• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Perjanjian Hak Asasi Manusia

N/A
N/A
Christian Arriel

Academic year: 2023

Membagikan "3. Perjanjian Hak Asasi Manusia"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KONVENAN HAK SIPIL DAN POLITIK (SIPOL)

(INTERNATIONAL COVENANT OF CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (ICCPR)

(2)

LATAR BELAKANG

• Tujuan: menjamin perlindungan hak-hak sipil dan politik.

• Kovenan ini diadopsi oleh United Nations’ General Assembly pada 19 Desember, 1966, dan berlaku sejak Maret 23, 1976.

• Kovenan Sipol dan Kovenan Ekosob serta Deklarasi Universal HAM beserta dengan 2 Optional Protocol nya secara bersamaan dikenal sebagai International Bill of Rights.

• Indonesia telah mengesahkan ICCPR melalui UU No. 12 Tahun 2005, dengan reservasi atas jurisdiksi Komite

(3)

TUJUAN

• ICCPR/Kovenan Sipol mengakui hak-hak individu yang melekat ke setiap individu dan mengambil laangkah-langkah untuk mempromosikan jaminan perlindungan oleh negara dalam Hak Sipol.

• Negara yang beratifikasi Kovenan tersebebut berkewajiban:

“to protect and preserve basic human rights… [and] “compel[ed] to take administrative, judicial, and legislative measures in order to protect the rights enshrined in the treaty and to provide an effective remedy.”

• Saat ini sebanyak 74 negara menjadi negara penandatangan dan 168 menjadi pihak dalam ICCPR.

(4)

ISI

• Nilai-nilai dari ICCPR dapat dilihat di dalam Pasal 2 dan 3.

• Prinsip yang penting dalam kedua pasal tersebut adalah “non-discrimination”.

• Pasal 2 menjamin bahwa hak-hak yang diterangkan dalam ICCPR harus “respected” dan “be available”

bagi setiap orang di teritorial negara peratifikasi Kovenan (State Party- Negara Peserta).

• Pasal 3 menjamin persamaan hak bagi lelaki dan perempuan dalam menikmati hak-hak yang tertuang dalam ICCPR.

(5)

HAK-HAK

Article 6 – Right to life.

Article 7 – Freedom from torture.

Article 8 – Right to not be enslaved.

Article 9 – Right to liberty and security of the person.

Article 10 – Rights of detainees.

Article 11 – Right to not be imprisoned merely on the ground of inability to fulfil a contractual obligation.

Article 12 – Freedom of movement and choice of residence for lawful residents.

Article 13 – Rights of aliens.

Article 14 – Equality before the courts and tribunals.

Right to a fair trial.

Article 15 – No one can be guilty of an act of a criminal offence which did not constitute a criminal offence.

Article 16 – Right to recognition as a person before the law.

Article 17 – Freedom from arbitrary or unlawful interference.

Article 18 – Right to freedom of thought, conscience and religion.

Article 19 – Right to hold opinions without interference.

Article 20 – Propaganda for war shall be prohibited by law.

Article 21 – Right of peaceful assembly.

Article 22 – Right to freedom of association with others.

Article 23 – Right to marry.

Article 24 – Children’s rights

Article 25 – Right to political participation.

Article 26 – Equality before the law.

Article 27 – Minority protection.

(6)

LIMITASI

• Pasal 4 dari ICCPR memperbolehkan dalam keadaan tertentu untuk Negara Peserta mengurangi kewajibannya dalam melaksanakan HAM.

• Mis: dalam kondisi public emergencies. Namun Negara Peserta tidak bisa mengurangi hak-hak dalam pasal 6, 7, 8 (paragraphs I dan 2), 11, 15, 16 dan 18.

 Non derogable Principle

 Erga Omnes

 Diskusi PPKM: Apakah melanggar ICCPR?

(7)

2 OPTIONAL PROTOCOL ICCPR

1

st

Op.Protocol

Protokol ya ng mengatur tentang korban yang ingin mengklaim haknya yang dilanggar untuk didengar.

The Human Rights Committee (Committee), yang dibentuk berdasarkan Kovenan ini memiliki jurisdiksi untuk “receive, consider and hear “ komunikasi dari korban.

