surat perintah.

Dasar hukumnya adalah Pasal 4 KUHAP

“Penyelidikan adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia”

Permasalahan selanjutnya bagaimana jika orang yg dicurigai mengelak?

(17)

Penyelidik tidak memiliki kewenangan unt melakukan upaya paksa penangkapan.

Upaya yg dapat dilakukan penyelidik dapat meminta surat perintah dari penyidik unt melakukan upaya paksa penangkapan atau membawa surat perintah untuk membawa dan menghadapkan orang yg dicurigai ke depan penyidik

Dlm hal tertangkap tangan penyelidik dapat segera melakukan tindakan yg diperlukan sebagaiman dimaksud pada Pasal 5 ayat 1 tanpa menunggu surat perintah (Pasal 102 ayat 2 KUHAP)

(18)

Tindakan lain menurut hukum yg bertanggungjawab

Penjelasan Pasal 5 ayat 1 angka 4 🡪 tindakan penyelidik unt kepentingan penyelidikan dgn syarat:

a) Tdk bertentangan dgn suatu aturan hukum

b) Selaras dgn kewajiban hukum yg mengharuskan dilakukannya tindakan jabatan

c) Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dlm lingkungan jabatannya

(19)

d. Atas pertimbangan yg layak berdaskan keadaan memaksa

e. Menghormati hak asasi manusia

- Dlm praktiknya penafsiran tindakan lain yang bertanggungjawab susah untuk dilaksanakan. Bahkan dapat memberikan penafsiran yg luas.

(20)

Kewenangan penyelidik berdasarkan perintah penyidik :

a. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan

b. Pemeriksaan dan penyitaan surat

c. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

d. Membawa dan menghadapkan seseorang kepada penyidik

(21)

PENYIDIKAN

(22)

Dasar Hukum

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

PP No.27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UU HAPID

(23)

Pengertian

Pasal 1 angka 2 KUHAP

“serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yg diatur dalam UU ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yg dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yg terjadi dan guna menemukan tersangkanya

- Penyidikan adalah praduga tidak bersalah

- Penyidikan adalah proses lanjutan dari penyelidikan.

- Perkab Kapolri 🡪 dlm proses penyelidikan ditingkatkan ke Penyidikan maka akan diadakan gelar perkara (ekspose)

(24)

Pejabat Penyidik

Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 1 angka 10 UU No 2 tahun 2002 tentang Kepolisian

“penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yg diberi wewenang khusus oleh UU untuk melakukan penyidikan”

Pasal 6 ayat 1 Penyidik adalah :

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia

b. Pejabat PPNS tertentu yg diberi wewenang khusus oleh UU

(25)

Penyidik PPNS ;

a. KPK 🡪 Tipikor (kewenangan sama dengan POLRI)

b. Kejaksaan 🡪 Tipikor (kewenangan sama dengan POLRI)

c. Satpol PP 🡪 Perda

d. Imigrasi (kewenangan sama dengan POLRI)

e. Bea Cukai (kewenangan sama dengan POLRI)

f. TNI AL (kewenangan sama dengan POLRI)

g. Polsus K.A.

(26)

Penyidik penuh

Syarat kepangkatan tertentu (PP No. 27 tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP)

- Sekurang-kurangnya berpangkat Letnan Dua Polisi;

- Atau yg berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua

- Ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kepolisian RI

(27)

Penyidik Pembantu

Pasal 1 angka 3

“penyidik pembantu adalah pejabat kepolisian negara RI yg karena diberi wewenang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan yg diatur dalam UU”

PP No 27 tahun 1983 ttg Pedoman Pelaksanaan KUHAP

- Sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua Polisi (Bripda)

- Pegawa Negeri Sipil dalam lingkungan kepolisian negara dgn syarat sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a)

(28)

- Diangkat oleh Kepala Kepolisian RI atas usul komandan atau pimpinan kesatuan masing-masing.

- Penyidik pembantu yang diangkat dapat berasal dari pegawai sipil Polri yg memiliki keahlian khusus

- Misal : memiliki keahlian di bidang kimia, keahlian di bidang patologi.

