• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH (DAMASKUS)

N/A
N/A
Miskah Salsabilah

Academic year: 2023

Membagikan "SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH (DAMASKUS)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA BANI UMAYYAH (DAMASKUS)

Alya Anisyah1, Fatkhiyyah2, Nurul Amni2

1Insitut PTIQ Jakarta – Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Alyaanisyahmawarni21@mhs.ptiq.ac.id

2Insitut PTIQ Jakarta – Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fatkhiyyah21@mhs.ptiq.ac.id

3Insitut PTIQ Jakarta – Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir nurulamni21@mhs.ac.id

Abstrak

Jurnal ini bertujuan untuk membahas mengenai Sejarah peradaban islam pada masa Bani, Umayyah, Pola pemerintahan dinasti Umayyah, Ekspansi wilayah yang dilakukan oleh dinasti Umayyah dan Peradaban Islam pada masa dinasti Umayyah. Metode penulisan Jurnal ini menggunakan metode deskriptif analitik. Deskriptif yang dimaksud adalah suatu metode yang berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai sejarah peradaban Bani Umayyah. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil dari sumber dari buku yang berjudul

“Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” yang ditulis oleh Pudjiani, Tatik dan Bagus Mustakim, sedangkan data sekunder diambil dari artikel jurnal dan buku-buku yang sesuai dengan bahasan Jurnal ini.

temuan makalah ini adalah ekspansinya Mu`awiyah berhasil menaklukan berbagai wilayah baik di Timur maupun Barat, Daerah- daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgistan di Asia Tengah. Pada masa pemerintahan khalifah pertama Dinasti Umayyah, Mu’awiyyah menciptakan budaya baru baik dalam sistem pemerintahan negara maupun dalam kehidupan beragama. Dan kesimpulan jurnal ini adalah Bani Umayyah adalah salah satu penguasa muslim yang mengubah sistem pemerintahan demokratis menjadi sistem pemerintahan monarki, dan mereka mampu menaklukan beberapa wilayah baik dari Timur maupun Barat.

Kata Kunci : Dinasti, Umayyah, dan Sejarah.

Abstract

Abstract must contain IMRAD (Introduction, Method, Result, Analysis, Discuss), no quotations allowed, typed with 1 paragraph spaced 1 and consist of 150-250 words (font times new Arabic 12 pt.

(2)

Keywords: 3-5 words

PENDAHULUAN

Dinasti umayyah yang berpusat di damaskus lahir diawali dengan terjadinya peristiwa tahkim pada perang shiffin 657M dan adanya krisis pada pemerintahan Hasan . Muawiyah bin Abu Sufyan adalah khalifah pertama yang memerintah pada dinasti umayyah dan yang mengubah sistem khilafah kepada sistem mamlakat ( kerjaaan atau monarki ) . Muawiyah berhasil mendirikan dinasti umayyah bukan hanya kemenangan diplomasi dalam perang shiffin dan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, melainkan sejak semula Muawiyah memiliki “basis rasional” yang solid sebagai landasan pembangunan masa depan

Untuk melihat Dinasti Umayyah ( damaskus ) secara utuh, maka perlu memberikan perspektif dari mulai awal terbentuknya, pada masa kejayaanya apa saja perubahan yang terjadi terhadap peradaban umat islam dan fase kemunduran atau factor apa yang menyebabkan hancurnya dinasti umayyah ini

PEMBAHASAN

Latar belakang Kebangkitan Bani Umayyah

Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, terjadinya pertempuran antara Ali dan Muawiyah di Shiffin. Perang tersebut diakhiri dengan tahkim, tetapi tidak menyelesaikan masalah melainkan menimbulkan adanya perpecahan yang terpecah menjadi tiga golongan yaitu Kawarij, Muawiyah, dan Syiah. Pada tahun 660 M Ali terbunuh oleh salah satu golongan Khawarij, sehingga masa kepemimpinannya digantikan oleh anaknya yaitu Hasan bin Ali.1

Kekhalifahan Bani Umayyah lahir diawali dengan adanya krisis yang terjaji pada masa pemerintahan Hasan, sebuah peristiwa penting dalam

