• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum Pendidikan Inklusif: Panduan Pembelajaran yang Memenuhi Kebutuhan Siswa

N/A
N/A
Maha Nadia

Academic year: 2024

Membagikan "Kurikulum Pendidikan Inklusif: Panduan Pembelajaran yang Memenuhi Kebutuhan Siswa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KURIKULUM PENDIDIKAN INKLUSIF (KURIKULUM

BERDIFERENSIASI)

HANREZI DHANIA

(2)

KURIKULUM

Kurikulum : pedoman atau petunjuk bagi guru untuk dapat mengukur

ketercapaian pembelajaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh guru kepada peserta didik

Kurikulum pensif yang dirancang harus dapat dilakukan oleh guru,

mencakup : tujuan, isi (materi), bahan pelajaran, cara melaksanakannya (metode), serta penilaian(evaluasi) yang dirancang sebelum

pembelajaran dilaksanakan

Diharapkan dapat mengembangkan pengalaman belajar siswa, termasuk pengembangan pribadi siswa
(3)

Kurikulum Pendidikan Inklusif

Kurikulum inklusif : sebuah perencanaan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan semua siswa dan memastikan bahwa pembelajaran akan mencapai hasil yang diinginkan (Bowder, 2001; Nukkarinen, 2010)

The curriculum is conceived as promoting social emotional and

developmental growth, as well as providing instruction designed to help students meet age appropriate and grade-level learning standards in all academic areas (UNESCO)

Inclusive curriculum designed to allow students from all sorts of minority groups to feel comfortable and flourish educationally (Garry, 1998)
(4)

Acuan Kurikulum Pensif

Menurut The Salamanca Statement (1994) :

1.

Kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan kesempatan kurikuler sesuai dengan kemampuan dan minat anak-anak yang

berbeda

2.

Anak-anak dengan kebutuhan khusus harus menerima dukungan pembelajaran tambahan dalam konteks kurikulum regular, bukan kurikulum yang berbeda. Prinsip harus memberikan semua anak

dengan pendidikan yang sama, serta memberikan bantuan tambahan dan dukungan untuk anak-anak yang membutuhkan tersebut.

Kurikulum pensif dirancang sesuai dengan kemampuan dan minat anak, dalam karakteristik yang beragam untuk mencapai tujuan pendidikan
(5)

MODEL KURIKULUM INKLUSIF

Kurikulum inklusif yang digunakan di Indonesia berdasarkan panduan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2001) adalah :

1.

Model eskalasi : digunakan untuk siswa cerdas istimewa dan/atau bakat istimewa dengan menggunakan kurikulum standar nasional yang dinaikkan tingkat

kualifikasi sesuai dengan tuntutan potensinya dengan tingkat kesukaran

dinaikkan dan diperluas. Tujuannya agar perkembangan siswa menjadi tumbuh maksimal, baik sosial, psikologis maupun kognitifnya.

2.

Model duplikasi : yaitu meniru atau menggandakan dimana pengembangan kurikulum bagi siswa ABK dengan menggunakan standar nasional yang sama dengan siswa regular pada umumnya baik tujuan, isi, proses, maupun evaluasi.
(6)

3. Model modifikasi : mengubah standar kurikulum standar nasional bagi

siswa ABK untuk disesuaikan dengan kemampuan siswa baik tujuan, materi, proses maupun evaluasi

4. Model subtitusi : mengganti isi kurikulum standar nasional dengan materi yang lain. Penggantian ini dilakukan karena isi kurikulum nasional tidak

memungkinkan diberlakukan kepada ABK, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang sepadan baik tujuan pembelajaran, materi, proses, maupun

evaluasi

5. Model omisi : menghilangkan sebagian/keseluruhan isi kurikulum standar nasional karena tidak mungkin diberikan kepada siswa ABK. Hal ini karena isi sebagian/keseluruhan kurikulum standar nasional tidak sesuai atau terlalu sulit

6. Kurikulum kekhususan : kurikulum yang dibuat sesuai dengan kebutuhan khusus siswa ABK untuk mengatasi kelainan tertentu yang perlu

dikembangkan, misalnya baca tulis Braille, orientasi mobilitas (OM), bina diri, bina komunikasi, binapersepsi bunyi irama, dll

