• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELAKSASI OTOT PROGRESIF DALAM MENURUNKAN TINGKAT NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RELAKSASI OTOT PROGRESIF DALAM MENURUNKAN TINGKAT NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

Septy Nur Aini1 . Suyadi2 . Arum Dwi Harjayanti3 Akademi Keperawatan YAPPI Sragen Email : arumdwiharjayanti@gmail.com

Abstrak

Latar belakang: Gastritis adalah iritasi dan peradangan yang dapat mengikis lapisan lambung yang

menyebabkan nyeri. Nyeri tersebut diakibatkan iritasi pada mukosa lambung yang merangsang nosiseptor nyeri pada otot lambung. Relaksasi Otot Progresif merupakan terapi nonfarmakologi untuk menurunkan tingkat nyeri. Tujuan. Tujuan dari studi kasus ini adalah Untuk menganalisis Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis. Metode. Desain yang digunakan adalah studi kasus deskritif dengan satu subyek studi kasus. Instrumen yang digunakan Format asuhan keperawatan medikal bedah, lembar indikator keberhasilan tindakan, dan SOP Relaksasi Otot. Hasil. Hasil pengkajian didapatkan data nyeri, provocative nyeri perut, quality tertusuk-tusuk, region perut bagian kiri, scale 6, time hilang timbul. Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah relaksasi otot progresif. Hasil evaluasi menunjukkan adanya perubahan tingkat nyeri dari skala 6 menjadi 2.

Kesimpulan. Relaksasi Otot Progresif dapat menurunkan tingkat nyeri pada asuhan keperawatan

gastritis.

Kata Kunci: Relaksasi Otot Progresif, Nyeri, Gastritis

PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION IN REDUCING PAIN LEVELS IN NURSING CARE OF GASTRITIS

Abstract

Background: Gastritis is an irritation and inflammation that can erode the stomach lining which

causes pain .The pain is caused by irritation of the gastric mucosa which stimulates pain nociceptors in the stomach muscles. Progressive Muscle Relaxation is a non-pharmacological therapy to reduce the level of pain. Purpose. The purpose of this case study was to analyze Progressive Muscle Relaxation in Reducing Pain Levels in Nursing Care of Gastritis. Method. The design used was a descriptive case study with one case study subject. The instuments used were the format of surgical medical nursing care, an indicator sheet of interventions, and SOP for Progressive Muscle Relaxation. Results. The results of the study showed data on pain, provocative abdominal pain,with prickling quality on left abdominal region, scale 6,and the pain didn’t always appear. Nursing diagnoses was acute pain related to biological injury agents. The nursing intervention taken was progressive muscle relaxation. Evaluation results showed the change of pain levels from scale of 6 to 2. Conclusions. Progressive Muscle Relaxation can reduce pain levels in nursing care of gastritis.

(2)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019) PENDAHULUAN

Gastritis merupakan gangguan kesehatan terkait dengan proses pencernaan terutama lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan karena proses peremasan yang terjadi terus menerus selama hidup. Selain itu, lambung bisa mengalami kerusakan jika sering kosong karena lambung meremas hingga dinding

lambung lecet atau luka

(LeMone,dkk, 2016).

Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena

kanker lambung hingga

menyebabkan kematian. Gastritis dapat menyebabkan perubahan di dalam sel dari lapisan perut yang mendorong ke arah kekurangan gizi, limfoma, atau kanker lambung. Pasien diopname, terutama dalam kondisi kritis, perlu mendapatkan

medikasi pencegahan untuk

menghindari pengembangan radang lambung (Mulyanti, 2013).

Menurut data World Health Organization (2016), penyakit gastritis mengalami peningkatan setiap tahunnya dari data terdapat laki-laki sebanyak 221,970 kasus dan

perempuan 845,575 kasus. Selain itu disetiap usia memiliki angka kejadian yang berbeda-beda antara lain laki-laki (15-29 tahun) 8,545 kasus dan perempuan (15-29 tahun) 36,437 kasus. Dari data tersebut perempuan lebih sering mengalami sakit gastritis ketimbang pria.

