KURIKULUM PENDIDIKAN INKLUSIF (KURIKULUM
BERDIFERENSIASI)
HANREZI DHANIA
KURIKULUM
•
Kurikulum : pedoman atau petunjuk bagi guru untuk dapat mengukurketercapaian pembelajaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh guru kepada peserta didik
•
Kurikulum pensif yang dirancang harus dapat dilakukan oleh guru,mencakup : tujuan, isi (materi), bahan pelajaran, cara melaksanakannya (metode), serta penilaian(evaluasi) yang dirancang sebelum
pembelajaran dilaksanakan
•
Diharapkan dapat mengembangkan pengalaman belajar siswa, termasuk pengembangan pribadi siswaKurikulum Pendidikan Inklusif
•
Kurikulum inklusif : sebuah perencanaan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan semua siswa dan memastikan bahwa pembelajaran akan mencapai hasil yang diinginkan (Bowder, 2001; Nukkarinen, 2010)•
The curriculum is conceived as promoting social emotional anddevelopmental growth, as well as providing instruction designed to help students meet age appropriate and grade-level learning standards in all academic areas (UNESCO)
•
Inclusive curriculum designed to allow students from all sorts of minority groups to feel comfortable and flourish educationally (Garry, 1998)Acuan Kurikulum Pensif
•
Menurut The Salamanca Statement (1994) :1.
Kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan kesempatan kurikuler sesuai dengan kemampuan dan minat anak-anak yangberbeda
2.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus harus menerima dukungan pembelajaran tambahan dalam konteks kurikulum regular, bukan kurikulum yang berbeda. Prinsip harus memberikan semua anakdengan pendidikan yang sama, serta memberikan bantuan tambahan dan dukungan untuk anak-anak yang membutuhkan tersebut.
•
Kurikulum pensif dirancang sesuai dengan kemampuan dan minat anak, dalam karakteristik yang beragam untuk mencapai tujuan pendidikanMODEL KURIKULUM INKLUSIF
•
Kurikulum inklusif yang digunakan di Indonesia berdasarkan panduan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2001) adalah :1.
Model eskalasi : digunakan untuk siswa cerdas istimewa dan/atau bakat istimewa dengan menggunakan kurikulum standar nasional yang dinaikkan tingkatkualifikasi sesuai dengan tuntutan potensinya dengan tingkat kesukaran
dinaikkan dan diperluas. Tujuannya agar perkembangan siswa menjadi tumbuh maksimal, baik sosial, psikologis maupun kognitifnya.
2.
Model duplikasi : yaitu meniru atau menggandakan dimana pengembangan kurikulum bagi siswa ABK dengan menggunakan standar nasional yang sama dengan siswa regular pada umumnya baik tujuan, isi, proses, maupun evaluasi.3. Model modifikasi : mengubah standar kurikulum standar nasional bagi
siswa ABK untuk disesuaikan dengan kemampuan siswa baik tujuan, materi, proses maupun evaluasi
4. Model subtitusi : mengganti isi kurikulum standar nasional dengan materi yang lain. Penggantian ini dilakukan karena isi kurikulum nasional tidak
memungkinkan diberlakukan kepada ABK, tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang sepadan baik tujuan pembelajaran, materi, proses, maupun
evaluasi
5. Model omisi : menghilangkan sebagian/keseluruhan isi kurikulum standar nasional karena tidak mungkin diberikan kepada siswa ABK. Hal ini karena isi sebagian/keseluruhan kurikulum standar nasional tidak sesuai atau terlalu sulit
6. Kurikulum kekhususan : kurikulum yang dibuat sesuai dengan kebutuhan khusus siswa ABK untuk mengatasi kelainan tertentu yang perlu
dikembangkan, misalnya baca tulis Braille, orientasi mobilitas (OM), bina diri, bina komunikasi, binapersepsi bunyi irama, dll
Contoh Model Kurikulum dan Pembelajaran Inklusif Nama siswa : jenis hambatan :
Tujuan Materi Proses Alat Evaluasi Keteran gan
Duplikasi V V V V V
Modifikasi Subtitusi Omisi
Modifikasi alokasi waktu Salah satu ciri siswa lambat belajar adalah inteligensi di bawah normal (dibawah 100) sehingga waktu belajarnya 10 jam atau lebih dalam satu pembelajaran
Modifikasi isi materi Untuk isi materi pelajaran, dikurangi atau
diturunkan tingkat kesulitannya sesuai dengan kemampuan siswa atau dapat dihilangkan
bagian tertentu
Modifikasi proses pembelajaran Memberikan kesempatan dapat belajar bekerja sama dengan teman sebayanya (kooperatif)
tetapi tidak menghilangkan sifat kompetitif yang seimbang
Modifikasi evaluasi Menerapkan evaluasi pembelajaran yang sesuai dengan pencapaian atau nilai ketuntasan
berdasarkan penurunan tingkat kesulitan mata pelajaran
Contoh penyederhanaan konten dan penyesuaian dengan kemampuan siswa : 1. Menyediakan teks bacaan yang mudah dibaca sesuai kemampuan siswa
2. Menyediakan area kelas yang dapat menampilkan konten-konten khusus dengan lebih sederhana, singkat dan mudah dipahami
CONTOH : ANALISIS TUJUAN PEMBELAJARAN DALAM SETING INKLUSI
STANDAR KOMPETENSI
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI
DASAR
INDIKATOR INDIKATOR
Duplikasi Modifikasi Substitusi Omisi
STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN STANDAR KOMPETENSI
LULUSAN
Strategi untuk adaptasi kurikulum dan pembelajaran :
1.
