• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Peradaban Islam masa bani abbasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Peradaban Islam masa bani abbasi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MASA KEKHALIFAHAN ABBASIAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok Mata kuliah : Sejarah Perdaban Islam

Dosen Pengampu : Maesaroh, M.Ag

Disusun oleh : 1. Ahmad Khoerudin 2. Kuat Agus Kurniawan 3. Muhamad Mustolih 4. Nasroh Nur Fadoli

Prodi. PAI / III / F

INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA ( IAINU ) KEBUMEN

▸ Baca selengkapnya: departemen yang berkembang sebelum masa bani umayyah i adalah . .

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah Puji syukur kami panjatkan kehadiran Alloh SWT yang telah memberikan rahmat serta kerunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Perdaban Islam yang berjudul “MASA KEKHALIFAHAN ABASIAH “

Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang perkembangan anak.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.semoga Alloh SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin

Kebumen, …………..2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 1

C. Tujuan Pembuatan Makalah... 1

BAB II PEMBAHASAN A. Runtuhnya Dinasti Umayah I... 2

B. Bani Abbasiah Membangun... 3

C. Tiga Khalifah Besar... 8

D. Jajaran Anak Mas Bani Abbasiah... 12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 19

B. Saran... 19

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bani dinasti bani Abbasiah!” Wow! Begitu benak kami ketika mendapat tugas untuk membuat makalah tentang dinasti Abbasiah, merasa beruntung dikarenakan kami diberi tugas sebagai pencatat sejarah dari sebuah periode masa Islam paling hebat lalu kami sajikan kepada setidaknya empat puluhan orang, namun juga merasa seperti, “Apa bisa?” Ya, apa bisa dengan periode yang sebegitu panjang yang itu juga terus diisi dengan berbagai cerita yang memanjang hingga lima abad, juga tentang para ilmuwan di zaman itu, ah mustinya ada diskursus dan literatur tersendiri tentang mereka satu persatu, namun kami sekarang malah hanya menyediakan setidaknya sembilan belas halaman untuk yang hebat dalam rentang lima abad—apa bisa? Namun setidaknya dengan terbacanya makalah tentang yang hebat ini, yang ini adalah dari saudara kita seagama masa dulu semoga dapat memercikkan letupan hebat dalam benak empat puluhan orang teman kelas kami nanti, karena mereka lah salah satu penerusnya. Selamat membaca!

B. RUMUSAN MASALAH

1. Runtuhnya dinasti bani Umayyah 2. Dinasti Abbasiah membangun 3. Tiga khalifah besar dinasti Abbasiah 4. Jajaran anak emas dinasti Abbasiah.

C. TUJUAN

1. Agar mangetahui runtuhnya dinasti bani Umayyah

2. Agar mangetahui bagaimana Dinasti Abbasiah membangun 3. Agar mangetahui tiga khalifah besar dinasti Abbasiah

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. RUNTUHNYA DINASTI BANI UMAYAH I

Dinasti Umayah runtuh! Setelah 91 tahun bertahta di atas genangan darah Sayidina Husain r.a. Kekuasaan, seumpama tanah, ketika seseorang memperluas tanahnya, maka tanah milik orang lain akan menciut. Kekuasaan yang berkuasa atas orang yang berkuasa atas apapun yang dikuasai, nyatanya adalah jadi candu mematikan yang buat siapapun yang berada di dalam kekuasaan itu nyaman, terbang dan lupa pada wajibnya—untuk siapapun. Juga untuk para khalifah dari Bani Umayah itu, yang terus saja menghirup candu kekuasaan yang menguapkan akal pikiran dan mengeraskan egonya;menelan dana Baitul Mal untuk kepentingannya dan keluarganya, perlakuan diskriminatif terhadap bangsa non arab, menggencet keluarga Bani Hasyim, pergantian khalifah yang tak demokratis serta dendam kesumat sekte Syiah dan Khawarij. Itu semua terakumulasi dan membentuk diri menjadi bom waktu yang ter-set untuk meledak. Darrr! Bani Abbasiah berontak! Radika! Masif! Menghancurkan!

Abu Muslim al-khurasani memimpin penguasaan Iran. Marwan II (khalifah terakhir Bani Umayah I) jadi pelarian—melarikan diri dari apa yang dikuasainya dan terhenti di Mesir, Shalih bin Ali mengejar disertai dendamnya. Dan akhirnya kepala marwan II terpisah dari tubuhnya.

Dikantonginya kepala khalifah terakhir itu oleh Shalih bin Ali dan dibawanya kepada Abdullah bin Muhammad sebagai bukti bahwa telah runtuhnya gunung yang selama ini menggencet Bani Abbasiah.

Abdullah bin Muhammad dibaiat dengan gelar as-saffah—sang haus darah. Haus darah! Julukan itu agaknya adalah pertanda buruk karena dinasti ini lebih mengutamakan pertumpahan darah dalam menjalankan kebijakannya.1 Namun bagaimanapun, dinasti baru telah lahir di atas de javu

(6)

peristiwa Karbala, bani Abbasiah berkuasa lima abad lamanya, diukirnya apapun yang luar biasa.