(29)

Wewenang penyidik pembantu

Pasal 7 ayat 1 KUHAP

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian ;

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeldahan dan penyitaan;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

(30)

g. Memanggil orang unt didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

h. Mendatangkan orang ahli yg diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. Mengadakan penghentian penyidikan;

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yg bertanggungjawab.

(31)

Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Pasal 6 ayat 1 huruf b penyidik adalah :

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia;

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yg diberi wewenang khusus oleh UU

- Contoh PPNS : PPNS di bidang merek, PPNS bea cukai, PPNS Pajak.

- Wewenang PPNS sepanjang menyangkut tindak pidana yg diatur dalam UU

(32)

Wewenang PPNS

Pasal 107 KUHAP

a. Unt kepentingan penyidikan, penyidik Polri memberikan petunjuk kepada PPNS tertentu, dan memberikan bantuan penyidikan yg diperlukan

b. PPNS harus melaporkan kepada penyidik Polri tentang adanya suatu tindk pidana yg sedang disidik, jika dari penyidikan itu oleh penyidik PPNS ditemukan bukti yang kuat untuk mengajukan tindak pidananya kepada penuntut umum.

(33)

c. Apabila penyidik pegawai negeri sipil telah selesai melakukan penyidikan, hasil penyidikan tersebut harus diserahkan kepada penuntut umum. Cara penyerahannya kepada penuntut umum dilakukan PPNS melalui penyidik Polri.

- Mengapa PPNS dalam menyerahkan laporan penyidikan harus melalui Penyidik Polri ?

a. Pasal 107 ayat 1 Penyidik Polri memberikan petunjuk yg diperlukan kepada PPNS

b. Penyidk Polri adalah koordinator dan pengawas PPNS (Pasal 7 ayat 2 KUHAP)

(34)

Hubungan Penyidik Polri dan PPNS

Koordinasi dan Pengawasan :

Dalam hal PPNS melakukan penyidikan perlu melakukan koordinasi/laporan dengan penyidik Polri, dan jika akan melimpahkan perkara ke PU harus melalui penyidik Polri

Dalam hal akan menghentikan penyidikan harus melaporkan ke penyidik polri dan PU

(35)

Wewenang Penyidik

Pasal 7 ayat 1 KUHAP

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindk pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian ;

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeldahan dan penyitaan;

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

(36)

g. Memanggil orang unt didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

h. Mendatangkan orang ahli yg diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

i. Mengadakan penghentian penyidikan;

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yg bertanggungjawab.

(37)

PENYIDIKAN

Meneruskan ke PU

Menghentikan :

a. Bukan tindak pidana

b. Tidak cukup bukti

c. Dihentikan demi hukum - Tersangka mati

- Kadaluarsa

- Nebis in Idem

(38)

LAPORAN v.s PENGADUAN

PELAPORAN

Pengertian diatur dalam Pasal 1 angka 24 KUHAP

Yang Melakukan Bisa Siapa Saja

Berlaku untuk Delik Biasa

Tidak bisa lagi laporan dicabut ketika kasus telah diproses

(39)

PENGADUAN

Pengertian diatur dalam Pasal 1 angka 25 KUHAP

Yang Melakukan adalah pihak yg berkepentingan

Berlaku hanya untuk Delik Aduan (Pasl 367 ayat 2 KUHP)

Bisa dicabut oleh si pengadu, pada saat kasus telah diproses

(40)

Tertangkap Tangan

Pasal 1 angka 19 KUHAP

Ditangkap Tidak lama / sesaat setelah melakukan Tindak Pidana

Diseru oleh khalayak ramai

Ditemukan benda yang diduga keras usai dipergunakan melakukan Tindak Pidana

(41)

Pihak yang dapat dipanggil

Saksi (Pasal 1 angka 26 KUHAP)

Tersangka (Pasal 1 angka 14 KUHAP)

- Pemanggilan terasangka untuk dilakukan pemeriksaan di dalam proses penyidikan harus benar-benar didasarkan pada bukti permulaan yang cukup.