Biasanya perempuan lebih

menginginkan bentuk tubuh ideal. Hal tersebut berkaitan dengan pola makan yang kurang sehat dan seimbang (Supetran, 2016).

Data untuk Indonesia menurut WHO angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk atau sebesar 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan di Indonesia tahun 2016, gastritis merupakan salah satu penyakit dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 30.154 kasus (4,9%) (Jimkesmas, 2017) .

Provinsi Jawa Tengah

menyebutkan prevelensi angka kejadian gastritis didaerah Jawa Tengah meliputi daerah Temanggung laki-laki 495 kasus, perempuan 513

(3)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

dengan jumlah 1008 kasus, di daerah Banjarnegara 9,373 dan di daerah Sragen 7,735 kasus (Dinkes Jawa Tengah, 2018).

Menurut data rekam medis tahun 2018 di Rumah Sakit Dr. Moewardi prevelensi penyakit yang ada di daerah Surakarta gastritis menduduki peringkat ke 6 pada pasien rawat inap. Adapun hasil di Rumah Sakit Moewardi Daerah Surakarta pada tahun 2018 ,pasien yang mengalami gastritis yaitu 119 pasien ( Periode 1 Maret S/D 31 Maret 2018).

Salah satu manifestasi klinis yang terjadi pada pasien gastritis adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri

epigastrium. Nyeri adalah

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Price, 2010). Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis, menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll),

interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Suratun, 2010).

Respon nyeri yang mengalami gastritis juga disebabkan salah satunya adalah ketidakteraturan makan. Orang yang memiliki kebiasaan makan tidak teratur mudah terserang penyakit ini. Hal ini sesuai teori menyatakan bahwa pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri (Saydam, 2011).

Untuk mengurangi nyeri tersebut dapat dilakukan tehnik relaksasi progresif dimana tehnik memusatkan perhatian pada suatu

aktivitas otot, dengan

mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Tyani., et al. 2015).

Pendapat Prio (2009), relaksasi otot skeletal dipercaya dapat

menurunkan nyeri dengan

merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode

(4)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri. Sedangkan setelah diberikan relaksasi otot progresif pada pasien gastritis mengalami penurunan skala nyeri karena pasien sudah tidak terfokus lagi pada rasa sakitnya itu. Sehingga hipotalamus tidak mengaktifkan mediator nyeri

Hasil penelitian Melisa (2013), tentang efektivitas pemberian teknik relaksasi progresif dalam penurunan nyeri pasien gastritis akut dengan hasil dari 25 responden tingkat nyeri pada pasien gastritis akut sebelum pemberian teknik relaksasi progresif adalah nyeri ringan sebanyak 4 orang (16%), nyeri sedang yaitu sebanyak 16 orang (64 %), nyeri berat terkontrol sebanyak 5 orang (20%). Tingkat nyeri pada pasien gastritis akut sesudah pemberian teknik relaksasi progresif adalah tidak ada nyeri sebanyak 1 orang (4%), nyeri ringan sebanyak 12 orang (48%), nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (28 %), nyeri berat terkontrol sebanyak 5 orang (20%). .

Menurut hasil penelitian Iwayan (2016), menunjukkan setelah diberikan relaksasi otot progresif sebagian besar pasien sudah tidak mengalami nyeri.setelah diberikan relaksasi otot progresif pasien merasakan nyerinya berkurang, karena gerakan-gerakan yang telah diberikan secara perlahan membantu merilekskan saraf baik yang simpatis maupun yang parasimpatis. Saraf yang rileks menurunkan rasa nyeri secara perlahan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil judul penelitian " Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan Tingkat Nyeri pada Asuhan Keperawatan Gastritis ".

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan case study research (Studi kasus) yang meliputi pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian studi kasus ini dilakukan di Ruang Flamboyan 8 RSUD Dr.Moewardi Surakarta.

