• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERADABAN PADA MASA BANI UMAYYAH

N/A
N/A
hendi andi

Academic year: 2023

Membagikan "PERADABAN PADA MASA BANI UMAYYAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERADABAN PADA MASA BANI UMAYYAH

1Syafrial Arif

1Institut agama Islam Negeri Kerinci, Indonesia E-mail: syafrialarif@gmail.com

ABSTRACT

Daulah Bani Umayyah, sebagaimana dicatat dalam sejarah merupakan kelanjutan dari khulafaurrasyidin, suatu pemerintahan pada masa khulafaurrasyidin yang pernah mengukir sejarah peradaban Islam selama kurang lebih 30 tahun, sejak berakhirnya risalah kenabian Muhammad saw.

Namun, dalam perkembangannya ia kemudian berubah menjadi sistem kerajaan, yang peralihan kekuasaan-Nya dijalankan berdasarkan keturunan.

Hal ini menyebabkan bergesernya sistem pemerintahan Islam, dari sistem demokrasi (syura) menjadi sistem monarchy heridetis (kerajaan turun temurun). Masa kekuasaan Dinasti Umayyah yang cukup panjang, kurang lebih 91 tahun merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejayaannya, sehingga mampu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan peradaban Islam. Berangkat dari uraian di atas, kajian ini akan mencoba menelusuri sejarah pendiri khilafah umayyah, kemajuan peradaban dan faktor-faktor pendukung, kemunduran dan keruntuhan dinasti.

Kata kunci: Peradaban, Bani Umayyah, kemajuan, kemunduran,

PENDAHULUAN

Bani umayyah adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa khulafaur rasyidin yang memerintah dari 661-750 M di jazirah Arab yang berpusat di Damaskus, Syiria, serta dari 756-1031 di Cordoba Andalusiana dan Spayol. Dinasti Umayyah berawal dari berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah kekuasaan Dinasti Umayyah. Pada masa periode Ali dan Khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainya.

Hal ini jauh berbeda dengan masa sesudah khulafaur rasyidin atau masa dinasti- dinasti yang berkembang sesudahnya, yang di mulai pada masa Dinasti Umayyah.

Dengan adanya perkembangan tersebut maka akan kita bahas pada makalah ini, untuk dapat memberi pengetahuan kepada kita bagaimana perkembangan peradaban islam yang berkembang setelah khulafaur rasydin, khususnya pada masa Dinasti

(2)

Umayyah.

PEMBAHASAN

PENDIRI KHILAFAH UMAYYAH

Muawiyah adalah pendiri Dinasti Umayah, ia merupakan putra dari Abu Sufyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abdu Manaf. Sebagai keturunan dari Abdu Manaf, Muawiyah memiliki hubungan kerabat dengan nabi Muhammad SAW. Ia masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah( Fathul Makkah ) dengan penduduk lainya. Ketika itu Muawiyyah berusia 23 Tahun.1

Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun ( 41-132 H / 661-750 ). Dengan 14 orang khalifah yang dimualai dengan Umayyah ibn Abu Sufyan dan di akhiri oleh Marwan bin Muhammad. Pada awalnya pemerintahan Bani Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah menjadi feodal atau kerajaan. Pusat pemerintahanya berpusat di Damaskus, hal ini di maksudkan agar lebih mudah dalam memerintah, karena Muawiyyah sudah begitu lama memegang kekuasaan di wilayah tersebut serta ekspansi teritorial sudah begitu luas.2

Muawiyah dalam kepemimpinanya lebih banyak mengadopsi sistem kerajaan Persia dan Romawi, cenderung otoriter, dan keputusanya ada pada pemimpin (khalifah). Menjelang hari hayatnya, ia menujuk anaknya yang bernama Yazid, untuk menjadi penggantinya. Dan ia meminta seluruh rakyat untuk mengikuti dan menaatinya. Demikian pula pada tahap selanjutnya setiap pergantian kekuasaan dilakukan secara turun-temurun.3

Terbentuknya Dinasti Umayyah merupakan gambaran awal bahwa umat Islam ketika itu telah kembali mendapatkan identitasnya sebagai negara yang berdaulat, juga merupakan fase ketiga kekuasaan Islam yang berlangsung selama lebih kurang satu abad (661 - 750 M). Perubahan yang dilakukan, tidak hanya sistem kekuasaan Islam dari masa sebelumnya (masa Nabi dan Khulafaurrasyidin) tapi juga perubahan- perubahan lain di bidang sosial politik, keagamaan, intelektual dan peradaban4

Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru dengan menggesernya untuk selamalamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang

1 1 Prof.DR.H. Samsul Nizar, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam. Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 56

2 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, hlm 30-31.

