Oleh :
PUSAT PENGENDALIAN MUTU 2023
PRINSIP
KEMUNDURAN
MUTU DAN
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN
KEMUNDURAN MUTU IKAN
Segera setelah ikan mati, maka akan terjadi perubahan-perubahan yang mengarah kepada terjadinya pembusukan, yang disebabkan : AKTIVITAS ENZIM, KIMIAWI DAN BAKTERI
Aktivitas enzim (autolysis) :
Proses penguraian protein dan lemak oleh enzim (protease dan lipase) perubahan rasa (flavor), bau (odor), rupa (appearance) dan tekstur (texture).
Aktivitas kimiawi :
terjadinya oksidasi lemak daging oleh oksigen
Oksigen yang ada di udara mengoksida lemak daging ikan tengik (rancid) Aktivitas bakteri
Dipicu oleh terjadinya kerusakan komponen dalam tubuh ikan karena aktivitas enzim dan aktivitas kimia pertumbuhan bakteri pada tubuh ikan
✓ Cara/alat penangkapan
✓ Cara penanganan
✓ Reaksi ikan menghadapi kematian
✓ Jenis dan ukuran ikan
✓ Keadaan fisik sebelum mati
✓ Suhu lingkungan
Faktor yang Mempengaruhi Kemunduran Mutu Ikan
1. Tahap Pre rigor
✓ Mutu dan kesegaran bahan pangan sama seperti ketika masih hidup
✓ Terlepasnya lendir (glukoprotein dan musin) dari kelenjar bawah kulit 2. Rigor
✓ Bahan pangan memiliki kesegaran dan mutu seperti ketika masih
hidup,namun kondisi tubuhnya secara bertahap menjadi kaku (berubah dari elastis menjadi kaku)
✓ Akibat perubahan kimia yang kompleks (sirkulasi darah berhenti, suplai oksigen berkurang glikogen berubah menjadi asam laktat
✓ pH ikan menurun, jumlah ATP menurun, kekenyalan menurun 3. Tahap Post Rigor
✓ Ikan masih segar, namun proses pembusukan daging ikan telah dimulai
✓ Kondisi isi kembali elastis
Proses perombakan pada ikan terdiri dari 3 tahap :
TAHAPAN PERUBAHAN SEJAK IKAN MATI MENJADI BUSUK
Diklasifikasikan menjadi 3 tahap :
A.Tahap I
Perubahan :
- ATP dan Kreatin Fosfat (menurun)
- Glikogen asam laktat (proses glikolisa) - Aktivitas enzim ATP-ase dan Kreatinfosfokinase
meningkat
- Terjadi antara 1 – 7 jam setelah ikan mati
- Tergantung jenis ikan
Lanjutan…
B. Tahap II
Daging menjadi lebih keras/ kaku
Terjadi penggabungan protein aktin dan protein miosin mejadi protein aktomiosin
C. Tahap III
Daging menjadi lunak secara perlahan
Bakteri mulai berkembang
APA YANG TERJADI MENJELANG IKAN MATI ?
(Aerobic and anaerobic breakdown of glycogen in fish muscle)
Glucosa
Glucosa Glycogen
Glycogen AEROBIC
RESPIRATION
ANAEROBIC RESPIRATION
O
2CO
2+H
2O
Lactic Acid
ATP + Creatine Creatine phosphate + ADP
O
2-Struggle dying - Death
X
ATP
(ADENOSIN TRI FOSFAT)
ADP
AMP
IMP + NH3
INOSIN
HIPOSANTIN +
RIBOSA
HIPOSANTIN +
RIBOSA FOSFAT
FOSFORILASE
IDP +NH3 (INOSIN DIFOSFAT)
PEMBONGKARAN ATP DALAM DAGING IKAN,
SELAMA PEMBUSUKAN
PEMBUSUKAN PEMBUSUKAN
AKIBAT PERUBAHAN SENYAWA KIMIA
(TMAO, UREA, TMA, TVB, HISTAMIN, dll.)
