• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1.1.b SK KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS

N/A
N/A
Agus

Academic year: 2024

Membagikan "3.1.1.b SK KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN

Jl. Aria Natamanggala – Cianjur 43292

Telp : (0263) 264274 E-mail : puskesmaskademangan@gmail.com

KEPUTUSAN

KEPALA UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN Nomor : 870/60/SK/Pkm-Kdm/I/2023

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN,

Menimbang : a. bahwa kebutuhan pasien perlu diperhatikan, diupayakan dan dipenuhi sesuai dengan misi dan sumber daya yang tersedia di puskesmas;

b. bahwa keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dapat diperoleh pada saat pendaftaran, jika kebutuhan pasien tidak dipenuhi maka dapat dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Keselamatan pasien dan petugas sudah harus diperhatikan sejak pertama pasien kontak dengan puskesmas, dengan demikian prosedur pendaftran sudah mencerminkan penerapan upaya keselamatan pasien, terutama daalm identifikasi pasien;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a dan b tersebut diperlukan keputusan kepala UPTD Puskesmas Kademangan tentang Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Kademangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Praktik dan Pelaksaan Praktik Kedokteran;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Trapis Gigi dan Mulut;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;

(2)

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47 tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019 tentang Puskesmas;

11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas;

12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.

01.07/MENKES/1186/2022 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Faslitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN.

KESATU : Kebijakan pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Kademangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini;

KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : CIANJUR

Pada tanggal : 09 Januari 2023 KEPALA UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN,

E. HANNY WINDYALARAS

(3)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN

NOMOR : 870/60/SK/Pkm-Kdm/I/2023 TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS PELAYANAN KLINIS UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN

A. PENDAFTARAN PASIEN

1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.

2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Pendidikan minimal SMA/SMK.

2) Berpenampilan menarik.

3) Mampu berbahasa Sunda atau Indonesia dengan baik.

4) Memahami alur pendaftaran pasien puskesmas.

5) Memiliki pengetahuan mengenai sistem pembiayaan pasien (Jaminan, BPJS, Umum).

6) Memiliki pengetahuan tentang jenis pelayanan yang dimiliki Puskesmas Pagelaran.

7) Memilliki pengetahuan dasar rekam medis.

8) Memiliki pengetahuan dasar tentang triase pasien.

3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien.

4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari cara identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir pasien, alamat/tempat tinggal, dan nomor rekam medis.

5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis pelayanan, dan informasi tentang kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran.

6. Penyampaian informasi tentang Hak dan Kewajiban kepada pasien 7. Penandatangan general consent untuk pasien dengan kunjungan baru

8. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib diidentifikasi dan ditindak lanjuti.

B. PENGKAJIAN, KEPUTUSAN, DAN RENCANA LAYANAN

1. Kajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang kompeten melakukan pengkajian.

2. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan.

3. Proses kajian dilakukan mengacu standar profesi dan standar asuhan

4. Proses kajian dilakukan dengan memperhatikan tidak terjadinya pengulangan yang tidak perlu.

5. Informasi kajian baik medis, keperawatan, kebidanan, dan profesi kesehatan lain wajib diidentifikasi dan dicatat dalam rekam medis.

6. Proses kajian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah SOAP.

7. Pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam pelayanan.

8. Kajian dan perencanaan asuhan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang kompeten berupa pelayanan medis dan asuhan keperawatan (10 besar penyakit ).

9. Jika dilakukan pelayanan secara tim, tim kesehatan antar profesi harus tersedia.

10. Pendelegasian wewenang baik dalam kajian mapun keputusan layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenang.

11. Pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang memenuhi persyaratan.

12. Proses kajian, perencanaan, dan pelaksanaan layanan dilakukan dengan peralatan dan tempat yang memadai.

(4)

13. Peralatan dan tempat pelayanan wajib menjamin keamanan pasien dan petugas.

14. Rencana layanan dan pelaksanaan layanan dipandu oleh prosedur klinis yang dibakukan.

15. Jika dibutuhkan rencana layanan terpadu, maka kajian awal, rencana layanan, dan pelaksanaan layanan disusun secara kolaboratif dalam tim layanan yang terpadu.

16. Rencana layanan disusun untuk tiap pasien, dan melibatkan pasien

17. Penyusunan rencana layanan mempertimbangkan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan tata nilai budaya pasien.

18. Rencana layanan disusun dengan hasil dan waktu yang jelas dengan meperhatikan efisiensi sumber daya.

19. Risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan layanan harus diidentifikasi.

20. Efek samping dan risiko pelaksanaan layanan dan pengobatan harus diinformasikan kepada pasien.

21. Rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.

22. Rencana layanan harus memuat pendidikan/penyuluhan pasien.

C. PELAKSANAAN LAYANAN;

1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis.

2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi kesehatan yang lain

3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.

4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam medis.

5. Dilakukan koordinasi dengan petugas kesahatan lain untuk menjamin perolehan dan pemanfaatan informasi tersebuut secara tetap waktu.

6. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis.

7. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan.

8. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent) wajib didokumentasikan.

9. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.

10. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut.

11. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat.

12. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi.

13. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan universal).

14. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.

15. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan indikator yang jelas.

16. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.

17. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindak lanjuti.

18. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu.

19. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya.

20. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.

21. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain.

22. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh prosedur yang baku.

23. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.

(5)

24. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku.

25. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang kompeten.

26. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus mendapatkan informed consent.

27. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan.

28. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai dengan rencana layanan.

D. RENCANA RUJUKAN

1. Rujukan pasien dipandu oleh prosedur yang baku.

2. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses rujukan.

3. Selama rujukan perawat atau bidan melakukan monitoring keadaan pasien.

4. Umpan balik dari fasilitas rujukan wajib ditindak lanjuti oleh dokter yang menangani.

5. Jika pasien tidak mungkin dirujuk, puskesmas wajib memberikan alternatif pelayanan.

6. Rujukan pasien harus disertai dengan resume klinis.

7. Resume klinis meliputi: nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tindakan yang telah dilakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut.

8. Pasien diberi informasi tentang hak untuk memilih tempat rujukan.

9. Pasien dengan kebutuhan khusus perlu didampingi oleh petugas yang kompeten.

10. Kriteria merujuk pasien meliputi salah satu dari:

1) Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.

2) Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi.

3) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.

4) Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

11. Pada saat pemulangan, pasien/keluarga pasien harus diberi informasi tentang tindak lanjut layanan.

KEPALA UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN,

E. HANNY WINDYALARAS

(6)

PEDOMAN

KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan peningkatan pembangunan di segala bidang maka perubahan sistem nilai di masyarakat semakin berkembang. Pengetahuan dan pendidikan yang meningkat menyebabkan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang bermutu seperti pelayanan kesehatan semakin tinggi. Pelayanan kesehatan di Puskesmas sesungguhnya tidak hanya memberikan pelayanan medis professional namun juga memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Selain mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, pelanggan /pasien dan keluarga pasien juga mengharapkan kenyamanan dan keamanan baik dari segi petugas yang cekatan dan terampil, kenyamanan ruang tunggu, antrian yang tidak terlalu lama, kebersihan ruangan dan toilet serta sikap ramah sopan dan santun dari petugas puskesmas dalam melayani.

Selain itu pelayanan klinis puskesmas merupakan salah satu tempat pertama, yang diharapkan pelanggan/pasien dan keluarga pasien bahkan sebagai tempat pemberi informasi yang jelas sebelum mendapatkan tindakan/pelayanan berikutnya bahkan sampai memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Saat ini upaya peningkatan mutu pelayanan terus dilakukan terutama mutu pelayanan klinis sehingga diharapkan dapat terwujud pelayanan klinis yang bermutu tinggi ditunjang dengan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang berkualitas dan memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Untuk itu perlu disusun pedoman yang diharapakan menjadi acuan bagi peningkatan penyelenggaraan pelayanan klinis yang professional dan bermutu.

B. TUJUAN PEDOMAN 1. Tujuan Umum:

Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan klinis yang profesional dan bermutu di UPTD Puskesmas Kademangan.

2. Tujuan Khusus:

1.1 Terselenggaranya pelayanan klinis yang professional dan bermutu tinggi

1.2 Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Kademangan.

1.3 Terlaksananya perbaikan berkelanjutan pada pelayanan klinis UPTD Puskesmas Kademangan.

1.4 Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan/pasien terhadap pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Kademangan.

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN

NOMOR : 870/60/SK/Pkm-Kdm/I/2023 TENTANG : KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS

(7)

C. SASARAN PEDOMAN

Semua penyelenggara pelayanan klinis baik itu staf medis (dokter/dokter gigi), paramedis (perawat, bidan), tenaga kesehatan lainnya (nutrisionis/ahli gizi, sanitarian, analis/laboratorium, apoteker/farmasitenaga kesehatan masyarakat, dan tenaga non kesehatan (administrasi, loket dan rekam medik, sopir, cleaning service, keamanan) serta pasien yang terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan pelayanan klinis di UPTD Puskesmas Kademangan dan jaringannya.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Ruang lingkup pedoman pelayanan klinis ini adalah pelayanan kesehatan perseorangan tingkat pertama meliputi rawat jalan, pelayanan gawat darurat, dan .

UPTD Puskesmas Kademangan memiliki beberapa unit pelayanan klinis:

1. Unit pendaftaran dan rekam medis 2. Poli Umum

3. Poli Gigi 4. Poli KIA/KB 5. Poli MTBS/DDTK 6. Konseling Terpadu 7. Klinik TB

8. Unit Obat/Kefarmasian 9. Unit Laboratorium 10. RGD

11. Kamar Bersalin

E. BATASAN OPERASIONAL a. Unit Pelayanan Administrasi

Unit Pendaftaran dan rekam medis adalah unit yang melayani pendaftaran pasien baru dan pasien lama yang akan mendapatkan pelayanan rawat jalan beserta rekam medisnya.

b. Unit Pelayanan Klinis

1. Poli Umum adalah unit pelayanan yang melayani pemeriksaan kesehatan umum dewasa dan anak diatas 5 tahun.

2. Poli Gigi adalah unit pelayanan yang melayani pemeriksaan gigi dan mulut.

3. Poli KIA/KB adalah unit pelayanan yang melayani kesehatan ibu anak dan KB yang meliputi pemeriksaaan ibu hamil (antenatal care), pemeriksaan IVA, imunisasi, pelayanan KB (pil, suntik, implant, IUD).