3 Drs. Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, Erlangga, 2009, hlm 62.

4 8 Siti Maryam (Ed), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: SPI Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2002) hal.79

(3)

kosmopolitan. Dari kota inilah daulat Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab5

KEMAJUAN PERADABAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG

Masa Dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah.

Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa Dinasti ini. Dalam bidang administraasi misalnya, telah terbentuk berbagai lembaga administrasi pemerintahan yang mendukung tampuk kepemimpinan Dinasti Umayyah. Banyak kebijaksanaan yang dilakukan pada masa ini, antara lain yaitu :

1. Pemisahan kekuasaan. Terjadi dikotonomi antara kekuasaan agama dan kekuasaan politik.

2. Pembagian wilayah. Wilayah kekuasaan terbagi dalam 10 provinsi, yaitu : Syiria dan Palestina, Kuffah dan Irak, Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan Yamamah, Arenia, Hijaz, Karman dan India, dll.

3. Bidang administrasi pemerintahan. Organisasi tata usaha negara terpecah ke dalam bentuk dewan. Departemen pajak dinamakan dengan Dewan Al-Kharaj, departemen pos dinamakan Dewan rasail,departemen yang menangani kepentingan umum dinamakan dengan dewan musghilat, departemen dokumen negara dinamakan dengan Dewan Khatim.

4. Organisasi keuangan. Masih terpusat pada baitulmaal yang asetnya diperoleh dari pajak tanah, perorangan bagi non muslim. Pencetakan uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan.

5. Organisasi ketentaraan. Umumnya orang Arab atau keturunan Arab yang boleh menjadi tentara.

6. Bidang sosial dan budaya.

7. Bidang seni dan sastra. Yang berkembang hanya seni ukir dan pahat, terlihat pada kaligrafi sebagai motifnya

Disamping melakukan ekspansi teritorial, pemerintah dinasti Umayyah juga menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Di antara ilmu yang berkembang pada masa ini adalah :

1. Ilmu agama, seperti : al-Qur’an, Hadits, dan Fiqih. Proses pembukuan hadits terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz ( 99-10 H ) sejak saat itulah

5 Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Press, jilid 1, Cet. Ke 5, 1985) hal. 61.

(4)

hadits mengalami perkembangan pesat.

2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat Ubaid ibn Syariyah Al- Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.

3. Ilmu pengetahuan di bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dll.

4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.6

Dalam masa lebih dari tujuh tahun abad kekuasaan Bani Umayyah, umat islam telah mencapai kejayaan yang luar biasa sehingga membawa dampak terhadap kemajuan di belahan dunia lainya. Kemajuan-kemajuan tersebut sebagai berikut :

1. Kemajuan intelektual

Andalusia adalah negeri yang subur. Kesuburanya itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada giliranya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Andalusia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri atas komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang- orang Andalusia yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada pengusaha Islam untuk dijadikan tentara bayaran ), dll. Semua komunitas itu, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Andalusia.

2. Kemajuan dibidang filsafat

Islam di Andalusia telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentengan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Minat, terhadap ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn abd al-Rahman ( 832-886 ).

a.) Kemajuan dalam bidang agama islam, misalnya :

6 Prof.DR.H. Samsul Nizar, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam. Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm. 58-59

(5)

1) Ilmu qiraat 2) Ilmu tafsir 3) Ilmu hadits

4) Ilmu nahwu dan syaraf 5) Ilmu tarikh.

b.) Kemajuan bidang sains, yaitu : 1) Ilmu kimia

2) Ilmu kedokteran 3) Ilmu bumi 4) Ilmu astronomi.