B. BANI ABBASIAH MEMBANGUN

Dalam membangun dan mengembangkan kehidupan di dinastinya, Bani Abbasiah seperti sedang membangun gedung besar secara borongan— cepat, masif dan menyeluruh. Itu meliputi pembangunan dan pengembangan tata kelola administrasi negara, sistem kemiliteran, Islamisasi penduduk, sarana dan prasarana penunjang perekonomian rakyat, penyediaan layanan kesehatan rakyat serta pengembangan pendidikan.

1. Biro-biro Pemerintahan Abbasiah

Dalam menjalankan system pemerintahan, Dinasti Abbasiah memiliki kantor pengawas (dewan az-zimani) yang pertama kali diperkenalkan oleh khalifah Al-Mahdi(158-169 H);2 dewan korespondensi atau kantor arsip (dewan at-taqwi) yang menangani semua surat resmi, dokumen pilitik serta instruksi ketetapan khalifah; dewan penyelidik keluhan; departemen kepolisian, juga pos. dewan pnyelidik keluhan (dewan an-nazhar fi al-mazhalini) adalah sejenis pengadilan tingkat banding atau pengadilan tinggi unutk menangani kasus-kasus yang diputuskan secarra keliru pada departemen administrative dan politik. Cikal bakal dewan ini dapat dilacak pada masa Bani Umayah, karena Al-Mawardi meriwayatkan bahwa Abd Al-Malik(65-86 H)3 adalah kahlifah pertama dari dinasti Umayah yang menyediakan satu hari khusus untuk mendengarkan secara langsung permohonan dan keluhan rakyatnya, dan menariknya tradisi ini dilakukan juga oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.4

2 Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2015), Hal. 215.

3 Ibid, Hal. 190.

(7)

Kebiasaan itu diteruskan oleh para khalifah bani Abbasiah dan khalifah Al-Muhtadi(869-870) adalah khalifah terakhir yang meneruskan tradisi itu.

2. Sistem Militer

System militer pun diorganisasikan dengan baik, berdisiplin tinggi, serta mandapat pelatihan dan pengajaran secara reguler. Jenis-jenisnya antara lain: Pasukan pengawal khalifah (hams), pasukan bayaran dan sukarelawan, serta sejumlah pasukan dari berbagai suku dan distrik.

Pasukan tetap (jund) yang bertugas aktif disebut murtaziqah (pasukan yang dibayar secara berkala oleh pemerintah). Unit pasukan lainnya disebut muta-thawwi’ah (sukarelawan), yaitu yang hanya menerima gaji saat bertugas. Kelompok sukarelawan ini direkrut dari orang badui, petani dan orang kota. Pasukan pengawal istana mendapat bayaran lebih tinggi, lengkap persenjataannya dan berseragam.

Pada masa awal pemerintahan dinasti Abbasiah, rata-rata gaji pasukan infanteri adalah 960 dirham per tahun, itu belum termasuk santunan rutin, sedangkan pasukan kavaleri bergaji dua kali lipat dari itu.

3. Wilayah Pemerintahan

Berikut ini merupakan provinsi-provinsi utama pada masa awal kekuasaan: 1) Afrika di sebelah barat Gurun Libya bersama dengan sisilia; 2) Mesir; 3) Suriah dan Palestina; 4) Hijaz dan Yamamah (Arab Tengah); 5) Yaman dan Arab Selatan; 6) Bahrain dan Oman; 7) Sawada tau Irak dengan ibukota Baghdad; 8) Jazirah (kawasan assyiria kuno) dengan ibukota Mosul; 9) Azerbaijan, dengan kota-kota besarnya seperti Ardabil, Tibriz dan Maraghah; 10) Jibal (perbukitan, media kuno).

4. Perdagangan dan Industri

Sumber Arab yang paling awal menyinggung perihal hubungan perdagangan Arab dan Persia dengan India dan Cina adalah dari catatan perjalanan Sulaiman at-Tajir dan para pedagang muslim lainnya pada abad ke-3 Hijriah. Salah satu tulang punggung perdagangannya adalah

(8)

sutra yang merupakan kontribusi terbesar Cina kepada dunia barat. Jalur perdagangannya sendiri disebut jalur sutra, menyusuri Samarkand dan Turkistan Cina—sebuah wilayah yang kini tak banyak dihuni. Barang dagangan biasanya diangkut secara estafet;hanya sedikit kafilah yang menempuh sendiri perjalanan sejauh itu.

Namun sebenarnya, sebelum hubungan perdagangan berjalan, antara dunia Arab dan Cina telah terjalin hubungan diplomatik sebelumnya yaitu pada masa Nabi SAW. Adalah Sa’ad bin Abi Waqqash sang penakluk Persia yang yang diutus Nabi untuk ke Cina, Sa’ad meninggal di sana dan makamnya ada di Kanton.

