DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG
Studi Deskriptif : Karakteristik Klinis Keratokonjungtivitis Vernal di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo
Penyaji : Raisha Pratiwi Indrawati
Pembimbing : Dr. dr. Irawati Irfani, SpM(K)., MKes
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh
Pembimbing Unit Pediatrik Oftalmologi dan Strabismus
Dr. Irawati Irfani, dr., SpM(K)., MKes
Juli 2022
1
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo ABSTRACT
Introduction: Vernal keratoconjunctivitis (VKC) is one of the spectra of ocular allergies causing inflammation of the conjunctiva and cornea. This condition commonly occurred in children, especially in tropical or warm dry countries.
Purpose: To describe the clinical characteristics of patients with vernal keratoconjunctivitis in Cicendo Eye Hospital.
Methods: Data were obtained from medical records from May 2021 until April 2022 using ICD-10 coding for conjunctivitis, blepharoconjunctivits, and keratoconjunctivitis.
Variables include demographic data, clinical characteristics, and management.
Results: In total, there were 119 patients (238 eyes) included in this study, consisted of 93 boys. All of the patients have bilateral conditions, palpebral type, with papillae as the most common manifestation. 72,95% of the patients were given topical combined therapy consisting of mast cell stabilizer and antihistamine. Secondary glaucoma was found in 4 patients due to prior use of steroids.
Conclusions: Majority of VKC patient in this study were boys, aged 2 – 17 year old.
Palpebral type VKC were the most common finding, and mostly treated by combined topical therapy consisting of mast cell stabilizer and antihistamine.
Keywords: vernal keratoconjunctivitis, ocular allergy
PENDAHULUAN
Keratokonjungtivitis vernal (VKC) merupakan kondisi peradangan konjungtiva dan kornea yang termasuk dalam spektrum alergi okular. Prevalensi dari VKC adalah 5 – 15%, umumnya didapatkan pada area geografis yang hangat dan kering atau pada negara tropis, seperti di Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
Kondisi ini umumnya ditemui pada laki-laki dengan usia di bawah 20 tahun. 1-3
Pasien dengan VKC umumnya datang dengan keluhan mata merah, gatal, berair, fotofobia, serta sensasi benda asing. Tipe VKC meliputi tipe palpebral dan limbal. Tipe palpebral ditandai adanya papilla pada konjungtiva tarsalis superior disertai injeksi. Tipe limbal ditandai adanya
penebalan dan opasifikasi konjungtiva pada area limbus, disertai Horner-Trantas dot yaitu nodul keabuan dengan bagian pusat yang terisi eosinofil dan sel epiteloid.
Manifestasi pada kornea meliputi erosi epitel pungtata, defek epitel, hingga shield ulcer. Beberapa studi telah mengembangkan derajat keparahan VKC berdasarkan keluhan gejala dan tanda tersebut.4-6
Tatalaksana VKC bertujuan untuk meringankan gejala inflamasi serta mencegah progresivitas dan rekurensi penyakit. Strategi dalam penatalaksaan VKC meliputi tatalaksana nonfarmakologi, farmakologi, hingga pembedahan.
Hingga saat ini belum ada algoritma standar baku emas terkait tatalaksana VKC, namun terapi antialergi topikal
2
masih menjadi pilihan utama dalam penatalaksanaan VKC. 2-4,7
Kondisi VKC umumnya tidak mengancam penglihatan, namun dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi pasien dalam waktu yang kronis, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Tujuan dari studi deskriptif ini adalah untuk memaparkan karakteristik klinis VKC di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo (PMN RSMC) periode Mei 2021-April 2022.
SUBJEK DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif, dengan mengambil data rekam medis pasien PMN RS Mata Cicendo yang terdiagnosis VKC pada bulan Mei 2021 – April 2022 menggunakan metode total sampling. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah seluruh pasien baru yang termasuk dalam diagnosis VKC dengan kedatangan pertama kali pada bulan Mei 2021 – April 2022.
Data diambil berdasarkan anamnesis serta pemeriksaan fisik yang terdapat dalam rekam medis.
