• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW BUKU HUKUM HAK ASASI MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW BUKU HUKUM HAK ASASI MANUSIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BUKU HUKUM HAK ASASI MANUSIA

Arief Aji Santoso / 8111416303 [email protected]

Judul Buku : Hukum Hak Asasi Manusia Penulis : Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum.

Penertbit : Badan Penertbit Universitas Dipenegoro Tahun Terbit : 2015

Kota Penerbit : Semarang Bahasa Buku : Indonesia Jumlah Halaman : xi+402hlm

ISBN Buku : 978-979-70490-6-5

PEMBAHASAN REVIEW

Kesempatan kali ini saya akan mereview sebuah buku karangan Prof. Dr. Rahayu yang berjudul Hukum Hak Asasi Manusia. Untuk sekilas mungkin saya menulis juga biografi dari penulis buku tersebut. Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum dilahirkan di Semarang pada 5 Mei 1962, ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menegahnya di Semarang. Diawali di SD Don Bosko Semarang, SMP Negeri 5 Semarang (1977), hingga SMA Negeri 3 Semarang (1981). Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang (1985), sedang untuk S2 diselesaikan di Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung (1995). Studi doktoralnya diselesaikan Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro pada 10 April 2010. Gelar gru besar disandang sejak 1 April 2013. Berbagai pelatihan dan kegiatan pernah diikutinya baik di dalam maupun di luar negeri. Diantaranya adalah:

1. Human Rights Course di Castan Center for Human Rights Law— Faculty of Law—Monash University—Melbourne—Australia—pada tahun 2004

2. Sandwich Programme di Flinders University—Adelaide—South Australia—pada tahun 2008

3. Guest researcher di Norwegian Centre for Human Rights—Oslo University—Norwegian—pada tahun 2009

4. Tailor made training mengenai Socio Legal Studies di Van Vollenhoven Institute—Leiden University—Belanda—pada tahun 2010

(2)

Buku ini dibuat oleh Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum dan timnya dan di terbitkan oleh Badan Penerbit Universitas Dipenegoro. Buku ini di terbitkan pada tahun 2015 di Semarang dengan edisi revisi cetakan ketiga, karena cetakan buku pertama ini di terbitkan pada tahun 2010 dan cetakan kedua pada Maret 2012.

Didalam buku ini saya bisa melihat tentang berbagai macam pengertian dari para ahli mengenai definisi HAM serta perkembangan HAM yang selama hidupnya. Selain pengertian istilah HAM, ada juga teori, prinsip dasar HAM. Instrumen hukum HAM internasional dan instrumen hukum HAM nasional, serta perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia. Berikut review yang saya tulis mengenai buku tersebut.

Dalam bab pertama ini ada istilah Hak Asasi Manusia (selanjutnya disebut HAM) merupakan istilah yang bisa digunakan untuk menggantikan istilah Human Rights. Di samping itu ada juga menggunakan istilah fundamental rights atau basic rights. Dalam buku ini mengatakan, secara etimologis HAM terbrntuk dari 3 (tiga) kata, yaitu hak, asasi, dan manusia. Dua kata pertama, hak dan asasi berasal dari bahasa Arab, sedangkan manusia berasal dari bahasa Indonesia.

Kata haqq terambil dari akar kata haqqa, yahiqqu, baqqaan yang berarti benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Kata haqq dapat diartikan sebagai kewenangan atau kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan kata asasiy berasal dari akar kata assa, yaussu, asasaan yang biasa diartikan sebagai membangun, mendirikan, meletakan; atau dapat pula berarti asal, asas, pangkal, dasar dari segala sesuatu. Dengan penjelasan tersebut maka hak asasi manusia dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai hak-hak mendasar pada diri manusia. Berkaitan dengan definisi HAM, maka sampai saat ini belum terdapat kesatuan pendapat yang baku mengenai pengertian HAM yang dapat diterima secara universal.

Di dalam buku ini juga menulis teori HAM, yaitu ada teori hukum alam, teori hukum positif, teori universal, dan teori relativisme budaya. Selain itu ada juga prinsip dasar HAM. Prinsip dasar HAM merupakan rumusan dasar dan acuan standar dalam pelaksanaan HAM. Adapun prinsip HAM tersebut yakni,

 Universal dan tidak dapat dicabut (universality and inalienability)  Tidak bisa dibagi (indivisibility)

 Saling bergantung dan berkaitan (interdependence and interrelation)  Kesetaraan dan non- diskriminasi (equality and non-discrimination)  Partisipasi dan kontribusi (participation and contribution)

 Tanggung jawab Negara dan penegakan hukum ( State responsibility and rule of law)

(3)