Pada abad ke-8 telah dilakukan pertukaran duta, dalam catatan Cina, kata Amirul Mukmnin diucapkan dengan hamni mo mo ni, khalfah Abu Abbas diucapkan dengan A bo lo ba dan khalifah Harun diucapkan dengan A lun. Pada masa dinasti Abbasiah terdapat sejumlah orang Islam yang menetap di Cina dan dikenal dengan sebutan Tasyih dan kemudian Hui hui (pengikut Muhammad).

Di sebelah barat, para pedagang Islam telah mencapai Maroko dan Spanyol dengan barang dagangannya adalah: kurma, gula, kapas dan kain wol juga peralatan dari baja dan gelas.

Orang-orang pada masa dinasti ini juga mengimpor banyak barang dagangan macam rempah-rempah, kapur barus, kayu eboni, gading dan budak kulit hitam dari Afrika.

Nah, jika barat punya Rotchchild, Warren Buffet dan Bill Gates, maka dinasti ini punya Al-Jashshash sang pengusaha permata yang tetap kaya sekalipun khalifah Al-Muqtadir(295-320H)5 telah menyita hartanya sebanyak 16 juta dinar.

Pengusaha Bashrah pun mengekspor dagangannya dengan kapal ke nergeri-negeri jauh dengan masing-masing muatan senilai kuarang lebih satu juta dirham.

(9)

Tak hanya ekspor dan impor yang bergeliat, namun aktifitas perdagangan kelas rumahan pun punya geliat juga. Industri kerajinan tangan menjamur di berbagai pelosok dinasti. Asia barat menjadi pusat industru karpet, wol, sutra, kapas, satin, brokat, sofa, perlengkapan dapur dan rumah tangga sampai sarung bantal.

Dengan uraian di atas, sepertinya bisa terbayangkan makmurnya kehidupan rakyat di bawah dinasi Bani Abbasiah.

5. Perkembangan Bidang Pertanian

Macam kerajaan hebat yang pernah berdiri, juga kerajaan hebat yang ada dalam dongengan yang biasanya dideskripsikan pusat pemerintahannya berada berdekatan dengan sungai yang indah nan jernih, maka begitu pula dengan dinasti ini, dan kegiatan yang paling mungkin untuk dilakukan di dekat sungai besar adalah pertanian, maka sejak awal pemerintahannya, bani Abbasiah menjadikan pula sector pertanian sebagai sumber pemasukan Negara dan pengolahan tanah hampir seluruhnya dikelola oleh rakyat.6 Lahan-lahan di berbagai wilayah dinasti secara perlahan diperbaiki, terlebih untuk daerah lembah Tigris-Eufrat yang dipandang sebagai surge And.7

Tanaman asli Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas dan rami. Daerah yang sangat subur berada di daerah bantaran sungai ke selatan yang menumbuhkan berbagai jenos buah dan sayuran yang timbuh di daerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan bergam bunga macam mawar dan violet pun tumbuh subur.8

6. Islamisasi Masyarakat

Jika merujuk pada sisi kuantitas, maka dinasti ini agaknya sudah bisa dapat disebut berhasil dalam meng-islamkan penduduk daerah taklukannya dengan 5000 umat Kristen juga penduduk Persia yang

6 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Hal. 136.

7 Ibid .

(10)

beragama Zoroaster berpindah keyakinan menjadi Islam secara normal sebagai bukti. Namun kami (pemakalah) tak dapat pastikan pada sisi kualitasnya yaitu tentang bagaimana mereka para muallaf menjalankan syariat agama barunya. Sebab, kebanyakan konversi yang dilakukan penduduk taklukan dimotifi kepentingan individu macam agar terhindar dari pajak dan sejumlah aturan yang membatasi, agar mendapat prestise sosial dan pengaruh politik, serta menikmati kebebasan dan keamanan yang lebih besar.9

7. Pendidikan, Perpustakaan dan Toko Buku

Bukan kepemerintahan maupun perdagangan yang membikin gaung kebesaran dinasti Abbasiah sanggup sampai pada rongga telinga kita sekarang, melainkan tersebab pencapaian ilmu pengetahuannya yang sudah mengagumkan sedangkan pada masa yang sama dunia barat masih juga digelapi kebutaan terhadap huruf. Hal ini disebabkan dikarenakan agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW telah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan suatu kebudayaan baru, yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakan terciptanya ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang,10 namun tak sampai pada ilmu agamawi saja tapi juga ilmu Aqli(akal) dikarenakan dalam Al-qur’an ada dasar-dasar ilmu ini(akal).11 Namun untuk memperdalam ilmu yang akal ini, ilmuwan islam perlu untuk mencari ke luar yaitu dari Yunani. Pada masa itu, para pemikir besar Yunani hampir punah dikarenakan Yunani dijajah oleh bangsa Romawi dengan raja beragama Kristen, dan mereka tak mentolerir ilmu akal hasil perasan pikiran para filsuf itu. Karena baginya, pengetahuan dianggap sebagai sihir terkutuk.12

9 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Hal. 135

10 Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2015), Hal. 54

11 Ibid. Hal. 78

(11)