1 A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 2000), cetakan IV, h.302.

(3)

sejarah dimana Hasan mundur dari posisinya demi mendamaikan kaum muslimin yang pada saat itu sedang ditimpa beragam fitnah, dimulai dari terbunuhnya Utsman bin Affan, Perang Jamal, Pertempuan Siffin, terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, serta penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah, dan Hasan memilih berdamai serta menyerahkan kepemimpinannya kepada Muawiyah, sehingga perdamaian antara keduanya ini disebut Aammul Jamaah (tahun persatuan).2

Dengan demikian berakhirlah masa pemerintahan khulfaur Rasyidin dan mulailah keuasaan Bani Umayyah, dan berbentuk pemerintahan yang awalnya bersifat Demokratis diubah menjadi monarchiherietis (kerajaan turun temurun). Ini berawal ketika mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia kepada anaknya Yazid.3 Bani Umayyah memerintah dari 661 H sampai 75 H di Jazirah Arab dan sekitarnya, dan di Kordoba serta Spanyol dari tahun 756 H sampai 1031 nama H. Nama dinasti ini berasal dari kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah yang bernama Umayyah bin ‘Abd as-Syams, dan nama kalifah pertama yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau disebut biasa disebut dengan Muawiyah 1.4

Masa Kejayaan

Pada masa pemerintahan dinasti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah,5 masa kekekhalifahan Muawiyah bin Abu Sufyan dilanjutkan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, dimulai dengan menaklukkan Tunisia, di sebelah Timur menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul, dan angkatan lautnya sudah mulai melakukan serangan-serangan ke Ibu kota Bizantium, Konstantinopel.

Ekspansi ke Timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abd Al-Malik. Dia mengirim tentara untuk menyebrangi sugai Oxus dan berhasi menundukkan Balkh, Bukhara, Khawariz, Fergana, dan

2 Latif, Abdussyafi Muhammad Abdul, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2016.

3 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: Rajawali Pres, 2020), h.42.

4 Zybaidah Siti, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), cetakan pertama, h.79.

5 Maidir Harun, Firdaus Agung, Sejarah Peradaban Islam, (Padang IAIN IB Press, 2001), h.41-42.

(4)

Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind, dan daerah Punjab sampai ke Maltan.

Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilakukan pada zaman Al-Walid Ibn Abdul Malik, yang meruopakan masa ketentraman, kemakmuran, dan ketertiban. Pada masa pemerintahannya, umat islam merasa hidup bahagia yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 H. Setelah Aljazir dan Maroko dapa ditundukkan, pemimpin pasukan islam yaitu Thariq bin Ziyad dengan pasukannya menyebrangi selat yang memsiahkan antara Maroko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Setelah Spanyol dapat dikalahkan. Maka, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya dan dengan cepat ibu Kota Spanyol, kordova dapat dikuasai.

Setelah itu disusul kota-kota lain sepeti Seville, Elvira, dan Toledo yang dijadikan ibbu Kota Spanyol yang baru etelah jatuhnya Kordova. Pasukan islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena didukung oleh rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar bin Abd Aziz, serangan dilakukan ke perancis melalui pegunungan Piranee, yang dipimpin oleh Abd Al-Rahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dimulai dengan menyerang Bordeau, Pitiores, dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, peperangan yang terjadi di luar kota Tours Al-Ghafiqi terbunuh dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah tersebut, pulau-pulau yang terdapat di lau Tengah juga jatuh ke tangan islam pada zaman Bani Umayyah ini.

Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di Timur maupun Barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betulbetul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgistan di Asia Tengah.

(5)

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang, Muawiyah bin Abu Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri, Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Keberhasilan ini dilanjutkan oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) meningkatkan pembangunan, diantaranya membangun panti-panti untuk orang cacat, dan pekerjanya digaji oleh negara secara tetap, serta membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu, daerah dengan daerah lainnya, pabrik- pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.6

Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil, dan Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.

Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua

6 Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam II, (Jakarta: Rajawali Pres, 2020), h.43-45.

(6)

orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali, dan menghasut Husain bin Ali melakukan perlawanan.

Husain bin Ali sendiri juga dibaiat sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala, Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah. Kelompok Syi’ah bahkan terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih, diantaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar (yang pada akhirnya mengaku sebagai Nabi) mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh, walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi’ah secara keseluruhan.

