• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 6 796 Muda Erlina

N/A
N/A
Violla Citra

Academic year: 2025

Membagikan "5 6 796 Muda Erlina"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

© Yayasan dari Internasional

Studi Jurnal Internasional

Studi, 2020

Hak Cipta © CSR, 2020

Abstrak. Hingga tahun 2020, masih terdapat 13.000 desa di Indonesia yang hingga saat ini belum memiliki akses internet. Ketiadaan jaringan internet membuat perekonomian

Implementasi sistem akuntansi yang berhasil diawali dengan penerapan akuntansi offline. Hal ini dikarenakan wilayah pedesaan secara geografis berbeda dan memiliki kualitas infrastruktur telekomunikasi yang tidak merata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi aplikasi akuntansi offline pada BUMDes di Indonesia.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Sebanyak 336 kuesioner dikumpulkan pada tahun 2018 untuk diolah lebih lanjut. Hipotesis dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan bantuan perangkat lunak Smart PLS 3.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruk seperti Pemahaman Konsep Single-Entry,

Pemahaman Konsep Double-Entry, Sumber Daya Manusia yang Kurang dan Ketidakmampuan Teknologi mempengaruhi implementasi aplikasi akuntansi. Kesimpulan praktis dari penelitian ini adalah para pemangku kepentingan terkait harus mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi pelaporan keuangan berbasis offline dalam upaya memberdayakan sumber daya manusia di lembaga ekonomi pedesaan. Kebaruan yang dihasilkan di sini berupa dimensi model Pembangunan Berkelanjutan untuk offline

pemberdayaan masyarakat sulit dilakukan. Hal ini menjadi kendala utama penerapan sistem akuntansi berbasis online di pedesaan. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa pembangunan pedesaan yang berkelanjutan diawali dengan upaya pemberdayaan sumber daya manusia sebagai penentu utama keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi offline yang dibutuhkan oleh Lembaga Usaha Pedesaan di Indonesia.

Erlina Erlina

ORCID 0000-0002-0495-8836 ORCID 0000-0001-6478-9934 Iskandar Muda

Indonesia

Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan implementasi

aplikasi akuntansi offline oleh perusahaan pedesaan di

Diterima:

Revisi ke-1:

Jurusan Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia

[email protected]

Oktober 2020 Jurnal Studi Internasional, 13(4), 70-88. doi:10.14254/2071-8330.2020/13-4/5

Januari 2020 Jurusan Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, Medan,

Indonesia

[email protected]

Muda, I., & Erlina, E. (2020). Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi offline oleh perusahaan pedesaan di Indonesia.

Diterima:

10.14254/2071- 8330.2020/13-4/5

Desember 2020

DOI:

Karya

(2)

1. PENDAHULUAN

Erlina Erlina

Iskandar Muda, Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk

mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

Akibatnya, hal itu menghambat kreativitas dan inovasi masyarakat pedesaan dalam mengelola dan menjalankan mesin ekonomi di pedesaan (Ho et al., 2019, Lyon-Hillet al., 2019, Tang, 2019, Wei & Li, 2019 dan Zhang et al., 2019). Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di pedesaan tidak berjalan efektif dan memiliki kecenderungan ketergantungan pada bantuan pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian. Sentra perekonomian di pedesaan adalah berdirinya kelembagaan ekonomi yang sepenuhnya dikelola oleh masyarakat desa. Agar kelembagaan ekonomi tersebut tidak dikuasai oleh golongan tertentu yang memiliki modal besar di pedesaan, maka kepemilikan kelembagaan desa dikuasai secara bersama-sama dengan tujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi kehidupan masyarakat bagi seluruh masyarakat.

Permasalahan utama pembangunan pedesaan adalah tidak banyak aset lokal yang secara langsung dikuasai oleh masyarakat pedesaan itu sendiri, masyarakat pedesaan memiliki akses yang terbatas terhadap sumber daya ekonomi seperti tanah, modal, input produksi, keterampilan, teknologi dan jaringan kerjasama (Zhang et al., 2004, Cunningham et al., 2008, Steiner & Atterton, 2015, Vixathep et al., 2019). Di sisi lain, rendahnya ketersediaan infrastruktur dan rendahnya kualitas sumber daya manusia, lemahnya lembaga dan organisasi berbasis masyarakat serta lemahnya koordinasi dalam pembangunan daerah pedesaan menjadi permasalahan tambahan bagi desa. Pembangunan pedesaan dilaksanakan dengan pendekatan multilateral (holistik), partisipatif, berdasarkan semangat kemandirian, lingkungan hidup, keberlanjutan, pemanfaatan sumber daya pembangunan yang harmonis dan sinergis.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menyebutkan bahwa BUMD adalah badan usaha milik desa yang didirikan oleh pemerintah desa yang pengelolaan modalnya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat desa yang bersangkutan.

Klasifikasi JEL: J24, O18

Pembangunan perdesaan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan mutu hidup manusia, serta menanggulangi kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Pembangunan basis ekonomi di perdesaan telah lama dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai program. Akan tetapi, belum memberikan hasil yang memuaskan seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan kurang

berhasilnya program-program tersebut, salah satu faktor yang paling dominan adalah terlalu banyaknya campur tangan pemerintah.

Kata Kunci: konsep entri ganda, buta teknologi, implementasi yang berhasil, aplikasi akuntansi offline.

pengembangan sistem akuntansi meliputi aspek-aspek seperti Konsep Entri Tunggal, Konsep Entri Ganda, Sumber Daya Manusia, aspek teknis, dan pelatihan.

BUMD dibentuk dengan tujuan untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan mencegah berkembangnya sistem bisnis kapitalis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan sosial lokal yang unik. Menurut data Kementerian Keuangan, hingga tahun 2017 terdapat total 94.954 desa di seluruh negeri. Dari jumlah tersebut, 18.000 telah memiliki BUMDes aktif di seluruh Indonesia. Ada sejumlah besar BUMDes aktif di Indonesia, oleh karena itu, diharuskan untuk membuat laporan keuangan bulanan dari unit bisnis mereka, dan laporan keuangan ini harus disiapkan secara jujur dan transparan. Selain itu, BUMDes diharuskan untuk melaporkan kemajuan unit bisnis mereka kepada penduduk desa melalui rapat desa yang diadakan setidaknya 2 kali setahun. Dalam praktiknya, pendirian BUMDes oleh pemerintah desa diamanatkan dalam Undang-Undang No. 6 tahun 2014 (Budiono et al., 2015). Untuk memastikan BUMDes dikelola secara efisien, rapi, dan transparan, perlu

dikembangkan dan digunakan aplikasi yang tidak harus terhubung dengan internet (memiliki apa yang disebut offline).