4. Poli MTBS/DDTK adalah unit pelayanan yang melayani manajemen terpadu balita sakit dan deteksi dini tumbuh kembang anak pada pasien bayi balita umur 0-59 bulan.

5. Poli Gizi adalah pelayanan gizi yang berupa konsultasi/konseling gizi.

6. Poli PKPR adalah unit pelayanan yang melayani konsultasi remaja usia 10-19 tahun.

7. Unit Promosi Kesehatan melayani konsultasi/konsultasi, pemberian informasi kesehatan.

8. Klinik TB/Kusta adalah unit pelayanan yang melayani konsultasi dan pemberian obat pada penderita TB dan Kusta.

9. Unit Gawat Darurat (UGD) adalah unit pelayanan yang menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera atau rujukan dari poli umum/gigi yang memerlukan tindakan medik dan melakukan rujukan emergensi ke Rumah Sakit bila diperlukan.

10. adalah unit pelayanan yang melayani pasien yang memerlukan

11. Kamar Bersalin adalah unit pelayanan yang melayani ibu hamil yang akan melahirkan 12. Unit Laboratorium adalah unit pelayanan yang melayani pemeriksaan darah, urine,

feces, kimia darah, dahak/sputum (dan lain-lain)

13. Unit Obat adalah unit pelayanan yang melayani pemberian obat melalui resep dokter atau dokter gigi dan paramedis (bidan/perawat) yang telah diberikan pendelegasian wewenang dari dokter/dokter gigi.

(8)

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI KETENAGAAN

Kualifikasi ketenagaan yang ada di UPTD Puskesmas Kademangan dan jaringannnya (Pustu, Poskesdes) adalah sebagai berikut:

NO JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH JUMLAH YG ADA SEKARANG

1 Kepala Puskesmas S2 Keperawatan 1 1

2 Kasubbag tata usaha S1 Keperawatan 1 1

3 Staf administrasi dan Tata Usaha

SMA

D III Manajemen Informatika

1 1

1 1

4 Dokter S1 Kedokteran Umum 2 2

5 Dokter Gigi S1 Kedokteran Gigi + Profesi Dokter Gigi

1 1

6 Perawat S1 Keperawatan+ NERS

D III Keperawatan SPK

5 3

5 3

7 Perawat Gigi D III Kesehatan Gigi 1 1

8 Bidan S1 Kebidanan

DIII Kebidanan

9 13

9 13

9 Nutrisionis DIII Gizi 1 1

10 Apoteker SI Farmasi + Profesi Apoteker

1 1

11 Sanitarian DIII Kesehatan

Lingkungan

1 1

12 Penyuluh Kesehatan Masyarakat

S1 Kesehatan Masyarakat - -

13 Penata Laboratorium DIII Analis Kesehatan 1 1

14 Sopir SMA 1 1

15 Petugas Kebersihan SMA 1 1

16 Petugas Keamanan (penjaga malam)

SMA - -

Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam pelayanan klinis mulai dari Kepala Puskesmas, dokter, perawat, bidan, nutrisionis, analis, apoteker, sanitarian, sarjana kesehatan masyarakat, petugas administrasidan tata usaha, petugas rekam medis, kasir, petugas kebersihan, sopir, dan petugas keamanan

(9)

B. JADWAL KEGIATAN, TERMASUK PENGATURAN JAGA

Pengaturan jadwal jaga UGD dikoordinir oleh penanggung jawab UGD yang disesuaikan dengan jadwal kegiatan puskesmas lainnya (jadwal posyandu, jadwal jaga poli, dan lain-lain)

NO JENIS PELAYANAN WAKTU PELAYANAN

HARI JAM

1. Unit Pendaftaran dan Rekam Medik

Senin s/d Kamis Jumat

Sabtu

07.30 - 12.00 07.30 - 11.00 07.30 - 12.00 2. Pemeriksaan Kesehatan Umum (Poli Umum) Senin s/d Sabtu 07.30 - selesai 3. Pemeriksaan Kesehatan Gigi -Mulut (Poli

Gigi)

Senin s/d Sabtu 07.30 - selesai 4. Pemeriksaan Kesehatan Anak (Poli

DDTKA/MTBS)

- Pemeriksaan bayi dan balita

Senin s/d Sabtu 07:30 - selesai 5. Pemeriksaan Kesehatan Ibu

- Pemeriksaan kehamilan - Pemeriksaan IVA

Senin s/d Sabtu 07:30 - selesai 6. Pelayanan KB (KB Suntik, KB Pil, IUD, dan

Implant) Senin s/d Sabtu 07:30 - selesai

7. Konseling Terpadu Senin s/d Sabtu 07:30 - selesai

8. Klinik TB Senin s/d Sabtu 07:30 - selesai

9.