PARAMETER KESEGARAN
KARENA AKTIFITAS BAKTERI
9
Pembentukan Formalin secara alami pada seafood
CH 3
C CH 3
CH 3
CH 3
N O
BakteriologisCH 3
CH 3
N
CH 3
CH 3
N
(TMA)
H H
(FORMALDEHID)
+ == O
(TMAO)
(DMA)
10
HISTAMIN
▪ Indikator utama keracunan scombrotoxin (toxin yang dihasilkan ikan Scombroidae)
▪ Komponen amin biogenik (bahan aktif yang
diproduksi secara biologis melalui dekarboksilasi asam amino/histidin bebas)
▪ Proses dekarboksilase melalui 2 cara : autolisis (aktivitas enzim histidine decarboxylase/HDC) dan aktivitas bakteri (Enterobacteriaceae dan
Bacillaceae)
11
Pembentukan Histamin
CO
212
Prinsip penanganan ikan
a. Pembunuhan
b. Pendarahan/pembuangan darah
memotong pembuluh darah di belakang sirip dada
memotong pembuluh darah di atas insang
memotong pembuluh darah dibagian sisi
batang ekor
●Pendinginan dilakukan dengan cara memberikan es (pengesan)
● Pengesan dilakukan dengan memasukkan hancuran es kedalam isi perut terlebih dahulu, kemudian ikan tuna direndam dalam air laut yang telah diberi es (air laut : es = 1 : 2) antara 6-12 jam.
● Pindahkan ikan ke dalam palka yang berisi es curai pada bagian dasar dan ditutup dengan es curai secukupnya serta dihindari penumpukan ikan yang terlalu tinggi.
c. Penurunan Suhu Ikan (Lowering temperature/slurry ice)
d. PENYIMPANAN IKAN
SISTEM “COLD BOX” (PETI DINGIN)
• Menggunakan peti-peti / box: kayu, pastik, bahan sintetis, bahan aluminium.
• Aluminium: mudah di kontrol, dibersihkan, kondisi ikan lebih baik karena ikan tidak
mendapatkan tekanan dan beratnya tidak berkurang. Selain itu saat pembongkaran juga jadi lebih mudah dan cepat. Kerugiannya terlalu banyak memakan tempat di dalam kapal.
SISTEM SHELFING
• Dengan satu lapisan ikan dalam satu rak.
• Sekat dipasang dengan jarak sekitar 20 cm.
• Kelemahan dari cara ini akan memakan waktu, tenaga dan ruang palka.
SISTEM BULKING
• Ikan ditumpuk dalam kotak/ruangan palka lapis demi lapis.
• Dasar diberi es yang telah dihancurkan kurang lebih tebalnya 15 cm.
• Ikan dibelah perutnya disimpan dengan bagian perutnya di bawah agar air/cairan tidak tertampung dalam perutnya tapi mengalir ke dasar palka.
• Lapisan ikan tidak boleh terlalu tebal agar pendinginannya merata.
• Cairan dari pelelehan es diusahakan tidak mengalir ke lapisan bawahnya. Jadi diberi kemiringan pada lapisan dasar agar air dapat mengalir ke pinggir lalu dibuang.
CARA YANG SEDERHANA DAN MURAH MENGHAMBAT
KEMUNDURAN MUTU IKAN DENGAN SUHU RENDAH /PENGES- AN
Es adalah medium yang ideal, karena :
Mempunyai kemampuan pendinginan yang besar
Tidak berbahaya/ merusak ikan
Cepat mendinginkan ikan
Cairan es dapat membersihkan lendir, darah, dan kotoran lain
Ikan tetap basah/ tidak kering
PENGELOMPOKAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
1. SUHU RENDAH ✓Pendinginan
✓Pembekuan 2. SUHU TINGGI
3. PENGERINGAN
✓Pengalengan
✓Perebusan
Pengasinan dan
pengeringan
4. FERMENTASI Terasi, peda, bekasam, dll
5. PENGASAPAN Ikan asap, ikan kayu, dll
6. LAIN-LAIN Kerupuk, fish jelly
produk, dll.