(3)

Purnamasari (2016) menyatakan bahwa dari Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal sebagaimana dikutip dari siaran berita di www.bpkp.go.id menyatakan bahwa secara umum BUMDes menghadapi kendala dalam mengakses, mengembangkan, dan mengolah informasi. Ditegaskannya, minimnya informasi mengakibatkan rendahnya efektivitas dan efisiensi pengelolaan BUMDes. Selain itu, bagi pemangku kepentingan, minimnya informasi/asimetri informasi mengakibatkan rendahnya

transparansi dan akuntabilitas BUMDes terkait. Pemanfaatan teknologi informasi dapat memangkas biaya transaksi dan memungkinkan BUMDes mengakses informasi pasar secara lebih efektif. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi offline pada Badan Usaha Milik Desa di Indonesia, yaitu Pemahaman Konsep Single Entry, Pemahaman Konsep Double Entry, Rendahnya Sumber Daya Manusia, dan Kurangnya Literasi Teknologi dengan Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi sebagai variabel moderasi terhadap Keberhasilan Penerapan Aplikasi Akuntansi. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah variabel Pemahaman Konsep Single Entry, Pemahaman Konsep Double Entry, Sumber Daya Manusia Kurang, dan Buta Teknologi disertai Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi sebagai variabel moderasi berpengaruh terhadap Keberhasilan Penerapan Aplikasi Akuntansi. Software akuntansi berbasis offline merupakan software akuntansi yang terpasang secara permanen pada komputer. Keunggulan software ini adalah memiliki kinerja yang baik karena berjalan berdasarkan spesifikasi perangkat keras yang terpasang pada komputer.

Mengingat pentingnya sistem informasi akuntansi dalam menyediakan informasi bisnis yang berharga, khususnya perusahaan desa, maka kehandalan atau reliabilitas sangatlah penting. Terutama data yang tersimpan dalam sistem biasanya menyangkut privasi dan kelangsungan usaha suatu perusahaan. American Institute of CPA dan Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA) telah mengidentifikasi lima prinsip dasar yang penting bagi kehandalan sistem ini, misalnya, (1) Keamanan, yaitu akses terhadap sistem dan data dikontrol dan dibatasi hanya pada orang yang berwenang, (2) Kerahasiaan yaitu

perlindungan terhadap informasi yang sensitif dari pengungkapan yang tidak sah. (3) Privasi, yaitu pengumpulan, penggunaan, dan pengungkapan informasi pribadi tentang pelanggan dilakukan dengan cara yang tepat dan rahasia. (4) Proses yang terpadu (5) Pengolahan data yang akurat, lengkap, dan tepat waktu dilakukan dengan otorisasi yang tepat. (6) Ketersediaan sistem untuk memenuhi kewajiban operasional sesuai kontrak. Pentingnya sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan. Oleh karena itu, pemilihan software akuntansi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan bisnis menjadi faktor yang krusial. Software akuntansi berbasis cloud yang sudah banyak digunakan oleh

perusahaan multinasional hingga UKM (Young, 1993 dan Zubovic dan Jovanovic, 2019). Tanpa perlu melakukan instalasi dan dapat digunakan kapan saja dan dimana saja. Dapat digunakan pada sistem operasi apa saja, mulai dari Mac, Windows, bahkan Linux. Hal ini dapat diaplikasikan jika memiliki jaringan internet yang baik. Daerah pedesaan yang luas di Indonesia belum mendukung hal tersebut. Maka solusi untuk aplikasi Offline menjadi pilihan terutama bagi perusahaan pedesaan.

Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Young (1993) dan Zubovic dan Jovanovic (2019) dimana keberhasilan penerapan sistem akuntansi pada lembaga pedesaan ditentukan oleh penggunaan dan penerapan cloud computing. Penelitian tersebut adalah penerapan akuntansi

Kelebihan lainnya adalah software ini tidak memerlukan jaringan internet sehingga dapat dibuka di luar jaringan yang ada.

Dengan spesifikasi komputer yang sesuai, software ini dapat berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan. Kekurangan dari software akuntansi offline adalah tidak dapat diakses dari jarak jauh apabila ada keperluan untuk melakukan monitoring atau mengambil database. Selain itu, software ini tidak dapat di-share karena memiliki serial number yang berbeda satu dengan yang lain untuk perangkat komputer yang berbeda. Software yang berbasis offline berdasarkan pengalaman pengguna sangat efektif untuk lembaga yang berada di daerah pedesaan dengan kondisi geografi pegunungan dan cuaca yang tidak stabil.

Selain itu dari segi operator yang jarang bepergian ke luar daerah mode offline lebih baik dibandingkan dengan online.

Mudah digunakan oleh pengelola BUMDes (Adisasmita, 2006). Aplikasi yang sudah ada antara lain aplikasi sederhana berbasis Excel, MYOB Accounting, Accurate Accounting, dan aplikasi gratis dari Kementerian Desa dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Jil.13, No.4, Tahun 2020

Jurnal Studi Internasional

(4)

Sistem Informasi Akuntansi merupakan proses pengumpulan data, pengolahan data menjadi informasi dan penyaluran informasi tersebut kepada para pengguna (Muhammad et al., 2019). Tujuan dari sistem informasi akuntansi adalah untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah data keuangan dan akuntansi untuk menghasilkan laporan/

informasi yang dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan bisnis. Dahulu pencatatan akuntansi masih banyak menggunakan sistem manual, namun seiring dengan adanya disrupsi seiring dengan adanya revolusi industri, kini sebagian besar sistem informasi akuntansi sudah menggunakan otomatisasi (Ghorbel, 2019 dan Holsapple, 2019). Fungsi Sistem Informasi Akuntansi yaitu, fungsi pertama adalah pengumpulan dan penyimpanan data mengenai aktivitas keuangan organisasi secara efisien dan efektif, meliputi perolehan data transaksi dari dokumen sumber, pencatatan transaksi dalam jurnal, dan pembukuan data dari jurnal ke buku besar.

Fungsi kedua adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan, meliputi pembuatan laporan manajerial maupun laporan keuangan misalnya laporan laba rugi dan fungsi ketiga adalah sistem ini memastikan data transaksi bisnis anda tercatat dan terproses secara akurat dan aman.

Sistem Informasi Akuntansi yang terdiri dari siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus produksi, siklus pembiayaan dan sistem buku besar serta pelaporan akan mudah terintegrasi dan berjalan secara bersamaan apabila terdapat satu menu yang mampu beroperasi secara bersamaan dalam satu waktu.

Hasil yang diharapkan dari makalah ini berkontribusi pada fakta bahwa model jaringan luring diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan di lembaga pedesaan.

Aplikasi yang berbasis cloud computing belum dapat diaplikasikan dengan berbagai kendala berupa aspek sumber daya manusia yang belum memungkinkan serta terkendalanya jaringan internet yang mampu menjangkau daerah pedesaan.

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan, menjaga keberlanjutan perikehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan melaksanakan tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya (Nurlina et al., 2019). Pembangunan berkelanjutan terletak pada persoalan bagaimana lingkungan hidup seharusnya diperlakukan agar dapat berperan dalam keberlanjutan ekonomi sebagai sumber daya untuk meningkatkan taraf hidup. Kimbu et al., (2019) menyatakan bahwa pembangunan sumber daya manusia memiliki peran penting dalam mewujudkan manusia yang maju dan mandiri sehingga mampu bersaing di era globalisasi. Cetinel et al., (2008) menyatakan bahwa pembangunan skolastik pendidikan merupakan investasi dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga berperan signifikan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi serta pengurangan kemiskinan dan pengangguran. Pembangunan skolastik diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mendukung terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia, bermartabat, dan menghargai keberagaman sehingga mampu bersaing di era global dengan tetap berlandaskan pada norma-norma masyarakat dan tanpa diskriminasi (Ding et al., 2001, Hanh, 2019 dan Williams, 2019). Komitmen pemerintah terhadap pendidikan harus tercermin dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang memiliki keahlian, profesionalisme, produktif dan berdaya saing secara mandiri serta mampu secara sehat di dunia kerja. Sumber Daya Manusia mempengaruhi kegiatan yang akan dilakukan oleh sumber daya manusia itu sendiri.

