PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM OSCA DI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
DEWI PURNAMA SARI J 210 161 038
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
2
PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM OSCA DI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
DEWI PURNAMA SARI J 210 161 038
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
3
J210161038
4
iii
1
PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM OSCA
Abstrak
Latar belakang : Salah satu bentuk ujian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa adalah dengan ujian OSCA, namun Mahasiswa yang akan menghadapi OSCA seringkali merasa belum siap sehingga menimbulkan cemas. Salah satu cara untuk menurunkan keceamasan adalah dengan pemberian relaksai progresif. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan sebelum menghadapi OSCA. Metode: Penelitian ini menggunakan metode pra
eksperimental desain dengan rancangan pretest dan posttest one group design..
Hasil Penelitian: Pre test kelompok perlakuan, 20% responden dengan kecemasan sedang, 80% responden dengan cemas tinggi. Post test kelompok perlakuan diketahui 66,7% responden dengan cemas sedang, dan 33,3% dengan cemas tinggi. Hasil uji wilcoxon diperoleh nilai p = 0,005. Hasil uji Mann Whitney diperoleh p = 0,04 (p<05). Kesimpulan: Ada pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan kelompok perlakuan dalam menghadapi ujian OSCA. Ada beda pengaruh tingkat kecemasan pada responden sebelum diberikan relaksasi progresif dan setelah melakukan relaksasi progresif.
Keterbatasan Penelitian : Pelaksanaan relaksasi progresif hanya diberikan satu kali terapi, sehingga skor kecemasan masih cenderung tinggi. Ujian OSCA dengan sistem kloter membuat peneliti mendapatkan responden kurang dari 30 mahasiswa.
Kata Kunci: OSCE, OSCA, Keperawatan, Tingkat Kecemasan, Relaksasi Progresif, STAI.
Abstract
Background: Objective Structured Clinical Assessment (OSCA) is effectively known to ascess students’ clinical skills, but it often increase. One of treatment to reduce anxiety is progressive relaxation. Objective: To evaluate the effectiveness of progressive relaxation to reduce nursing student anxiety before doing the OSCA. Method : the study is a pre experimental research. Using pretest and posttest one group design. Population study was fifth semester of nursing students when doing OSCA test at surgical state count 107 persons. The sample was 30 respondents. From an accidental sampling. This research usen STAI (State-Triat Anxiety Inventory) questioner to score the level of anxiety and progressive relaxation. Data analysis used wilcoxon test and mann whitney test. Results: pre test of experiment group, there were 20% respondents with medium anxiety, 20% with high anxiety. Post test, 66,7 % experiment group with medium anxiety and 33,3% respondents with high anxiety. Result of wilcoxon test, with p – value = 0,005, and Mann Whitney with p-value = 0,04. Conclusion : there was an influence progressive relaxation to anxiety of nursing student before do the
2
OSCA. Suggestion : Students can use progressive relaxation techniques as one technique in reducing anxiety levels.Limitations of the Study: Implementation of progressive relaxation is given only one therapy, so the anxiety score still tends to be high. OSCA examination with kloter system makes the researcher get less than 30 student respondents.
Keyword: OSCE, OSCA, Nursing, Anxiety Levels, progressive relaxation, STAI.
1. PENDAHULUAN
Penilaian mahasiswa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rencana kurikulum perkuliahan. Friedman (2009) dalam Sola, et al (2016) menjelaskan bahwa penilaian memiliki fungsi utama sebagai metode formatif dan evaluative. Ujian OSCA merupakan suatu bentuk penilaian dalam bidang ilmu keperawatan. Ujian dengan peraturan yang teratur dan ketat. Ujian ini dilakukan di akhir tahun pembelajaran (Rush et al., 2014). Ujian berlangsung dan berhenti setelah mahasiswa mendengar adanya bunyi bel yang digunakan sebagai tanda. Mahasiswa dan penguji dilarang bercakap cakap selama ujian berlangsung. Peraturan yang ketat tersebut membuat mahasiswa menjadi tegang dan mengalami kecemasan (Rahmawati, 2016).