Subjek studi kasus ini adalah pasien yang dirawat di Ruang

(5)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

Flamboyan 8 sejumlah 1 orang , dengan kriteria: bersedia menjadi partisipan, pasien mengeluhkan nyeri

atau menunjukkan tanda objektif nyeri.

Metode pengumpulan data yang dipakai yaitu meliputi: observasi dan pemeriksaan, wawancara, metode pengukuran, metode dokumentasi sedangkan instrumen yang digunakan dalam studi kasus yaitu meliputi: lembar asuhan keperawatan KMB, lembar observasi dan SOP (standar operasional prosedur).

HASIL PENELITIAN

Hasil pengkajian didapatkan: pasien menggatakan 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasakan mual tapi tidak muntah, sulit tidur dan nyeri pada perut bagian kiri. Seperti tertusuk-tusuk, nyeri muncul hilang timbul bertambah ketika beraktivitas, skala 6.Dari hasil observasi, Pasien tampak menahan sakit, pasien tampak memegangi area perut saat merasa nyeri.

Berdasarkan dari data tersebut, diagnosis yang muncul pada Ny. S yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis. Perencanaan keperawatan terhadap Ny. S yaitu dengan pemberian relaksasi otot progresif. Tujuan ditetapakan sesuai

NOC yaitu kontrol nyeri dengan diharapkan skala nyeri berkurang dengan kriteria hasil mampu mengenali nyeri, mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, TTV dalam batas normal, melaporkan nyeri terkontrol. Intervernsi yang dilakukan menurut NIC (Nursing Intervention Clasification) adalah relaksasi otot progresif dengan aktivitas intervensi meliputi : definisikan memfasilitasi peregangan dan pelepasan kelompok otot yang akan menghasilkan perbedaan sensasi ,lakukan pengkajian nyeri PQRST, kolaborasi pemberian analgesik, berikan relaksasi otot progresif.

Implementasi/tindakan

keperawatan pada Ny. S yang dapat dilihat pada tabel 1:

Hari/ Tanggal Tindakan keperawat an Respon Pasien Pre Intervensi 7 Desembe Melakukan pengkajian S : Pasien mengatakan

(6)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019) r 2018 Pukul 07.30 nyeri secara komprehens if (PQRST) nyeri pada perut dengan, P : Nyeri perut Q : Tertusuk-tusuk R: Perut bagian kiri S: 6 T: Hilang timbul O : Pasien tampak menahan nyeri Pasien tampak memegangi area perut jika nyeri. 7 Desembe r 2018 Pukul 08.00 Memberika n injeksi Ranitidin 25mg/8 jam S :Pasien mengatakan bagian tangan yang disuntik terasa agak nyeri O : Tidak ada tanda-tanda alergi obat 7 Desembe r 2018 Pukul Mengajarka n teknik relaksasi otot S : Pasien mengatakan merasa agak lebih rileks 10.30 progresif setelah diajarkan teknik relaksasi otot progresif walaupun masih merasakan nyeri O : Pasien tampak lebih rileks setelah diajarkan teknik relaksasi otot progresif Post Intervensi 7 Desembe r 2018 Pukul 08.30 Melakukan pengkajian nyeri secara komprehens if (PQRST) setelah diberikan injeksi analgetik dan latihan teknik relaksasi otot progresif S :Pasien mengatakan nyeri perut berkurang dengan : P : Nyeri perut Q: tertusuk-tusuk R: Perut bagian kiri S : 5 T: Hilang timbul O : Ekspresi