c.) Bidang seni Cabang-cabang seni yang berkembang pada masa Dinasti Umayyah adalah:

1) Seni sastra 2) Seni lukis 3) Seni ukir 4) Seni pahat 5) Seni suara 6) Seni pidato

7) Seni insya (seni mengarang surat ).7

KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN BANI UMAYYAH

Kemunduran dan kehancuran Bani Umayyah I memiliki kaitan yang erat dengan proses berdirinya, serta kebijakan-kebijakan yang dijalankannya. Sistem kekhalifahan dalam dinasti ini diganti dengan sistem keturunan atau warisan demi kepentingan politik.8 Masa kehancuran Dinasti Umayyah sebenarnya bermula ketika generasi Hisyam bin Abdul Malik, kemudian al-Walid bin Yazid, tepatnya setelah tahun 120 H, ketika pada saat itu telah banyak kekacauan yang terjadi di wilayah Islam, tidak hanya di Irak tetapi juga di negeri as-Shagh, India, Mesir dan Barbar.9

Kekacauan terjadi karena timbulnya persaingan kekuasaan antar para keluarga khalifah. Persaingan tersebut mengakibatkan munculnya fanatisme golongan antara Arab Mudariyah di Utara dan Yamaniyah di Selatan. Akibat cikal bakal runtuhnya

7 Tatang Ibrahim, sejarah kebudayaan islam, Cv. Armico, Bandung, 2009, hlm. 82-86

8 W. Montgomery Watt dan Hartono Hadikusumo, Kejayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), hlm. 36.

9 Yusuf al-„Isy, Dinasti Umayyah (Pustaka Kautsar: Jakarta, 2009), hlm. 370

(6)

Dinasti Umayyah juga ditandai dengan ketidaksenangan rakyat atas perilaku para khalifah dan keluarganya, terutama kepada empat khalifah terakhir (al-Walid bin Yazid, Yazid bin Abdul Malik, Ibrahim bin al-Walid dan Marwan bin Muhammad) yang terlalu mengabaikan kehidupan rakyat, bahkan mereka bisa dikatakan memiliki akhlak dan moral yang buruk.

Dr. Yusuf al-„Isy mengatakan dalam bukunya, setidaknya ada empat golongan yang harus diperangi oleh Bani Umayyah demi meredam kondisi yang bergejolak akibat ulah Bani Umayyah sendiri sebelum mereka mengakhiri masa kejayaannya;

Pertama, Kabilah Mahlab yang mayoritas dari Yaman. Kedua, diskriminisasi terhadap budak Mawali. Ketiga, Kaum Syi‟ah yang bisa redam dengan menggunakan pedang sehingga kebencian mereka terhadap Bani Umayyah bisa berakhhir. Keempat, adalah mereka yang tidak beriman secara sempurna malah sangat membenci Islam akibat kelakuan Bani Umayyah yang tidak sejalan dengan ajaran Islam.10

Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Dinasti Bani Umayyah antara lain:

1. Sistem Pergantian Khalifah

Suksesi kepemimpinan secara turun-temurun ditunjukkan ketika Mu‟awiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia (baiat) terhadap anaknya, Yazid bin Mu‟awiyah. Mu‟awiyah terpengaruh oleh gaya monarkhi di Persia dan Bizantium. Dia tetap menggunakan istilah khalifah, namun untuk memberikan interpretasi baru dari kata-kata untuk mengagungkan jabatan tersebut. Mu‟awiyah menyebut Khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat sebagai pelanggaran.55 Sistem yang dijalankannya ini, sekaligus sebagai pelanggaran terhadap perjanjian yang dibuat dengan Hasan bin Ali.11

Masa sejak Mu‟awiyah sebagai penguasa, sesungguhnya mulai tercetuslah cara permanen untuk pembaiatan secara paksa serta tumbuhnya Dinasti-dinasti Tirani, di mana para pemegang kekuasaan tidak menggunakan musyawarah, tetapi dengan kekuatan dan paksaan, dan bila seharusnya kekuatan diperoleh berdasarkan baiat, maka justru baiatlah yang berlangsung berdasarkan kekuatan.12

10 4 Yusuf al-„Isy, Dinasti Umayyah..., hlm. 391.