TUJUAN
➢ Menurunkan suhu ikan, memperlambat laju pembusukan akibat aksi enzym dan bakteri
➢ Memperpanjang daya simpan/awet ikan
(Ikan beku lebih panjang daya simpannya
dibandingkan ikan yang di es)
Prinsip Pembekuan
• Menurunkan suhu ikan
• Menghentikan pertumbuhan mikroorganisme
• Memperlambat aktivitas enzim dan reaksi
kimiawi
Prinsip
Pembentukan kristal es yang menurunkan
ketersediaan air bebas di dalam pangan
sehingga pertumbuhan mikroorganisme
terhenti
PEMBEKUAN (FREEZING)
Usaha menurunkan suhu di bawah 0ºC, dengan cara melewati suhu zona kritis (-1ºC s/d -5ºC) secepat mungkin sampai suhu ideal untuk penyimpanan
(maks -18ºC)
Pemindahan panas dari bahan yang disertai perubahan
fase dari cair ke padat pada bahan pangan
TAHAPAN DALAM PROSES PEMBEKUAN
1. Tahap pembuangan panas (REMOVAL OF HEAT) : SUHU DAGING TURUN SECARA cepat s/d
sedikit di bawah 0ºC (titik beku air)
2. Tahap konversi air menjadi es : suhu daging agak
“statis” s/d mayoritas air menjadi es (0ºC s/d -5ºC)
3. Tahap penurunan suhu beku : suhu daging turun secara cepat s/d untuk disimpan dalam cold
storage (-30ºC)
PEMBEKUAN CEPAT (“ Quick freezing” )
TERJADI APABILA PRODUK MELEWATI
SUHU 0 s/d -5ºC KURANG DARI 2 JAM DAN
SUHU PUSAT PRODUK AKHIR -20ºC
5 0 -5 -10 -18
-20
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
ILUSTRASI PEMBEKUAN CEPAT
DAERAH MAX. PEMBENTUKAN KRISTAL ES DAN MAX. DENATURASI PROTEIN
PEMBEKUAN LAMBAT (“Slow freezing”)
Terjadi apabila pembekuan berlangsung lebih dari 24 jam (melewati suhu -5ºC lebih dari 2 jam)
AKIBAT : - Dehidrasi (drip loss)
- Tekstur lunak
5 0 -5 -10 -18
-20
0 5 10 15 20 25 30 35
ILUSTRASI PEMBEKUAN LAMBAT
DAERAH MAX. PEMBENTUKAN KRISTAL ES DAN MAX. DENATURASI PROTEIN
Pembekuan Lambat
Pembekuan Cepat
Kecepatan Pembekuan
➢ Mutu Produk akhir dan daya simpan kurang baik
➢ Produk akhir tidak seragam
➢ Bersifat tradisional
➢ Faktor-faktor yang berpengaruh selama proses tidak terkontrol
Terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air di udara dan bahan yang dikeringkan
kandungan uap air udara lebih sedikit (udara mempunyai
kelembapan nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan)
PRINSIP PENGERINGAN
Suatu metode pengawetan dimana
“kadar air” produk dikurangi sampai level tertentu sehingga produk stabil untuk
jangka waktu yang lebih panjang
30
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengeringan
✓ Suhu
✓ Kecepatan aliran udara pengeringan
✓ Kelembapan udara
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan
✓ Ukuran bahan
✓ Kadar air awal
✓ Tekanan parsial dalam bahan
TUJUAN PENGERINGAN
Mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim
pembusukan terhambat/terhenti sama sekali
TUJUAN
➢ Memasukkan unsur-unsur asap (KETON, ALDEHID) yang dapat menghambat aktifitas bakteri, enzym dan kimia
➢ Mengurangi kadar air
➢ Pemberian bumbu
Proses penetrasi senyawa volatil pada ikan yang dihasilkan dari pembakaran kayu yang dapat menghasilkan produk dengan rasa dan aroma spesifik
umur simpan lama :
aktivitas anti bakteri, menghambat aktivitas enzimatis
32
Senyawa kimia asap dari kayu
✓ Fenol (yang berperan sebagai antioksidan),
✓ Asam organik, alkohol, karbonil, hidrokarbon
✓ Senyawa nitrogen (nitro oksida, aldehid, keton, ester, eter)
Senyawa pada pengasapan yang bersifat karsinogenik :
✓ Senyawa Piliciclic aromatic hydrocarbon (PAH)
Ditemukan pada ikan asap
✓ Senyawa N-nitroso compound (NNC)
Ditemukan pada daging asap
✓ Senyawa Heterocyclic aromatic amine (HAA)
Ditemukan pada ikan dan daging bakar atau panggang.
