• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Buku Hukum Hak Asasi Manusia (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Review Buku Hukum Hak Asasi Manusia (1)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BUKU HUKUM HAK ASASI MANUSIA

AYU PURWATI

ayupurwati15@students.unnes.ac.id

DATA BUKU, terdiri dari:

Nama/Judul Buku : Hukum Hak Asasi Manusia

Penulis/Pengarang : Prof. Dr. Rahayu, S.H, M.Hum Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Tahun Terbit : 2015

Kota Terbit : Semarang

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah halaman : i-xii dan 402 halaman ISBN Buku : 978-979-70490-6-5

DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW

Buku ini di tulis oleh Prof. Dr. Rahayu,S.H.,M.Hum Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Di samping aktivitasnya sebagai dosen, perempuan yang lahir pada tanggal 5 Mei 1962 ini juga menjadi Ketua Studi HAM dan Hukum Humaniter Internasional (PUSHAM-HHI) Fakultas Hukum UNDIP. Beliau menyandang gelar guru besar sejak tanggal 1 April 2013, dan sampai saat ini beliau sering menjadi pembicara di berbagai seminar, lokakarya maupun pelatihan, baik pada tingkat regional, nasional maupun internasional, berkaitan dengan isu Hak Asasi Manusia. Tulisannya tersebar diberbagai jurnal ilmiah dan media massa (koran) berkaitan dengan isu-isu aktual yang terjadi di masyarakat. Buku ini pertama kali terbit pada bulan Maret 2010, cetakan kedua Maret 2012, dan buku yang sekarang saya review adalah buku cetakan ketiga (April 2015). Perubahan memang diperlukan seiring berjalannya waktu

mengikuti perkembangan

(2)

Pada saat ini sebenarnya cukup banyak buku yang membahas tentang HAM, namun informasi tersebut cenderung disajikan secara parsial atau tematik yang menyulitkan pembaca untuk memahaminya secara menyeluruh. Buku ini ditulis secara sederhana dan dapat memberikan pemahaman dasar terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan konsep HAM secara komprehesif, baik internasional maupun nasional. Diawali dengan pandagan mendasar tentang kebebasan sebagai bagian yang mendasar dari eksistensi manusia, dari asumsi bahwa kebebasan melekat dalam kodrat manusia, karena kebebasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hak asasi manusia. Hak Asasi Manusia yang dipahami sebagai hak yang secara kodrati dimiliki oleh setiap orang tanpa pengecualian dan keistimewaan baik berdasarkan golongan, kelompok maupun tingkat sosial tertentu, menempatkan HAM sebagai isu utama yang diperbincangkan berbagai kalangan di segala jaman. Perhatian dan perjuangan umat manusia terhadap HAM sesungguhnya telah berjalan seiring dengan perkembangan peradapan mencapai kemuliaan kehidupan manusia.

Dari segi substansi, buku ini sangat menarik karena di dalamnya membicarakan hal-hal mendasar tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang dikemas sederhana sehingga memudahkan pembaca untuk memahami isi dari buku ini. Buku ini menguraikan secara cermat perkembangan hak-hak asasi manusia dari zaman sejarah sampai perkembangan hak asasi manusia dalam hukum internasional maupun perkembangan hak asasi manusia di Indonesia. Sebagai tambahan, buku ini memuat berbagai instrumen-instrumen hukum HAM internasional dan instrumen hukum nasional HAM serta ditambah dengan 4 lampiran yaitu Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Hak Politik, Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, dan yang terakhir Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Lampiran tersebut menambah nilai plus pada buku ini.

Buku ini disusun dalam lima bab, secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Bab I berisi tentang beberapa pengertian dan konsep dasar untuk memahami HAM, yang meliputi; Istilah dan pengertian HAM, Basis teori HAM, Prinsip-prinsip dasar HAM, Perkembangan pemikiran HAM, Pelanggaran HAM, serta Kewajiban negara.

 Bab II berisi tentang sejarah perkembangan pemenuhan HAM, baik secara konseptual dalam hukum internasional maupun di dalam hukum nasional Indonesia.

 Bab III secara khusus membahas tentang berbagai instrumen hukum HAM internasional dan mekanisme pemantauannya.

 Bab IV membahas tentang instrumen hukum HAM nasional Indonesia.

 Bab V menjelaskan tentang mekanisme perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia.

(3)

pada manusia karena hakikat dan kodratnya sebagai manusia. Dan menurut Muladi, ia menyatakan bahwa tanpa hak asasi manusia maka manusia tidak dapat mengembangkan bakat-bakat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Berbagai pendapat ini secara langsung atau tidak langsung mewarnai rumusan Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Meskipun HAM diterima oleh semua negara sebagai sesuatu yang universal, namun pelaksanaan, pemajuan dan perlindungan HAM akan terus menerus mempertimbangkan kekhususan-kekhususan, baik yang timbul pada tingkat nasional, regional maupun yang timbul karena faktor-faktor sejarah, budaya dan agama. Kekhususan inilah yang melahirkan berbagai konsep dan penafsiran tentang hukum internasional tentang HAM yang akan mempengaruhi pelaksanaan HAM. Berbicara mengenai pelanggaran HAM, dalam konteks HAM yang konvensional, pelanggaran HAM terutama dilihat sebagai tanggungjawab negara di dalam konteks kewajibannya terhadap warganegaranya. Sebagaimana dikemukaan oleh English & Stapletonyang dikutip oleh MM Billah bahwa “...pelanggaran hak asasi manusia dilakukan oleh negara lewat agen-agennya (polisi, angkatan bersenjata dan setiap orang yang bertindak dengan kewenangan dari negara) melawan individu...”. Sehingga negara berkewajiban untuk menghormati (to respect), untuk memenuhi (to fulfill), dan untuk melindungi (to protect) HAM warga negaranya.

(4)

membahas tentang perkembangan HAM di Indonesia, di dalam BPUPKI terjadi benturan pemikiran antara Soekarno dan Supomo yang menolak pencantuman hak tersebut ke dalam UUD, serta Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin yang bersikeras menuntut dicantumkannya hak warga negara tersebut dalam pasal-pasal Konstitusi. Gagasan mengenai HAM akhirnya diselamatkan oleh Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin, secara implisit maupun eksplisit diatur 15 jenis HAM dalam Pembukaan, Batang Tubuh, maupun Penjelasan UUD 45, meskipun mereka setuju dengan penolakan terhadap liberalisme dan individualisme. Dalam sub bab ini penulis sudah sangat jelas dalam menjelaskan sejarah perkembangan HAM di indonesia.

Bab III berisi tentang Instrumen Hukum HAM Internasional, isi bab ini sangat berkaitan dengan sejarah perkembangan HAM yang telah kita bahas pada bab II namun disini instrumen-intrumen HAM akan dijelaskan jauh lebih mendalam. Seperti pada sub bab pertama yang membahas instrumen internasional HAM, ada 9 instrumen yang bahas yaitu:

1. Universal Declaration of Human Rights/Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), mengingat dokumen ini merupakan deklarasi yang diumumkan sebagai “suatu standar pencapaian yang berlaku umum untuk semua rakyat dan semua negara”, maka secara normatif ia tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sebagaimana instrumen hukum perjanjian internasional lain atau peraturan perundangan pada suatu negara. Deklarasi ini diterima sebagai dokumen yang mengikat secara moral sebagai landasan dari kemanusiaan. Ada 6 hal penting yang terkandung dalam Deklarasi tersebut, yaitu: Norma dasar, Hak-hak personal, prinsip interaksi antar manusia, Kebebasan dasar dan hak sipil politik, Hak ekonomi, sosial, dan budaya, Mekanisme penegakan HAM internasional.

2. International Covenant on Civil and Political Rights/Konvenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR), terdiri dari 53 pasal ini disetujui pada tahun 1966 dan mulai berlaku secara efektif pada tanggal 23 Maret 1976

3. International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights/ Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (ICESCR), terdiri dari 31 pasal yang menjabarkan lebih lanjut tentang hal-hak yang diatur dalam bagian akhir UDHR. Konvenan ini mulai berlaku efektif pada 3 Januari 1976 setelah diratifikasi lebih dari 60 negara.

4. Convention on the Rights of Child/Konvensi Hak Anak (KHA). Indonesia meratifikasi konvenan ini dengan Keputusan Presiden (Kepres) No. 36/1990

5. Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (CAT)/Konvensi Menentang Penyiksaan.

6. Convention on the Elimination of Racial Discrimination (CERD) atau Konvensi tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial. Konvensi ini dibentuk dan mulai berlaku

7. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) atau Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

8. Convention on the Rights of Person with Dissabilities (CRPD) atau Konvensi Hak-Hak Orang Penyandang Disabilitas

(5)

menjelaskan Mekanisme Internasional Pemantauan HAM, ada 4 mekanisme yang dijelaskan yaitu: Mekanisme Pemantauan HAM berdasarkan Piagam PBB, Mekanisme Pemantauan HAM berdasarkan Perjanjian Internasional, Mekanisme Pemantauan Regional Hak Asasi Manusia, dan Organisasi Negara Negara Amerika (Organization of American States). Ke empat mekanisme ini telah dijelaskan dengan rinci dan mudah dipahami.

Bab IV membahas tentang Instrumen Hukum Nasional Hak Asasi Manusia, pada bab ini instrumen-instrumen HAM disebutkan dan dijelaskan dengan sangat detail dan mudah dipahami oleh pembaca, meski instrumen yang disebutkan banyak namun penulis dapat menyusunnya dengan rapih. Ada 2 sub bab yang dibahas yaitu:

a. Hak Asasi Manusia dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945, sebagaimana dijelaskan pada bab II buku ini, bahwa perjuangan untuk memasukkan ketentuan tentang HAM di dalam UUD 1945 adalah perjuangan panjang dan berliku. Upaya tersebut telah dilakukan sejak tahun 1945 yaitu pada perdebatan antara beberapa anggota PPKI dan baru berasil pada tahun 2000 melalui amandemen UUD yang dilakukan oleh anggota MPR hasil Pemilu tahun 1999. Pencantuman secara normatif hak-hak asasi manusia dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NRI 1945) sebagai hasil amandemen yang berhasil ditetapkan pada 18 Agustus 2000 merupakan prestasi gemilang yang berhasil dicapai MPR pasca orde baru, sekaligus mengakhiri perjalanan panjang bangsa ini dalam memperjuangkan perlindungan konstitusional hak asasi manusia.

b. Hak Asasi Manusia dalam Perundangan-Undangan Lainnya. Disini dijelaskan 7 instrumen hukum yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Yang pertama, Undang Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia hingga saat ini Indonesia merupakan satu-satunya negara yang mempunyai pengadilan khusus HAM dengan lingkup nasional yang memiliki kewenangan mengadili yang hampir serupa dengan Pengadilan Pidana Internasional (ICC), Undang Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, Undang Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 31 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan terakhir Undang Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Semua instrumen dijelaskan berdasarkan isi dari Peraturan Perundang-undangan tersebut dengan tambahan keterangan yang berkaitan dengan peraturan tersebut.

(6)

(Komnas Perempuan), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Sub bab kedua membahas tentang Mekanisme Penegakan HAM yang meliputi: Pengadilan HAM Indonesia masih banyak terdapat kekuragan dalam pengadilan HAM Indonesia baik dari segi instrumen hukum, insfrastruktur serta sumber daya manusianya yang bermuara kepada ketidakpastian hukum karena tidak dapat dituntaskannya proses penyelesaian pelanggaran berat HAM. Keuda, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) adalah fenomena yang timbul di era transisi politik dari suatu rezim otoriter demokratis terkait persoalan penyelesaian kejahatan kemanusiaan yang dilakukan rezim sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menitikberatkan pada anteseden orientasi pasar yang terdiri dari variabel-variabel tekanan manajer, formalization, centralization, dan sistem reward

Gambar 3. Elaborasi Model Difusi Inovasi pada Pembelajaran Masyarakat sebagai Sintesa Hasil Kajian Empirik dan Pembahasan.. Implikasi kedua dengan memberikan perlakuan berdasarkan

Penanggulangan wabah penyakit menular berpotensi pandemi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 yang timbul akibat dampak bahaya agensia biologi dilaksanakan

Belajar yang efektif adalah proses belajar mengajar yang berhasil guna, dan proses pembelajaran itu mampu memberikan pemahaman, kecerdasan, ketekunan,

Status Desa Menjadi Kelurahan yang telah ditetapkan oleh Bupati. sebagaimana dimaksud pada huruf k,

Pengecualian dari instrumen ekuitas yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SAINS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI di kelas IV

Daya ricih pada setiap keratan rasuk ialah jumlah algebra (daya normal kepada paksi memanjang) daya-daya pugak yang bertindak di sebelah kiri dan kanan rasuk.