• Tidak ada hasil yang ditemukan

235 466 1 SM

N/A
N/A
azzahro diniar adhani

Academic year: 2025

Membagikan "235 466 1 SM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cendikia Muda Volume 1, Nomor 4, Desember 2021 ISSN : 2807-3649

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 428

PENERAPAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGATASI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA PASIEN

CEPHALGIA DI KOTA METRO

THE APPLICATION OF PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TO OVERCOME NURSING PROBLEMS FOR ACUTE PAIN ON

CEPHALGIA PATIENTS IN THE CITY OF METRO

Ahmad Fudori1, Anik Inayati2, Immawati3

1,2,3Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro

Email: [email protected]

ABSTRAK

Cephalgia atau nyeri kepala merupakan salah satu gejala gangguan neurologis yang paling umum. Gejala tersebut juga dikaitkan dengan banyak penyakit dan gangguan lain. Sakit kepala bukan penyakit, melainkan gangguan yang mendasari adanya masalah di kranioserebri. Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasan tersebut. Nyeri kepala terjadi karena tulang tengkorak dan jaringan otak kurang memiliki serabut saraf yang sensitif dengan nyeri, tetapi struktur tertentu didalam dan sekitar kubah kranial sensitif terhadap nyeri. Penerapan relaksasi otot progresif bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri kepala pada pasien cephalgia. Metode karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus (case study). Subyek yang digunakan yaitu pasien cephalgia dengan masalah keperawatan nyeri. Analisa data dilakukan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penerapan menunjukkan bahwa setelah dilakukan penerapan relaksasi otot progresif selama 1 hari, terjadi penurunan skala nyeri dari skala nyeri 6 menjadi 4, akan tetapi dalam dalam kategori nyeri yang sama, agar lebih efektif seharusnya latihan relaksasi otot progresif diteruskan minimal selama ±10 menit dilakukan 1 kali sehari selama 3 hari. Bagi pasien cephalgia hendaknya dapat melakukan penerapan relaksasi otot progresif secara mandiri untuk membantu menurunkan atau mengontrol nyeri akut.

Kata Kunci : Cephalgia, Nyeri, Relaksasi Otot Progresif.

ABSTRACT

Cephalgia or headache is one of the most common symptoms of neurological disorders. These symptoms have also been linked to many other diseases and disorders. Headaches are not a disease, but rather a disorder that underlies the cranioserebral problem. Pain is a very subjective feeling of discomfort and only the person experiencing it can explain and evaluate the feeling.

Headaches occur because the skull bones and brain tissue lack pain-sensitive nerve fibers, but certain structures in and around the cranial dome are sensitive to pain. The application of progressive muscle relaxation aims to overcome the problem of nursing headaches in cephalgia patients. This scientific writing method uses a case study design. The subjects used were cephalgia patients with pain nursing problems. Data analysis was performed using descriptive analysis. The results of the application show that after the application of progressive muscle relaxation for 1 day, there was a decrease in the pain scale from 6 to 4 in the pain scale, but in the same pain category, to be more effective, progressive muscle relaxation exercises should be continued for at least ± 10 minutes. times a day for 3 days. For cephalgia patients should be able to implement progressive muscle relaxation independently to help reduce or control acute pain.

Keywords : Cephalgia, Pain, Progressive Muscle Relaxation.

(2)

Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 429 PENDAHULUAN

Cephalgia atau nyeri kepala merupakan salah satu gejala gangguan neurologis yang paling umum. Gejala tersebut juga dikaitkan dengan banyak penyakit dan gangguan lain. Sakit kepala bukan penyakit, melainkan gangguan yang mendasari adanya masalah di kranioserebri1.

World Health Organization (WHO) mengungkapkan secara global, telah diperkirakan bahwa prevalensi orang dewasa yang mengalami sakit kepala saat ini (gejala setidaknya satu kali dalam setahun terakhir) adalah sekitar 50%. Setengah hingga tiga perempat orang dewasa berusia 18-65 tahun di dunia menderita sakit kepala pada tahun lalu dan 30% atau lebih penderita melaporkan cephalgia2.