Abdullah bin Zubair membina kekuatannya di Mekkah setelah dia menolak sumpah setia terhadap Yazid bin Muawiyah. Tentara Yazid bin Muawiyah kembali mengepung Madinah dan Mekkah. Dua pasukan bertemu dan pertempuran pun tak terhindarkan, namun peperangan ini terhenti karena tak lama kemudian Yazid bin Muawiyah wafat dan tentara Bani Umayyah kembali ke Damaskus. Perlawanan Abdullah bin Zubair baru dapat dihancurkan pada masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang kemudian kembali mengirimkan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi dan berhasil membunuh Abdullah bin Zubair pada tahun 73 H/692 M.

Setelah itu, gerakan-gerakan lain yang dilancarkan oleh kelompok Khawarij dan Syi’ah juga dapat diredakan. Keberhasilan ini membuat

(7)

orientasi pemerintahan Bani Umayyah mulai dapat diarahkan kepada pengamanan daerah-daerah kekuasaan di wilayah Timur meliputi kota-kota di sekitar Asia Tengah, dan wilayah Afrika bagian Utara, bahkan membuka jalan untuk menaklukkan Spanyol (Al-Andalus). Selanjutnya hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (717-720 M), dimana sewaktu diangkat sebagai khalifah, menyatakan akan memperbaiki dan meningkatkan negeri-negeri yang berada dalam wilayah Islam agar menjadi lebih baik daripada menambah perluasannya, dimana pembangunan dalam negeri menjadi prioritas utamanya, meringankan zakat, kedudukan Mawali disejajarkan dengan Muslim Arab. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, namun berhasil menyadarkan golongan Syi’ah, serta memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.

Masa Kemunduran dan Kehancuran

Setelah Umar bin Abdul-Aziz wafat, kekuasaan Bani Umayyah dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul-Malik (720- 724 M). Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan kedamaian, pada masa itu berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul-Malik cendrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Situasi tersebut terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam bin Abdul-Malik (724-743 M).

Bahkan pada masa ini muncul satu kekuatan baru dikemudian hari menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali. Walaupun sebenarnya Hisyam bin Abdul-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil, akan tetapi, karena gerakan oposisi ini semakin kuat, sehingga tidak berhasil dipadamkannya.

Setelah wafatnya Hisyam bin Abdul-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah yang tampil berikutnya bukan hanya lemah tetapi juga bermoral

(8)

buruk. Hal ini semakin memperkuat golongan oposisi, dan akhirnya pada tahun 750 M, Daulah Bani Umayyah digulingkan oleh Bani Abbasiyah yang merupakan bahagian dari Bani Hasyim itu sendiri, dimana Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, walaupun berhasil melarikan diri ke Mesir, namun kemudian berhasil ditangkap dan terbunuh di sana.

Kematian Marwan bin Muhammad menandai berakhirnya kekuasaan Bani Umayyah di Timur (Damaskus) yang digantikan oleh Daulah Abbasiyah, dan dimulailah era baru Bani Umayyah di Barat, Al-Andalus. 7

Di antara sebab-sebab yang mengakibatkan Dinasti Bani Umayyah mengalami kemunduran dan membawanya kepada kehancuran, adalah sebagai berikut:

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan merupakan suatu yang baru bagi masyarakat Arabyang lebih menekankan kepada aspek senioritas.

2. Munculnya kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap pemerintahan Bani Umayyah, seperti kelompok Khawarij, Syiah,dan kelompok muslim non-Arab (

mawali).

3. Tidak adanya ketentuan yang jelas dan tegas tentang sistem pergantian khalifah, ketiadaan ketentuan menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga khalifah.

4. Sangat kurangnya perhatian para khalifah Bani Umayyah terhadap perkembangan agama, sehingga pemuka agama banyak yang kecewa.

5. Sikap hidup yang bermewah-mewahan dalam lingkungan keluarga khalifah, sehingga mereka yang memegang kekhalifahan berikutnya tidak mampu memikul beban kenegaraan yang berat.