Variabel yang diambil pada penelitian ini berupa jenis kelamin, usia, gejala, tanda, tipe VKC, tatalaksana, serta komplikasi. Usia diambil berdasarkan usia saat kunjungan pertama, dihitung dalam satuan tahun. Gejala merupakan keluhan subjektif yang dialami pasien berdasarkan anamnesis. Tanda merupakan temuan klinis yang didapatkan pada pemeriksaan oftalmologis. Tipe VKC dibagi menjadi tipe palebral, limbal, atau campuran. Tatalaksana pada penelitian ini meliputi terapi topikal yang diberikan, yakni mast cell
stabilizer, kombinasi mast cell stabilizer dan antihistamin, steroid topikal, antibiotik topikal, serta artificial tears.
Hasil penelitian diolah menggunakan perangkat lunak Windows Microsoft Excel 2018 dan dipresentasikan dalam bentuk tabel.
HASIL
Data yang didapatkan dari rekam medis PMN RS Mata Cicendo menunjukkan terdapat 119 pasien dengan diagnosis VKC. Pasien pada penelitian ini mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 93 %.
Rerata usia pasien adalah 8,82 tahun, dengan rentang usia 2 – 17 tahun.
Data demografi pasien tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Data demografi pasien
Keluhan yang dialami pasien mayoritas adalah mata merah sebanyak 84,03%, diikuti keluhan gatal sebanyak 78,15%. Keluhan lain meliputi mata berair, kotoran mata, perih, serta buram. Mayoritas pasien yaitu 32,77% mengalami keluhan dengan awitan lebih dari 6 bulan.
Sebanyak 18,49% pasien memiliki riwayat alergi sebelumnya dengan manifestasi konjungtivitis dan asma, sedangkan 81,51% sisanya tidak memiliki riwayat alergi yang diketahui sebelumnya.
Variabel Pasien
(n=119)
Persentase (%) Jenis Kelamin
Laki-laki 93 78,15
Perempuan 26 21,85 Rerata Usia
(tahun) 8,82 ±3,69 (2 – 17)
Tabel 2. Karakteristik klinis
Seluruh pasien dalam penelitian ini mengalami kondisi bilateral, dengan mayoritas menderita VKC tipe palpebral yaitu sebanyak 72,27%, diikuti tipe campuran dan tipe limbal.
Papil pada konjungtiva tarsal ditemukan pada 93,28% mata, diikuti hiperemia konjungtiva sebanyak 73,11% mata. Shield ulcer ditemukan
pada 4 pasien secara unilateral, dan mengalami resolusi dengan pemberian terapi topikal. Komplikasi yang ditemukan pada penelitian di antaranya adalah glaukoma sekunder pada 4 pasien.
Tabel 3. Tatalaksana farmakologis
Pasien pada penelitian ini seluruhnya mendapatkan tatalaksana farmakologis berupa terapi topikal.
Kombinasi mast cell stabilizer dan antihistamin merupakan terapi terbanyak, yang diberikan pada 72.95% pasien, diikuti pemberian steroid topikal, mast cell stabilizer, serta kombinasi dekongestan dan antihistamin. Sebanyak 86,89%
pasien diberikan artificial tears, dan 7,38% pasien mendapat tetes mata antibiotik. Edukasi juga diberikan pada pasien untuk mencegah terjadinya rekurensi.
DISKUSI
Keratokonjungtivitis vernal merupakan kondisi alergi kronis yang umumnya menyerang laki-laki dibandingkan perempuan, dimana beberapa penelitian menunjukkan hasil proporsi yang beragam mulai dari 30 – 95.8%. Penelitian ini menunjukkan hasil yang serupa, dimana mayoritas pasien adalah laki- laki, dengan proporsi 78,15%.