Hasil ini juga relevan dengan penelitian Edita yang melaporkan bahwa mahasiswa semester 2 yang menjalani OSCA memiliki respon afektif yang mengarah pada maladaptif terhadap cemas yaitu 47 % dan pada mahasiswa semsester 4 sebanyak 43 % (Pusparatri & Dewi, 2016). Studi pendahuluan dilakukan kepada 10 mahasiswa keperawatan semester V stase KMB pada tanggal 7 Juni 2017, dari 10 mahasiswa yang telah dilakukan wawancara dan mengisi kuisioner, 6 diantaranya menyatakan bahwa mereka mulai lupa pelajaran yang telah dihapalkan, mereka bingung, keluar keringat dingin, jantung berdebar dan sering buang air kecil.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan sebelum menghadapi OSCA.
2. METODE
Rancangan penelitian ini menggunakan pre ekserimental desain. Karena desain belum merupakan eksperimen yang sesungguhnya . Penelitian ini
3
menggunakan desain one group pretest dan posttest design (Sugiyono, 2009). Pertama kelompok diberikan pretest untuk mengetahui tingkat kecemasan diawal kemudian diberikan perlakuan relaksasi otot progresif setelah selesai kelompok kembali diberikan posttest untuk mengetahui tingkat kecemasan diakhir. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Sarjana Keperawatan semester V yang sedang melakukan ujian OSCA stase keperawatan medikal bedah (KMB) di Universitas Muhammadiyah Surakarta yang berjumlah 107 orang mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sempel pada penelitian ini dengan cara accidental sampling. Kreteria Sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswa aktif keperawatan UMS dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur tingkat kecemasan mahasiswa menggunakan kuesioner STAI atau State-Triat Anxiety Inventory dan relaksasi progresif. Analisa Data Menggunakan uji wilcoxon dan uji mann whitney.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin Karakteristik Jumlah Responden N Persentase Umur 19-20 tahun 10 66.7 21-22 tahun 5 33.3 Jenis kelamin Laki-laki 4 26,7 Perempuan 11 73,3
Tabel 1 menunjukkan umur responden yaitu pada rentang 19-20 tahun, dengan persentase 67,7%. Responden perempuan berjumlah 11 dengan persentase 73,3%.
4
3.1.2 Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sebelum diberikan relaksasi otot progresif
Tabel 2 Sentral tendensi kecemasan responden sebelum diberikan relaksasi otot progresif .
Kecemasan pre test
Rata-rata SD Median Min Maks
47.40 5.75 50 32 52
Tabel 2 menunjukkan rata-rata kecemasan pre test respoden sebelum diberikan relaksasi otot progresif adalah 47.40±5.75. Artinya rentang nilai kecemasan adalah 47.40-5.75= 41,65 sampai 47.40+5.75= 53,15. Nilai median setelah data diurutkan adalah 50, nilai terendah 32 dan nilai tertinggi 52.
3.1.3 Distribusi frekuensi responden sebelum diberikan relaksasi otot progresif
Tabel 3. Distrsibusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan.
Tingkat kecemasan Jumlah Responden
N Persentase
Sedang 3 20.0
Tinggi 12 80.0
Total 15 100,0
Tabel 3 memperlihatkan bahawa sebagian besar responden mengalami cemas tinggi (80%).
3.1.4 Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa setelah diberikan relaksasi otot progresif
Tabel 4 Sentral tendensi kecemasan setelah diberikan relaksasi otot.
Kecemasan post test Rata-rata SD Median Min Maks
5
Tabel 4.4 menunjukkan rata-rata kecemasan responden setelah diberi relaksasi otot progresif adalah 41,67 ±5,13. Artinya rentang nilai kecemasan adalah 41,67 -5,13 = 36,54 sampai 41,67 +5,13 = 46,80. Nilai median (nilai tengah) setelah data diurutkan adalah 41, nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 50.