Berdasarkan penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit besar di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut:

cephalgia tanpa aura 10%, cephalgia dengan aura 1,8%, Episodik tension type headache 31%, chronic tension type headache 24%, cluster headache 0,5%, mixed headache 14%3. Hasil laporan Yankesdas Kota Metro, tentang sepuluh penyakit terbanyak di Kota Metro Tahun 2018. Nyeri kepala (sakit kepala)

menempati urutan 7 atau 6,01% dengan jumlah penderita 46174.

Berdasarkan data medical record di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jend. Ahmad Yani Metro ruang Saraf pada tahun 2019 cephalgia tidak masuk dalam 10 besar diagnosa penyakit yang ada di ruang Saraf, namum cephalgia merupakan masalah kesehatan yang harus diperhatikan dan ditangani untuk memberikan rasa nyaman pada pasien dengan cephalgia5.

Cephalgia atatu nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai anoreksia, mual dan muntah (Budiman, 2013). Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, cephalgia terjadi karena dilatasi dan kontraksi pembuluh darah bagian kepala. Berdasarkan letaknya, nyeri cephalgia dapat terjadi pada bagian depan, samping, atau belakang kepala6. Dampak cephalgia atau nyeri kepala apabila tidak diatasi mengakibatkan terjadinya respons fight or fligh (peningkatan tekanan darah, frekuensi jantung, dan curah jantung, penurunan motilitas lambung dan usus), dan dapat mengalami efek yang merugikan pada kesehatan pasien. Nyeri kepala dapat menggangu kuantitas dan kualitas tidur sehingga menyebabkan keletihan, aktivitas sehari-hari terganggu, nafsu

(3)

Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 430 makan menurun yang menyebabkan fungsi imun tertekan atau menurun sehingga mempermudah penyakit lain masuk ke tubuh sehingga perlunya tindakan untuk menurunkan nyeri7. Penatalaksanaan nyeri terbagi menjadi dua, yaitu dengan pendekatan farma- kologis dan nonfarmakologis. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri yaitu dengan penatalaksanaan nonfarmakologis antara lain menggunakan teknik stimulasi kutaneus (stimulasi kulit), pijat, kompres panas dan dingin, akupuntur, akupressur, nafas dalam, nafas ritmik, mendengarkan musik, distraksi, terapi sentuhan, meditasi dan relaksasi progresif8.

Teknik relaksasi otot progresif ber- manfaat untuk mengatasi masalah- masalah yang berhubungan dengan stress seperti hipertensi, insomnia, dan sakit atau nyeri kepala yang dapat menggangu rasa nyaman penderita atau pasien yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk menurunkan stress dan nyeri kepala9. Tujuan penerapan relaksasi otot progresif adalah untuk membantu menurunkan skala nyeri pada pasien cephalgia.

METODE

Desain karya tulis ilmiah ini menggunakan desain stadi kasus (case study). Subyek yang digunakan dalam studi kasus yaitu pasien cephalgia yang terdiri dari 1 pasien yang mengalami masalah keperawatan nyeri akut.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan standar operasional prosedur (SOP) dalam melakukan relaksasi otot progresif. Alat yang di- gunakan dalam pengumpulan data pada intervensi karya tulis ilmiah ini meliputi lembar observasi skala nyeri Numerical Rating Scale (NRS).

HASIL

Gambaran subyek penerapan yang didapatkan pada saat pengkajian sesuai dengan tahapan rencana penerapan adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Gambaran Subyek Penerapan Data Keterangan

Nama Tn. Y

Usia 52 tahun

Agama Islam Pendidikan SMP Pekerjaan Pedagang Tanggal

pengkajian

06 Juli 2020 Riwayat

kesehatan sebelumnya

Klien mengatakan sudah 3 kali dirawat dengan keluhan yang sama. Klien mengung- kapkan memiliki riwayat penyakit cephalgia, dan baru pulang dirawat 10 hari yang lalu. Menurut keterangan klien nyeri di- rasakan kecapean bekerja.