Erlina Erlina

Iskandar Muda, Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk

mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

2.2. Pembangunan Berkelanjutan 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Informasi Akuntansi

(5)

2.3 Pemberdayaan Pedesaan dengan Usaha Pedesaan

2.4 Kesejahteraan Warga Desa

Jil.13, No.4, Tahun 2020

Jurnal Studi Internasional

Pembukuan harus dikontrol secara rutin, misalnya setiap bulan untuk menghindari penipuan.

Desa merupakan cikal bakal terbentuknya suatu masyarakat politik dan pemerintahan jauh sebelum negara dan bangsa ini terbentuk, struktur sosial masyarakat desa, masyarakat adat dan sebagainya, telah menjadi suatu lembaga sosial yang mempunyai kedudukan yang sangat penting (Demir, 2019, García-Cortijo et al.,

Agar menjadi kuat dan mampu menentukan nasibnya sendiri, suatu masyarakat tidak cukup hanya dibangunkan dan dilatih keterampilannya saja, tetapi juga harus terorganisasi. Terorganisasi artinya segala sesuatunya dilakukan dengan tertib, ada pembagian tugas di antara individu-individu yang akan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, dan ada kepemimpinan yang tidak hanya terdiri dari beberapa orang saja, melainkan kepemimpinan pada berbagai tingkatan. Tugas harus dibagi-bagi oleh berbagai kelompok, termasuk kaum muda, wanita, dan orang tua. Pembukuan yang sehat juga sangat penting. Setiap orang harus mengetahui penggunaan uang dan apa saja sisanya.

Badan Usaha Milik Desa merupakan badan usaha yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan modal secara langsung yang berasal dari kekayaan desa (Psychogios & Prouska, 2019, Zhu &

Warner, 2019). Lembaga ini diprediksi akan menjadi kekuatan yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan melalui produktivitas ekonomi di desa berdasarkan berbagai potensi yang dimiliki desa. Cheah et al., (2019) menyatakan bahwa Badan Usaha Milik Desa lahir sebagai lembaga desa yang berfungsi untuk menciptakan kesejahteraan warga dengan memanfaatkan aset dan potensi yang dimiliki desa serta berbekal modal dari desa.

Pemberdayaan merupakan peningkatan kemandirian masyarakat yang didasarkan pada kapasitas dan kekuatan internal masyarakat baik terhadap sumber daya manusia material maupun non material melalui redistribusi modal.

Oleh karena itu, pemberdayaan bersifat individual dan kolektif. Pemberdayaan juga merupakan proses yang melibatkan perubahan hubungan kekuasaan antara individu, kelompok, dan lembaga. Pemberdayaan lebih mudah dijelaskan ketika manusia berada dalam keadaan tidak berdaya, tidak berdaya, tidak mampu menolong dirinya sendiri, kehilangan kemampuan untuk mengendalikan hidupnya sendiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu program pemerintah desa yang bersifat lunak dalam memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki agar dapat berkembang dan membantu proses kemajuan desa (García-Cortijo et al., 2019). Sasaran dalam program pemberdayaan masyarakat ini meliputi segala bidang, mulai dari pemerintahan, kelembagaan, kesehatan dan perekonomian masyarakat (Knight et al., 1999 dan Xheneti et al., 2019). Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat desa, yaitu:

Pertama, pendekatan terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus diarahkan pada keberpihakan kepada masyarakat miskin; Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama memfasilitasi penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi; Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan

pengorganisasian kelompok masyarakat miskin perlu didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok tersebut untuk mempercepat tercapainya kemandirian pemberdayaan masyarakat dalam bidang tata kelola pemerintahan desa meliputi seluruh sumber daya yang ada dalam tata kelola pemerintahan desa seperti kepala desa dan perangkat desa (McDonagh & Commins, 1999, Kimando et al., 2012, Su et al., 2019). Bentuk pemberdayaan tersebut dapat berupa pelatihan, musyawarah dalam penyusunan program desa, koordinasi dalam pelaksanaan program desa, dan peningkatan kualitas kinerja dalam pemerintahan desa (Woo, 2005 dan Lehman et al., 2019). Dengan adanya program pemberdayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintahan desa dalam membangun dan memajukan desa. Program pemberdayaan masyarakat dalam bidang kelembagaan meliputi seluruh kelembagaan masyarakat yang ada di desa. Program ini bertujuan untuk membangun kelembagaan yang lebih terarah, produktif dan terorganisasi. Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, penyelenggaraan kegiatan, dan peningkatan sarana/prasarana. Adanya program pemberdayaan pada sektor kelembagaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja kelembagaan sehingga dapat membantu pemerintah

desa/kelurahan dalam menjalankan roda pembangunan (Chow et al., 2000, Dacosta & Carroll, 2001, Ding et al., 2004; Yanget al., 2019).

(6)

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Pembangunan desa merupakan suatu proses kegiatan untuk meningkatkan pemberdayaan dalam mencapai masa depan yang lebih baik. Pengertian tersebut mencakup upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat bahkan sejalan dengan era otonomi, makna konsep tersebut seharusnya diperluas dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan (Huang et al., 2019, Maulida &

Rarasati, 2019, Rezaei-Moghaddam & Izadi, 2019 dan Zhang, 2020,). Masyarakat merupakan subjek pembangunan bukan objek pembangunan yang mampu menetapkan tujuan, menguasai sumber daya yang dimiliki dan mengarahkan proses pembangunan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan pembangunan yang lebih diutamakan untuk memulihkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat atau meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan menegakkan citra pemerintah daerah dalam pembangunan. Kerangka konseptual yang dapat dibentuk seperti terlihat pada Gambar 1 sebagai berikut:

2019 dan Ira, 2019). Mereka adalah lembaga otonom dengan tradisi, adat istiadat, dan hukum mereka sendiri dan relatif independen. Proses reformasi politik dan pemerintahan di mana perubahan prinsip pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi berimplikasi pada pelaksanaan pemerintahan desa di mana pemerintahan desa diberi

kesempatan untuk berkembang dengan pengawasan dan bimbingan dari pemerintah terhadapnya (Findlay et al., 1994, Wu, 1994, Stathopoulou et al., 2004, Berkes & Davidson-Hunt, 2007, Steiner & Atterton, 2015 dan Zhou, 2019).

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa variabel Konsep Single Entry berpengaruh terhadap variabel Keberhasilan Penerapan Aplikasi Akuntansi. Apabila prinsip Single Entry diterapkan maka akan mampu meningkatkan keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi. Apabila single entry tidak diterapkan maka aplikasi akuntansi tidak akan berjalan. Begitu juga apabila diterapkan model akuntansi double entry bookkeeping maka akan menunjang keberhasilan sistem akuntansi. Selain itu keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi akan lebih baik apabila didukung oleh faktor sumber daya manusia yang memadai. Sumber daya manusia yang memadai dapat diperoleh dengan pelatihan dan pengetahuan yang memadai terhadap perangkat aplikasi. Selain itu keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi akan lebih baik apabila didukung oleh faktor Technologically Illiterate yang memadai. Technologically Illiterate meliputi dukungan perangkat keras dan perangkat lunak yang memadai. Variabel Pelatihan Aplikasi Akuntansi juga berperan dalam meningkatkan kemampuan penerapan aplikasi akuntansi.