Maka yang tersisa dari pemikiran Yunani adalah buku-bukunya saja dan itulah yang diambil oleh Islam, diterjemahkan ke dalam bahasa arab lalu dipelajari di dalam perpustakaan Bait Al-hikmah (Rumah Kebijakan) yang dibangun oleh khalifah Al-Ma’mun sebagai sarang ilmuwan sekaligus ruang inkubator penetasan intelektual muslim, juga berfungsi sebagai biro penerjemahan, pusat kajian akademis, perpustakaan umum dan juga observatorium.13

Selain perpustakaan, gambaran tentang budaya membaca pada periode ini juga dapat dilihat dari menjamurnya toko buku. Toko buku adalah salah satu agen pendidikan dan itu mulai muncul pada masa dinasti ini, munculnya pun tak sembarang muncul, karena Al-Yaqub meriwayatkan pada masanya(sekitar 891) ibukota Negara diramaikan oleh seratusan toko buku yang berada pada lajur yang sama.14

C. TIGA KHALIFAH BESAR

Tanpa bermaksud untuk mendiskreditkan 34 khalifah lainnya yang juga memiliki peran juga reputasi masing-masing, ada tiga khalifah yang sosoknya begitu menonjol di antara sederetan 37 khalifah lain dalam usahanya untuk mengembangkan dinasti yang dipimpinnnya, kami tak temukan padanan kata apapun yang kiranya pantas untuk menggambarkan usaha mereka, intinya kami kehilangan kata-kata superlative untuk usaha mereka, karena nyatanya dinasti Abbasiah mendapat kesan baik selam ini di mata dunia adalah karena mereka. Mereka yaitu: Khalifah Al-Mansur, Khalifah Al-Rasyid serta Khalifah Al-Makmun.

1. Al-Mansur

Beliau adalah Abu Jaffar dan digelari Al-Mansur, adalah salah satu khalifah termasyhur milik dinasti Abbasiah. Meskipun bukan orang shaleh, namun dialah yang sebenarnya yang membangun dinasti ini pada

13 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Hal. 136

(12)

mula-mula. Abu Abbas As-saffah hanya menjalankan roda pemerintahan kurang lebih empat tahun, dia meinggal dalam usia muda tersebab penyakit cacar dan takdir juga.

Khalifah Al-Mansur adalah arsitek, pengembang dan pembangun. Ia membangun kanal-kanal dan saluran irigasi sehingga lembah Irak, lembah sungai Nil, lembah Sind serta lembah yang terletak Amu-Danya di Asia Tengah.

Ia pun banyak membangun sarana dan prasarana jalan sehingga membikin mudah dan lancar lalu lintas ekonomi antar kota dan antar wilayah. Pun dengan sarana ibadah, masjid banyak dibangun, dan direnovasi bagi yang sudah berdiri sebelumnya. Rakyat, anak terlantar dan kaum lansia juga terbantu dengan didikannya rumah sakit, panti asuhan dan panti jompo yang kesemuanya itu berpelayanan dan berfasilitas baik.

Dia juga pembangun kota Baghdad dengan menggunakan banyak batu granit sehingga kota Baghdad tampak anggun sekaligus menyuramkan kota-kota lain di dunia.

2. Harun Al-Rasyid

Sosok ini hanya dikarunai umur yang pendek, sekitar 43 tahun, namun karakter dan pencapaiannya telah hidupkan namanya hingga detik ini. Setiap ahli sejarah yang angkat pena untuk mengabadikan namanya hampir serentak sepakat bahwa Harun Al-Rasyid adalah khalifah terbaik yang dimiliki Bani Abbasiah dan pemimpin teragung pada masa itu.15

Lalu apa yang dapat buat beliau sebegitu mengagumkan? Tetntu adalah kerja keras—permata takkan berbentuk dan bercahaya indah jika tak dihasilkan dari proses yang lama dan melelahkan. Di masa belasan setara kelas 3 SMA—di saat anak muda masa sekarang masih dapat tidur siang sepulang dari sekolah, maka Harun Al-Rasyid telah menjadi jendral perang dan memimpin 95 ribu pasukan dalam pertempuran melawan Kekaisaran Romawi Timur, dan menang. Bahkan pihak Kekaisaran

(13)

Romawi lebih memilih mambayar upeti tahunan daripada berperang lagi dan menderita kekalahan yang lebih memalukan.

Beliau juga dipercaya oleh ayahnya sebagai gubernur Armenia, Tunisia, Azerbaijan, Suriah dan Tunisia sebelum diangkat menjadi khalifah pada 15 Rabiul Awal tahun 786 H, waktu itu beliau masih berumur 20 tahunan—beliau lahir pada 766 H. namun Harun muda adalah pribadi yang dewasa, terbukti dari ketaatannya dalam beribadah yang mana beliau biasa untuk sahalat 100 rakaat per hari dan tak pernah alpa kecuali jika ada uzur dan rajin pula laksanakan haji. Juga sangat dermawan, beliau diriwayatkan biasa bersedekah sebanyak 1000 dirham per hari dari harta pribadinya.