(4)

Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 431 Keluhan

saat ini

Klien mengatakan masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah kepala terkadang menarik rambut, nyeri terjadi pada saat beraktifitas dan berkurang saat klien istirahat, nyeri seperti tertusuk-tusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri dirasakan hilang timbul.

TTV TD: 160/90 mmHg, RR: 24 x/menit, HR: 105 x/menit, Suhu: 36.5 oC.

Hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan setelah penerapan relaksasi otot progresif dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 2 Skala Nyeri Subyek Sebelum dan Setelah Penerapan Relaksasi Otot Progresif

Skala Nyeri

Sebelum Penerapan Setelah Penerapan Sedang (6) Sedang (4)

PEMBAHASAN

1. Karakteristik Subjek a. Usia

Usia dapat mengubah persepsi dan pengalaman nyeri. Individu dewasa mungkin tidak melaporkan adanya nyeri karena takut bahwa hal tersebut mengindikasikan diagnosis yang buruk8. Usia dan perkembangan seseorang merupa- kan variabel penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia10.

Berdasarkan uraian diatas menurut analisa penulis usia khususnya pada lansia dapat mengubah persepsi tentang reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Usia subyek dalam penerapan ini yaitu 52 tahun dalam kategori lansia awal pada kondisi ini mampu mentoleransi nyeri dibandingkan usia yang lebih muda, dan pada anak-anak cenderung lebih manja.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin subyek dalam penerapan ini yaitu laki-laki. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam merespons adanya nyeri11. Di beberapa budaya di Amerika Serikat, pria lebih jarang meng- ekspresikan nyeri dibandingkan wanita8.

Berdasarkan uraian diatas menurut analisa penulis jenis kelamin laki- laki jarang mengekspresikan nyeri dibandingkan perempuan. Subyek dalam penerapan ini yaitu Tn. S berjenis kelamin laki-laki sehingga mampu mentoleransi nyeri, karena kebanyakan laki-laki lebih cenderung malu dalam merespon nyeri dibandingkan perempuan.

c. Pengalamansebelumnya mengenai nyeri

Tn. Y mengatakan sering me- rasakan nyeri kepala ketika

(5)

Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 432 kecapean bekerja. Tn. Y me- ngatakan sudah 3 kali dirawat dengan keluhan nyeri kepala, Tn Y mengungkapkan memiliki riwayat penyakit cephalgia. Pengalaman sebelumnya mengenai nyeri mem- pengaruhi persepsi akan nyeri yang akan dialami saat ini. Individu yang memiliki pengalaman negatif dengan nyeri pada masa kanak- kanak dapat memiliki kesulitan untuk mengelola nyeri. Pengala- man nyeri sebelumnya membuat seseorang mengadopsi mekanisme koping yang bisa digunakan pada episode nyeri berikutnya8.

Berdasarkan uraian diatas pengala- man sebelumnya mengenai nyeri mempengaruhi persepsi nyeri.

Subyek dalam penerapan ini sudah 3 kali dirawat dengan keluhan yang sama sehingga respon nyeri yang dirasakan dapat di toleransi oleh subyek.

2. Skala Nyeri Sebelum Penerapan Relaksasi Otot Progresif

Skala nyeri kepala pada subyek sebelum penerapan relaksasi otot progresif yaitu nyeri sedang (6). Sakit kepala (Cephalgia/Headache) adalah salah satu gejala gangguan neurologis yang paling umum.

Gejala tersebut juga dikaitkan

dengan banyak penyakit dan gangguan lain. Sakit kepala bukan penyakit, melainkan gangguan yang mendasari adanya masalah di kranioserebri yang cenderung me- nyebabkan nyeri kepala1.

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasan tersebut.

Secara umum nyeri dapat didefinisi- kan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat11.