Pelayanan Imunisasi - Imunisasi bayi/balita - Imunisasi TT

Senin s/d Sabtu Senin s/d Sabtu

07:30 - selesai 07:30 - selesai 10. Kefarmasian /Unit obat Senin s/d Sabtu 07:30 - selesai

11. Laboratorium Senin s/d Sabtu 07:30 - selesai

12. Unit Gawat Darurat (UGD) Senin s/d Minggu 24 Jam 13. Persalinan (Kamar Bersalin) Senin s/d Minggu 24 Jam

(10)

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS

UPTD Puskesmas Kademangan memiliki jejaring 1 pustu, dan 1 polindes.

PINTU MASUK DEPAN

R.

TB PARU

R.

REKA M MEDIS

R.

PENDAFATAN R. TUNGGU

R.

PEMERIKSAAN GIGI

R. MTBS/ DTK

R.

LABORATORIUM

R. GAWAT DARURAT

R. ASI R. PEMERIKSAAN UMUM

R. FARMASI

R.

KONSELING TERPADU

LINEN

PINTU MASUK

K.

MANDI PASIEN PRIA

R.

USG

R.

STERILI SASI

R. KIA

R. GUDANG OBAT

R. LIMBAH SEMENTARA

K. MANDI PEGAWAI

R. KANTOR

R. UKP DAN MUTU

R. UKM

R. AULA

R. KEPALA PUSKESMAS R. KOPERASI

R. GUDANG

K. MANDI PASIEN WANITA

TEMPAT WUDHU

R. PENYIMPANAN VAKSIN R. LABORATORIUM

R. TATA USAHA

(11)

UPTD Puskesmas Kademangan adalah puskesmas kawasan pedesaan tanpa yang memiliki fasilitas sebagai berikut:

NO. NAMA RUANG KETERANGAN

Ruang Kantor

1 Ruangan administrasi kantor/Tata Usaha

- 2 Ruangan Kepala Puskesmas - 3 Ruang Rapat/Pertemuan

Dapat digunakan untuk kegiatan lain dalam mendukung pelayanan kesehatan (ruang multifungsi)

Ruang Pelayanan

4 Ruang pendaftaran dan rekam medik

Belum memadai

5 Ruang tunggu Ada

6 Ruang pemeriksaan umum (poli umum)

1 ruangan terdapat 1 bed pemeriksaan 7 Ruang pemeriksaan kesehatan

gigi dan mulut (poli gigi)

1 ruangan terdapat meja periksa gigi 8 Ruangan KIA/KB 1 ruangan terdapat 1 bed pemeriksaan 9 Ruangan DDTK/MTBS 1 ruangan terdapat 1 bed pemeriksaan 10 Ruangan Konseling Terpadu 1 ruangan terdapat tanpa bed pemeriksaan 11 Ruangan klinik TB 1 ruangan terdapat tanpa bed pemeriksaan 14 Ruang farmasi/unit obat 1 ruangan

15 Ruang gudang obat 1 ruangan

16 Laboratorium 1 ruangan

17 Ruang UGD/Tindakan 1 ruangan dengan 2 bed pemeriksaan 18 Ruangan persalinan Belum memadai

20 Kamar mandi/ WC pasien 2 ruangan (Wanita dan Pria) 22 Kamar mandi /WC untuk petugas 1 ruangan

23 Ruangan jaga petugas Tidak ada 24 Ruangan sterilisasi 1 ruangan 25 Ruangan cuci linen Tidak ada

Pendukung

26 Rumah dinas tenaga kesehatan 1 rumah dinas 27 Parkir kendaraan roda 2 dan 4 Belum memadai

28 Garasi ambulans, Belum memadai

(12)

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN

Lingkup kegiatan pelayanan klinis ini untuk melakukan tata laksana pelayanan terhadap pasien, yaitu:

1. Pasien umum, Pasien BPJS (Askes PNS/TNI POLRI, Jamkesmas/Kartu Indonesia Sehat, BPJS Mandiri, BPJS Ketenagakerjaan), Gratis (pasien program/gratis lainnya).

2. Layanan Gawat Darurat dan

Kegiatan layanan klinis gawat darurat terhadap pasien ini mencakup:

a. Pendaftaran pasien dan rekam medis

b. Pengkajian, keputusan, rencana klinis pasien c. Pelaksanaan layanan klinis pasien

d. Rencana rujukan/pemulangan pasien B. METODE

a. Pendaftaran Pasien dan Rekam Medis

Metode yang dilakukan pada pendaftaran pasien menggunakan metode antrian dan untuk rekam medis menggunakan metode pemberian nomor secara unit. Metode pemberian nomor secara unit, pada pasien datang pertama kali untuk berobat jalan maka pasien tersebut mendapat satu nomor rekam medis. Yang mana pada nomor tersebut akan dipakai selamanya untuk melakukan kunjungan-kunjungan selanjutnya.

Dan berkas rekam medis tersebut akan tersimpan dalam satu berkas dengan nomor pasien berdasarkan per tempat tinggal (desa) dan luar wilayah.

b. Metode Pengkajian, keputusan, rencana layanan klinis, dan pelaksanaan layanan serta rencana rujukan dan pemulangan pasien meliputi:

1. Anamnesis

Hasil anamnesis berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering disampaikan oleh pasien atau keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit yang diderita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor resiko, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus diperoleh dokter dari pasien atau keluarga pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.