(7)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019) wajah pasien tampak lebih rileks 7 Desembe r 2018 Pukul 11.00 Mengajarka n teknik relaksasi otot progresif S : Pasien mengatakan agak lebih rileks setelah diajarkan teknik relaksasi otot progresif P : Nyeri perut Q: tertusuk-tusuk R: Perut bagian kiri S : 5 T: Hilang timbul O : Pasien tampak lebih rileks Berdasarkan tabel 1,

didapatkan hasil bahwa setelah dilakukan tindakan relaksasi otot progresif pada Ny. S terdapat perubahan nyeri, yaitu pasien mengatakan nyeri berkurang dan skala nyeri berkurang skala 6 menjadi 5. Secara obyektif ekrepresi

wajah pasien tamapak rileks, hasil pemeriksaam tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi rate 20 x/menit suhu 36,8°C.sehingga dapat disimpulkan bahwa relaksasi otot

progresif dapat membantu

menurunkan tingkat nyeri pada asuhan keperawatan gastritis.

PEMBAHASAN

Gastritis adalah suatu proses peradangan pada lambung. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori (Muttaqin, 2011).

Data yang didapatkan pada Ny. S mengatakan nyeri perut bagian kiri dan mual muntah tidak bisa tidur selama 2 hari,dengan nyeri seperti tertusuk-tusuk tidak menyebar hilang timbul. Tanda dan gejala tersebut sesuai dengan tanda dan gejala gastritis yaitu adanya nyeri ulu hati,

(8)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, perut kembung beserta rasa panas dan nyeri perut (Mardena, 2018).

Dari gejala dan teori tersebut ada gejala yang tidak muncul dipasien seperti napsu makan menurun dan rasa panas. Secara umum, perut terasa panas merupakan gejala gangguan pencernaan yang dipicu oleh banyak faktor. Faktor penyebab yang paling sering terjadi adalah refluks asam lambung atau

naiknya asam lambung ke

kerongkongan. Refluks juga dapat

menyebabkan iritasi pada

kerongkongan, sehingga terasa seperti ada yang mengganjal di dada. Refluks juga dapat menyebabkan keluarnya cairan dan isi lambung dari mulut, dan mual muntah yang menyebabkan

pengurangan (nyeri) tanpa analgesik, mengenal apa yang terkait dengan gejala nyeri dan melaporkan nyeri terkontrol.

Hal ini sesuai dengan tujuan keperawatan Nursing Outcome Classification NOC (2013) yaitu mengenali kapan nyeri terjadi, menggambarkan faktor penyebab, menggunakan tindakan Pencegahan,

menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik, mengenal apa yang terkait dengan gejala nyeri dan melaporkan nyeri terkontrol. Sedangkan intervensi yang akan dicapai adalah mengajarkan tindakan relaksasi otot progresif.

Hal ini sesuai dengan intervensi keperawatan Nursing Intervensi Classification NIC (2013) yaitu dengan relaksasi otot progresif . Penulis memilih tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri tersebut dapat dilakukan tehnik relaksasi progresif dimana tehnik memusatkan perhatian pada suatu

aktivitas otot, dengan

mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Tyani., et al. 2015).

Relaksasi otot progresif dilakukan selama 30 menit dapat meningkatkan relaksasi dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter arteriol (Tyani,et al, 2015). Training relaksasi progresif mengajarkan klien secara bertahap mengencangkan dan

(9)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

kemudian merileksasi secara dalam beberapa kelompok otot, dimulai secara sistematik dari satu area tubuh ke area tubuh berikutnya, relaksasi dalam yang dilakukan dari metode ini dapat dilakukan 1 kali sehari untuk menurunkan ansietas dan konsentrasi berlebihan pada otot dan juga dapat meningkatkan onset tidur (Black & Hawks, 2014).

Hasil dari penelitian Supetran (2016), menunjukkan bahwa setelah diberikan relaksasi otot progresif sebagian pasien yang menderita gastritis sudah tidak merasakan nyeri, pasien mengatakan nyerinya berkurang setelah diberikan relaksasi progresif, karena gerakangerakan yang telah diberikan secara perlahan membantu merilekskan sinapsinap saraf baik yang simpatis maupun parasimpatis, saraf yang rileks bisa menurunkan nyeri secara perlahan, sebelum dilakukan tehnik relaksasi progresif pasien gastritis yang mengalami nyeri dikarenakan karena pasien masih berfokus pada titik nyeri sehingga pasien merasakan nyeri yang mungkin hebat, sedangkan setelah dilakukan tehnik relaksasi progresif pasien mengalami penurunan nyeri karena

pasien sudah tidak terfokus lagi pada sakitnya, sehingga hipotalamus tidak mengaktifkan mediator nyeri.