Perkembangan pemikiran juga disebutkan di dalam buku ini dengan model Karel Vasak yang menggunakan istilah generasi. Generasi pertama HAM dirujuk untuk mewakili hak-hak sipil dan politik, yaitu hak yang muncul dari tuntutan untuk melepaskan diri dari kukungan kekuasaan absolutisme negara dan kekuatan-kekuatan sosial lainnya sebagaimana yang muncul dalam revolusi hak yang terjadi di Amerika Serikat (abad 17) dan Prancis (abad ke-18). Hak generasi pertama ini meletakan HAM lebih pada terminologi yang negatif atau sering pula disebut sebagai ‘hak negatif’, yaitu hak yang merujuk pada tiadanya campur tangan terhadap hak dan kebebasan dimana individual. Generasi kedua HAM merupakan hak-hak di bidang ekonomi, sosial dan budaya ini berakar pada tradisi sosialis awal abad 19 yang muncul tuntutan agar negara menyediakan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar setiap orang. Tuntutan ini muncul sebagai respon terhadap pelanggaran-pelanggaran dari penyelwengan-penyelewengan dari kapitalis yang mentoleransi dan bahkan melegitimasi eksplitasi manusia. Pada generasi ketiga ini diwakili oleh tuntutan atas hak solidaritas atau hak bersama yang merupakan rekonseptualisasi dari kedua generasi HAM sebelumnya.

Ada juga tertulis di dalam buku ini tentang pelanggaran HAM, menurutnya pelanggaran HAM dilihat sebagai tanggung jawab negara di dalam konteks kewajibannya terhadap warga negaranya. Pemahaman yang demikian ini disebabkan karena pada hakikatnya konsep HAM secara normatif bertujuan untuk menjegah kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan atau membatasi penggunaan sarana kekuatan koersif negara. Pelanggaran HAM secara implisit terdapat dalam Pasal 1 dan Pasal 18 dari Declaration of Baasic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power. Sedangkan Pasal 18 Deklarasi antara lain menyatakan bahwa “....through acts or omissions that do not yet constitute violations of national criminal laws but of internationally recognized norms relating to human rights...”. Pasal-pasal ini sebenarnya tidak secara langsung memberikan pengertian tentang pelanggaran HAM, tetapi lebih pada siapa yang dimaksud dengan korban. Pelanggaran HAM adalah kejahatan penyalahgunaan kekuasaan atau pelanggaran terhadap norma-norma hukum internasional tentang HAM.

(4)

menjamin penghormatan terhadap HAM terwujud dengan disepakatinya Ketetapan (Tap) MPR Nomor : XVII/MPR/1998 yang melampirkan sebuah Piagam HAM. Ketetapan ini memuat perintah Lembaga Lembaga Tinggi Negara untuk menghormati, menegakan dan menyebarluaskan pemahaman mengenai HAM, serta menugasi Presiden untuk meratifikasi instrumen-instrumen internasional tentang HAM sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Ketetapan MPR tentang HAM ini kemudian ditindaklanjuti dengan diundangkannya UU Nomor : 39 Tahun 1999 Tentang HAM pada tanggal 23 September 1999.

Di bab tiga (III) di sampaikan tentang instrumen hukum Internasional HAM, Deklarasi Universal HAM (DUHAM) merupakan dokumen pengakuan internasional terhadap HAM yang disusun oleh Komisi HAM PBB. Deklarasi ini diterima oleh Resolusi Mejelis Umum PBB Nomor : 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 oleh 48 Negara di samping 8 negara anggota baru PBB yang menyatakan abstain (yaitu Belarusia, Cekoslovakia, Uni Soviet, Polandia, Saudi Arabia, Ukrania, Uni Afrika dan Yogoslavia). Adapun hal yang di bahas dalam deklarasi ini, yakni

 Norma Dasar  Hak-hak Personal

 Prinsip Interaksi Antar Manusia

 Kebebasan Dasar dan Hak Sipil Politik  Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

 Mekanisme Penegakan HAM Internasional

International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) atau Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik tahun 1969, yang terdiri dari 53 pasal ini disetujui pada tahun 1966 dan mulai berlaku secara efektif pada tanggal 23 Maret 1976 setelah diratifikasi oleh lebih dari 60 negara pihak. Hak-hak yang tercantum dalam ICCPR merupakan Hak-hak-Hak-hak yang harus segera diwujudkan, artinya bahwa negara tidak mempunyai pilihan untuk secara berangsur-angsurr menerapkan hak-hak tersebut. Selain itu, ada juga International Covenant on Economic and Social Rights (ICESCR) atau Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tahun 1966 ini merupakan instrumen hukum internasional yang terdiri dari 31 pasal menjabarkan lebih lanjut tentang hak-hak yang diatur dalam bagian akhir dari UDHR. Kovenan ini mulai berlaku efektif pada 3 Januari 1976 setelah diratifikasi lebih dari 60 negara. Selanjutnya ada Convention Against Torture and Othe Cruel, Inbuman or Degrading Treatment or Punishment (CAT) atau Konvensi Menetang Penyiksaan, konvensi ini diterima PBB tanggal 10 Desember 1984 merupakan sebuah instrumen khusus yang membahas satu hak tunggal yang tercantum dalam pasal 5 UDHR dan Pasal 7 Kovenan Hak Sipil Politik. Ada juga Convention on the Elimination of Racial Descrimination (CERD) atau konvensi tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial tahun 1965. Penyusunan CERD dilatarbelakangi oleh ketegangan rasial yang menjadi isu besar di banyak negara dunia pasca pembentukan PBB.

(5)

Tak hanya di dunia Internasional, dalam buku ini juga di tulisakan Instrumen Hukum HAM dalam lingkup Nasional. HAM dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945. Pada Bab ke empat ini, sudah di jelaskan secara singkat pada bab II buku ini bahwa perjuangan untuk memasukan ketentuan tentang HAM di dalam UUD 1945 adalah perjuangan yang berliku dan baru berhasil pada tahun 2000 melalui amademen UUD yang dilakukan oleh anggota MPR hasil Pemilu tahun 1999. Selain dirumuskan kedalam UUD, HAM juga ada dalam Perundang-undang lainnya seperti pada,

 Undang Undang Nomor : 39 Tahun 1999 Tentang HAM

 Undang Undang Nomor : 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM

 Undang Undang Nomor : 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT)

 Undang Undang Nomor : 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis

 Undang Undang Nomor : 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

 Undang Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor : 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban  Undang Undang Nomor : 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang

Undang Nomor : 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Selanjutnya pada bab ke V tertulis Mekanisme Perlindungan HAM di Indnonesia. Karena perkembangannya di dunia internasional memberi dampak yang sangat luar biasa bagi Indonesia. Indonesia memiliki sistem perlindungan HAM dengan membentuk berbagai lembaga diantara lain,

 Komisi nasional Hak Asasi manusia (Komnas HAM),

 Komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan (Komnas Perempuan),

 Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI),  Lembaga perlindungan saksi dan korban.

Indonesia membentuk Pengadilan HAM dengan mengundangkan UU Nomor : 26 Tahun 2000 Tanggal 23 November Tahun 2000. Pembentukan Pengadilan ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 104 paragrap (1) UU Nomor : 39 Tahun 1999 tentang HAM. Menurut UU Nomor : 26 Tahun 2000, yang dimaksud Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran berat HAM dan tidak memberikan definisi terhadap istilah pelanggaran berat HAM, tapi hanya menyebut kategori kejahatan yang merupakan pelanggaran berat HAM, yaitu kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan genosida.

(6)

Dalam buku ini kita juga di suguhi berbagai pengetahuan baru tentang darimana asal istilah HAM tersebut. Mungkin sedikit juga orang yang mengetahui asal mula HAM, oleh karena itu mungkin masyarakat bisa menjadikan buku ini sebagai bahan bacaan, selain itu di dalam buku ini terdapat juga banyak referensi sumber-sumber hukum yang dirumuskan baik itu dalam lingkup nasional maupun internasional mengenai HAM. Seperti Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

Jika dilihat dengan seksama, buku ini memiliki sampul yang menarik perhatian serta judul yang mungkin dijadikan referensi oleh para mahasiswa dalam mencari informasi tentang Hak Asasi Manusia. Buku ini dapat di baca siapa saja, baik itu orang awam yang kurang pengetahuan akan Hak Asasi Manusia atau peneliti yang tahu apa itu HAM. Buku ini terdri dari 402 halaman yang dimana memiki bab-bab dengan judul yang berkaitan, dari bab pertama hingga bab ke lima.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi yang pertama, yaitu dimensi moral dari HAM, atrinya bahwa HAM adalah hak yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut ( non- derogable rights ), karena hak tersebut merupakan

Yang berjudul Hak Asasi Manusia ( Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat ) buku dengan jumlah halaman 305 ini lebih menekankan

Beberapa prinsip dasar yang menjiwai hak asasi manusia internasional dapat ditemukan dihampir semua perjanjian internasional hak asasi manusia prinsip tersebut adalah (1) Universal dan

Dari berbagai pengertian para ahli dan juga menurut Undang-Undang, secara garis besar dapat dipahami bahwa HAM adalah hak-hak yang diakui secara universal sebagai

Pengaturan hak ekonomi, sosial dan budaya di Indonesia sudah diatur dalam Undang-undang Dasar 1945, misalnya hak pendidikan sebagai salah satu hak dasar manusia, selain

Kovenan intemasional HAM ten tang hak- hak ekonomi, sosial dan budaya mengakui hak-hak antara lain, hak tentang hak untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang layak, hak

DASAR HUKUM………2 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi,

22-The International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights ICESCR adopted by the United Nations General Assembly on December 16, 1966, and in force from January 3, 1976..