3.1.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 5. Distrsibusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan Tingkat kecemasan Jumlah Responden N Persentase Sedang 10 66,7 Tinggi 5 33,3 Total 15 100,0
Tabel 5 memperlihatkan bahawa responden setelah mendapat relaksasi otot progresif tingkat kecemasan turun mrnjadi sedang (66,7%).
3.1.6 Analisis pre test post test
Tabel 6. Hasil uji pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan responden.
Tingkat kecemasan Mean Rank Z P
Pre test – post test 7,17 -2,835 0,005
5,00
Tabel 6 menunjukkan hasil uji Wilcoxon pada data pre test post test dengan nilai Z = -2,835 dengan p = 0,005 (p<0,05). Nilai p< 0,05 secara stattistik berarti ada pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan responden.
6
3.1.7 Analisis Uji Efektivitas Relaksasi Progresif terhadap Tingkat Kecemasan
Tabel 7 hasil uji efektivitas relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan
Selisih skor kecemasan Z P
Selisih skor pre test- post test -2,855 0,004
Tabel 7 menunjukkan hasil uji Mann Whitney pada data pre test post test tingkat kecemasan dengan nilai Z = -2.855 dengan p = 0,004 (p<0,05). Nilai p<0,05 secara statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tingkat kecemasan pada responden sebelum melakukan relaksasi progresif dan setelah melakukan relaksasi progresif.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Usia Responden
Rata-rata usia responden pada penelitian ini adalah 20 tahun. Rentang usia dewasa awal dimulai 20- 45 tahun (Depkes RI, 2009). Seseorang yang memasuki fase dewasa awal memiliki ciri berorientasi pada tugas, berusaha mengendalikan perasaan pribadi untuk dapat mengerjakan tugas yang sedang diembannya (Santrock, 2006). Penelitian ini menunjukkan hasil dimana responden dengan rentang usia 19-21 tahun banyak mengalami kecemasan tinggi dalam menghadapi ujian OSCA. Pada penelitian Edita (2016) hasil yang didapatkan memiliki kesamaan dengan penelitian ini dimana sebagian besar mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan rentang usia 19-22 mengalami kecemasan saat menghadapi ujian osca komprehensif.
3.2.2 Jenis kelamin
Hasil dari data statistik menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah wanita dengan rentang kecemasan mulai dari sedang sampai dengan tinggi. Menurut Marini (2008) wanita lebih rentan
7
terhadap gangguan mental emosional karena terdapat perubahan hormonal serta perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan. Wanita memiliki karakterisik dengan ciri lebih mengedepankan emosional daripada rasional. Hasil penelitian Kim (2013) menjelaskan rata-rata mahasiswa keperawatan di Namseoul University in Chungcheongnam-do Korea Selatan yang mengikuti ujian OSCE sebanyak 73 mahasiswa atau 81% adalah perempuan.
3.2.3 Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa sebelum diberikan relaksasi otot progresif
Sebagian besar responden sebelum melakukan relaksasi otot progresif mengalami tingkat kecemasan tinggi. Salah satu penyebabnya karena responden merasa tidak percaya diri dan takut untuk menghadapi ujian OSCA meskipun selama masa pembelajaran di laboratorium responden telah menerima materi dari dosen. Penelitian Rush (2014) menyatakan bahwa 71% responden mengalami kecemasan yang dapat mempengaruhi prestasinya saat melakuakan ujian OSCA.
Kecemasan terjadi sebagai proses respon emosional ketika seseorang merasa takut. Beberapa tanda dan gejala yang menyertainya yaitu ketegangan, ketakutan, dan kewaspadaan (Towsend dalam Pratiwi dan Enita, 2016). Kecemasan yang dialami oleh mahasiswa juga terjadi karena ketidaknyamanan terhadap suatu hal yang akan dihadapi (Nashir,2011). Faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang diantaranya adalah pembentukan karakter individu, pandangan
psikoanalitik, pandangan interpersonal, pandangan perilaku,
pembelajaran dalam keluarga dan faktor biologi (Stuard, 2007) serta perkembangan kepribadian (Maghfirah dalam Prabadewi, M. N., Purwanti, O. S., & Hudiyawati, D., 2016 ).