2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)

Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang spesifik, mengarah kepada diagnosis penyakit (pathognomosis). Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan fisik lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter untuk memastikan diagnosis serta menyingkirkan diagnosis banding.

3. Penegakan Diagnosis (Assesment)

Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah menjadi standar logaritma penegakkan diagnosis. Selain itu, bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding, dan komplikasi penyakit.

4. Rencana Penatalaksanaan Komperhensif (Plan)

Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien (patient centered) yang terbagi ats dua bagian yaitu penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi. Selain itu, bagian ini juga berisi edukasi dan konseling

(13)

terhadappasien dan keluarga (family focus), aspek komunitas lainnya (community oriented) serta kapan dokter perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).

Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu dari kriteria “TACC”

(Time Age-Complication Comorbidity) berikut:

Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau

melewati Golsden Time Standart.

Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkan

resiko komplikasi serta resiko kondisi penyakit lebih berat.

Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi pasien.

Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat kondisi

pasien.

Selain empat kriteria diatas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.

(14)

C. LANGKAH KEGIATAN

Tata laksana pelayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya dikerjakan secara team work, dilakukan sesuai pelayanan klinis dokter, asuhan keperawatan, asuhan kebidanan, dan terdokumentasikan dengan baik.

a. Pendaftaran pasien

Pada pendaftaran terdapat ketentuan seperti alur pendaftaran sebagai berikut:

ALUR PELAYANAN UNIT PENDAFTARAN

YA

TIDAK

TIDAK

YA

Pasien menyerahkan kartu identitas

Pasien menyerahkan kartu identitas

(15)

Pada proses pendaftaran pasien dipandu dengan prosedur yang jelas dan dilakukan oleh petugas pendaftaran. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengancara identifikasi, yaitu: nama pasien, tanggal lahir, alamat dan nomor rekam medis.

Adanya informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersedia, dan informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif, jenis, dan informasi tentang kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harus dapat disediakan di tempat pendaftaran. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.

1. Hak-hak pasien meliputi:

a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di puskesmas.

b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

c. Memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujue, dan tanpa deskriminasi d. Memperoleh pelayanan Kesehatan bertemu sesuai dengan standar profesi

dan standar opresional prosedur.

e. Memperoleh layanan yang efektif dan efesien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi

f. Memilih dokter sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di puskesmas

g. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas

h. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data- data medisnya

i. Memberikan persetujuan atau menolak atas Tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya

j. Mendapat infromasi yang meliputi diagnosis dan tata cara Tindakan medis, tujuan Tindakan medis, alternatif Tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap Tindakan yang dilakukan

k. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan dalam puskesmas

l. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan puskesmas terhadap dirinya

2. Kewajiban pasien meliputi:

a. Memberikan informasi yang lengka dan jujur tentang masalah kesehatannya.

b. Mematuhi nasehat dan petunjuk (pemberi layanan).

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di UPTD Puskesmas Kademangan.

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Melakukan identifikasi kendala fisik, Bahasa, dan budaya serta penghalang lain dan ditindak lanjuti.

a. Pengkajian, keputusan dan rencana layanan

Pengkajian awal dilakukan secara paripurna dilakukan oleh tenaga yang kompeten melakukan pengkajian. Kajian awal meliputi kajian medis, kajian keperawatan, kajian kebidanan, dan kajian lain oleh tenaga profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan diidentifikasi serta dicatat dalam rekam medis dengan langkah SOAP. Proses kajian tersebut mengacu pada standar profesi masing-masing profesi. Dimana proses pelaksanaan pelayanan klinis ini harus didukung oleh peralatan dan tempat yang memadai dan menjamin keamanan bagi petugas dan pasien. Untuk tiap pasien rencana layanan yang disusun dikelola dengan rencana layanan terpadu dan berkesinambungan dan melibatkan pasien

(16)

serta mempertimbangkan tata nilai budaya pasien. Pemberian infomasi mengenai efek samping dan resiko pelaksanaan layanan dan pengobatan diberitahukan kepada pasien begitu juga hal-hal yang memuat pendidikan. Dan penyuluhan pasien dilakukan dalam rencana layanan klinis. Semua hal yang dilakukan selama pengkajian dicatat di rekam medis.

Pada pasien dengan kondisi gawat datau darurat harus diprioritaskan dalam pelayanan berdasarkan SOP triase/pedoman triase. Adanya pembentukan tim kesehatan antar profesi diperlukan bila dilakukan pelayanan klinis secara tim.

Pendelegasian wewenan pada layanan klinis diperlukan untuk diperlukan agar terjaga kesinambungan pelayanan dan pelayanan terjaga dan tertata dengan baik sehinggga penanganan pasien dapat dilakukan dengan baik. Namun dalam pelaksanaan pendelegasian wewenan baik dalam kajian maupun keputusan layanan harus dilakukan melalui proses pendelegasian wewenan dan pendelegasian wewenang diberikan kepada tenaga kesehatan profesional yang memenuhi persyaratan dimana diatur dalam SOP pendelegasian wewenang.