Nyeri kepala terjadi karena tulang tengkorak dan jaringan otak kurang memiliki serabut saraf yang sensitif dengan nyeri, tetapi struktur tertentu didalam dan sekitar kubah kranial sensitif terhadap nyeri. Terdapat banyak jenis sakit kepala yang berbeda, dan sakit kepala dapat bersifat primer atau sekunder terhadap banyak kesakitan dan cedera lainnya. Nyeri kepala merupakan nyeri alihan ke permukaan kepala dari struktur- struktur dalam. Otot kepala sendiri tidak sensitif sama sekali terhadap nyeri. Perangsangan listrik pada pusat somestetik korteks hanya kadang-kadang dapat menyebabkan nyeri. Sebagian besar nyeri kepala

(6)

Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 433 bukan karena kerusakan di dalam otak itu sendiri sebaliknya tarikan pada sinus venosus dan kerusakan membran yang menutupi otak dapat menyebabkan nyeri yang hebat, yang dikenal sebagai nyeri kepala7. Salah satu manajemen nyeri yang dapat dilakukan yaitu relaksasi otot progresif.

3. Skala Nyeri Setelah Penerapan Relaksasi Otot Progresif

Skala nyeri kepala setelah penerapan relaksasi otot progresif mengalami penurunan menjadi nyeri sedang (4).

Penurunan nyeri karena relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi yang memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks12. Ketika melakukan relaksasi otot progresif maka sekresi Cotricotropin Releasing Hormone (CRH) dan Adre- nocorticotropic Hormone (ACTH) di hipotalamus menurun. Penurunan kedua sekresi hormon ini menyebab- kan aktivitas saraf simpatis menurun sehingga pengeluaran adrenalin dan noradrenalin berkurang, akibatnya terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar, tahanan

pembuluh darah berkurang sehingga menyebabkan nyeri kepala ber- kurang12.

Relaksasi otot progresif dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori gate control, bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls-impuls nyeri akan melewati gerbang ketika gerbang dalam posisi terbuka dan akan dihentikan ketika gerbang ditutup. Penutupan gerbang me- rupakan dasar terhadap intervensi nonfarmakologis dalam penanganan nyeri. Penerapan relaksasi otot progresif diharapkan menyeimbang- kan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi P untuk mentransimisikan impuls melalui mekanisme pertahanan. Saat impuls dihantarkan ke otak, terdapat pusat korteks yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi persepsi nyeri.

Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuro- modulator ini menutup mekanisme

(7)

Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 434 pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P11.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmasari (2015) tentang relaksasi otot progresif dapat menurunkan nyeri kepala di RSUD dr. Moewardi Surakarta dengan jumlah responden 110 yang dilakukan selama ±10 menit 1 kali perhari dalam 3 hari, responden dibagi menjadi 2 ke- lompok yaitu kelompok perlakuan 55 responden dan kelompok kontrol 55 responden. Hasil penelitian menun- jukkan bahwa setelah dilakukan relaksasi otot progresif pada kelompok perlakuan mayoritas terjadi penurunan 4-5 skor nyeri, masing-masing 16 responden (14.5%). Sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan 3 skor nyeri, yaitu 14 responden (12.7).

Teknik relaksasi otot progresif efektif untuk menurunkan nyeri kepala, khususnya nyeri kepala tipe tegang (tension type) dan dapat di- implementasikan sebagai intervensi keperawatan non farmakologis12. Penelitian lain dilakukan oleh Meyer., dkk, (2016) tentang relaksasi otot progresif menurunkan nyeri pada cephalgia dan menormalkan amplitudo negatif kontingen variasi (CNV) dengan 35 responden sebagai

kelompok perlakuan dan 46 responden sebagai kelompok kontrol yang dilakukan selama 6 hari, menunjukkan bahwa relaksasi otot progresif efektif dalam menurunkan frekuensi migren13.

Berdasarkan hasil penerapan diatas, menurut analisa penulis relaksasi otot progresif dapat menurunkan nyeri kepala karena relaksasi otot progresif merupakan teknik relaksasi yang memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian me- nurunkan ketegangan dengan me- lakukan relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks sehingga nyeri kepala berkurang.

