LENGKUNG HORISONTAL
DR. I MADE AGUS ARIAWAN, ST., MT.
LENGKUNG HORISONTAL
Alinemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal yang terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung.
TIPIKAL LENGKUNG HORISONTAL
Lingk Penuh (Full Circle) Spiral – Circle – Spiral (S – C- S) Spiral – Spiral (S – S)
BENTUK LENGKUNG HORIZONTAL DAN DIAGRAM SUPER ELEVASI
Lengkung busur lingkaran sederhana (Full Circle)
Full circle (FC) yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh.
Lengkung ini memiliki satu titik pusat lingkaran dengan jari-jari ( R) yang seragam
Tipikal lengkung Full Circle
LENGKUNG FULL CIRCLE
𝑇𝑐 = 𝑅𝑐 𝑡𝑔 𝛽
𝐸𝑐 = 𝑅𝑐 (1− cos 1/2𝛽)/cos 1/2𝛽 𝐸𝑐 = 𝑇 𝑐 . 𝑡𝑔 1/4 𝛽
𝐿𝑐 = 𝛽𝜋/180 𝑅𝑐, 𝛽 dlm⁰ 𝐿𝑐 = 0,01745 𝛽 𝑅𝑐 , 𝛽 (⁰) 𝐿𝑐 = 𝛽 𝑅𝑐 , 𝛽 dalam rad
Lengkung hanya berbentuk busur lingkaran saja, pencapaian superelevasi dilakukan sebagian pada jalan lurus dan sebagian lagi pada bagian lengkung
LENGKUNG SPIRAL FIKTIF
PADA LENGKUNG FULL CIRCLE (FC)
Pencapaian superelevasi dilakukan sebagian pada jalan lurus (tangent) dan sebagian pada bagian lengkung.
Karena bagian lengkung peralihan tidak ada, maka panjang daerah pencapaian kemiringan disebut sebagai panjang peralihan fiktif (Ls').
Bina Marga menempatkn 3/4 Ls' dibagian lurus (kiri TC atau kanan CT) dan l/4 Ls' ditempatkan dibagian lengkung (kanan TC atau kiri CT).
AASHTO menempatkan 2/3 Ls' dibagian lurus (kiri TC atau kanan CT) dan l/3 Ls' ditempatkan dibagian lengkung (kanan TC atau kiri CT).
LENGKUNG FULL CIRCLE (FC)
Dipergunakan pada radius lengkung yang besar
Superelevasi yang dibutuhkan ≤ 3 % (maks 1,5 en)
Ketika pengemudi mulai melewati titik Tangent Circle (TC), pengemudi akan langsung merasakan superelevasi (elevasi maks).
LENGKUNG SPIRAL – CIRCLE – SPIRAL (S-C-S)
Dipergunakan pada radius lengkung yang lebih kecil
Superelevasi bisa melebihi > 3 %
Memiliki lengkung peralihan (LS) sehingga
mengurangi kesan patah pada perubahan kemiringan melintang.
Pengemudi setelah melewati titik tangen spiral (TS), pengemudi akan mendapatkan elevasi peralihan, kemudian setelah melewati titik spiral circle, barulah pengemudi mendapatkan super elevasi penuh
sehingga kesan patah dapat dihindari dan sebaliknya.
LENGKUNG SPIRAL – CIRCLE – SPIRAL (S – C – S)
p < 0,25 meter, Ls tidak diperlukan Lc < 20 meter, Lc tidak diperlukan
LENGKUNG SPIRAL-SPIRAL (S-S)
Lengkung horizontal tanpa busur lingkaran
Titik SC berimpit dengan titik CS
Panjang busur lingkaran Lc = 0
Rc dipilih sedemikian, sehingga
Ls > dari Ls yang menghasilkan
landai relatif minimum
LANDAI RELATIF
Besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan
Perbedaan elevasi dalam hal ini hanya berdasarkan tinjauan perubahan bentuk penampang melintang jalan, belum merupakan gabungan dari perbedaan elevasi kelandaian vertikal jalan Landai Relatif (1/m)
LENGKUNG PERALIHAN (LS) MINIMUM
LENGKUNG SPIRAL-SPIRAL (S – S)
• Lengkung horisontal spiral-spiral, lengkung tanpa busur lingkaran
• Titik SC berimpit dengan titik CS
• Panjang busur lingkaran Lc = 0
FLOWCHART PEMILIHAN
TIPE LENGKUNG HORISONTAL
DIAGRAM SUPERELEVASI
Menggambarkan pencapaian super- elevasi dari lereng normal ke superelevasi penuh
Dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal yang direncanakan.
Diagram superelevasi digambarkan berdasarkan elevasi sumbu jalan sebegai garis nol
Elevasi tepi perkerasan diberi tanda + atau - ditinjau dari ketinggian sumbu jalan
DIAGRAM SUPERELEVASI
TIPE LENGKUNG FULL CIRCLE (FC)
METODE BINA MARGA METODE AASHTO
DIAGRAM SUPERELEVASI
TIPE LENGKUNG SPIRAL – CIRCLE - SPIRAL (S – C - S)
DIAGRAM SUPERELEVASI
TIPE LENGKUNG SPIRAL – SPIRAL (S – S)
METODE BINA MARGA
METODE AASHTO