Sebagai seorang cerdas dan pintar, sudah seyogyanya beliau sangat mencintai dan menghargai ilmu, para ilmuwan dan ulama, juga Qari, seniman serta penulis. Ia kerap mengundang mereka ke istana untuk dijamu dan mendiskusikan berbagai permasalahan, sungguh kerendahan hati yang meninggikan namanya. Tak hanya itu, para ilmu itu juga digaji dengan nominal tinggi, penemuan-penemua yang mereka ajukan sangat dihargai. Pokoknya, khalifah Harun menggenggam dunia dengan ilmu pengetahuan dan peradaban.

Dan tahukan anda? Bahwa yang gemar “ngeronda” sewaktu menjadi khalifah itu dilakukan oleh Harun, beliau sering menyamar sebagai orang biasa, datang ke pasar dan berbincang-bincang dengan mereka tentang roda pemerintahan yang dia jalankan. Dengan begitu, dia menjadi lebih memahami rakyatnya dan tahu apa langkah selanjutnya yang musti dilakukan untuk rakyat yang dia cintai, dan rakyat juga mencintainya.

(14)

dieksekusi. Padahal, Yahya bin Khalid adalah sahabat juga gurunya semenjak remaja.

3. Al Ma’mun

Beliau lahir pada 15 Rob. Awal tahun 170 H, bersamaan dengan diangkatnya ayahnya (Harun Al Rasid) sebagai khalifah dan kematian Al Hadi. Dan wafatnya tanggal 18 Rajab 218 H. direntang umur selama 48 tahun itulah dia mendapatkan pencapaian, dia membuat orang masa kini menyebut beliau denga “jenius”. Dia adalah penggila ilmu, kami katakan gila karena sewaktu pasukannya telah membuat Byzantium—Romawi Timur bertekuk lutut, bukanlah harta emas bercampur intan permata yang dia inginkan dari Byzantium, bukan pula mengambil alih kekuasaan Romawi Timur, namun Khalifah Al Ma’mun malah secara baik-baik meminta sebuah kopian Al Magest atau Al Kitabu Al Mijisti (sebuah risalah tentang matematika dan astronomi yang ditulis Ptolomeus pada abad ke 2),16 gila kan ? yang pada selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh ahli bahasa Hunain bin Iskhak di Baitul Hikmah.

Gandrungnya Al Ma’mun pada ilmu pengetahuan memang telah tampak dari saat dia belia. Sejak kecil dia telah belajar banyak ilmu, untuk ilmu hadits sendiri ia belajar pada ayahnya (Harun Al Rasid) dan berguru pada Imam Malik untuk mendalaminya. Dia juga hafal Al Qur’an beserta tafsirnya, tak hanya itu ilmu umumpun dia kuasai seperti sastra, tata Negara, hukum, filsafat, astronomi, dan lain-lain.

Namun tersebab gandrungnya Al Ma’mun dengan Ilmu Filsafat yang menuhankan akal yang terbatas, membuatnya bermadhab mu’tazilah sehingga berkesimpulan Al Qur’an adalah makhluk bukan kalam Allah. Dan parahnya paham mu’tazilah dijadikan olehnya sebagai paham Negara—siapapun yang tak sejalan akan dihukum, tak terkecuali para ulama besar yang kala itu juga terkena hukum seperti Ahmad bin Hambal ra pendiri madhab fikih Hambali yang ketika ditanya apakah menurutnya Al Qur’an adalah makhluk, dia menjawab “Al Qur’an itu

(15)

adalah kalam Allah dan saya tidak akan menambahkan kata apaun lagi lebih dari itu”. Maka konsekuensinya pada masa Al Ma’mun Imam Hambali dilarang mengeluarkan fatwa dan hukum cambuk.

Adapula ulama-ulama yang mngatakan bahwa Al Qur’an adalah makhluk, namun itu adalah keterpaksaan untuk menghindari tebasan pedang sang khalifah. Tapi khalifah marah besar setelah mngetahui bahwa mereka hanya berpura-pura, shingga para ulama itu dipanggil ke wilayah romawi karena khalifah telah di sana untuk dihukum. Namun Al Ma’mun meninggal terlebih dahulu sebelum mereka menerima hukumannya.

Sekalipun dari uaraian di atas khalifah Al Ma’mun tekesan arogan dalam paham agama, tapi pada masa beliaulah ilmu pengetahuan yang dikembangkan Al Mansur dan Al Rasid sampai pada puncaknya serta menetaskan ilmuan-ilmuan yang melegenda. Semoga Allah mengampuni dosanya.