Kondisi VKC lebih sering ditemukan
Karakteristik
Klinis Pasien
(n=119) Persentase (%) Keluhan
Mata merah 100 84,03
Gatal 93 78,15
Berair 36 30,25
Kotoran mata 21 17,65
Perih 30 25,21
Buram 12 10,08
Durasi keluhan
<1 bulan 21 17,65
≥ 1 – 3 bulan 25 21,01
≥ 3 – 6 bulan 10 8,40
≥ 6 bulan 39 32,77
Tidak ada data 24 20,17 Riwayat alergi
Ya 22 18,49
Tidak/belum
diketahui 97 81,51
Tipe VKC
Palpebral 86 72,27
Limbal 6 5,04
Campuran 27 22,69
Manifestasi Mata
(n=238)
Persentase (%)
Papil 222 93,28
Giant papil 18 7,56
Hiperemia
konjungtiva 174 73,11
Horner-Trantas
dot 55 23,11
Hipertropi limbal 8 3,36 Keratitis pungtata
superfisialis 43 18,07
Hiperpigmentasi
konjungtiva 16 6,72
Shield ulcer 4 1,68
Komplikasi Glaukoma
sekunder 8 3,36
Tatalaksana Pasien
(n=119) Persentase (%) Mast cell stabilizer 26 21,31 Mast cell stabilizer +
antihistamin 89 72,95
Dekongestan +
antihistamin 11 9,02
Steroid topikal 37 30,33
Artificial tears 106 86,89
Antibiotik topikal 9 7,38
4
pada anak-anak dan pada sebagian kasus akan beresolusi setelah mencapai pubertas. Studi Roumeau dkk. menyatakan rerata usia pasien VKC adalah 11,2 tahun, dengan rentang 3 hingga 38 tahun. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan rerata usia pasien sekitar 8 tahun, dengan rentang usia 2 hingga 17 tahun.5,6,8
Mata merah merupakan keluhan yang paling banyak ditemukan, diikuti gatal dan berair. Sebagian kecil pasien datang tidak dalam fase akut, sehingga tidak seluruhnya mengeluhkan adanya mata merah.
Keluhan buram didapatkan pada beberapa pasien, terkait kondisi keterlibatan kornea akibat VKC, komplikasi dari terapi, maupun kelainan refraksi sebelumnya. Studi sebelumnya oleh Ahmed dkk.
menunjukkan bahwa gatal dan sensasi terbakar merupakan gejala yang paling banyak dikeluhkan, dengan mata merah sebagai tanda yang paling sering muncul. Keluhan pada VKC umumnya terjadi pada musim semi, namun juga dapat muncul secara sporadis maupun sepanjang tahun.
Keluhan subjektif tersebut dapat menjadi salah satu parameter untuk menilai derajat keparahan dari VKC, dilihat berdasarkan seberapa sering dan berat keluhan tersebut mengganggu aktivitas sehar-hari.3,5,6
Tipe VKC bervariasi berdasarkan lokasi geografis penderita. Tipe palpebral lebih umum ditemukan pada daerah Eropa dan Amerika, sedangkan tipe limbal lebih mendominasi pada daerah Afrika.
Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien memiliki VKC tipe palpebral, diikuti tipe campuran dan
tipe limbal, dengan manifestasi terbanyak adalah adanya papil dan hiperemia konjungtiva. Selain keluhan subjektif, manifestasi klinis tersebut juga menentukan derajat keparahan VKC, dimana keterlibatan konjungtiva saja dianggap sebagai derajat yang lebih ringan, sedangkan keterlibatan limbus dan kornea masuk dalam kategori yang lebih berat.2,4,6
Hingga saat ini belum ada standar baku emas mengenai tatalaksana VKC, namun terdapat beberapa algoritma yang telah dikembangkan.
Studi oleh Gokhale dkk.
mengelompokkan terapi VKC berdasarkan derajatnya, yakni derajat ringan, sedang, berat, dan blinding.