SKRINING VISUAL RAWAT JALAN

MERAH KUNING HIJAU RESIKO JATUH

TANDA DAN GEJALA

 Tidak sadarkan diri/pingsan

 Tidak bernafas/

kesulitan bernafas

 Henti jantung

 Kejang

 Nyeri hebat dimanapun lokasinya

 Tampak pucat

 Lemas

 Sempoyongan

 Kondisi stabil

 Menggunakan alat bantu jalan

 Gangguan pola berjalan

 Menggunakan penutup mata

TINDAK LANJUT

 Masuk RGD  Masuk RGD  Pemeriksaan Umum

 Layanan prioritas, disediakan kursi roda b. Pelaksanaan layanan;

Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis (pelayanan medis, keperawatan, kebidanan dan pelayanan profesi kesehatan yang lain) sesuai dengan rencana layanan dan perkembangan serta perubahan rencana layan tercatat dalam rekam medis oleh tenaga medis/paramedic dan profesi kesehatan lainnya. Pelaksanaan layanan ini dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Dalam pelaksanaan layanan klinis ini, pasien dimonitor, dievaluasi, dan ditindak lanjut.

Bila dalam pelaksanaan layanan dilakukan tindakan medis/pengobatan yang beresiko (Anestesi, pembedahan dan tindakan lainnya) maka dilakukan pemberian informasi kepada pasien dan adanya persetujuan pasien (pasien mengisi from informed consent) serta didokumentasikan pada rekam medis.

Pasien berhak untuk menolak pengobatan, berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan lain. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, maka pasien diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut.

(17)

Kasus-kasus gawat darurat harus diperioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat dan kasus-kasus beresiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus beresiko tinggi.

Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencengahan (kewaspadaan universal). Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian obat /cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptic. Untuk pelayanan anestesi local dan pembedahan harus dipandu dengan SOP Anestesi dan pembedahan serta dilaksanakan oleh petugas yang kompeten. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan.

Dalam pelaksanaan pelayanan ini tenaga medis/paramedis/tenaga kesehatan lainnya harus memperhatikan hak dan kewajiban pasien serta mengidentifikasi keluhan pasien dn tindak lanjutnya.

BAGAN ALUR PELAYANAN PASIEN UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN

Ruang Kasir

Rujuk / Pasien Pulang Pasien Datang

Tidak Kegawat daruratan Kegawat daruratan

Ruang Pendaftaran dan Rekam medis

Ruang Tunggu

Ruang Pemeriksaan Umum

Ruang Kesehatan Ibu dan KB

Ruang MTBS/MTBM

Ruang Pemeriksaan gigi dan Mulut

Ruang Konsultasi Terpadu

Ruang TB Paru

Ruang Laboratorium

Ruang Farmasi Ruang Gawat

Darurat

(18)

c. Pengkajian Gizi

Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan suatu proses mengumpulkan data yang spesifik sebagai dasar untuk melakukan diagnose gizi. Kegiatan pengkajian gizi ini meliputi kegiatan pengukuran, wawancara dan pengamatan fisik serta klinis, data yang dikumpulkan adalah:

a) Data Antropometri

Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara meliputi pengukuran tinggi badan/panjang badan dan berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar perut, rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP).

b) Data Pemeriksaan Fisik dan Klinis

Dilakukan pengamatan langsung untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan fisik meliputi tanda- tanda klinis kekurangan gizi atau kelebihan gizi seperti rambut, otot, kulit, baggy pants, penumpukan lemak dibagian tubuh tertentu.

c) Data Riwayat Gizi

Ada dua macam pengkajian data riwayat gizi yang umum digunakan secara pengkajian riwayat gizi yakni secara kualitatif dan kuantitatif. Dan untuk menggali data riwayat gizi menggunakan teknik wawancara.

1) Kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makanan/pola makan serta berdasarkan frekuensi konsumsi makanan 2) Kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi sehari

dengan recall 24 jam yakni dapat diukur dengan menggunakan bantuan food model.

d) Data laboratorium

Dilakukan wawancara untuk mengetahyui adanya kelainan biokimia darah terkait gizi dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menentukan diagnosis gizi pasien/klien. Pada umumnya pasien lebih dahulu telah menjalani pemeriksaan darah di laboratorium atas permintaan dokter.

Penegakan diagnose gizi merupakan suatu kegiatan penentuan masalah gizi yang berdasarkan data yang diambil pada proses pengkajian gizi. Penegakkan diagnose juga memperhatikan unsur prioritas dari kondisi klien/pasien. Untuk selanjutnya hasil diagnose digunakan sebagai bahan rencana terapi dan intervensi gizi.