D. JAJARAN ANAK EMAS DINASTI ABBASAH

Ini yang menjadi aneh dalam peradaban dinasti Abbasiah— perkembangan ilmu pengetahuan baik itu agama maupun umum, semuanya terus berkembang dan mengagumkan. Untuk dunia, pada masa itu Baghdad dan semua cendikiawan yang ada di dalamnya adalah lentera ilmu pengetahuan sekalipun sebenarnya kehidupan pemerintahan tidaklah sehat. Pada masa awal bertahta saja Al Mansur telah membunuh Shalih bin Ali dan Muhammad bin Ali dikarenakan mereka tak setuju dengan pengangkatan Al Mansur menjadi khalifah, mereka tak setuju tersebab Abu Abas as-Saffah menjelang ajalnya tak menunjuk anaknya sendiri sebagai khalifah. Pembunuhan itu dipimpin oleh Abu Muslim Al Khurasani, dan Abu Muslim Al Khurasani sendiripun dibunuh oleh Al Mansur dikarekan kearogannya serta gemarnya dia mencemooh Al Mansur. Tragis !

(16)

itu, sakitnya pemerintahan dinasti ini juga dapat didiagnosa dari maraknya saling rebut pengaruh antara keturunan Al Mansur, bangsa Persia dan bangsa Turqi. Hingga khalifah ke 9 yaitu Al Watsiq saja keturunan dari Al Mansur atau Arab asli bertahta, selanjutnya adalah panggung kekuasaan dan saling rebut pengaruh antara bangsa Persia, Turqi, Bani Buwaihi, Bani Seljuk, Kaum Syiah, serta Khawarij.

Namun jika berkaca pada pencapaian intelektual muslim pada masa itu, maka dapat tersimpulkan bahwa sekalipun para penguasa saling sikut berebut pengaruh, para intelektual tetap termuliakan, pemerintah tetap akomodatif terhadap kaum ilmuan.

Jadi antara pemerintah dan para ilmuan dinasti Abbasiah sejatinya adalah para pecinta ilmu yang dengan ilmu itu masyarakata dapat tercerahkan. Maka sakitnya pemerintahan bukan jadi halangan untuk dia melahirkan anak-nak emasnya, diantaranya adalah :

1. Ilmu Fikih

Zaman Abbasiah sebagaai yan emas dalam peradaban islam telah menetaskan ahli-ahli hokum (fukoha) yan tersohor dalam sejarah dengan karya-karya berupa kitab-kitabnya sampai detik ini, empat ima madhab fikh paling mashur dihasilkan oleh zaman ini yaitu : Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi’I, dan Imam Hambali. Mereka sendiri dibagi menjadi dua aliran yaitu Abu Hanifah adalah ahli Ra’yi dan sisanya adalah ahli Hadits.

(17)

a. Apakah As Sunnah adalah salah satu sumber Tasyri Islam sebgai penyempurna Al Qur’an ?. kalau memang iya, bagaimana cara melaksanakannya ?.

b. Jika tak dapatkan nash di dalam Al Qur’an dan Hadits bolehkan dilakukan dengan logika ?

c. Termasukah Ijma’ sebagai salah satu sumber Tasyri ?

d. Tentang taklif yang dibina atas dua asas “amar” dan “nahi” apakah keduanya adalah wajib sehingga yang amar berpengertian fardu dan yang nahi berpengertian haram ? jika tidak demikian, maka dalil diperlukan.

Nah dengan adanya beda inilah terlahir ilmu ushul fiqih yang tersusun oleh para ulama sebagai kaidah-kaidah yang musti diikuti oleh para mujtahid dalam pengambilan hukum. Ilmu adalah rahmat, maka benarlah sabda Nabi : “ perbedaan diantara umatku adalah rahmat ”.

Empat imam madhab itu tidaklah abadi, namun karya dari mereka berupa kitab dan perilakunyalah yang mengabadikan dan mengharumkan nama mereka, diantaranya :

a. Abu Hanifah : Fiqul Akbar, Musnad Abu hanifah, Wasyyatu Li Binihi.

b. Imam Malik : Al Muwwatha, Risalah Fil Wa’dhi, Kitabul Masai. c. Imam Syafi’I : Kitabul Um, Ushul Fiqih, Musnada As Syafi’i.

d. Imam Hambali : Almusnad Fil Hadits, Kitab As Sunnah, Kitab Zuhud.

2. Ilmu Kedokteran

Pada awalnya khalifah Al Mansur menderita sakit pada tahun 765 M, lalu perdana mentrinya menyarankan sang khalifah untuk memanggil kepala rumah sakit Yundai Sahpur yaitu Girgis bin Buchtyishu untuk mengobatinya, dan sembuh. Semenjak itulah dia diangkat menjadi dokter istana.

(18)

diperbanyak dan ilmu kedokteran harus dikembangkan pada mula-mula. Semenjak inilah Khalifah Al Mansur memerintahkan penerjemahan literature-literatur kedokteran Yunani ke dalam bahasa Arab, dan sebagai salah satu hasilnya adalah dua tokoh yang dikenal sebagai dokter islam pada mula-mula, yaitu yang pertama Ar Razi ( 865 – 925 M ) dalam dunia barat dikenal dengan nama Rosez. Sewaktu mudanya dia adalah dokter kimia dan selanjutnya menjadi guru dokter. Dia begitu produktif dalam menghasilkan buku yaitu sekitar kurang lebih 200 jilid denga master piecenya adalah buku campak dan cacara yang suadah naik cetak dalam bahasa inggris sebanyak 40 kali. Yang ke dua adalah Ibnu Sina atau Avicena jika orang barat yang menyebut, lahir tahun 980 M di Afsyana, Bukhara. Beliau telah jadi dokter sejak umur 17 tahun, karya besarnya adalah himpunan perbendaharaan ilmu kedokteran yang berjudul Al Qanun Fi Al-Thib, permintaan atas buku itu tiada putusnya selama 100 tahun dan pengaruhnya tetap terasa hingga tahun 1500 M. orang barat menjulukinya bapak dokter.