Konsep Entri

Aplikasi

Secara teknologi Buta huruf (X4)

(Y) Ganda-

Konsep Entri Iskandar Muda,

Pelatihan Akuntansi Erlina Erlina

Aplikasi

Yang Sukses

Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

(Z) Manusia

Implementasi

n dari

Tunggal-

Akuntansi Sumber Daya (X3)

(X1)

(X2)

(7)

4.1. Hasil

4.1.1. Karakteristik Responden 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 3. METODE

1

Persentase 100%

336

2 80%

80%

Kuesioner dibagikan

3

Jurnal Studi Internasional

4

Catatan

Jil.13, No.4, Tahun 2020

Kuesioner diterima Kuesioner hilang

Total

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

420

-

336

TIDAK.

b. Jika nilai t hitung lebih kecil dari 1,96 maka Hÿ ditolak.

Gambaran umum responden yang ditentukan oleh peneliti berkaitan dengan pengolahan data dalam upaya pengujian hipotesis, seperti dalam hal penyebaran hasil kuesioner, hasil statistik deskriptif, pengujian hipotesis dan pembahasan, penyebaran kuesioner yang dilakukan oleh peneliti pada tahun 2018 dengan menyebarkan kuesioner yang kembali sebanyak 336 kuesioner untuk manajer keuangan. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada 420 responden dan kembali sebanyak 336 kuesioner, pada Tabel 1 berikut:

a. Jika nilai t hitung lebih besar dari 1,96 maka Hÿ diterima.

Tingkat Pengambilan Kuesioner

Variabel moderasi adalah Pelatihan Aplikasi Akuntansi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Keberhasilan Implementasi Aplikasi Akuntansi. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan metode analisis Structural Equation Model (SEM) dengan pengukuran Partial Least Square (PLS). Alasan penggunaan Smart PLS adalah karena pengujian outer model dimana model Structural Equation Modeling hanya menguji hubungan indikator dengan variabelnya yang bersifat refleksif, sedangkan pada PLS dapat bersifat refleksif maupun formatif sehingga penentuan indikator dapat didasarkan pada teori atau mengadaptasi indikator yang telah

digunakan sebelumnya. Structural Equation Model merupakan teknik statistika yang memungkinkan sekumpulan hubungan yang relatif kompleks untuk diuji secara simultan maupun parsial. Sedangkan pengukuran PLS dapat digunakan pada semua jenis skala data (nominal, ordinal, interval atau rasio) serta persyaratan asumsi yang lebih fleksibel. PLS juga digunakan untuk mengukur hubungan antara setiap indikator dengan konstruknya. Selain itu pada PLS juga dilakukan pengujian bootstrapping terhadap model struktural, khususnya outer model dan inner model. Pengujian hipotesis disajikan berdasarkan tujuan penelitian. Tingkat keyakinan yang digunakan adalah 95%

sehingga tingkat presisi atau batas ketidakakuratan sama dengan (ÿ) = 5% = 0,05. Pada tabel 1,96 dihasilkan persamaan (Ringle et al, 2015), yaitu:

Tabel 1 Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada masing-masing Badan Usaha Milik Desa. Populasi penelitian adalah pengurus Badan Usaha Milik Desa di seluruh Indonesia. Sampel penelitian adalah 336 orang yang bertugas mengelola keuangan Badan Usaha Milik Desa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemahaman Konsep Single Entry, Pemahaman Konsep Double Entry, Sumber Daya Manusia Kurang, dan Buta Teknologi.

Penelitian ini mengkaji Badan Usaha Milik Desa/Perusahaan Perdesaan (BUMDes) di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena data yang digunakan berupa angka. Sumber informasi utama dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari Badan Usaha Milik Desa. Data yang digunakan adalah data primer.

Sumber: perhitungan sendiri

(8)

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Dari Tabel 4 di atas mengenai karakteristik responden berdasarkan masa kerja dapat diketahui bahwa sebanyak 87 responden atau 25,89% responden mempunyai masa kerja lebih dari 1 tahun, sebanyak 203 responden atau 60,42% mempunyai masa kerja 1-2 tahun, sebanyak 46 responden atau 13,69% responden mempunyai masa kerja lebih dari 2 tahun.

Sumber: perhitungan sendiri

Berdasarkan Tabel 3 di atas mengenai karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat diketahui bahwa sebanyak 245 responden atau 72,90% memiliki pendidikan terakhir pada jenjang SMA, sebanyak 23 responden atau 6,85% memiliki pendidikan terakhir Diploma, sebanyak 42 responden atau 12,50% memiliki pendidikan terakhir pada jenjang Sarjana. Sebanyak 3 responden atau 0,009% yang memiliki pendidikan terakhir pada jenjang Magister.

Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja pada BUMDE, dengan rincian pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Sumber: perhitungan sendiri

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada pengelola keuangan BUMDE terdapat 336 kuesioner yang kembali dengan tingkat pengembalian 100% sehingga terdapat 336 kuesioner yang siap untuk diolah. Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul, maka diperoleh data tentang responden dengan karakteristik data yang terdiri dari jenis kelamin, pendidikan terakhir dan masa kerja.

Berikut ini adalah tabel 2:

Tabel 2

Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 143 responden atau 42,56% berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 193 responden atau 57,44% berjenis kelamin perempuan, sedangkan karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir terdapat pada Tabel 3 dibawah ini:

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: perhitungan sendiri Erlina Erlina

193

3

TIDAK.

1

0,009%

1-2

23

Total Pria

Total.

0,6,85%

Sekolah Menengah Atas

60,42%

Persentase

4

203 143

42 Iskandar Muda,

12,50%

2

Total

TIDAK.

< 1

Total

Menguasai

100%

Pengalaman (Tahun)

Total

Persentase

3

Sekolah Menengah Pertama

25,89%

2

87 Total

23 6,85%

1

Jenis kelamin

100%

57,44%

Jenjang pendidikan

Sarjana

336 336

Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

336

Persentase.

2

100%

1

>2 Perempuan

245 72,90%

TIDAK

Diploma

13,69%

42,56%

5

46 3

(9)

Sumber: Data primer diolah (2018).

3, nilai maksimum 15, nilai rata-rata 6,80 dan simpangan baku 3,21. Pada variabel Buta Teknologi dengan nilai minimum 3, nilai maksimum 15, nilai rata-rata 6,13 dan simpangan baku 2,26. Pada variabel Pelatihan

Penggunaan Aplikasi Akuntansi dengan nilai minimum 3, nilai maksimum 13, nilai rata-rata 6,13 dan simpangan baku 2,26. Pada variabel Penerapan Aplikasi Akuntansi yang Berhasil dengan nilai minimum 3, nilai maksimum 15, nilai rata-rata 9,43 dan simpangan baku 3,70.