11 Muhammad Jalal Syarf, Al-Fikr Al-Siyasi Fi Al-Islam (Iskandariyah: Dar alMisriyah, 1987), hlm. 135.

12 Abul A‟la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan: Evalusi Kritis Atas Sejarah Pemerintahan Islam, cet.

IV (Bandung: Mizan, 1992), hlm. 202.

(7)

Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu tradisi yang baru dalam Arab, yang lebih menentukan aspek senioritas, pengaturannya tidak jelas. Sistem ketidakjelasan pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.

2. Figur Khalifah yang Lemah

Kecenderungan munculnya figur khalifah yang lemah dengan tidak memiliki potensi kepemimpinan dan bergaya glamor serta mengabaikan persoala- persoalan agama merupakan konsekuensi logis sistem warisan kekhalifahan yang ditegakkan oleh Dinasti Bani Umayyah. Cerita tentang kehidupan beberapa orang khalifah yang zalim, serta mabuk-mabukan dan bersikap sewenang-wenang, bukanlah cerita “baru” bagi masyarakat saat itu.13 Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana, sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Sebagian besar golongan awam kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.

3. Banyak Pemberontakan

Lahirnya Bani Umayyah dan kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan berpotensi mengundang konflik, sentimen penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abbas al-Muthallib. Gerakan ini mendapat dukungan dari Bani Hasyim, golongan Syi‟ah, dan kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintah Bani Umayyah. Sejarah menyebutkan bahwa terdapat beberapa pemberontakan yang terjadi selama pemerintahan Bani Umayyah.

Pemberontakan itu dimaksudkan untuk “mewakili” rasa ketidakpuasan di atas.

Pemberontakannya antara lain: gerakan Kaum Khawarij, golongan Syi‟ah, gerakan oposisi Abdullah bin Zubair.

4. Lahirnya Kembali Fanatisme Kesukuan

Masa kekuasaan Bani Umayyah juga menimbulkan pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qoys) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam muncul kembali dan bahkan makin meruncing.

Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Orang Mawali secara teoritis sebagai orang muslim memiliki derajat yang sama dengan orang Arab, tetapi hal itu tidak

13 Imam Fu‟adi, Sejarah Peradaban Islam..., hlm. 91

(8)

tampak pada pemerintahan Bani Umayyah. Orang Kristen Arab dalam kenyataannya lebih disukai orang Umayyah dari pada Muslim non-Arab.

Tunjangan-tunjangan yang diberikan oleh pemerintah Umayyah kepada orang- orang Mawali lebih kecil dari pada orang Arab asli. Sikap ini yang memupuk rasa permusuhan di kalangan Mawali terhadap Bani Umayyah.

5. Sikap Hidup Mewah Para Penguasa

Hidup Mewah Para Penguasa Kemenangan suatu dinasti lazimnya diikuti oleh kemewahan hidup, foya-foya, dan tidak mau bekerja. Hasan Ibrahim Hasan berpendapat, inilah yang ditiru oleh para Khalifah dari tradisi Byzantium, hal ini sudah berlangsung sejak pemerintahan sebagian penguasa Bani Umayyah, misalnya Yazid ibn Mu‟awiyah, juga di masa Walid I, dan Khalifah Yazid ibn Abdul malik. Hidup bermegah-megahan ini tentu saja mempengaruhi kondisi psikologis dan vitalitas mereka dalam memimpin negara yang besar dengan daerah kekuasaan yang demikian luas.14

6. Munculnya Kekuatan Baru

Penyebab langsung runtuhnya kekuasaan Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas bin Abbas al- Muthallib. Gerakan ini mendapat dukungan dari Bani Hasyim, golongan Syi‟ah dan Kaum Mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintah Bani Umayyah.