Penerapan relaksasi otot progresif hanya dilakukan selama satu hari dan mengalami penurunan skala nyeri yaitu dari skala 6 menjadi 4, namun masih dalam kategori nyeri sedang.

Supaya lebih efektif seharusnya latihan relaksasi otot progresif diteruskan minimal selama 3 hari dengan frekuensi latihan 1 kali sehari selama ±10 menit.

KESIMPULAN

Penerapan relaksasi otot progresif dapat menurunkan skala nyeri pada pasien dengan cephalgia.

(8)

Cendikia Muda, Volume 1, Nomor 4, Desember 2021

Fudori, Penerapan Relaksasi Otot… 435 a. Penerapan relaksasi otot progresif

dengan jumlah subyek lebih dari satu orang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosdahl, C.B & Kowalski, M.T.

(2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10. Jakarta : EGC.

2. WHO. (2016). Headache disorders. diunduh pada tanggal 19 Maret 2020 pukul 21.00 WIB, dalam website: https://www.who.

int/news-room/fact-sheets/detail/

headache-disorders.

3. Inayati, D., dkk. (2018).

Perbedaan Efek Relaksasi Stretching dan Aromaterapi terhadap Keluhan Nyeri Kepala Primer Karyawan PT X. Cendekia Eksata, 3(2).

4. Dinkes Kota Metro. (2019).

Sepuluh Penyakit Terbanyak Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Kota Metro. Kota Metro: Dinas Kesehatan Kota Metro.

5. Medical Record RSUD Jend.

Ahmad Yani Metro. (2019). 10 Besar Penyakit di Ruang Saraf RSUD Jend. Ahmad Yani Metro tahun 2019.

6. Hartono, R.I.W. (2012).

Akupresur untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Rapha.

7. LeMone, P., Burke, KM &

Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5 Gangguan Neurologi.

alih Bahasa: Subekti, B N.

Jakarta: EGC.

8. Black, J M & Hawks, J H.

(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

9. Saleh., L.M., dkk. (2019). Teknik Relaksasi Otot Progresif pada Air Traffic Controller (ATC).

Yogyakarta: ISBN Elektronik.

10. Potter, P A & Perry, A G. (2010).

Fundamentals of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. alih Bahasa: Nggie, A F & Albar, M. Jakarta: Salemba Medika.

11. Mubarak, W H., Indrawati, L &

Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

12. Rahmasari, I. (2015). Relaksasi Otot Progresif Dapat Menurunkan Nyeri Kepala Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta (Progressive Muscle Relaxation Can Reduce Headache In General Hospital Dr. Moewardi Surakarta). IJMS-Indonesian Journal on Medical Science, 2 (2).

13. Meyer, B., et al. (2016).

Progressive Muscle Relaxation Reduces Migraine Frequency and Normalizes Amplituder of Contingent Negative Variation (CNV). The Jurnal of Headache and Pain. DOI 10.1186/s10194- 016-0630-0.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, penulis menerapkan aplikasi terapi relaksasi otot progresif dalam memberikan asuhan keperawatan dengan masalah nutrisi kurang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan sebelum

Hasil karya tulis ilmiah ini adalah ada pengaruh tindakan keperawatan ners dan ners spesialis (penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi

5.2.5 Perbedaan Kualitas Tidur Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Sebelum dan Setelah Relaksasi Otot Progresif pada Kelompok Intervensi

Penelitian ini menyimpulkan bahwa relaksasi otot progresif sebagai intervensi keperawatan dapat digunakan dalam memanajemen stress fisiologis berupa hiperglikemi dan fatigue dan

Menerapkan asuhan keperawatan dan intervensi relaksasi otot progresif pada pasien kanker yang mengalami nausea vomiting sebagai dampak dari pengobatan

Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukannya relaksasi otot seluruhnya 100% dikategorikan mengalami hipertensi dengan tingkat grade 1, dan sesudah dilakukannya relaksasi otot

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE CKD DENGAN INTERVENSI INOVASI TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF DENGAN KOMBINASI RELAKSASI BENSON TERHADAP