Derajat ringan hingga sedang diberikan terapi dengan antialergi topikal sesuai kebutuhan atau setiap hari, sedangkan pada derajat berat dapat dipertimbangkan pemberian steroid. Penelitian Mantelli dkk.
menunjukkan bahwa seluruh tetes mata antialergi efektif untuk mengurangi tanda dan gejala dari VKC bila dibandingkan dengan plasebo. Mast cell stabilizer dapat digunakan sebagai profilaksis pada kasus VKC ringan. Antihistamin digunakan untuk meringankan gejala pada kasus ringan-sedang. Kombinasi keduanya saat ini umum digunakan secara efektif. Steroid topikal dapat dipertimbangkan pada VKC berat atau eksaserbasi, namun efek samping dari steroid harus diperhatikan terkait komplikasi katarak dan glaukoma sekunder yang dapat ditimbulkan. Pasien pada penelitian ini mayoritas mendapat terapi antialergi berupa kombinasi mast cell stabilizer dan antihistamin disertai pemberian artificial tears, sesuai dengan derajat klinis yang
mayoritas adalah ringan-sedang.
Sebanyak empat pasien datang dengan kondisi glaukoma sekunder yang berkaitan dengan penggunaan steroid jangka panjang sebelumnya.
Terapi oral maupun injeksi tidak ditemukan pada studi ini.3,4,9,10
Keterbatasan penelitian ini yaitu data diambil berdasarkan data sekunder yang tertulis pada rekam medis, sehingga tidak seluruh data tersedia. Mayoritas pasien yang datang tidak kontrol kembali, sehingga rekurensi dan derajat keparahan VKC sulit ditentukan.
Penelitian ini juga tidak menilai respon terhadap terapi maupun prognosis pada pasien. Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk menggambarkan karakteristik klinis pasien VKC yang lebih komprehensif.
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini terdapat 119 pasien baru dengan diagnosis VKC pada periode Mei 2021 – April 2022. Pasien pada penelitian mayoritas adalah laki, dengan rerata usia 8 tahun dengan rentang 2 hingga 17 tahun. Pasien sebagian besar datang dengan keluhan mata merah dan gatal.
Mayoritas pasien memiliki VKC tipe palpebral dan mendapat terapi kombinasi mast cell stabilizer dan antihistamin serta diberikan artificial tears.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hered R, Archer S,
Braverman R. External
Diseases of The Eye. In: Basic and Clinical Science Course:
Pediatric Ophthalmology. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology;
2021. p. 246–9.
2. Addis H, Jeng B. Vernal keratoconjunctivitis. Clin Ophthalmol. 2018;(12):119–
23.
3. Esposito S, Fior G, Mori A, Osnaghi S, Ghiglioni D. An Update on the Therapeutic Approach to Vernal
Keratoconjunctivitis. Pediatr Drugs. 2016;18(5):347–55.
4. Gokhale NS. Systematic approach to managing vernal keratoconjunctivitis in clinical practice: Severity grading system and a treatment algorithm. Indian J
Ophthalmol. 2016;64(2):145–
8.
5. Ahmed S., Ahmed KEG, El Morsy O, Soliman S.
Epidemiology of Vernal Keratoconjunctivitis (VKC) among children aged (12–15) years - Menofia Governorate, Egypt. Delta J Ophthalmol.
2019;20(1):1.
6. Zicari AM, Capata G, Nebbioso M, De Castro G, Midulla F, Leonardi L, et al.
Vernal Keratoconjunctivitis:
An update focused on clinical grading system. Ital J Pediatr.
2019;45(1):1–6.
7. Chigbu DI, Labib BA.
Immunopharmacology in vernal keratoconjunctivitis:
Current and future
perspectives. Pharmaceuticals.
2021;14(7).
8. Roumeau I, Coutu A, Navel V, Pereira B, Baker JS,
Chiambaretta F, et al. Efficacy of medical treatments for vernal keratoconjunctivitis: A
6
systematic review and meta- analysis. J Allergy Clin Immunol. 2021;148(3):822–
34.
9. Gokhale N. Vernal
Keratoconjunctivitis Grading System and Step Ladder Management Approach. Delhi J Ophthalmol. 2014;25(2):85–
9.
10. Senthil S, Thakur M, Rao HL, Mohamed A, Jonnadula GB, Sangwan V, et al. Steroid- induced glaucoma and blindness in vernal keratoconjunctivitis. Br J Ophthalmol.
2020;104(2):265–9.