Protokol ke-1 ini berlaku (came into force) bersamaan dengan Kovenan.

Saat ini terdapat 35 negara yang mendantangani dan 115 State parties.

2

nd

Op. Protocol

• Protokol ini memiliki tujuan untuk menghapuskan Hukuman Mati.

• Protokol ini berlaku sejak July 11, 1991 dan kini terdapat 37 negara penandatangan dan 81 State parties.

(8)

PELAKSANAAN

Article 2(2) dari ICCPR menyatakan bahwa:

State Parties are to take the “necessary steps…. to adopt such laws or other measures as may be necessary to give effect to the rights recognized in the present Covenant.”

Negara yang telah meratifikasi ICCPR harus mengambil langkah-langkah di jurisdiksi mereka sebagai bentuk pengakuan berlakunya Kovenan ini.

Negara penandatangan tidak otomatis terikat atau “binding” kepada isi Kovenan.

Perjanjian Internasional menjadi berlaku apabila negara telah melakukan: ratification, acceptance, approval atau accession.”

Monoism vs. Dualism.

Lihat Canada, Inggris, Indonesia

(9)

• Article 28 dari ICCPR memberikan mandat kepada Human Rights Committee (Committee) yang dibentuk untuk “ monitoring the State Parties’ implementation of the Covenant”.

• Dalam Kovenan, State Parties diminta untuk memberikan laporan “submision of the report”. Kepada Committee untuk ditinjau, yang bertujuan untuk melihat tindakan-tindakan yang dilakukan negara guna menjamin hak-hak yang tertuang dalam ICCPR.

• Article 41 memberikan juga kesempatan bagi State Party yang mengklaim bahwa State Party yang lain tidak “fulfilling its obligations to implement ICCPR”,

(10)

KOVENAN EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

(EKOSOB)

INTERNATIONAL COVENANT OF ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (ICESCR)

(11)

TUJUAN

• ICESCR diadopsi oleh General Assembly Resolution 2200 A (XXI) pada 16 Desember 1966.

• Kovenan ini mencerminkan komitmen yang diadopsi setelah PD II untuk:

1. meningkatkan kehidupan sosial dan standar kehidupan setiap orang, 2. menguatkan keyakinan atas HAM, dan

3. membentuk organ internasional dalam melaksanakan tujuan tersebut.

(12)

PENGIKATAN DIRI NEGARA PESERTA KOVENAN

• Sejak ICESCR dianggap sebagai international human rights treaty, Kovenan tersebut memiliki kekuatan hukum untuk menjamin kewajiban-kewajiban internasional yang harus dilakukan oleh nagara-negara pihak.

• Lebih dari 155 negara menjadi peserta dan hal ini menjadi refleksi konsensus global atas universal human rights standards terhadap hak-hak EKOSOSBUD.

• Indonesia mengakui Kovenan EKOSOSBUD ini melalui UU No. 11 Tahun 2005, dengan reservasi jurisdiksi Komite

(13)

ISI

• Preamble dari kovenan menyatakan:

“Covenant recognises, inter alia, that economic, social and cultural rights derive from the "inherent dignity of the human person" dan:

"the ideal of free human beings enjoying freedom of fear and want can only be achieved if conditions are created whereby everyone may enjoy his economic, social and cultural rights, as well as civil and political rights.“

• Prinsip yang tertuang dalam Kovenan ini adalah (1) equality and non-discrimination

(2) States parties have an obligation to respect, protect and fulfil economic, social and cultural rights.

(14)

HAK-HAK

The right to work (Article 6);

The right to just and favorable conditions of work (Article 7);

The right to form and join trade unions and the right to strike (Article 8);

The right to social security including social insurance (Article 9);

The right to protection and assistance for the family and the prohibition of child labor (Article 10);

The right to an adequate standard of living for oneself and one's family, including adequate food, clothing and housing and to the continuous improvement of living conditions (Article 11);

The right to the highest attainable standard of physical and mental health (Article 12);

The right to education, the freedom of parents to choose schools other than those established by public authorities (Articles 13 and 14); and

The right to take part in cultural life and to benefit from scientific progress (Article 15).

(15)

KEWAJIBAN STATE PARTY

• Negara menjadi pihak melalui ratification or accession.