6. Terbunuhnya Khalifah Marwan bin Muhammad oleh tentara Abbasiyah di kampung Busir daerah Bani Suweif.8

Pola Politik pada Masa Bani Umayyah

7 Zubaidah Siti, Sejarah Peradaban Islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), cetakan pertama, h.81-84.

8 Jabir Muh, “Dinasti Bani Umayyah di suryah”, Jurnal Hunafa Vol. 4, No.3 (September, 2007), 271-280.

(9)

Pada masa pemerintahan Bani Umayyah pola politik yang dipakai berbeda dari pola olitik pada pemerintahan khulafaur Rasyidin. Jika pada pemerintahan khulafaur Rasyidin, para pemimpin didampingi oleh para dewan penasihat yang berisikan para pemuka-pemuka islam, pada masa pemerintahan bani umayyah dewan pemusyawaratan dan dewan penasihat sama sekali tidak berfungsi. Pada pemerintahan khulafaur rasyidin semua yang menyakut kebijakan dan permusyawaratan diadakan terbuka, namun pada masa bani umayyah semua kebijakan dan permusyawaratan secara terbuka tidak berlaku. Bahkan adanya larangan keras dalam mengkritik sebuah kebijakan pemerintahan terjadi pada masa bani umayyah.9

Namun adanya sistem pemerintahan tersebut, dibidang pemerintahan pada masa bani umayyah mengalami perubahan dan kemajuan yang pesat, dan memiliki pengaruh besar dikedepannya . yaitu dengan adanya perubahan sistem demokrasi menjadi sistem monarki.

Selama Muawiyyah berkuasa, ia banyak berusaha memulihkan kesatuan wilayah islam. Ia memindahkan ibukota dari kuffah (irak) ke damaskus (syiria). Semua konflik dari sumber kekacauan yang terjadi diantara khawarij, Himyariyah, dan Mudariyah menjadi prioritas utama bagi muawiyah untuk mengembalikan keseimbangan hubungan antara tiga kelompok tersebut. Hingga akhirnya Muawiyyah mampu menjaga Kembali keseimbangan dan menjadikan umat islam menjadi kesatuan islam.

Setelah ia mampu dan berhasil mengamankan keadaan dalam negeri, Muawiyyah memerintahkan pasukannya untuk memperluas wilayah. Dalam penaklukkan Afrika utara menjadikannya sejarah penting selama masa kepemimpinannya. Saat itu Amr bin Ash adalah gubenur dimesir yang dimana ia selalu diganggu oleh bangsa romawi di Afrika Utara saat itu. Maka dari itu Amr binAsh mengerahkan seluruh pasukannya dibawah pimpinan jendral Uqbah dalam penaklukkan wilayah Afrika Utara.

Pasukkan dibawah pimpinan Uqbah berhasil menguasai Qairawan hingga bagian wilayah selatan Tunisia. Lalu Muawiyyah membuatkan benteng umtuk melindungi kota tersebut dari serangan pasukan Berber dan menjadikan Qairawan sebagai ibukota rovinsi Afrika Utara. Sebuah rencana perkembangan yang pada saat pemerintahan khalifah utsman dan ali yang terhenti, dilanjutkan Kembali pada masa bani Umayyah (Nasution, 1985:61).

Muawiyyah yang menginginkan membangun sistem pemerintahan monarki islam akhirnya dapat terwujudkan, kemudian ia menunjuk Yazid, anaknya sebagai putra mahkota. Pemilihannya dalam pemerintahan ini menjadikannya contoh dan diikuti oleh seluruh penguasa Umayyah sesudahnya. Oleh dari itu, Muawiyyah ditunjuk sebagai pendiri dari sistem monarki dalam sejarah masa politik umat islam.

Perkembangan Keagamaan pada Masa Bani Umayyah

9 Mansur, Fadlil Munawwar. Jurnal “pertumbuhan dan perkembangan budaya arab pada masa dinasti umayyah.”

Volume 15. Hal. 173

(10)

Pada masa Bani Umayyah perkembangan keagamaan meliputi perkembangan dalam ilmu al-Qur’an, Hadis, dan Fiqih. Bahkan perkembangan dalam ilmu hadis sudah mencapai dalam pembukuan buku hadis di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.10

Pada masa bani umayyah, pada bidang keilmuan berkembang sangat pesat termasuk perkembangan ilmu fiqih pada pemerintahan bani umayyah ke 2 di Andalusia. Hingga lahirnya 4 mazhab terkenal hingga saat ini, yaitu Imam Syafi’I, Imam Hambali, Imam Maliki, dan Imam Hanafi.