Beberapa faktor lain disebabkan karena mahasiswa mengalami stress berat (Eswi et al., 2013) , kurangnya menghafal dan belajar ketika menghadapi ujian dan beban pikiran yang terlalu banyak (Risma, 2015). Kecemasan yang tinggi tersebut membuat konsentrasi
8
mahasiswa mulai menurun sehingga mampu mempengaruhi ujian OSCA yang dijalani oleh mahasiswa (Choiruna et al., 2013). Fidiya (2014) mengemukanan bahwa faktor kesiapan memberikan kontribusi dalam mengantisipasi keadaan yang dialami sehingga menekan timbulnya kekhawatiran. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Amir (2016) yang menjelaskan bahwa tidak ada mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang mengalami kecemasan dalam menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE).
3.2.4 Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa setelah diberikan relaksasi otot progresif
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa setelah melakukan relaksasi otot progresif tingkat kecemasan responden turun menjadi sedang dengan nilai p<0,05. Pemberian relaksasi otot progresif sebelum ujian OSCA selama 10 menit dapat mempengaruhi kondisi responden seperti merasa lebih rileks dan lebih tenang. Menurut Casey & Benson (2006) keadaan otot seorang yang mengalami kecemasan akan lebih tegang sehingga saraf simpatis menjadi aktif. Relaksasi mempunyai efek menenangkan sehingga tubuh menjadi lebih ringan. Perubahan yang terjadi selama relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom.
Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan sistem simpatis menjadi dominan parasimpatis. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap turunnya tingkat hipersekresi katekolamin dan meningkatnya hormon
parasimpatis serta neurotransmiter seperti DHEA
(Dehidroepinandrosteron) dan dopamine atau endorfin. Regulasi sistem parasimpatis ini akhirnya menimbulkan efek ketenangan. Penelitian tentang relaksasi progresif terhadap kecemasan juga pernah dilakuakn oleh Pratiwi (2010) terhadap 30 pasien skizofrenia di RSJD Surakarta dengan hasil relakasasi memiliki pengaruh dalam penurunan tingkat kecemasan pasien.
9
3.2.5 Efektivitas relaksasi progresif terhadap perubahan kecemasan Berdasarkan hasil penelitian diketehui bahwa terdapat pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan. Tingkat Kecemasan responden turun menjadi lebih rendah dengan nilai p = 0,004. Menurut Jacobson (1938) dalam S. Kobayashi & K. Koitabashi
(2016) relaksasi otot prgogersi dapat mengurangi ketegangan subjektif dan berpengaruh terhadap proses fisiologis lainnya. Payne (2000) dalam Tsitsi, et al (2015) mengemukakan bahwa relaksasi otot berjalan bersama dengan respon otonom dari saraf parasimpatis, sehingga denyut jantung, presure darah, tingkat pernapasan dan ketegangan otot dapat teratur. Keadaan ini menciptakan perasaan ketenangan dan kontrol. Hasil penelitian Fidment (2012) di Universitas Sheffield Hallam Inggris menjelaskan bahwa mahasiwa saat menjalani ujian OSCA banyak mengalami kecemasn, namun stategi koping yang dilakukan serta persiapan diri pada mahasiswa yang baik dapat meningkatkan kepercayaan diri sehingga kecemasan menjadi menurun. 4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Pelaksanaan relaksasi progresif hanya diberikan satu kali terapi, sehingga skor kecemasan masih cenderung tinggi. Peneliti tidak mengukur tekanan darah, denyut nadi responden. Ujian OSCA dengan sistem kloter membuat peneliti mendapatkan responden kurang dari 30 mahasiswa.
4.2 Saran
Bagi responden atau mahasiwa diharapkan untuk lebih giat dalam berlajar agar kepercayaan diri menjadi lebih baik. Mahasiswa dapat menggunakan teknik relaksasi otot progresif sebagai salah satu teknik dalam mengurangi tingkat kecemasan sebelum melakukan ujian OSCA.