Evaluasi pada Ny. S nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis yang telah dilakukan tindakan keperawatan dengan pemberian relaksasi otot progresif yang hasilnya terbukti efektif untuk menurunkan tingkat nyeri dari skala 6 turun menjadi skala 2. Penurunan tingkat nyeri terjadi setelah dilakukannya relaksasi otot progresif.

Pada hari pertama, turun dari skala 6 menjadi skala 5. Namun, pada hari pertama terdapat beberapa faktor perancu yaitu (1) farmakologi, diimana pasien diberikan relaksasi otot progresif 2 jam lebih 30 menit post pemberian analgesik. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lemone (2015), respon nyeri dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, sosial budaya, layanan antar disiplin,

pengaruh psikologis dan

farmakologi. Hal ini dilakukan karena pasien mengeluh nyeri terus menerus, sehingga peneliti memberikan relaksasi otot progresif pada jam tersebut.

(10)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

Pada hari kedua turun dari skala 5 menjadi sekala 4. Namun sudah tidak dipengaruhi oleh faktor farmakologis, karena terapi diberikan sebelum diberikan obat analgesik.

Pada hari ketiga skala nyeri turun dari skala 3 menjadi skala 2. Penurunan tingkat nyeri berturut turut turun satu skala setiap dilakukannya tindakan relaksasi otot progresif. Namun terjadi penurunan satu skala di setiap harinya tanpa dilakukan relaksasi otot progresif itu terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri pada pasien yaitu: pasien mendapatkan obat analgesik setiap 8 jam sekali

sehingga dapat menurunkan

intensitas tingkat nyeri, dan pasien sudah terbiasa dan beradaptasi dengan nyeri yang dialami, layanan antar disiplin dimana perawat pasien dan keluarga berkolaborasi untuk menurunkan intensitas tingkat nyeri dengan mengajarkan tehnik relaksasi non farmakologi.

Kesimpulan evaluasi

menyatakan untuk hari pertama dari skala 6 menjadi 5, hari kedua skala 5 menjadi 4 dan hari ketiga skala 3 menjadi 2 menunjukkan bahwa relaksasi otot progresif sangat efektif

dalam menurunkan nyeri pada pasien gastritis. Sesuai dengan hasil penelitian Melisa (2013), tentang efektivitas pemberian teknik relaksasi progresif dalam penurunan nyeri pasien gastritis akut dengan hasil dari 25 responden tingkat nyeri pada pasien gastritis akut sebelum pemberian teknik relaksasi progresif adalah nyeri ringan sebanyak 4 orang (16%), nyeri sedang yaitu sebanyak 16 orang (64 %), nyeri berat terkontrol sebanyak 5 orang (20%). Tingkat nyeri pada pasien gastritis akut sesudah pemberian teknik relaksasi progresif adalah tidak ada nyeri sebanyak 1 orang (4%), nyeri ringan sebanyak 12 orang (48%), nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (28 %), nyeri berat terkontrol sebanyak 5 orang (20%).

Dari pernyataan tersebut menunjukkan setelah diberikan relaksasi otot progresif sebagian besar pasien sudah tidak mengalami nyeri. Setelah diberikan relaksasi otot progresif pasien merasakan nyerinya berkurang, karena gerakan-gerakan yang telah diberikan secara perlahan membantu merilekskan saraf baik yang simpatis maupun yang parasimpatis. Saraf yang rileks

(11)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

menurunkan rasa nyeri secara perlahan (Iwayan, 2016).