(7)

Contoh Model Kurikulum dan Pembelajaran Inklusif Nama siswa : jenis hambatan :

Tujuan Materi Proses Alat Evaluasi Keteran gan

Duplikasi V V V V V

Modifikasi Subtitusi Omisi

(8)

Modifikasi alokasi waktu Salah satu ciri siswa lambat belajar adalah inteligensi di bawah normal (dibawah 100) sehingga waktu belajarnya 10 jam atau lebih dalam satu pembelajaran

Modifikasi isi materi Untuk isi materi pelajaran, dikurangi atau

diturunkan tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan siswa atau dapat dihilangkan

bagian tertentu

Modifikasi proses pembelajaran Memberikan kesempatan dapat belajar bekerja sama dengan teman sebayanya (kooperatif)

tetapi tidak menghilangkan sifat kompetitif yang seimbang

Modifikasi evaluasi Menerapkan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan pencapaian atau nilai ketuntasan

berdasarkan penurunan tingkat kesulitan mata pelajaran

Contoh penyederhanaan konten dan penyesuaian dengan kemampuan siswa : 1. Menyediakan teks bacaan yang mudah dibaca sesuai kemampuan siswa

2. Menyediakan area kelas yang dapat menampilkan konten-konten khusus dengan lebih sederhana, singkat dan mudah dipahami

(9)

CONTOH : ANALISIS TUJUAN PEMBELAJARAN DALAM SETING INKLUSI

STANDAR KOMPETENSI

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI

DASAR

INDIKATOR INDIKATOR

Duplikasi Modifikasi Substitusi Omisi

STANDAR KOMPETENSI

LULUSAN STANDAR KOMPETENSI

LULUSAN

(10)

Strategi untuk adaptasi kurikulum dan pembelajaran :

1.

Memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas

2.

Menyajikan informasi melalui pendekatan multi-sensorik

3.

Menulis poin penting di papan tulis dan membacanya dengan keras

4.

Gunakan beberapa contoh konkret atau produk jadi sebagai model

5.

Memberikan kejelasan, lembar kerja visual yang rapi

6.

Memberikan pilihan bagi siswa untuk menunjukkan pengetahuannya (lisan, karya seni dll)

7.

Memberikan panduan belajar yang mengidentifikasi kosa kata dan konsep

8.

Memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan peningkatan prestasi

9.

Memberikan umpan balik yang positif

10.

Beri waktu ekstra dalam kelas maupun luar kelas untuk menyelesaikan pekerjaan
(11)

• Modifikasi Kurikulum juga dapat didasarkan pada :

1. Peserta didik, kemampuannya rata-rata, di bawah atau di atas rata-rata

2. Karakteristik dan kebutuhan khusus

3. Tingkat kecerdasan

4. Lingkup pengembangan kurikulum

(12)

Peserta didik

Peserta didik berkelainan, yaitu peserta didik yang secara signifikan mengalami kesulitan dalam mengikuti prosess pembelajaran karena kelainan fisik, mental, intelektual, emosional, dan/atau sosial, sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus

Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, meliputi :

1.

Peserta didik dengan kecerdasan luar biasa

2.

Peserta didik dengan kreativitas luar biasa

3.

Peserta didik dengan bakat seni dan/atau olahraga luar biasa

4.

Gabungan dari dua atau lebih jens diatas
(13)

Karakteristik dan kebutuhan khusus

• Perbedaan karakteristik menggambarkan perbedaan kebutuhan layanan pendidikan

• Tim pengembang kurikulum harus mengetahui kebutuhan khusus peserta didik terkait

kemampuan/ketidakmampuan secara individual melalui

identifikasi

(14)

Tingkat kecerdasan

1. Kecerdasan dibawah normal, yaitu peserta didik lamban belajar (slow learner) dan tunagrahita. Mereka memiliki kecepatan belajar dibawah peserta didik lain sehingga butuh waktu lebih lama. Siswa tunagrahita ringan, kemampuan akademiknya setaraf siswa kelas 4 SD. Siswa

tunagrahita sedang, kemampuan akademiknya setaraf siswa kelas 2 SD

2. Kecerdasan normal, antara lain : tunanetra, tunarungu, (gangguan komunikasi), tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar (disleksia,

disgrafia dan diskalkulia). Mereka memiliki kecerdasan yang relative

normal namun memiliki kelainan sehingga ada hambatan dalam belajar

dan perlu waktu sedikit lebih lama dalam belajar

(15)

3. Kecerdasan di atas normal, adalah : siswa superior (IQ 110-125); siswa gifted (IQ 125-140) dan siswa jenius (IQ diatas 140). Mereka memiliki kelebihan pada salah satu aatau lebih kemampuan berikut :

a.