Suksesi Pemerintahan pada Masa Bani Umayyah

Pemerintahan Bani Umayyah sendiri tercipta dari nama Umayyah bin Abu Syam bin Abdi Manaf.

Bani Umayyah berkuasa kurang lebih 91 tahun. Selama berkuasa kemajuan yang dapat dicapai oleh bani Umayyah paling banyak pada masa kekuasaan Muawiyyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Umar bin Abdul Aziz, dan Hasyim bin Abdul malik.

Keberhasilan dalam pemerintahan bani umayyah meliputi banyak gerak bidang, yaitu:

a. Pemisahan Kekuasaan

Dalam pemisahan kekuasaan Muawiyyah memisahkan kekuasaan agama dengan kekuasaan politik, disebabkan karna Muawiyyah bukanlah seorang yang ahli dalam dalam bidang keagamaan, maka kekuasaan agamaan itu diserahkah kepada para ulama.

b. pembagian wilayah

Jika pada pemerintahan khalifah Umar bin Khattab dapat memiliki 8 propinsi, maka pada pemerintahan bani umayyah dapat memiliki 10 propinsi yang dimana setiap propinsi dipimpin oleh seorang gubenur yang langsung bertanggung jawab kepada pemimpin pusat di bani umayyah saat itu.

c. bidang administrasi pemerintahan

departemen (diwan) yang terbentuk selama masa bani umayyah adalah:

1. Diwan al Rasail, departemen yang berfungsi untuk mengurus surat-surat negara yang ditujukan kepada gubernur dan menerima surat balasannya.

2. Diwan al Kharraj, depaertemen yang berrfungsi untuk mengurus masalah perpajakkan.

3. Diwan al Barid, departemen yang berfungsi dalam menyampaikan berita rahasia kepada pemerintahan pusat.

4. Diwan al Khatam, departemen yang berfungsi dalam mencatat dan menyalin kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat.

5. Diwan Musghilat, departemen yang berfungsi mengurus segala kepentingan umum.

d. organisasi keuangan

10 Pujiani, tatik dan Bagus Mustakim. “Pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 7” hal. 155

(11)

pada masa pemerintahan Abdul malik bin Marwan, percetaqkan uang dilakukan dan pengelolaan asset dari pajak dikelola di Baitul Mal.

e. organisasi ketentaraan

Nidhomul Tajnidil Ijbary adalah salah satu undang-undang yang mewajibkan unuk menjadi tantara pada masa pemerintahan Bani Umayyah

f. organisasi kehakiman

ciri khusus kehakiman pada masa pemerintahan bani umayyah adalah:

a. hakim menggunakan jalur ijtihad

b. hakim belum pernah terpengaruhi atau ikut campur dalam politik.

g. bidang sosial budaya

pada masa bani umayyah mereka menyebut bangsa arab dengan sebutan al-Hamra yaitu menganggap bangsa Arab lebih mulia dari bangsa lainnya.

h. bidang seni dan sastra

penyeragaman Bahasa arab pada semua administrasi terjadi ada kepemimpinan Walid nin Abdul Walid.

i. Bidang seni rupa

Seni kalighrafi adalah seni ukir dan pahat yang terkenal pada masa bani umayyah.

j. bidang arsitektur

pada pemerintahan Abdul malik bin Marwan, ia membangun kubah bernma as-Sakhrah yang berada di Baitul Maqdis.11

Dalam kemajuan dan perkembangan bani umayyah kita dapat mengambil pesan yang tersirat dalam perjalanan sejarahnya, yaitu jika sebuah pemimin berkeinginan kuat dalam membangun negara yang maju, maka semua yang berada dibawahnya akan turut membantu dan membahu dalam mewujudkan keinginan tersebut.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah

pada pemerintahan bani umayyah dibidang Pendidikan memang belum formal. Anak-anak pemimpin bani umayyah belajar ke badiyah digurun Suriah, dalam rangka mempelajari puisi dan Bahasa arab murni.

Pada masa itu masyarakat menganggap orang yang pandai membaca, menulis dan berpuisi adalah orang

11 Niswah, choirun. Jurnal “Pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin dan bani umayyah”. Tadrib vol. 1 hal . 183

(12)

yang terpelajar. Apabila ada masyarakat yang ingin menimba ilmu, maka akan menggunakan masjid sebagai sarana untuk belajar menuntut ilmu.