3. Ilmu Filsafat

Al Kindi, dia adalah filsuf Arab sekaligus Filsuf Islam pertama, pahamnya muntazilah, berasal dari keluarga gubernur Basrah. Dimasa gerakan penerjemahannya dia pindah ke Baghdad dan mendapat perlindungan dari khalifah Al Ma’mun dan Al Mu’tasin, di sana ia menjadi ilmuan dan guru dari anak kahalifah Al Mu’atasin. Jumlah karyanya tak ada yang tahu pasti, namun ada yang menyebut sebanyak kurang lebih 238 buah yang sebgaiannya telah musnah.

(19)

Berikutnya adalah Al Farabi atau dikenal di barat dengan Alpharabius. Lahir di tahun 87 M, seorang syi’ah dan dalam filsafat dia adalah campuran Aristoteles dan Neoplatolis. Pada awalnya dia tak bisa bahasa Arab, maka ia pergi ke Baghdad untuk mempelajari bahasa Arab terlebih dahulu sebelum akhirnya ia mendalami, mengulas, dan mengarang buku filsafat selama 30 tahun, muridnya antara lain : Ibnu Sina, Ibun Ruyd, dan Yahya bin ‘Adi.

Menurut Massignon seorang ahli ketimuran Prancis, Al Farabi telah dapat memecahkan suatu sistem filsafat yang lengkap dan telah memainkan peran penting dalam dunia Islam sperti Platinus bagi dunia Barat. Oleh karena itu ia mendapat gelar Guru Kedua (Al Mu’allimu Al Tsani) dan Aristoteles sebagai Guru Pertama (Al Mu’allimu Al Awwal).

Kebanyakan karangannya telah hilang dan hanya tersisa hanya 30 buah saja dalam bahasa Arab. Namun karangannya yang diterjemahkan dalam bahasa Ibrani sampai saat ini masih tersimpan di perpustakaan Eropa,dikarenakan pada abad pertengahan Al Farabi sebegitu terkenalnya di kalangan umat Yahudi.

Karangan-karangan itu adalah ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, Galinus dalam bidang logika, fisika, etika, dan matematika. Namun tetap, beliau adalah pengulas utama Aristoteles, nyatanya Ibnu Sina langsung memahami maksud dari buku metafisika karya Aristoteles setelah membaca intisari buku metafisika karya Al Farabi yang merupakan ulasan dari buku metafisika, padahal Ibnu Sina sebelumnya telah mempelajari buku metafisika itu sebanyak 40 kali tanpa mengerti maksudnya.

Selanjutnya Al Ghozali, nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad Al Ghozali, lahir di Thus, Iraq tahun 505 H / 1111 M. seorang jenius yang menjadi guru besar di universitas Nizhaniyah.

(20)

dan fisafat tak ada yang membatasi, sehingga terjunlah ia ke dunia filsafat, dengan itulah dia berhasil mengarang buku yang berjudul Maqasid Al Falasifah yang menjelaskan pemikiran-pemikiran filsafat terutama Ibnu Sina, lalu setelah itu barulah ia mengkritik ilmu fisafat dengan buku selanjutnya yang berjudul Tahaf’ut Al Falasifah atau kekacauan para filosof. Yang dilakukan oleh Al Ghozali ini seperti seorang serdadu yang menyusupi jantung pertahanan lawan lalu mengamati titik kelemahannya dan kemudian menyerangnya dengan bekal pengetahuan itu sehingga lawan tak berkutik.

Bukan apa-apa beliau sebegitunya pada filsafat, ini tak lain dikarenakan waktu itu sedang berkecamuknya pemikiran bebas yang membuat banyak membuat orang meninggalkan ibadah, ia meyakini bahwa agama haruslah menjadi utama berupa pendekatan diri pada tuhan dalam suatu kehidupan zuhud. Karena dikarenakan keberaniannyalah disematkan julukan Hujatul Islam atau argumentator Islam pada dirinya.

4. Ilmu Optik

Persembahan Islam untuk ilmu ini adalah Abu Ali Al Hasan atau Alhazen oleh orang barat. Lahir 965 M di Basrah. Ia adalah pakar mata, cahaya, serta warna. Bukunya berjudul kitab Al Manazhir tentang ilmu cahaya dan diterjemahkan dalam bahasa latin di masa Gerard Of Cremona pada tahun 1572 M. lensa pembesar atau luv adalah penemuannya yang timbul dari teorinya tentang cahaya dan sinar, juga kaca telesekop dan kaca microskop. Hebat !