Memungkinkan siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas2.
Menyajikan informasi melalui pendekatan multi-sensorik3.
Menulis poin penting di papan tulis dan membacanya dengan keras4.
Gunakan beberapa contoh konkret atau produk jadi sebagai model5.
Memberikan kejelasan, lembar kerja visual yang rapi6.
Memberikan pilihan bagi siswa untuk menunjukkan pengetahuannya (lisan, karya seni dll)7.
Memberikan panduan belajar yang mengidentifikasi kosa kata dan konsep8.
Memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan peningkatan prestasi9.
Memberikan umpan balik yang positif10.
Beri waktu ekstra dalam kelas maupun luar kelas untuk menyelesaikan pekerjaan• Modifikasi Kurikulum juga dapat didasarkan pada :
1. Peserta didik, kemampuannya rata-rata, di bawah atau di atas rata-rata
2. Karakteristik dan kebutuhan khusus
3. Tingkat kecerdasan
4. Lingkup pengembangan kurikulum
Peserta didik
Peserta didik berkelainan, yaitu peserta didik yang secara signifikan mengalami kesulitan dalam mengikuti prosess pembelajaran karena kelainan fisik, mental, intelektual, emosional, dan/atau sosial, sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus
Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, meliputi :1.
Peserta didik dengan kecerdasan luar biasa2.
Peserta didik dengan kreativitas luar biasa3.
Peserta didik dengan bakat seni dan/atau olahraga luar biasa4.
Gabungan dari dua atau lebih jens diatasKarakteristik dan kebutuhan khusus
• Perbedaan karakteristik menggambarkan perbedaan kebutuhan layanan pendidikan
• Tim pengembang kurikulum harus mengetahui kebutuhan khusus peserta didik terkait
kemampuan/ketidakmampuan secara individual melalui
identifikasi
Tingkat kecerdasan
1. Kecerdasan dibawah normal, yaitu peserta didik lamban belajar (slow learner) dan tunagrahita. Mereka memiliki kecepatan belajar dibawah peserta didik lain sehingga butuh waktu lebih lama. Siswa tunagrahita ringan, kemampuan akademiknya setaraf siswa kelas 4 SD. Siswa
tunagrahita sedang, kemampuan akademiknya setaraf siswa kelas 2 SD
2. Kecerdasan normal, antara lain : tunanetra, tunarungu, (gangguan komunikasi), tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar (disleksia,
disgrafia dan diskalkulia). Mereka memiliki kecerdasan yang relative
normal namun memiliki kelainan sehingga ada hambatan dalam belajar
dan perlu waktu sedikit lebih lama dalam belajar
3. Kecerdasan di atas normal, adalah : siswa superior (IQ 110-125); siswa gifted (IQ 125-140) dan siswa jenius (IQ diatas 140). Mereka memiliki kelebihan pada salah satu aatau lebih kemampuan berikut :
a.
Kemampuan intelektual umumb.
Kemampuan akademik khususc.
Kemampuan berpikir kreatif dan produktifd.
Kemampuan memimpine.
Kemampuan dalam bidang senif.
Kemampuan psikomotorLingkup pengembangan kurikulum
• Akademik dan non akademik
• Akademik : dapat pada semua mata pelajaran dalam kurikulum
• Non akademik : ketrampilan bina diri, perkembangan motoric, kemampuan bahasa dan wicara, ketrampilan fungsional
akademik, pendidikan vokasional dan ketrampilan rekreasi
PRINSIP KHUSUS
1.
Tunanetraa.
Prinsip kekonkritan, yaitu anak belajar melalui pendengaran dan perabaansehingga anak dapat mengerti dunia sekelilingnya dengan benda-benda konkrit (asli atau tiruan) yang dapat diraba atau dimanipulasikan sebagai alat bantu atau media atau sumber belajar
b.
Prinsip pengalaman yang menyatu, dimana pengalaman visual cenderungmenyatukan informasi. Anak tidak mengerti hubungan antara benda riil dengan hubungannya dengan benda lain sehingga guru harus ‘mengalami’ suasana tersebut secara nyata
c.
Prinsip belajar sambil melakukan2. tunarungu/gangguan komunikasi
a. Prinsip keterarahan wajah
b. Prinsip keterarahan suara
c. Prinsip keperagaan 3. Anak berbakat
d. Prinsip percepatan (akselerasi) balajar
e. Prinsip pengayaan (enrichment)
4. Tunagrahita/ lamban belajar (slow learner)
f. Prinsip kasih sayang
g. Prinsip keperagaan
h. Prinsip habilitasi dan rehabilitasi
5. Tunadaksa
a.
Pelayanan medisb.
Pelayanan pendidikanc.
Pelayanan sosial6. Tunalaras/gangguan emosi
d.
Prinsip kebutuhan dan keaktifane.
Prinsip kebebasan yang terarahf.
Prinsip penggunaan waktu luangg.
Prinsip kekeluargaan dan kepatuhanh.
Prinsip setia kawan dan idola serta perlindungani.
Prinsip minat dan kemampuanj.
Prinsip emosional, sosial dan perilakuk.
Prinsip disiplinl.
Prinsip kasih sayang