Kemampuan intelektual umum

b.

Kemampuan akademik khusus

c.

Kemampuan berpikir kreatif dan produktif

d.

Kemampuan memimpin

e.

Kemampuan dalam bidang seni

f.

Kemampuan psikomotor
(16)

Lingkup pengembangan kurikulum

• Akademik dan non akademik

• Akademik : dapat pada semua mata pelajaran dalam kurikulum

• Non akademik : ketrampilan bina diri, perkembangan motoric, kemampuan bahasa dan wicara, ketrampilan fungsional

akademik, pendidikan vokasional dan ketrampilan rekreasi

(17)

PRINSIP KHUSUS

1.

Tunanetra

a.

Prinsip kekonkritan, yaitu anak belajar melalui pendengaran dan perabaan

sehingga anak dapat mengerti dunia sekelilingnya dengan benda-benda konkrit (asli atau tiruan) yang dapat diraba atau dimanipulasikan sebagai alat bantu atau media atau sumber belajar

b.

Prinsip pengalaman yang menyatu, dimana pengalaman visual cenderung

menyatukan informasi. Anak tidak mengerti hubungan antara benda riil dengan hubungannya dengan benda lain sehingga guru harus ‘mengalami’ suasana tersebut secara nyata

c.

Prinsip belajar sambil melakukan
(18)

2. tunarungu/gangguan komunikasi

a. Prinsip keterarahan wajah

b. Prinsip keterarahan suara

c. Prinsip keperagaan 3. Anak berbakat

d. Prinsip percepatan (akselerasi) balajar

e. Prinsip pengayaan (enrichment)

4. Tunagrahita/ lamban belajar (slow learner)

f. Prinsip kasih sayang

g. Prinsip keperagaan

h. Prinsip habilitasi dan rehabilitasi

(19)

5. Tunadaksa

a.

Pelayanan medis

b.

Pelayanan pendidikan

c.

Pelayanan sosial

6. Tunalaras/gangguan emosi

d.

Prinsip kebutuhan dan keaktifan

e.

Prinsip kebebasan yang terarah

f.

Prinsip penggunaan waktu luang

g.

Prinsip kekeluargaan dan kepatuhan

h.

Prinsip setia kawan dan idola serta perlindungan

i.

Prinsip minat dan kemampuan

j.

Prinsip emosional, sosial dan perilaku

k.

Prinsip disiplin

l.

Prinsip kasih sayang

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi siswa autis di SD Purba Adhika Sekolah Penyelenggara Inklusif,

Fokus penelitian ini adalah bagaimana adaptasi kurikulum SD di sekolah dengan setting inklusif, adapun subfokus dalam penelitian ini adalah pada sejumlah anak

Sekolah inklusif adalah sekolah yang mengijinkan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk dapat belajar di kelas bersama-sama dengan siswa lain yang tidak

Program pendidikan inklusif merupakan sebuah program pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa inklusi (anak berkebutuhan khusus) untuk belajar bersama dengan anak-anak

Sementara proses assemen pada saat pembelajaran (di kelas inklusif) ditujukan untuk menilai kemajuan belajar ABK. Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan menyediakannya

Judul penelitian adalah Pengembangan Kurikulum Pendidikan Profesi Guru Berbasis Kebutuhan Studi tentang Asesmen Kebutuhan pada Guru SMK; Pengembangan Kurikulum Pendidikan Profesi Guru

Profil peserta didik inklusif ini secara khusus bertujuan untuk membantu guru dan pihak sekolah dalam melakukan identifikasi siswa inklusif pada aspek kebutuhan media belajar yang

Hasil dari penelitian Peran Kurikulum Merdeka terhadap Semangat Belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA NU Kejajar adalah, Kurikulum mampu memberikan peran aktif terhadap