5. Ilmu Hitung

(21)

dan seterusnya. Angka 0 pulalah yang menjadi bahasa pemrograman computer modern saat ini yaitu binary, dunia barat sendiri baru menggunakan angka 0 pada 250 tahun kemudian. Karya ke dua : menciptakan ilmu Al Jabar, ilmu hitungan yang buat pusing ini juga beliaulah kreatornya. Karya ke tiga : menciptakan ilmu Alqarisme atau lebih dikenal dengan logaritma, ini lebih pusing. Karya ke empat : dia mampu menggunakan system matematika tingkat tinggi yaitu integrasi dan persamaan yang dalam matematika disebut integral dan diferensial, kedua macam teori itu bisa digabungkan dan dinamakan kalkulus.

6. Ilmu Kimia

Jabir Al Hayan, adalah sosok terbesar Islam dalam ilmu kima lahir di Kufah tahun 776 M. Sebelum kimia berkemabang seperti sekarang, beliau telah member petunjuk tentang Evaporation (penguapan), Filtration (penyaringan), Sublimation (penghalusan), Melting (pencairan), Distilation (penyaringan), Cristalysation (kristalisasi) dan itu semua telah terbukti kebenarannya.

7. Ilmu Bumi

Berkembangnya ilmu geografi pada zaman bani Abbasiah adalah dilatarbelakangi terjadinya hubungan kota Baghdad dengan kota-kota lain di dunia, baik melalui darat ataupun air secara pesat. Lalu mereka yang bepergian itulah yang mencatat perjalanannya dan apa saja yang di temuinya dengan diterangkan secara jelas tempat-tempatnya serta hal ihwannya, dengan kumpulan catatan itu maka berkembang menjadi ilmu sehingga menjurus kepada pembuatan peta. Daerah-daerah yang sudah digambarkan pada waktu itu antara lain, India, Ceylon, Malaya, Cina, Korea, sebelah barat Afrika, Eropa dan Indonesia. Tokoh ilmu ini adalah Ibnu Khurdazbah dengan peninggalan bukunya Al Masalik Wa Al Mamalik, itu adalah buku pedoman bagi pelaut yang menjelajahi lautan.

(22)

A. Kesimpulan

Pada masa dinasti Umayyah, keluarga bani Hasyim terus dipojokkan oleh penguasa dinasti Umayyah, hingga akhirnya datang kesempatan untuk melawan dan membuat imperium kekuasaan sendiri dengan tiga khalifah terbesar yaitu Ma’mun, Harun Rasyid dan Al-Ma’mun yang selanjutnya menetaskan berbagai yang luar biasa, pada sisi lain ada periode di mana politik menjadi tak sehat namun itu tak berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan terutama disiplin ilmu umum. Maka dapat tersimpulkan bahwa Islam lantaran dinasti Abbasiah telah sumbangkan sesuatu yang tak ternilai bagi dunia terutama pada bagian ilmu pengetahuan yang mana ilmuwan Islam sebagai pengembang dan boleh dikatakan pula sebagai “penyelamat” ilmu pengetahuan hasil peradaban Yunani, bahkan menjadi pionir peletak dasar ilmu pengetahuan yang pada masa sekarang sangat berguna bagi manusia. Terimakasih Dinasti Abbasiah!

B. Saran

Penyusun mengharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat membantu dalam proses pembelajaran mahasiswa. Dan penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penyusun mohon maaf. Penyusun mengharapkan saran dari pembaca demi penyempurnaan penyusunan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

(23)

Ismail, Faisal.2015.Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta. Gosyen Publishing

Sunanto, Musriyah. 2011. Sejarah Islam Klasik. Jakarta. Kencana Rawamangun.

Merdeka.com

Biografiku.com

Republika.co.id

www.historytoday.com

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari proses pembuatan manisan jambu air merah delima yang terdiri dari pengupasan, perendaman, perebusan, pengovenan dan pengemasan adalah manisan jambu air

Sedangkan dilihat dari isi akan dapat ditemukan keterampilan penyampaian untuk kurikulum apapun, disamping strategi yang dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa

Abstrak: Analisis Budaya Organisasi Dan Asimetri Informasi dalam Senjang- an Anggaran. Penelitian ini bertujuan 1) menguji pengaruh partisipasi ang- garan terhadap senjangan

Perusahaan telah memiliki pola kebijakan tersendiri, yaitu menentukan siapa yang berhak menerima yang telah memenuhi syarat Five C , bagaimana karakter pelanggan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode latihan berstruktur dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Sistem pengukuran kinerja (SPK) yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep penggunaan SPK yang dikembangkan oleh Simons (1990, 1995) yaitu penggunaan SPK

Pengukuran variabel dan indikator penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Orientasi kewirausahaan diukur dengan empat indikator dari

Adapun yang disampaikan Muda Wanita Praja Ru’yatilu’lui berbeda dengan yang disampaikan Muda Wanita praja Oktivia, menurut Ru’yatilu’lui apabila ia berkesempatan