Statistik deskriptif

Tabel 6 Tabel 5

Berdasarkan Tabel 5 hasil tabulasi data penelitian yang telah dilakukan dengan 338 responden telah terkumpul, dapat diketahui bahwa variabel Pemahaman Konsep Single Entry memiliki nilai minimum 3, maksimum 15, mean 6,91 dan simpangan baku 3,19. Pada variabel Pemahaman Konsep Double Entry dengan nilai minimum 3, maksimum 15, mean 7,43 dan simpangan baku 3,10. Untuk variabel Sumber Daya Manusia Kurang Baik dengan nilai minimum 3, maksimum 15, mean 7,43 dan simpangan baku 3,10.

yang terdiri dari nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan simpangan baku pada Tabel 5 berikut.

Analisis hasil pengolahan data penelitian dapat dilihat dari hasil statistik deskriptif

Model luar dinilai dengan melihat validitas konvergen (nilai faktor pemuatan untuk setiap model yang dibangun). Faktor pemuatan yang lebih besar dari 0,70 sangat disarankan, namun, faktor pemuatan antara 0,50 dan 0,60 masih dapat diterima selama model masih dalam tahap pengembangan (Ringle et al., 2015).

Berdasarkan pengolahan data pada Tabel 6, dihasilkan hasil berikut:

Faktor Pemuatan

2

Implementasi

Manusia

Buta huruf

Konsep * Pelatihan Penggunaan Akuntansi

Beban Luar

penemuan

Memengaruhi

Konsep

S

Lajang- Pelatihan di

Memengaruhi

Konsep

1.205

Dimengerti

Teknologi

Akuntansi Dobel- secara logis

Pemahaman tentang Sistem Entri Tunggal

Konsep * Pelatihan

tion dari

Akuntansi Sumber Daya

3

Memengaruhi

Pintu masuk S

Aplikasi

Miskin Berhasil

Efek 1

Mengerti

Menggunakan

Aplikasi

Pintu masuk

1.195

dandanan

adalah

Pemahaman tentang Double Entry

4

Aplikasi

4.1.3. Pengujian Pengukuran (Model Luar) 4.1.2. Statistik Deskriptif

Pemahaman tentang Konsep Single-Entry

3

338 3

15

6.80 Sumber Daya Manusia yang Buruk

Deviasi Standar.

Jil.13, No.4, Tahun 2020

2.26 3

338

6.91

Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses 338

338

3.21

13 3

Buta Teknologi

3.19

338

15

9.43 Pemahaman tentang Konsep Double Entry

Jurnal Studi Internasional

338

15

7.61 N Min. Maks. Rata-rata.

3.70 3

7.43

Berlaku N 338

3.17 3

15 15

Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi 6.13

3.10

(10)

Akuntansi

X12

Bahasa Inggris Y12

tahun 14

dalam Penggunaan Akuntansi

0.913

X21 Secara teknologi

0,825 Sumber daya *

1.370

Z13

0.904

X22

0.918

0.898

0.733 Aplikasi

Tahun 11

Z11

0.923

X23

Bahasa Indonesia: X43

Buta Huruf * Pelatihan Penggunaan Akuntansi

0,945 tahun

0.720

0.815

Bahasa Indonesia: X41

Aplikasi

Tahun 13

0.923

0.850

Bahasa Indonesia: X32

Pelatihan Penggunaan

0.833

X11

X13

0.904

Bahasa Indonesia: X42

0,925 Manusia Miskin

Bahasa Indonesia: Z12

1.421

0.902

0.911

0,774 tahun

Bahasa Indonesia: X31

Bahasa Indonesia: X33

0,936 tahun

Aplikasi

Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

Iskandar Muda, Erlina Erlina

Gambar 2. Nilai Faktor Pemuatan

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa faktor pemuatan menghasilkan skor lebih besar dari skor yang direkomendasikan sebesar 0,70 atau antara 0,50 dan 0,60. Ini berarti bahwa indikator yang digunakan dalam penelitian ini valid. Berikut ini adalah diagram faktor pemuatan masing-masing indikator model penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 2:

Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan SmartPLS 3.0 (2018).

(11)

Buta Teknologi Sumber:

Hasil Pengolahan Data Menggunakan SmartPLS 3.0 (2018).

Dengan kata lain, semua konstruk atau variabel penelitian sebagai alat ukur sudah sesuai. Sedangkan nilai Cronbach Alpha ditunjukkan pada Tabel 8 sebagai berikut:

Keandalan Komposit

Tabel 8 Tabel 7

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan nilai masing-masing variabel yaitu Pemahaman Konsep Single Entry (0,937 >

0,70), Pemahaman Konsep Double Entry (0,854 > 0,70), Sumber Daya Manusia Kurang (0,933 > 0,70), Buta Teknologi (0,902 > 0,70), Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi (0,885 > 0,70) dan Keberhasilan Penerapan Aplikasi Akuntansi (0,934 > 0,70). Hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai di atas 0,70. Hal ini menunjukkan konsistensi dan stabilitas instrumen yang digunakan tinggi.

Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat indikator yang mengukur konstruk dan dari semua skor yang dihasilkan, tidak ada yang lebih kecil dari 0,50. Reliabilitas diuji dengan melihat skor reliabilitas komposit dan alpha Cronbach (Ringle et al., 2015). Berdasarkan pengolahan data, hasil berikut dihasilkan pada Tabel 7:

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa masing-masing indikator berada di atas 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing indikator telah memenuhi validitas konvergensi.

Buta Teknologi Sumber:

Hasil Pengolahan Data Menggunakan SmartPLS 3.0 (2018).

konstruk eksogen dan endogen sangat andal karena semua skor yang dihasilkan lebih dari 0,70.

Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa skor reliabilitas komposit dan alpha Cronbach untuk semua instrumen penelitian Tabel Alfa Cronbach

1.000

0.902 0,885

1.000 Pemahaman tentang Konsep Double Entry

0.900 Efek 2

1.000

Jil.13, No.4, Tahun 2020

1.000

0.854

1.000 Pelatihan Cara Menggunakan Aplikasi Akuntansi

0.838

Sumber Daya Manusia yang Buruk

Efek 3

Sumber Daya Manusia yang Buruk

0.749 Pemahaman tentang Konsep Single-Entry

Efek 1

Pemahaman tentang Konsep Single-Entry

0.808 Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses

1.000 Jurnal Studi Internasional

Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses

1.000 Efek 3

Keandalan Komposit

0,934 tahun

0,933

1.000 Efek 1

Pelatihan Cara Menggunakan Aplikasi Akuntansi Efek 4

0,937 tahun

Alfa Cronbach

0,905 tahun

0.892 Efek 4

Pemahaman tentang Konsep Double Entry Efek 2

4.1.4. Uji Keandalan

(12)

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa nilai R-Square untuk variabel Keberhasilan Penerapan Aplikasi Akuntansi adalah sebesar 0,831 (83,1%) dan nilai adjusted R-Squared sebesar 0,802 (80,20%), artinya variabilitas konstruk Keberhasilan Penerapan Aplikasi Akuntansi dapat dijelaskan oleh konstruk Pemahaman Konsep Single Entry, Pemahaman Konsep Double Entry, Kurangnya Sumber Daya Manusia, dan Kurang Literasi Teknologi serta konstruk Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi dan interaksi antara keduanya mencapai 83,1% (untuk nilai adjusted R-Squared sebesar 80,20%).

Pengujian hipotesis disajikan pada Tabel 10 berikut ini:

Tabel 10 Tabel R-Kuadrat

Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses Sumber:

Hasil Pengolahan Data Menggunakan SmartPLS 3.0 (2018).