KESIMPULAN

Pemberian teknik relaksasi otot progresif dapat menurunkan nyeri pada pasien gastritis dengan data nyeri Ny. S berkurang dari skala 6 menjadi skala 2. Diharapkan bagi Rumah Sakit karya tulis ini dapat

digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam memberikan perawatan langsung kepada pasien dengan gastritis yang mengalami nyeri, khususnya dalam tindakan relaksasi otot progresif.

DAFTAR PUSTAKA

Black, J. dan Hawks, J. H. 2014.

Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : Elsevier.

Depkes, RI. 2018. Hasil Utama

RISKESDA 2018. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Lemone. P. dan Burke,Karen.M. 2015. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. (5thed,Vols:2). Jakarta: EGC.

Mardena, Ida. 2018. Asuhan Keperawatan

Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.

Moerhad,S, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th .Indonesian edition. Indonesia: Mocomedia.

Mubarok dan Nurul. 2007. Buku Ajar

Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:

EGC.

Mulyanti, Sri. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Muttaqin, A. 2011. Gangguan

gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta: Salemba Medika.

Prio, A. 2009. “Tesis : Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Respon Nyeri Pada Lanjut Usia Dengan

Gastritis”. Jurnal

UniversitasIndonesia.

http://lib.ui.ac.id Diakses 28 September 2018

(12)

Jurnal Keperawatan CARE, Vol.9 No.1(2019)

Putri, R. 2018. “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Tlogomas Malang”.

Jurnal Nursing Ners. Malang. http://jurnal.psik.ac.id

Diakses 28 September 2018.

Ridwan, I. 2014. “Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk mengurangi Stres”.Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. http://ejournal.umm.ac.id

Diakses 5 Oktober 2018.

Rukmana, L. 2018. “Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Kekambuhan

Gastritis Di SMA N 1 Ngaglik”.

Jurnal universitas Aisyiyah Yogyakarta.

https://digilib.unisayogya.ac.id . Diakses 8 Oktober 2018.

Rendy, M. 2012. Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.

Yogyakarta: Nuha Medikal.

Rosdahl, C., B. & Kowalski, M., T. 2017.

Buku Ajar Keperawatan Dasar (10 th ed). Jakarta: EGC.

Supetran, Iwayan. 2016.”Efektifitas Penggunaan Teknik Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Pasien Gastritis Di Rumah Sakit Daerah Madani Palu”. Jurnal Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Palu. https://jurnal.unismuhpalu.ac.id

Diakses 16 Oktober 2018.

Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Klien

Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info

Media

Tyani, et al. 2015. “Efektifitas Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Esensial”. Jurnal Keperawatan. https://scholar.google.co.id Diakses 16 Oktober 2018.

Yuliana, Nurheti. 2011. Panduan Pencegahan dan Menggatakan Penyakit Maag. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

keluarga Tn.P mengenal masalah kesehatan tentang gastritis, dan penulis berfokus pada upaya penurunan nyeri dan cemas yaitu dengan mengajari klien tehnik relaksasi

Setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada kelompok perlakuan lansia yang mengalami insomnia berat menurun menjadi 0%, lansia yang mengalami insomnia sedang sebesar

Dengan adanya penelitian sebelumnya yang menggunakan relaksasi otot progresif sebagai cara untuk mereduksi stres pada penderita penyakit kronis, maka peneliti ingin

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan sebelum

Perbedaan kecemasan karena pada kelompok intervensi sebelum dilakukan pengukuran tingkat kecemasan terlebih dahulu diberikan tindakan relaksasi otot progresif yang

Hasil penelitian yang melibatkan 7l pasien kanker payudara menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat mengurangi durasi dan intensitas mual dan muntah

Berdasarkan hasil penerapan diatas menurut analisa penulis relaksasi otot progresif dapat membantu menurun-kan tingkat kecemasan pada pasien kanker paru yang

Hasil penelitian dari sebelum dan sesudah dilaksanakan relaksasi otot progresif yakni p = 0,000 (α < 0,05) yang berarti ada pengaruh relaksasi otot progresif