KONSEP-KONSEP PEMIKIRAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH 1. Perkembangan Pemikiran pada Bidang Ekonomi Islam

Kontribusi kekhalifahan Bani Umayyah di bidang ekonomi memang tidak begitu menonjol. Namun terdapat beberapa sumbangsih pemikiran mereka terhadap kemajuan ekonomi Islam, diantaranya adalah perbaikan terhadap konsep pelaksanaan transaksi saham, murabahah, muzara‟ah serta kehadiran kitab alKharaj yang ditulis oleh Abu Yusuf (hidup pada masa pemerintahan khalifah Hasyim) memuat pembahasan tentang kebijakan ekonomi dipandang sebagai sumbangan pemikiran ekonomi yang cukup berharga. Selain itu, terdapat beberapa prinsip-prinsip dasar ekonomi sistem ekonomi Islam yang muncul pada masa Bani Umayyah, diantaranya15

14 Busman Edyar et al., Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Asatrus, 2009), hlm. 5

15 2Dewi Indasari, “Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah,” Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni, Vol. 9, No. 2, 2017, h. 4-6.

(9)

a. Kebebasan Individu

Setiap individu memiliki hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu keputusan yang dianggap perlu dalam berekonomi.

Tanpa kebebasan tersebut, orang muslim tidak dapat melaksanakan kewajiban mendasar dan penting dalam menikmati kesejahteraan dan menghindari terjadinya kekacauan dalam masyarakat.

b. Hak Terhadap Harta

Bani Umayyah mengakui hak-hak individu untuk memiliki harta, tetapi memberi batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan kepentingan masyarakat umum

c. Ketidaksamaan Ekonomi Dalam Batas Wajar

Meskipun Islam mengakui adanya keadaan dimana ekonomi antara setiap orang berbeda, namun Islam mengatur perbedaan tersebut dalam batas-batas yang wajar dan adil.

d. Kesamaan Sosial

Bani Umayyah mengatur agar setiap sumber-sumber kekayaan negara dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya golongan masyarakat tertentu saja. Selain itu juga menetapkan bahwa setiap individu dalam suatu negara mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha dan mendapatkan pekerjaan atau menjalankan kegiatan ekonomi.

e. Jaminan Sosial

Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara Islam dan setiap warga negara dijamin untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing. Tugas dan tanggungjawab utama bagi sebuah negara adalah menjamin setiap warga negaranya dalam memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip “hak untuk hidup”.

f. Distribusi Kekayaan Secara Meluas

Bani Umayyah melarang menumpuk kekayaan pada sekelompok orang tertentu dan menganjurkan untuk mendistribusikan kekayaan kepada seluruh lapisan masyarakat

g. Larangan Menumpuk Kekayaan

Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah perbuatan yang tidak baik tersebut supaya tidak terjadi dalam

(10)

negara.

h. Larangan Terhadap Perilaku Anti Sosial

Sistem ekonomi Islsm melarang semua praktek yang merusak dan anti sosial yang terdapat dalam masyarakat, misalnya berjudi, minum arak, riba, menumpuk harta, pasar gelap.

i. Kesejahteraan Individu dan Masyarakat

Islam mengakui kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial masyarakat yang saling melengkapi satu dengan yang lain, bukan saling bersaing dan bertentangan antar mereka.

2. Perkembangan Pemikiran pada Bidang Pendidikan

Sistem pendidikan yang berjalan pada masa dinasti Bani Umayyah merupakan kelanjutan dari pengajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. dan khulafaurrasyidin. Kemudian dinasti Bani Umayyah meneruskan pendidikan tersebut sekaligus meluaskan jangkauan wilayah pengajaran. Adapun corak sistem pendidikan pada masa Bani Umayyah yang dikutip dari Hasan Langgulung yaitu:16

a. Bersifat Arab dan Islam tulen

b. Menempatkan pendidikan dan penempatan birokrasi lainnya, yang sebagai ditempati oleh orang-orang non-Muslim dan non-Arab.

c. Berusaha meneguhkan dasar-dasar agama Islam yang baru muncul d. Prioritas pada ilmu naqliyah dan bahasa.

e. Menunjukan bahan tertulis pada bahasa tertulis sebagai bahan media komunikasi.

Dalam catatan sejarah, dinasti Umayyah telah melakukan beberapa gerakan pada bidang pendidikan, seperti memberikan kurikulum pada setiap bidang ilmu, diantaranya:

a. Ilmu agama: Al-Qur‟an, Hadist, dan fiqih.

b. Ilmu sejarah dan geografi

c. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, segala ilmu yang mempelajari bahasa, termasuk di dalamnya usaha menerjemahkan buku-buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab.

d. Ilmu filsafat.