Tabel 9 Model luar yang menentukan hubungan antara variabel laten dan indikator atau variabel manifesnya (model pengukuran). Model luar sering disebut hubungan luar yang menentukan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel laten yang dibentuknya. Setelah model yang diestimasi ditemukan memenuhi kriteria Model Luar, pengujian model struktural (model dalam) dilakukan setelahnya. Model dalam berfungsi untuk menjelaskan dan menentukan hubungan antara variabel laten berdasarkan teori substantif. Model dalam bertujuan untuk memeriksa hubungan antara konstruk dan nilai signifikansi dan nilai R-Square. Berikut adalah nilai R-Square dari konstruk pada Tabel 9 sebagai berikut:

Tabel Koefisien Jalur

Sumber Daya Manusia Kurang -> Implementasi Aplikasi Akuntansi

Berhasil Buta Teknologi -> Implementasi Aplikasi Akuntansi Berhasil

0,011 Sampel Asli

0,158 Efek 1->Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses Efek 2

->Implementasi

Aplikasi Akuntansi yang Sukses Efek 3 ->Implementasi Aplikasi Akuntansi yang

Sukses Efek 4 ->Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses Pelatihan Cara

Menggunakan Aplikasi Akuntansi -

0,053

0.418 -0,006

0.458

0,145

9.653 Rata-rata (M)

0,125

0.659

0,099 tahun

>Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses

0.000

0,069 tahun

0.856 0,053

1.414 t Statistik p Nilai

0.419

0,084 tahun

0.182

0,068 tahun

Mencicipi

-0,116

Pemahaman tentang Konsep Entri Tunggal -

0.442

-0,697

0,061 tahun

3.534 0,093

0.372

0.102 Deviasi

0.000

>Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses

0,036 hari

-0,663 -0.112

0,013 (HAI)

-0,707

>Implementasi Aplikasi Akuntansi yang Sukses

0.121

0.647

0.119

-0,001 detik

0.000 Standar

0.894

0.140 0,039

7.164 Pemahaman tentang Konsep Double Entry -

-0,656

0,945 tahun

4.1.6. Pengujian Hipotesis

4.1.5. Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Persegi

Indikator R-Kuadrat

0.831

Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

Disesuaikan R- Erlina Erlina

Iskandar Muda,

0.802

(13)

Gambar 3. Output Bootstrapping

Gambar 3 menunjukkan resampling data dalam melengkapi statistik ukuran sampel merepresentasikan data populasi sebenarnya. Konstruk Sumber Daya Manusia berpengaruh positif terhadap Keberhasilan Implementasi Aplikasi Akuntansi dengan nilai koefisien parameter sebesar 0,419 dan tingkat signifikansi sebesar 5%; konstruk Buta Teknologi berpengaruh negatif terhadap Keberhasilan Implementasi Aplikasi Akuntansi dengan nilai koefisien parameter sebesar -0,656 dan tingkat signifikansi sebesar 5%; sedangkan konstruk Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi tidak berpengaruh terhadap Keberhasilan Implementasi Aplikasi Akuntansi. Konstruk interaksi antara pemahaman konsep Single-Entry, pemahaman konsep Double-Entry, Sumber Daya Manusia, Buta Teknologi dan Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi Aplikasi Akuntansi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan berupa moderasi atau konstruk Pelatihan Penggunaan Aplikasi Akuntansi bukan merupakan moderasi.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan SmartPLS 3.0 (2018).

Pada Tabel 10, pengujian hubungan antar konstruk menunjukkan bahwa pemahaman konstruk terhadap konsep Single-Entry tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan Aplikasi Akuntansi; pemahaman konstruk terhadap konsep Double-Entry berpengaruh negatif terhadap Keberhasilan Penerapan Aplikasi Akuntansi dengan nilai koefisien parameter sebesar -0,707 dan tingkat signifikansi sebesar 5% (nilai t hitung lebih besar dari 1,96). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat variabel tidak signifikan jika diperkuat oleh variabel moderating. Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan nilai t-statistik berdasarkan output menggunakan SmartPLS 3.0 pada Gambar 3 sebagai berikut:

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) memerlukan pengembangan kapasitas manajerial bagi para pengelolanya.

Pengelola BUMDes memerlukan pengetahuan tentang perencanaan, pengembangan produk, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, pencatatan keuangan sesuai standar akuntansi, dan mencari investor. Setiap Pemerintah Desa memberikan “itikad baik” dalam menanggapi pendirian BUMDes. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang bergerak di wilayah pedesaan, BUMDes pasti memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes dapat memberikan kontribusi

Jil.13, No.4, Tahun 2020

Jurnal Studi Internasional

5. DISKUSI

(14)

Untuk mencapai tujuan Badan Usaha Milik Desa, dilakukan dengan memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui penyaluran barang dan jasa yang dikelola oleh masyarakat dan pengaturan desa. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat Badan Usaha Milik Desa akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan perekonomian desa. Kelembagaan ini juga dituntut untuk mampu memberikan pelayanan kepada nonanggota (luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang menerapkan standar pasar. Artinya, ada mekanisme kelembagaan/pengaturan yang disepakati bersama, agar tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan akibat usaha yang dijalankan Badan Usaha Milik Desa.

Oleh karena itu, diperlukan upaya sungguh-sungguh agar pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, profesional, dan mandiri.

signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Disamping itu agar tidak berkembangnya sistem bisnis kapitalistik di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Pembentukan dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa merupakan wujud pengelolaan

ekonomi produktif desa yang dilaksanakan secara kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan.

Program pemberdayaan masyarakat pada bidang ekonomi yang digerakkan oleh perusahaan desa merupakan program pemerintah untuk meningkatkan perekonomian desa. Program ini meliputi pemberdayaan UKM, industri rumah tangga, kelompok tani, pasar, dan masyarakat pendukung ekonomi lainnya (Warner, 1995, Okpukpara, 2009, Pham dan Matsunaga, 2019). Bentuk program pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, workshop, permodalan, bantuan peralatan produksi, perbaikan sarana/prasarana dan lain-lain. Dengan adanya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat di bidang teknologi merupakan program pemerintah desa dalam mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, pemanfaatan teknologi juga dapat meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Desa dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Yang dimaksud dengan "kebutuhan dan potensi desa" adalah: a. Kebutuhan masyarakat terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok; b. Tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama kekayaan desa dan ada permintaan di pasar; c. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat; d. Adanya unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang pengelolaannya bersifat parsial dan tidak terakomodasi; BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Yang dimaksud dengan "usaha desa" adalah jenis usaha yang meliputi jasa ekonomi desa seperti: a. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha lain yang sejenis; b. Penyaluran sembilan bahan pokok perekonomian desa; c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan agribisnis; d. Industri dan kerajinan rakyat.

Keterlibatan Pemerintah Desa sebagai sumber permodalan terbesar bagi BUMDes atau sebagai pembina dan masyarakat diharapkan mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal, yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik di dalam maupun di luar desa). Begitu pula Pemerintah Desa berperan dalam menetapkan BUMDes sebagai badan hukum yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang dibangun dalam masyarakat desa. Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes diatur melalui Peraturan Daerah setelah

memperhatikan ketentuan di atas. Melalui mekanisme swadaya dan berbasis anggota, BUMDes juga merupakan perwujudan peran serta masyarakat desa secara menyeluruh, agar tidak tercipta model bisnis yang dihegemoni oleh kelompok tertentu di tingkat desa. Artinya, sistem pengaturan ini diwujudkan dalam mekanisme

kelembagaan yang kokoh. Penguatan kapasitas kelembagaan akan diarahkan pada adanya aturan yang mengikat semua anggota (satu untuk semua). Pengelolaan BUMDes yang profesional, akuntabel, dan transparan sangat dibutuhkan. Sehingga seluruh pendapatan dan pengeluaran BUMDes harus dibukukan dengan baik.

Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

Iskandar Muda, Erlina Erlina

(15)

3. Konstruk Rendah/Kurangnya Sumber Daya Manusia berpengaruh positif terhadap keberhasilan penerapan Aplikasi Akuntansi. Kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap proses penerapan sistem akuntansi desa dimana berdasarkan hasil penelitian dengan tingkat pendidikan SMA mendominasi tingkat pendidikan responden dan adanya pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan aparatur desa sehingga dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan baik, dengan adanya peningkatan keahlian yang menjadi bagian indikator meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang ada pada aparatur desa sehingga akan lebih mudah dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dengan hasil kinerja yang efektif dan efisien dimana aparatur desa memiliki sistem pemerintahan tersendiri dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pusat pemerintahan dalam memajukan desa.

4. Konstruk yang kurang melek teknologi berdampak negatif terhadap keberhasilan penerapan Aplikasi Akuntansi.

Proses transfer teknologi terkini dalam operasional perusahaan pedesaan harus segera diterapkan karena perkembangan teknologi berkembang pesat dan dinamis serta akan segera diadopsi. Pengembangan sistem pembayaran dengan Bar Code dan E-Money harus dikontrol dengan baik oleh para petugas.

5. Konstruk pelatihan dalam penggunaan Aplikasi Akuntansi tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan Aplikasi Akuntansi. Kemampuan atau keahlian sumber daya manusia dalam entitas harus diimbangi dengan adanya ketentuan yang dapat meningkatkan keahlian seperti adanya pelatihan, tingkat pendidikan dan keahlian yang sesuai serta pengalaman yang dapat meningkatkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki.

6. Interaksi antara konstruk pemahaman konsep Single Entry, pemahaman konsep Double Entry, sumber daya manusia rendah/kurang, dan teknologi

1. Pemahaman konsep Single Entry tidak berpengaruh terhadap keberhasilan penerapan Aplikasi Akuntansi.

Diharapkan kepada instansi dan kementerian terkait untuk lebih meningkatkan kegiatan pelatihan konsep Single Entry kepada pejabat pengelola keuangan Badan Usaha Milik Desa dan menghubungkannya dengan bimbingan teknologi sehingga akan menambah wawasan dan pengetahuan pejabat pengelola BUMDes sehingga dapat lebih baik dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

2. Pemahaman konstruk tentang konsep Double Entry berpengaruh negatif terhadap keberhasilan penerapan Aplikasi Akuntansi. Diharapkan kepada instansi dan kementerian terkait untuk menerapkan konsep Double Entry pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh petugas pengelola BUMDes bersama masyarakat desa dalam upaya peningkatan perekonomian desa, dalam hal ini memberikan pelatihan dalam pengembangan BUMDes agar lebih maju.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

dalam bentuk pelatihan, pengembangan teknologi, dan pemanfaatan teknologi dalam proses kerja dan kehidupan bermasyarakat.

Adanya pemberdayaan masyarakat di bidang teknologi diharapkan dapat meningkatkan daya saing masyarakat, memudahkan masyarakat dalam bekerja, dan memudahkan masyarakat dalam berbagi dan memperoleh informasi.

Jurnal Studi Internasional Jil.13, No.4, Tahun 2020

6.1. Kesimpulan 6. KESIMPULAN DAN SARAN

(16)

2. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang menjadi subjek penelitian ini disarankan untuk lebih memperhatikan aspek sumber daya manusia. Kompetensi sumber daya manusia akan sangat mendukung keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi offline karena sumber daya manusia yang kompeten dapat memahami akuntansi dan menguasai teknologi sehingga laporan keuangan yang dihasilkan lebih baik dari segi kualitas.

Hasil penelitian ini bagi para praktisi sebagai sumber informasi dan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan, memberikan sumbangan pemikiran bagi praktik akuntansi di Indonesia di masa yang akan datang, serta memberikan wawasan dan informasi kepada Badan Usaha Milik Desa dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pemahaman terhadap laporan keuangan, dan yang kedua bagi kalangan akademisi, dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan akuntansi pada umumnya dan akuntansi pemerintahan di Indonesia pada khususnya.

Penelitian ini merupakan studi independen yang tidak didanai oleh lembaga mana pun dan hanya sekadar berbagi antar penulis.

Berdasarkan simpulan di atas, berikut ini adalah saran-saran yang dapat diajukan:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperluas atau menambahkan variabel-variabel yang berhubungan dengan keberhasilan penerapan aplikasi akuntansi agar dapat menyempurnakan hasil penelitian ini.

7. Konstruk Pelatihan dalam penggunaan Aplikasi Akuntansi bukan merupakan efek moderasi. Pelatihan tidak berperan sebagai variabel moderasi karena sistem single entry, double entry dan teknologi memang tidak diimplementasikan sama sekali dan hanya mengikuti pelatihan tanpa implementasi.

Buta huruf dan pelatihan dalam penggunaan Aplikasi Akuntansi tidak mempengaruhi keberhasilan penerapan Aplikasi Akuntansi.

Berkes, F., & Davidson-Hunt, IJ (2007). Komunitas dan perusahaan sosial di era globalisasi. Jurnal dan tempat 209-221.

Çetinel, F., Yolal, M., &Emeksiz, M. (2008). Manajemen sumber daya manusia di hotel-hotel kecil dan menengah pada tahun 43-63.

Turki. Jurnal https://

doi.org/10.1080/15332840802274437 Komunitas:

Cheah, J., Amran, A., & Yahya, S. (2019). Sumber daya berorientasi internal dan kinerja perusahaan sosial: Bagaimana perusahaan sosial dapat membantu diri mereka sendiri sebelum membantu orang lain?. Jurnal Produksi Bersih, 211, 607-619. https://doi.org/10.1016/

j.jclepro.2018.11.203

Chow, IHS, & Fu, PP (2000). Perubahan dan pengembangan dalam lingkungan pluralistik: eksplorasi praktik SDM di perusahaan kota dan desa di Cina. Jurnal Internasional Manajemen Sumber Daya Manusia, 11(4), 822-836. https://doi.org/10.1080/09585190050075141

di dalam

Iskandar Muda,

itu Erlina Erlina

global

Manusia Sumber daya

ekonomi, 1(3),

Pengembangan SDM yang berkelanjutan untuk mendukung keberhasilan implementasi akuntansi offline.

di dalam

orang yang berjiwa wirausaha https://doi.org/

10.1108/17506200710779521

Keramahan& Pariwisata, 8(1),

Adisasmita, R. title/ Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu. (2006). https://www.worldcat.org/

pembangunan-pedesaan-dan- perkotaan/oclc/191671459?referer=di&ht=edition

Budiono, P. (2015). Implementasi Kebijakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Bojonegoro (Studi di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor). Jurnal Politik Muda. 4(1).45-57. http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers- jpm3cd22097c1full.pdf

PENGAKUAN 6.2. Saran

REFERENSI

(17)

Findlay, C., Watson, A., & Wu, HX (1994). Usaha pedesaan di Tiongkok: tinjauan umum, isu, dan prospek. Dalam Usaha pedesaan di Tiongkok (hlm.