10
Bagi peneliti lainhasil dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut. Peneliti lain dapat mengembangkan tentang faktor yang mempengaruhi kecemasan mahasiswa sebelum menghadapi ujian OSCA.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, P., & Sofya, P. A. (2016). Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Objective Structured Clinical Examination (OSCE)(Studi pada Peserta UKMP2DG Unsyiah Periode II Tahun 2016). Journal Caninus Dentistry, 1(4), 26-31.
Casey, A., & Benson, H. (2006). Menggunakan Respon Relaksasi Untuk
Menurunkan Tekanan Darah. alih bahasa Nirmala Dewi, Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer.
Choiruna, H. P., Erlyani, N., & Agustina, R. (2016). Penayangan Film Kartun Komedi Terhadap Tingkat Kecemasan Sebelum Osce Pada Mahasiswa Psik Fk Unlam. Dunia Keperawatan, 1(1), 1-7.
Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Dewi, E., Pusparatri, E., & Kep, S. (2016). Kecemasan Mahasiswa Sarjana Keperawatan Saat Menghadapi Ujian Osca Komprehensif Di Universitas
Muhammadiyah Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Eswi, A., Samy, A., & Shaliabe, H. (2013). OSCE in maternity and community health nursing: Saudi nursing student’s perspective. American Journal of
Research Communication, 1(3), 143-62.
Fidment, S. (2012). The Objective Structured Clinical Exam (OSCE): A qualitative study exploring the healthcare student’s experience. Student
engagement and experience journal, 1(1), 1-18.
Kim, J. H., & Kim, H. J. (2013). Relationships between the Objective Structured Clinical Examination, Depression Cognitive Scale, Self-Efficacy, and
Problem Solving Strategies of Sophomore Nursing Students.
International Journal of Bio-Science and Bio-Technology, 5(4), 73-80.
Kobayashi, S., & Koitabashi, K. (2016). Effects of progressive muscle relaxation on cerebral activity: An fMRI investigation. Complementary therapies in
medicine, 26, 33-39.
Nindita Prabadewi, M., Purwanti, O. S., & Hudiyawati, D. (2016). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Kadar Gula Darah Pada Klien Diabetes Melitus
11
Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Jayengan Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Naskah Publikasi. Diterima dari http://eprints.ums.ac.id/44693/ . Diakses pada tanggal 22 Januari 2018.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian
keperawatan. Salemba Medika.
Pratiwi, A., & Ari, P. L. D. (2010). Pengaruh relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa daerah Surakarta.
Publikasi Ilmiah. Diterima dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/3644. Diakses pada tanggal 15 Juni 2017.
Pratiwi, A., & Dewi, E. (2016). Model Orientasi Realita Pada Pasien Gangguan Jiwa dengan Pengalaman Halusinasi Pendengaran (Reality Orientation Model For Mental Disorder Patients Who Experienced Auditory Hallucinations). Jurnal INJEC Vol. 1 No. 1, 82-89.
Pratiwi, A., & Dewi, E. (2016). Reality orientation model for mental disorder patients who experienced auditory hallucinations. Jurnal INJEC Vol, 1, 82-89.
Risma, G. B. (2015). Kecemasan dalam Objective Structured Clinical Examination (OSCE). Jurnal Agromedicine, 2(4), 419-424.
Rush, S., Ooms, A., Marks-Maran, D., & Firth, T. (2014). Students' perceptions of practice assessment in the skills laboratory: An evaluation study of OSCAs with immediate feedback. Nurse education in practice, 14(6), 627-634.
Stuart, G. W. Laraia.(2007). (2007). Primciples and Practice of Psychiatric
Nursing. USA: Mosby Company.
Tsitsi, T., Charalambous, A., Papastavrou, E., & Raftopoulos, V. (2017).
Effectiveness of a relaxation intervention (progressive muscle relaxation and guided imagery techniques) to reduce anxiety and improve mood of parents of hospitalized children with malignancies: A randomized controlled trial in Republic of Cyprus and Greece. European Journal of