• Ketika negara meratifikasi maka Negara secara sukarela mengikat dirinya atas serangkaia perlindungan hak-hak asasi yang harus dilakukan serta meningkatkan realisasi hak EKOSOB di level nasional.

• Negara juga diikat secara hukum untuk dipantau oleh sebuah international committee of independent experts (the Committee on ESCR) didasarkan atas standar dan norma hukum HAM internasional.

• Pemerintah yang negaranya menjadi anggota ICESCR, dapat juga tidak terikat pada ketentuan tertentu atau disebut "entering a reservation" atau declarations yang memiliki efek yang sama dengan reservasi.

(16)

STATE OBLIGATIONS

To Respect:

• The obligation to respect requires States not to take any measures that would result in preventing individuals from having human rights enjoyment.

To Protect

• To The obligation to protect requires measures by the State to ensure that third parties (individuals, armed groups, enterprises, etc.) do not deprive right-holders of their

To Fulfill:

• The obligation to facilitate requires States to adopt measures aimed at improving right-holders’.

(17)

DINAMIKA PENEGAKAN HAM DI

INDONESIA

(18)

PENEGAKAN HUKUM HAM DI INDONESIA

Terdapat berbagai instrumen hukum yang memberikan perlindungan dan jaminan HAM sejak Reformasi 1998.

Peratifikasian Instrumen HAM Internasional (Kovenan Sipol, Ekososbud, Anti Penyiksaan, Perlindungan Perempuan, Anak, Buruh Migran,Pengahapusan Segala Bentuk Diskriminasi, Perlindungan Orang dengan Disabilitas, dll).

Dibuatnya UU Khusus bagi perlindugan HAM dari kekerasan: UU Kekerasan Dalam Rumah Tangga, UU Anti Diskriminasi Etnis dan Agama, dll

Dibuatnya Undang-Undang Nasional tentang HAM:

1. Ketetapan MPR No. XII Tentang HAM:

- Menugaskan Lembaga Tinggi Negara dan seluruh aparatur negara untu menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman HAM kepada seluruh masyarakat.

2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM:

- Memberikan pengaturan tentang jaminan HAM, kewajiban negara dalam perlindungan, pemajuan dan penegakkan HAM serta membetuk Komnas HAM.

(19)

3. Amandemen Kedua UUD 1945 (2000)

- HAM menjadi hak konstitusional warga negara karena adanya ketentuan hak-hak asasi di dalam

Konstitusi tersebut dan dijamin dalam instrumen HAM Internasional. Amandemen ini juga menambah Bab Khusus tentang HAM.

4. Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM)

- Kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat memberikan arah bagi upaya kemajuan HAM hingga tahap implementasi.

(20)

KERANGKA HUKUM HAM NASIONAL

20

Pasal 27 ayat (1)

“Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”

Pasal 28D ayat (1)

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

Pasal 28G ayat (2)

“Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia…..”

UUD NRI 1945

(21)

21

UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Referensi

Dokumen terkait

Selain mempunyai hak asasi, setiap manusia juga mempunyai kewajiban asasi. Kewajiban asasi manusia adalah menghormati, menjamin dan melindungi hak asasi manusia lainnya. Hak

sebagai intervensi yang dilakukan oleh negara, dengan menggunakan. kekuasaan atau kekuatan

• Kewajiban dan Tanggung Jawab Manusia • HAM dalam Konstitusi-Konstitusi Indonesia • HAM dalam Instrumen Hukum Lain.. • Warga Negara

Dari sudut cabaran dalam hak asasi manusia terutama merujuk kepada Universal Declaration of Human Rights, setiap artikel yang diwujudkan dan

dan model bottom-up melalui skema partisipasi publik dengan memanfaatkan human rights based approach ; kedua , dalam rangka menggalang partisipasi aktif masyarakat, perlu

instrumen pelaksanaan kewajiban Negara dalam menjamin hak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat serta hak atas rasa aman sebagaimana dinyatakan

Berdasarkan pada tujuan Negara sebagai terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia pada warganya terutama

Kewajiban untuk MelindungiObligation to Protect Dalam melindungi hak asasi manusia makan negara harus selalu memastikan agar pelanggaran hak asasi manusia tidak terjadi baik yang