Intervensi gizi dalam rangka pelayanan gizi rawat jalan UPTD Puskesmas Kademangan meliputi :

a) Penentuan jenis diet sesuai dengan kebutuhan gizi individual

Jenis diet disesuaikan dengan keadaan penyakit serta kemapuan pasien untuk menerima asupan makanan dengan memperhatikan pedoman gizi seimbang (energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, air dan serat) faktor aktivitas, faktor stress, serta kebiasaan makan/pola makan. Kebutuhan gizi pasien ditentukan berdasarkan status gizi, pemeriksaan klnis dan data laboratorium.

b) Edukasi gizi

Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan terkait perbaikan gizi dan kesehatan.

c) Konseling gizi

Diberikan sesuai kondisi pasien/klien meliputi konseling gizi terkait penyakit, konseling ASI, konseling pemberian makan bayi dan anak, konseling aktifitas fisik dan konseling faktor resiko penyakit tidak menular. Tujuan konseling adalah untuk merubah perilaku dengan cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai maslah gizi yang diahdapi.

(19)

Monitoring dan evaluasi asuhan gizi Bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan keberhasilan pelaksanaan intervensi gizi pasien dengan cara :

a) Menialai pemahaman dan kepatuhan pasien terhadap intervensi gizi.

b) Menentukan apakan intervensi yang dilaksanakan sesuai dengan rancana diet yang telah ditetapkan

c) Mengidentifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif

d) Menginformasikan yang menyebabkan tujuan intervensi gizi tidak tercapai.

e) Menetapkan kesimpulan yang berbasis data Evaluasi hasil :

a) Membandingkan data hasil monitoring dengan tujuan rencana diet atau standart rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukan tindakan selanjutnya.

b) Mengevaluasi dampak dari keseluruham intervensi terhadap hasil kesehatan pasien secara menyeluruh, meliputi perkembangan penyakit data hasil pemeriksaan laboratorium dan status gizi.

Ha-hal yang dimonitor dan dievaluasi dalam pelaksanaan asuhan gizi antara lain : a) Perkembangan data antropometri

b) Perkembangan data hasil pemeriksaan laboatorium terkait gizi c) Perkembangan data fisik/klinis

d) Perkembangan data asupan makanan e) Perkembangan diagnosis gizi

f) Perubahan prilaku dan sikap.

d. Rencana rujukan dan rawat jalan (pemulangan)

1. Untuk menjamin kesinambungan pelayanan, perlu ditetapkan kebijakan dan prosedur pemulangan pasien dan tindak lanjut.

2. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain menyusun rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga pasien. Rencana pemulangan tersebut berisi instruksi dan/atau dukungan yang perlu diberikan baik oleh Puskesmas maupun keluarga pasien pada saat pemulangan ataupun tindak lanjut di rumah, sesuai dengan hasil kajian yang dilakukan.

3. Pemulangan pasien dilakukan berdasar Kriteria yang ditetapkan oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab terhadap pasien untuk memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk dipulangkan dan akan memperoleh tindak lanjut pelayanan sesudah dipulangkan, misalnya pasien rawat jalan yang tidak memerlukan perawatan rawat inap, pasien rawat inap tidak lagi memerlukan perawatan rawat inap di Puskesmas, pasien yang karena kondisinya memerlukan rujukan ke FKRTL, pasien yang karena kondisinya dapat dirawat di rumah atau rumah perawatan, pasien yang menolak untuk perawatan rawat inap, pasien/keluarga pasien yang meminta pulang atas permintaan sendiri

4. Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien. Resume ini berisikan:

a) Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik;

b) Indikasi pasien rawat inap, diagnosis, dan kormobiditas lain;

c) Prosedur tindakan dan terapi yang telah diberikan;

d) Obat yang sudah diberikan dan obat untuk pulang;

e) Kondisi kesehatan pasien; dan

a. Instruksi tindak lanjut dan penjelaskan kepada pasien, termasuk nomor kontak yang dapat dihubungi dalam situasi darurat.

5. Informasi tentang resume pasien pulang yang diberikan kepada pasien/keluarga pasien pada saat pemulangan atau rujukan ke fasilitas kesehatan yang lain diperlukan agar pasien/keluarga pasien memahami

(20)

tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mencapai hasil pelayanan yang optimal.

6. Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas:

a) Identitas Pasien;

b) Diagnosis masuk

c) Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan; dan

d) Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan.

7. Resume medis yang diberikan kepada pasien saat pulang terdiri atas:

a) data umum pasien;

b) anamnesis (riwayat penyakit dan pengobatan);

c) pemeriksaan; dan

d) terapi, tindakan dan / atau anjuran.

8. Kriteria pemulangan pasien rawat inap bersalin dan tindak lanjut UPTD Puskesmas Kademangan

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Compos Mentis

c) TD : systole ≥100 mmHg - ≤ 130mmHg

Diastole 60-80 mmHg

Hasil obs kala IV :

1) konut berkontraksi dengan baik 2) involusi uterus baik

3) perdarahan normal

d) Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan medis.

e) Pasien sudah bisa mobilisasi seperti dapat ke kamar mandi sendiri untuk BAK atau BAB.

f) Apabila diperlukan perencanaan untuk merujuk pasien.

g) Pasien dirujuk atau dipulangkan berdasarkan atas kebutuhannya.

h) Pasien yang meninggalkan puskesmas dalam waktu tertentu berdasarkan kebijakan puskesmas.