Namun pada saat bersamaan pemimpin bani umayyah juga sering menyelenggarakan perkumpulan majelis-majelis Pendidikan yang disampaikan oleh para ahli ilmu dalam bidangnya, para sastrawan, para ulama dan para ahli sejarah, yang banyak membahas dan merangkum materi Pendidikan yang berupa sistem administrasi dan pemerintahan, adakalanya disampaikan melalui syair-syair atau puisi-puisi arab, dan diselingi dengan cerita-cerita Persia.12

Ilmu-ilmu yang dapat berkembang pada masa pemerintahan bani umayyah adalah sebagai berikut:

a. ilmu agama yang berupa al-Qur’an, hadist, dan fiqih

b. ilmu geografi dan sejarah yang memelajari tentang perjalanan hidup, peristiwa, dan kisah.

c. Ilmu Bahasa yang berupa nahwu, shorof dan lainnya.

d. Ilmu filsafat yang berupa astronomi, berhitung, kimia, mantiq, dan kedokteran.

e. Ilmu kimia, kedokteran dan astrologi. Al-Haris bin Kaladah tercatat sebagai orang pertama dalam sejarah dunia bidang ilmu ini, beliau berasal dari kota Thaif.

f. Seni rupa yang berupa dekorasi orang arab yang membawa dampak dekorasi islam menggunakan tanaman atau garis geometris.

g. Musik yang berkembang pesat pada pemerintahan Yazid bin Muawiyyah.13

12

13 Pudjiani, Tatik dan Bagus mustakim. “Pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 8”. Hal. 157

(13)

KESIMPULAN

Bani Umayyah adalah salah satu penguasa Muslim yang mengubah system pemerintahan demokratis menjadi monarki atau system pemerintahan kerajaan, Kekaisaran Umayyah tidak dilestarikan dengan pemilihan atau suara terbanyak yang dilakukan oleh pemimpin sebelumnya yaitu Khilafah ur rasyidin. Meskipun Bani Umayyah tetap ada menggunakan istilah Khalifah tetapi mereka menawarkan interpretasinya sendiri untuk menghormati posisi mereka. Mereka menyebutnya "khalifah Allah" Dalam arti seorang “penguasa” yang ditunjuk oleh Tuhan. pemerintahan bani Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang khalifah ,Kemajuan besar yang dibuat pada masa bani Umayyah. Diantaranya perluasan wilayah, Kebijakan pemerintah, militer, ekonomi, pendidikan dan Sains dan perkembangan bahasa arab. dan banyak perkembangan lainnya yang tidak disebutkan dalam jurnal ini. Namun setelah itu bani Umayyah mengalami kemunduran dan kehancuran salah satunya disebabkan karena kualitas para khalifah yang tidak bisa memikul beban kenegaraannya.

DAFTAR PUSTAKA (center)

Semua referensi dituliskan dengan menggunakan style Turabian 8th edition (full note, no ibid) dan diharuskan menggunakan tolls citation (zotero atau mendeley). Referensi terdiri dari buku, artikel jurnal, tesis dan disertasi dengan catatan jurnal harus terbitan 10 tahun terakhir dan prosentasenya 80% dari seluruh bibiliografi, 20% sisanya merupakan tesis, buku, disertasi, laporan penelitian lainnya.

(14)

Pudjiani, Tatik dan Bagus Mustakim. “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 7”. 2019.

Direktorat jendral Pendidikan islam kementrian agama RI: Jakarta.

Pudjiani, Tatik dan Bagus Mustakim “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas 8”. 2019.

Direktorat jendral Pendidikan islam kementrian agama RI: Jakarta.

Mansur, Fadlil Munawwar. “pertumbuhan dan perkembangan budaya arab pada masa dinasti umayyah.”. 2003. Humaniora Volume XV.

Nasution, Harun. “Islam ditinjau dari berbagai aseknya jiid 1”. 1985. Universitas Indonesia Press:

Jakarta.

Anwar, Ahmad Masrur. “pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan islam pada masa bani umayyah”. 2015. Jurnal Tarbiya Volume 1

Niswah, choirun. “Pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin dan bani umayyah.” 2015. Tadrib volume I.

Referensi