173-190). Palgrave Macmillan, London. https://doi.org/10.1007/978-1-349-23609-1_9

Kimbu, AN, Ngoasong, MZ, Adeola, O., & Afenyo-Agbe, E. (2019). Jaringan kolaboratif untuk pengelolaan sumber daya manusia yang berkelanjutan dalam kewirausahaan pariwisata perempuan: Peran kebijakan pariwisata. Perencanaan & Pengembangan Pariwisata, 16(2), 161-178. https://

doi.org/10.1080/21568316.2018.1556329 Daerah

Ho, NS, Do, HH, Hoang, HN, Van Nguyen, H., Nguyen, DT, & Pham, TT (2019). Penilaian Kualitas Pertumbuhan Terkait Pemanfaatan Sumber Daya Material yang Efisien. Dalam Konferensi Ekonometrika Internasional Vietnam (hlm. 660-677). Springer, Cham. https://doi.org/

10.1007/978-3-030-04200-4_46

dari

McDonagh, P., & Commins, P. (1999). Rantai makanan, usaha makanan skala kecil, dan pembangunan pedesaan: Ilustrasi dari Irlandia. Studi Perencanaan Internasional, 4(3), 349-371. https://doi.org/10.1080/13563479908721747

Jil.13, No.4, Tahun 2020

di dalam

852. https://doi.org/10.1080/0958519042000192979

dari

Ira, V. (2019). Dampak Restrukturisasi Pedesaan terhadap Perilaku Ruang-Waktu. Wilayah Pedesaan Antara Kebutuhan Regional dan Tantangan Global:

Transformasi dalam Ruang Pedesaan, 4, 17-29. https://doi.org/10.1007/978-3-030-04393-3_2 SMIs. Jurnal Ekonomi Pengetahuan, 10(1), 74-103. https://doi.org/10.1007/s13132-016-0439-8

Demir, O. (2019). Keterampilan Digital, Perilaku Organisasi dan Transformasi Sumber Daya Manusia: Sebuah Tinjauan. Jurnal Ecoforum, 8(1). 34-47.

http://www.ecoforumjournal.ro/index.php/eco/article/view/931/553

selatan

Holsapple, C., Sena, M., & Wagner, W. (2019). Persepsi keberhasilan sistem ERP untuk mendukung pengambilan keputusan. Teknologi Informasi dan Manajemen, 20(1), 1-7. https://doi.org/10.1007/s10799-017-0285-9

Cunningham, LX, & Rowley, C. (2008). Pengembangan usaha kecil dan menengah di Tiongkok dan manajemen sumber daya manusia: Sebuah tinjauan.

Asia Pacific Journal of Human Resources, 46(3), 353-379. https://doi.org/10.1177/1038411108095763

itu

Hanh, PTM (2019). Sumber Daya Manusia pada Perusahaan Pertanian di Industri 4.0 Kasus Provinsi Thai Nguyen, Vietnam. Jurnal Bisnis Sekolah, 60(1). 56-69. https://doi.org/10.26677/TR1010.2019.67.

Maulida, L., & Rarasati, AD (2019). Analisis keterlibatan masyarakat untuk pembangunan infrastruktur pedesaan yang berkelanjutan. Dalam MATEC Web of Conferences (Vol. 276, hlm. 02003). EDP Sciences. https://doi.org/10.1051/matecconf/201927602003

Jurnal Studi Internasional

García-Cortijo, MC, Castillo-Valero, JS, & Carrasco, I. (2019). Inovasi di pedesaan Spanyol. Apa yang mendorong inovasi Studi pedesaan- pinggiran. https://doi.org/10.1016/j.jrurstud.2019.02.027

Ghorbel, J. (2019). Studi Faktor Kontinjensi Desain Sistem Informasi Akuntansi di Tunisia

Knight, J., Song, L., & Huaibin, J. (1999). Pekerja migran pedesaan Tionghoa di perusahaan perkotaan: Tiga perspektif. Jurnal Studi Pembangunan, 35(3), 73-104. https://doi.org/10.1080/00220389908422574

Ding, DZ, Lan, G., & Warner, M. (2001). Bentuk baru manajemen sumber daya manusia di Tiongkok? Hubungan manajemen-pekerjaan dan personalia di perusahaan-perusahaan kota dan desa di Tiongkok: Pendekatan studi-kasus. Jurnal Hubungan Industri, 32(4), 328-343. https://doi.org/

10.1111/1468-2338.00202

Pedesaan

Kimando, LN, Sakwa, M., & Njogu, MGW (2012). Dampak layanan pengembangan bisnis terhadap perusahaan di pedesaan Kenya: Studi kasus perusahaan mikro dan kecil di Kota Muranga. Jurnal Bisnis dan Perdagangan Internasional, 1(9), 149-165. https://pdfs.semanticscholar.org/

04a2/219d12da6ace69ed678bfb9ea71ef993dafd.pdf

Ding, DZ, Ge, G., & Warner, M. (2004). Evolusi tata kelola organisasi dan manajemen sumber daya manusia di perusahaan-perusahaan kota dan desa di Tiongkok. Jurnal Internasional Manajemen Sumber Daya Manusia, 15(4-5), 836-

Huang, LC, Gao, M., & Hsu, PF (2019). Sebuah Studi tentang Korelasi antara Strategi Fleksibilitas Sumber Daya Manusia, Perilaku Kewarganegaraan Organisasi, dan Kinerja Organisasi dalam Industri Ekowisata. Ekoloji, 28(107), 379-383. http://www.ekolojidergisi.com/article/a-study-on-the- correlation-among-human-resource-flexibility-strategy-organizational-citizenship-5662

Eropa?. Jurnal

Lyon-Hill, S., Cowell, M., Tate, S., & Alwang, A. (2019). Hambatan dan Pendorong dalam Mengakses dan Menggunakan Tenaga Kerja dan Sumber Daya Bantuan Teknis bagi Produsen Kecil dan Menengah (UKM) di Daerah Pedesaan. Economic Development Quarterly, 33(1), 51-60. https://doi.org/

10.1177/0891242418816380

Dacosta, M., & Carroll, W. (2001). Perusahaan kota dan desa, keterbukaan dan pertumbuhan ekonomi regional di Tiongkok. Ekonomi Pasca-Komunis, 13(2), 229-241. https://doi.org/10.1080/14631370120052681

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan (1) kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan, (2) pemahaman akuntansi berpengaruh positif

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Good Governance, dan Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada

Berikut adalah penelitian mengenai kondisi fisik sosial Desa Tegalrejo yang meliputi proyeksi penduduk, kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari tingkat

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) kualitas sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap kinerja instansi pemerintah. 2)

Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem Pengendalian Intern, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

"PENGARUH PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN, EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN", JURNAL AKUNTANSI,

Tingkat Pendidikan, Skala Usaha, Pengalaman Usaha Dan Masa Jabatan Berpengaruh Terhadap Penerapan Laporan Informasi Akuntansi Pada Umkm Studi Kasus Pada Umkm Tepung Tapioka Di Desa