9. Kriteria pemulangan pasien ugd dan tindak lanjut uptd puskesmas kademangan

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Compos Mentis

c) Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan medis.

d) Apabila diperlukan perencanaan untuk merujuk pasien.

e) Pasien dirujuk atau dipulangkan berdasarkan atas kebutuhannya.

f) Pasien yang meninggalkan puskesmas dalam waktu tertentu berdasarkan kebijakan puskesmas.

(21)

BAB V LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan klinis berdasarkan permintaan tiap unit pelayanan. Dimana untuk kebutuhan logistik peralatan kantor berupa: form informed consent, form rujukan BPJS, form rujukan umum, kertas resep, permintaan laboratorium, form rujukan klinik konsultasi, form surat keterangan sakit, ballpoint, kertas A4 dan F4, cartridge print, tinta stempel, buku register, buku register rujukan, dan buku tindakan, map, type x, peralatan untuk kebersihan, serta sabun handwash (handscrub), bayclin, plastik, dan lain-lain.

Untuk kebutuhan logistik bahan habis pakai medis unit layanan meminta kebutuhan tersebut sesuai dengan keperluan kepada unit layanan farmasi (unit obat). Logistik bahan habis pakai medis di unit layanan klinis berupa kasa kotak steril, kasa gulung, jarum, spuit 3/5/10 cc, benang, povidone iodine (Betadine), plester, NaCl 0,9%, infus set, iv catheter, obat-obat emergency, dan lain-lain.

(22)

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaaan pelayanan klinis perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap unit layanan klinis. Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Didalam pelayanan klinis ada beberapa standar yang harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien.

a. Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100%. Label identitas tidak tepat salah penulisan nama, salah jenis kelamin dan salah alamat.

b. Bagi perawat atau petugas kesehatan yang memerlukan konsul dengan dokter via telpon harus menggunakan metode SBAR, target yang harus terpenuhi 100%.

c. Ketepatan penyampaian hasi penunjang harus 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila salah ketik, salah memasukkan diberkas pasien/ list pasien lain.

d. Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identias/pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topical, rektal, inhalasi), tepat waktu dan tepat dokumentasi.

(23)

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan pelayanan klinis perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan Puskesmas dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan pelayanan klinis. Upaya pencegahan resiko terhadap kemungkinan yang dapat terjadi harus dilakukan di unit-unit layanan klinis.

Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungannya. Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja diantaranya:

a. Tersedianya APD yang memenuhi standar serta dapat menggunakannya dengan benar baik itu masker, penutup kepala, kaos tangan, skort/apron, kacamata, pelindung kaki, dan sebagainya.

b. Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan non infeksius serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun spuit bekas.

c. Aturan untuk tidak melakukan recuping jarum suntik setelah dipakai ke pasien.

d. Setiap petugas medis menganggap bahwa setiap pasien dapat menularkan penyakit sehingga unsur keselamatan kerja dapat terus dilaksanakan.

(24)

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pelayanan klinis dimonitor dan dievaluasi dengan indikator sebagai berikut:

1. Ketersediaan jenis-jenis unit-unit layanan klinis yang sesuai dengan standar pelayanan minimal Puskesmas

2. Ketepatan pelaksanaan pelayanan klinis sesuai dengan jadwal 3. Kesesuaian petugas yang melaksanakan pelayanan klinis 4. Memperhatikan keselamatan pasien (tepat identifikasi pasien) 5. Kepuasan pelanggan

Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini maupun pada audit internal.

(25)

BAB IX PENUTUP

Pada prinsipnya pelayanan klinis adalah bagian dari pelayanan kesehatan Puskesmas yang mengedepankan tanggung jawab, disiplin dan kebersamaan dan mengutamakan keselamatan pasien. Semoga dengan adanya pedoman pelayanan klinis ini, pelayanan klinis dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya oleh masyarakat.

KEPALA UPTD PUSKESMAS KADEMANGAN,

E. HANNY WINDYALARAS

Referensi

Dokumen terkait

Nama Kegiatan : Rehabilitasi Sedang/Berat Puskesmas ( DAK Bidang Kesehatan ) Nama Pekerjaan : Belanja jasa konsultasi perencanaan renovasi sedang ruang.. Kantor administrasi

Judul dari Laporan Akhir ini adalah “Penataan Tata Ruang Kantor Dalam Menunjang Aktifitas Kerja Pegawai Ruang Pelayanan Di Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik

Lampiran Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri Nomor. KEBI%AKAN PELAYANAN &ARMASI RUMAH SAKIT

penelitian ini adalah Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan.. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam

ditetapkan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Karangan tentang Dokumen Eksternal Yang Menjadi Acuan Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis;.. Mengingat

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada point a dan b , perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Rangkasbitung tentang Tenaga Klinis

ruangan yaitu ruangan bedah Orthopaedi (15-25), dan kamar kelas (1-11), ruangan kepala ruangan, ruangan PPDS dan perawat, gudang. Namun ruang RB3 Bedah Orthopaedi tidak memiliki

1 NAMA ORGANISASI : Dinas Pekerjaan Umum Dan Tata Ruang - Fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/KPA/PPK : ruangan untuk mengadakan pertemuan 5 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN 6 SUB