- Tanpa bukti permulaan yg cukup tersangka dapat mengajukan ganti rugi (Pasal 95 ayat 1 KUHAP)

(42)

Pemanggilan

Kewenangan penyidik (Pasal 7 ayat 1 KUHAP)

Penyelidik/penyidik mengirimkan surat pemanggilan kepada saksi, tersangka maupun ahli

Isi surat pemanggilan memuat :

1. Alasan pemanggilan

2. Tanda tangan penyidik (Pasal 112 (1) KUHAP)

3. Disampaikan di tempat tinggal

4. Disampaikan dalam tenggang waktu yg layak (minim 3 hari) (Pasal 227 ayat 1 KUHAP)

(43)

Memenuhi panggilan adalah kewajiban

Apakah mungkin orang yg dipanggil tidak hadir?

Upaya apa yg dapat dilakukan?

(44)

Pasal 112 ayat 2 KUHAP

“orang yg dipanggil wajib datang kepada penyidik dan jika ia tidak datang, penyidik memanggil saksi sekali lagi, dengan perintah kepada petugas untuk membawa kepadanya”

(45)

Penasihat Hukum

Pasal 115 ayat 1 KUHAP

“Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, penasihat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan”

- Penasihat hukum bersifat pasif

- Harus ada persetujuan dari penyidik jika akan mengikuti jalannya pemeriksaan dalam tahap penyidikan.

(46)

Penghentian Penyidikan (SP3)

Alasan: (Pasal 109 ayat 2 KUHAP) 1. Tidak cukup bukti

2. Bukan merupakan perbuatan Pidana 3. Dihentikan demi kepentingan hukum:

a. melanggar asas ne bis in idem b. melewati daluarsa penuntutan c. tersangka meninggal dunia

(47)

Barang bukti mengacu pada pasal 184 KUHAP (minimal 2 alat bukti)

Tidak cukup bukti tidak menutup

kemungkinan dilanjutkan penyidikan jika dikemudian hari ditemukan bukti baru.

Bukan nebis in idem karena bukan

putusan pengadilan tetapi merupakan kebijakan

(48)

Keberatan terhadap penghentian penyidikan dapat dilakukan upaya hukum oleh penuntut umum maupun pihak yang berkepentingan

(49)

BERITA ACARA PEMERISAAN (BAP)

Terkait dengan penyelidikan dan penyidikan adalah Berita Acara Pemeriksaan. Setiap apa yg dilakukan penyidik dalam proses penyidikan harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Begitu juga penyidik jika mau menangkap, menahan, menyita, menggeledah harus dituangkan dalam berita acara (BAP).

Berita Acara akan dibendel jadi satu yang namanya berkas perkara. Selanjutnya akan dilimpahkan kepada jaksa penuntut umum (JPU).

(50)

PP No. 27 tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP menjelaskan bahwa penyelidikan dan penyidikan saling terkait Penyelidikan bagian integral dari penyidikan.

Tapi KUHAP mengatur penyelidikan dan penyidikan seolah berbeda atau terpisah.

(51)

S.E.K.I.A.N

Referensi

Dokumen terkait

b dan c adalah sama dengan penyidikan, yaitu serangkaian tindakan penyiaik dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam UU ini (KUHAP) untuk mencari serta

Pengertian Penyidikan menurut UU No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

Pasal 1 angka 2 KUHAP menjelaskan tentang penyidikan yang berbunyi sebagai berikut :“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

Penyidik Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b, Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang

Sedang penyidikan berarti : serangkaian tindakan yang dilakukan pejabat penyidik sesuai dengan cara yang diatur dalam undang- undang untuk mencari serta mengumpulkan

Pasal 1 butir 2 (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana) KUHAP diuraikan bahwa :“penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang

Pengertian penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir 2 KUHAP yakni dalam Bab I mengenai Penjelasan Umum, yaitu: “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

Pengertian penyidikan tercantum dalam Pasal 1 butir 2 KUHAP yakni dalam Bab I mengenai Penjelasan Umum, yaitu: “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut