• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM HAK ASASI MANUSIA docx 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM HAK ASASI MANUSIA docx 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM HAK ASASI MANUSIA

Lutfi Salsabila

lutfisalsabila@students.unnes.ac.id

DATA BUKU, terdiri dari:

Nama/ Judul Buku: Hukum Hak Asasi Manusia

Penulis/Pengarang : Prof.Dr.Rahayu, SH, M.Hum

Penerbit : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Tahun Terbit : 2015

Kota Penerbit : Semarang

Bahasa Buku : Indonesia

Jumlah Halaman : 402 hlm

ISBN Buku : 978-979-70490-b-5

DISKUSI/ PEMBAHASAN REVIEW

Buku berjudul “Hukum Hak Asasi Manusia” yang ditulis oleh Prof. Dr. Rahayu,S.H., M.Hum, ini memiliki penulisan yang sederhana. Sehingga, dapat memberikan pemahaman dasar terhadap berebagai hal yang berkaitan dengan konsep HAM secara komprehensif, baik internasional maupun nasional.

Sebagai Ketua Pusat Study HAM dan Hukum Humaniter Internasional (PUSHAM-HHI) Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (UNDIP), buku ini sangat lah baik dalam meberikan informasi. Hal ini disusun dalam lima Bab, garis besar yang ada dalam buku tersebut sebagai berikut:

1. Bab I berisi tentang beberapa pengertian dan konsep-konsep dasar dasar untuk memahami HAM,yang meliputi:

a. Istilah dan pengertian; b. basis teori HAM;

c. prinsip-prinsip dasar HAM; d. perkembangan pemikiran HAM; e. pengertian pelanggaran HAM; f. serta mengenai kewjiban negara.

2. Bab II berisi tentang sejarah perkembangan pemenuhan HAM, baik secara konseptual dalam hukum internasional maupun di dalam hukum nasional Indonesia.

3. Bab III secara khusus membahas tentang berbagai instrument hukum HAN internasional dan mekanisme pemantauannya.

(2)

5. Bab V menjelaskan tetang mekanisme perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia.

Dalam buku yang tersebut Prof. Dr. Rahayu, S.H., M.Hum tidak memberikan teori baru. Melainkan hanya memberikan kesimpulan-kesimpulan yang sebelumnya belau sajikan teori-teori dari beberapa pendapat ahli hukum. Berikut, kesimpulan yang ditulis beliau dalam bukunya.

1. Pada Bab I menyampaikan bahwa:

a. Meskipun berbagai pengertian tentang HAM berbeda satu sama lain, namun secara umum semua definisi tersbut merujuk pada hak-hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Sebagai konsekuensinya, hak-hak tersebut harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapa pun. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa HAM adalah hak-hak manusia yang asasi , yang tanpa hak-hak seseorang tidak dapat dikatakan manusia sepenuhnya, bahkan jika hak-hgak tersebut dikurangi tau dilanggar, maka berkurang pula kualitasnya sebagai manusia ciptaan Tuhan.

b. Selain itu, Bab ini juga menguraikan secara konseptual dapat dikatakan bahwa HAM memiliki dua dimensi, yaitu dimensi moral dan dimensi hukum. Dimensi yang pertama, yaitu dimensi moral dari HAM, atrinya bahwa HAM adalah hak yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut ( non-derogable rights), karena hak tersebut merupakan hak manusia karena ia adalah manusia. Sedangkan, hak alamiah (natural rights), yaitu hak yang melekat pada manusia terlepas dari segala adatistiadat atau aturan tertulis. Termasuk dalam kelompok hak ini adalah hak-hak moral yang berasal dari kemanusia setiap insane. Hak-hak ini bertujuan untuk menjamin martabat setiap manusia, meliputi:

1) Hak untuk hidup;

2) Hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan atau hukum yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat;

3) Hak untuk bebas dari perbudakan;

4) Hak untuk bebas dari pemenjaraan akibat ketidak sanggupan memenuhi kewajiban kontrak;

5) Haka untuk bebas dari dinyatakan bersalah atas tindak kriminal yang belum menjadi hukum pada saat tindakan tindakan tersebut dilakukan (prinsip non-retroaktif);

6) Hak untuk diakui sebagai pribadi hukum;

7) Hak atas kebebasan berpendapat, berkeyakinan dan beragama. c. Bab ini juga menyebutkan sifat lain HAM. Selain bersifat universal HAM

juga bersifat inalienable yaitu tidak dapat dicabut.

d. Selain pentingnya moral dalam HAM bab ini juga memaparkan bagaimana peran Pancasila. Dalam Bab ini menyebutkan bawa sesungguhnya telam memiliki landasan visi kedepan tentang bagaimana nasionalisme Indonesa mampu mengangantisipasi dinamika perkembangan global dengan nilai-nilai kearifan local, antara

(3)

e. Masih dalam Bab satu menerangkan obligations erga omnes yang merupakan kewajiban negara yaitu melindungi mumat manusia. Hal ini juga diatur dalam hukum internasional yang mana mereka cenderung berpokus bahwa negara merupakan actor internasional. Yang terakhir pada Bab ini menyampaikan bahwa pembatasan HAM dalam konteks hukum nasional Indonesia berupa retriksi dan limitasi, kususnya yang berkaitan dengan “derogable rights”.

2. Bab II menyampaikan hal-hal yaitu bahwa:

a. Berbagai konsep HAM yang muncul, baik di Amerika maupun Prancis, maka yang penting bahwa:

1) Hak-hak tersebut secara kodrati inheren, universal dan tidak dicabut, karena hak-hak itudimiliki individu semata-mata karena mereka adalah manusia dan bukan karena mereka kawula hukum suatu negara;

2) Perlindungan terhadap hak-hak tersebut terdapat dalam kerangka yang demokratis.

3) Batas-batas pelaksanaan hak hanya dapat ditetapkan atau dicabut oleh undang-undang.

b. Selain itu dalam bukuini juga memaparkan sejarah-sejarah dan kasus HAM baik internasional maupun nasional.

3. Bab III menyimpulkan

a. ciri penting dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), yaitu:

Pertama, bahwa HAM adalah hak, yaitu sesuatu yang dapat diklaim pemenuhanya dan adanya kewajiban bagi pihak lain untuk memenuhinya.

Kedua, bahwa hak-hak ini bersifat universal dan yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia. Hal ini berarti bahwa karakteristik seperti ras, jenis kelamin, agama, kedudukan sosial dan kewarganegaraan tidak relevan untuk mempersoalkan apakah seseorang memiliki atau tidak memiliki HAM. Hal ini juga menyiratkan bahwa HAM dapat diterapkan di seluruh dunia. Salah satu cirri khusus dari dari HAM saat ini adalah hak yang bersifat internasional, karena kepatuhan terhadap hak tersebut telah dipandangsebagai obyek perhatian dan aksi internasional yang sah.

Ketiga, HAM dianggap ada dengan sendirinya san tidak bergantung pada pengakuan dan penerapannya di dalam sistem adat atau sistem hukum di negar-negara tertentu. Hak ini boleh jadi memang belum belum merupakan hak yang efektif sampai ia dijalankan menurut hukum, namun hak itu eksis sebagai standar argument dan kritik yang tidak bergantung pada penerapan hukumnya.

(4)

pertimbangan normstif ysng diberlakukan dalam hal terjadi benturan dengan norma-norma nasional yang bertentangan. Hak-hak yang dijabarkan di dalam Deklarasi tersebut tidak di susun menurut prioritas, tidak dinyatakan bahawa beberapa diantaranya bersifat absolut. Dengan demikian HAM yang dipaparkan dalam UDHR adalah sesuatu yang disebut sebagai

prima facie rights, artinya setiap HAM berlaku begitu saja sampai ada pertimbangan lain yang menggagalkannya.

Kelima, hak-hak ini mengimplikasikan kewajiban bagi individu maupun pemerintah. Kewajiban ini dianggap tidak bergantung pada pemerintahan, pengakuan atau penerapan terhadapnya. Pemerintah dan orang-orang yang berada dimana pun diwajibkan untuk tidak melanggar hak seseorang, kendati pemerintah dari orang tersebut sekaligus memiliki tanggung jawab utama untuk mengambil langkah-langkah positif guna melindungi dan menegakan orang-orang itu.

b. Selain itu Bab ini juga menjelaskan beberapa sifat dan prinsip hak ekonomi , sosial dan budaya, yaitu:

Pertama, bahwa hak ekosob bersifat netral, artinya bahwa negara sebagai pemangku kewajiban (duty bearer) dengan ideology apa pun, dengan sistem ekonomi apa pun, semuanya memiliki kewajiban untuk memenuhi hak ekosob. Sedangkan masyarakat, sebagai pemangku hak, semuanya berhak untuk mengklaim pemenuhan hak-hak tersebut terlepas dali ideology apa pun yang mereka anut.

Kedua, non-diskriminasi, artinya bahwa hak ekosob merupakan hak semua orang dan tidak dibatasi oleh berbagai identitas apa pun. Semua orang tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik, asal usul kebangsaan atau sosial, keyakinan, kelahiran atau tatus lain; berhak menerima hak ekosob.

Ketiga, bahwa pemenuhan hak tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan negara ybs. Dalam hal ini negara tidak boleh selalu beralasan tidak ada sumber daya yang cukup untuk memenuhi hak ekosob, tetapi negara dituntut untuk berusaha secara maksimal dan memberikan skala prioritas untuk memenuhi hak-hak tersebut.

(5)

bekerja melalui 4 prosedur tersebut dan melaporkan hasilnya kepada Majelis Umum PBB.

4. Bab IV yang disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Dalam upaya perlindungan dan penegakan HAM, Pemerintah mempunyai kewajiban untuk menghormati, melindungi, menegakan dan memajukan langkah implementatif efektif dan konkrit atas berbagai instrument hukum maupun kebijakan di bidang HAM, baik dari segi hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta segi lain yang terkait. Sedangkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya perlindungan HAM dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok melalui organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, maupun akademisis. Partisipasi ini dapat dilakukam dengan:

1) Memberikan laporan terjadinya pelanggaran HAM.

2) Mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebijakan yang berkaitan dengan HAM.

3) Melakukan penelitian, pendidikan dan penyebarluasan informasi tentang HAM.

b. Pembentuka peradilan HAM yang diputuskan oleh Presiden dan DPR pada tanggal 23 November 2000, yaitu pada UU No. 26 Tentang Pengadilan HAM. UU ini hanya membatasi jenis pelanggaran HAM berat yang menjadi yurisdiksinyam yaitu kejahatan genosida (genocide) dan kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity). Hal ini berbeda dengan yuridiksi yang dimiliki ICC yang meliputi 4 (empat) jenis kejahatan, yaitu genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, perang dan agresi.

c. Unsur-unsur yang menyertai dalam pelanggaran HAM berat yaitu: 1) Harus dilakukan secara sistematis (systematic); atau

2) meluas (widespread).

5. Sama seperti judul bukunya beberapa hal yang di sampaikan penulis yaitu mengenai mekanisme perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia. Penulis menyampaikan pemikirannya berada dalam subab-subab beberapanya sebagai berikut:

a. Memaparkan kan sejarah bagaimana manusia sadar akan pentingnya institusi nasional HAM. Hal ini beliau paparkan serangkaian-serangkaian pertemuan ilmiah yang dilakukan baik untuk merencanakan maupuan mengkaji .

(6)

c. Mandate utama Komnas Perempuan adalah mengupayakan adanya kebijakan yang melindungi perempuan dan korban.

d. LPSK tidak boleh hanya menerima permohonan perlindungan dari orang-orang tertentu saja. Hal ini merupakan bentuk penerapan dari pada asas tidak diskriminatif yaitu adanya perbedaan perlakuan dalam hal setiap orang yang ingin mendapatkan pelayanan perlindungan dari LPSK. Selain itu asas tidak diskriminatif ini merupakan tindak lanjut dari pada penegakan asas equality before the law yaitu kesamaan kedudukan dimata hukum.

e. Kekurangan dari Pengadilan HAM Indonesia, baik dari segi instrument hukum, infrastruktur serta sumber daya manusianya yang bermuara pada ketidakpastian hukum karena tidak dapat dituntaskannya prosespenyelesaian pelanggaran berat HAM.

f. Memaparkan dalam subab Komisi Kebenaran Rekonsiliasi (KKR). Yaitu: 1. Pengertian dari KKR sendiri yaitu fenomena yang timbul di era

transisi politik dari suatu rezim otoriter ke rezim demokratis, terkait dengan persoalan penyelesaian kejahatan kemanusiaan yang dilakuan rezim sebelumnya.

2. Mengusut bagaimana pengalaman rezim masalalu dalam menagani pelanggaran HAM berat. Ada yang mengadili secara masal pendukung orde terdahulu, ada yang ‘menutup buku’ tanpa syarat, bahkan ada yang melakukan peradilan rakyat sebagaimana dilakukan di Perancis terhadap keluarga Louis XIV dan sejumlah pejabatnya.

Buku ini memiliki pembahasan yang cukup lengkap untuk dibaca sebagai dasar dalam mempelajari hukum hak asasi manusia sebagaimana judulnya. Bahasa yang sederhana yang ditulis oleh penulis cukup membuat saya yang mebaca maksud kearah mana penulis membimbing kita.Beberapa kekuranga dari buku ini yaitu memiliki beberapa kesalahan penulisan seperti ‘asas diskriminatif’ yang seharusnya di tulis asas ‘tidak diskriminatif’.

Informasi yang disuguhkan oleh penulis cukup meiliki wawasan yang luas untuk disuguhkan bagi dasar mempelajari hukum hak asasi manusia.

(7)
(8)

Referensi

Dokumen terkait

H2 : Faktor bauran pemasaran yang terdiri atas produk, harga, promosi dan lokasi berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian sayur organik CV Golden Leaf

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subyek penelitian adalah siswa kelas XII TPHP SMK Putra Wilis Kecamatan Sendang

At the same time, Bank Indonesia shared that it may maintain the benchmark rate at 7.5%, this would trigger more selling activity as market will start to

Dari wawancara, observasi, dan kajian pustaka, upacara seba dapat diartikan sebagai berikut: (1) kegiatan puncak dari ritual religius masyarakat Baduy, setelah

Bagi pihak sekolah, peneliti berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa gambaran empiris mengenai peningkatan kemampuan asertif siswa melalui

[r]

masyarakat Mandar di Kecamatan Sendana Kabupaten Majene ialah diantaranya: (1) penentuan calon dilihat dari akhlaknya yang baik (agama); (2) penjajakan dengan maksud

Dilihat dari aspek tekstur menunjukkan (F hitung > F (tabel) = 13,06 < 2,80) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari keempat sampel brownies kukus