16 Ahmad Masrul Anwar, “Pertumbuhan dan Perkembangan ....", h. 56-57.

(11)

KESIMPULAN

Hasil dari pemaparan kajian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dinasti Umayyah (disebut Umayyah) mengambil nama keturunan dari Abu Umayyah ibn Abdi Manaf. Permulaan berdirinya Bani Umayyah disebabkan ketidaksetujuan Mu‟awiyah (seorang gubernur dari Syiria yang berkedudukan di Damaskus) apabila Ali bin Abu Thalib menjadi Khalifah ke-IV. Daulah Bani Umayyah dimulai sejak tahun ke-4 (661 M) di mana Mu‟awiyah memasuki Kufah dan mengucapkan sumpah jabatan yang diucapkannya dihadapan dua orang putera Ali, Hasan dan Husain. Pemerintahan Bani Umayyah merupakan pemerintahan yang monarkhi.

2. Pemerintahan Bani Umayyah diawali dengan kepemimpinan Mu‟awiyah bin Abi Sufyan, kemudian dilanjutkan oleh puteranya Yazid I dan Marwan I. Kejayaan Bani Umayyah mulai tampak ketika pemerintahannya dipimpin oleh Abdul ibn Marwan, Al-Walid I, Sulaiman Ibn Abdul Malik, dan Umar bin

3. Kemajuan ilmu pengetahuan sempat terjadi pada era Dinasti Umayyah yang dibuktikan dengan munculnya para ilmuwan-ilmuwan Muslim dan nonMuslim yang hebat, ahli, dan terkenal sesuai dengan bidangnya masingmasing pada masanya.

4. Perlakuan tidak adil terhadap kaum Mawali mengakibatkan terjadinya pemberontakan-pemberontakan kepada Dinasti Umayyah serta memunculkan pemberontakan dari Kaum Khawarij, Syi‟ah, dan gerakan oposisi Abdullah ibn Zubair, sehingga mengantarkan Bani Umayyah kepada kemunduran dan kehancuran.

3. Rekonstruksi sejarah pemikiran dan peradaban Islam pada era Dinasti Umayyah dapat dilakukan melalui berbagai cara, yang terpenting adalah memperbaiki moral baik pemimpin maupun rakyat dan menegakkan keadilan pada setiap golongan.

REFERENSI

Abul A‟La Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan: Evalusi Kritis Atas Sejarah Pemerintahan Islam, Cet. IV (Bandung: Mizan, 1992), Hlm. 202.

Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, Hlm 30-31.

(12)

Busman Edyar Et Al., Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pustaka Asatrus, 2009), Hlm. 5

Dewi Indasari, “Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Masa Bani Umayyah,” Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi & Seni, Vol. 9, No. 2, 2017, H. 4-6.

Drs. Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, Erlangga, 2009, Hlm 62.

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, Jilid 1, Cet. Ke 5, 1985) Hal.

61.

Muhammad Jalal Syarf, Al-Fikr Al-Siyasi Fi Al-Islam (Iskandariyah: Dar Almisriyah, 1987), Hlm. 135.

Prof.DR.H. Samsul Nizar, M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam. Prenada Media Group, Jakarta, 2009, Hlm.

58-59

Siti Maryam (Ed), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: SPI Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2002) Hal.79

Tatang Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, Cv. Armico, Bandung, 2009, Hlm. 82-86

W. Montgomery Watt Dan Hartono Hadikusumo, Kejayaan Islam Kajian Kritis Dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), Hlm. 36.

Yusuf Al-„Isy, Dinasti Umayyah (Pustaka Kautsar: Jakarta, 2009), Hlm. 370

Referensi

Dokumen terkait

Based on this, this researcher is interested in developing affective instruments or integrated attitude assessments by the STEM system as an effort to meet student needs and

Masa keemasan Dinasti Umayyah ini mulai ditandai dengan ekspansi wilayah diperluas pada zaman Al-Walid bin Abdul-Malik, Prestasi yang lebih besar dicapai oleh Al-Walid I sampai dengan