TUJUAN
➢ Pemberian panas yang tinggi pada produk untuk menghambat aktifitas penyebab
pembusukan
➢ Pemberian bumbu/media
➢ Kondisi kemasan: ANAEROB/VACUUM
HEAT TRANSFER
Proses perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material
▪ Perpindahan energi panas dari suatu benda ke benda lain
▪ Meramalkan laju perpindahan panas yang terjadi
▪ Konduksi
▪ Konveksi
▪ Radiasi
Faktor yang berpengaruh
1. Konduksi
Proses perpindahan panas dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dengan media pengahantar panas tetap
2. Konveksi
Proses perpindahan panas yang terjadi antara permukaan padat dengan fluida dengan media penghantar berupa fluida (cairan) atau kombinasi keduanya
3. Radiasi
Proses perpindahan panas yang terjadi karena pancaran/sinaran/
radiasi melalui gelombang elektro-magnetik, tanpa memerlukan media perantara
Metode perpindahan panas pada
PENGALIRAN PANAS
a. Konduksi b. Konveksi
Slowest Heating Point
10%
Proses pemanasan sampai mencapai suhu di atas titik didih (100
oC) untuk mematikan semua mikroorganisme beserta spora-sporanya
STERILISASI
Kurva Kematian Mikroba karena Pemanasan
▪ Sejumlah mikroba dipanaskan pada suhu (T) konstan tertentu, maka sebagian mikroba akan mati (jumlah menurun)
▪ Sifat ketahanan panas mikroba pada suhu yang berbeda-beda
▪ D = waktu pemanasan pada suhu konstan tertentu yang menurunkan jumlah mikroba sebesar 1 desimal atau 1 siklus log (mis. dari 10.000 mjd 1.000/ memusnahkan 90%
populasi)
Nilai D disebut juga = laju kematian konstan/Konstanta laju kematian/
decimal reduction time
38
▪ Nilai D suatu mikroba sangat dipengaruhi suhu pemanasan
▪ Semakin tingi suhu pemanasan, maka nilai D semakin kecil
▪ Konstanta pengaruh suhu terhadap perubahan nilai D adalah nilai Z
▪ Z = peningkatan suhu pemanasan yang diperlukan untuk mencapai perubahan nilai D sebesar 1 desimal (1 siklus log cycle perubahan jumlah mikroba) : menaikkan suhu sebesar 10
oC maka nilai D akan berkurang 90% (1 siklus log)
Pengaruh perubahan suhu (Nilai Z)
▪ Laju penurunan jumlah mikroba oleh panas hingga level yang aman
mengikuti orde 1 atau menurun secara logaritma
▪ Penurunan jumlah mikroba/siklus logaritma = S
Siklus logaritma
Nilai Sterilisasi/Pasteurisasi (Nilai F 0 )
Proses thermal pada pengolahan pangan perlu dihitung agar kombinasi suhu dan waktu yang diberikan dapam proses pemanasan cukup untuk memusnahkan bakteri dan sporanya (patogen dan pembusuk)
: waktu proses thermal pada suhu
tertentu untuk membunuh mikroba target hingga pada level yang diinginkan
(tergantung suhu proses dan nilai Z)
Convection heating
Conduction
heating
Faktor yang mempengaruhi proses thermal :
1. Karakteristik produk yang dikalengkan (pH keseimbangan, metode pengasaman, konsistensi/ viskositas bahan,
bentuk/ukuran bahan, aktivitas air, persen padatan, rasio padatan/cairan, ukuran partikel, dll
2. Kemasan (jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke dalam kemasan)
3. Proses dalam retort (jenis retort (kemampuan retort
berbeda), jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort,
tumpukan wadah, pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya
nesting, dan sebagainya)
Clostridium botulinum
1. Dapat memproduksi toksin yang mematikan (botulin)
2. Terdapat pada tanah/air, sehingga mudah mengkontaminasi bahan pangan
3. Tumbuh baik pada kondisi : tanpa oksigen, 30 – 37oC (mesofilik), pH > 4,6 – 7,5
4. Dapat dihambat dengan : pengaturan pH, pengaturan Aw (<0,85), garam (nitrit/nitrat, NaCl), pemanasan (Sterilisasi)
5. Menjadi target utama proses strelisasi produk pangan
STERILISASI PADA PENGALENGAN
Proses pemanasan (wadah dan isi) sampai mencapai suhu (tertentu) di atas titik didih (100
oC) dan waktu tertentu untuk mematikan semua mikroorganisme beserta spora- sporanya yang menyebabkan kerusakan makanan
Sterilisasi Komersial :
Tingkat sterilisasi dimana semua mikroba (patogen, non-patogen, pembusuk,
pembentuk toksin) mati, namun tekstur, warna dan nilai nutrisi produk tidak rusak
Membunuh
Waktu dan suhu dipengaruhi :
• Konsistensi atau ukuran partikel bahan
• Derajat keasaman (nilai pH) isi kaleng
• Ukuran head space
• Besar dan ukuran kaleng
• Kemurnian uap air (steam)
• Kecepatan perambatan panas
Proses Pengalengan Ikan Tuna
Pre- cooking
Preparation Cooling
Receiving RM
Trimming Filling
Medium Filling Seaming
Retorting Cooling Incubation Packaging
and Labelling
Proses Pengalengan Ikan Sardine
Soaking Preparation
(Cutting &
Gutting, washing)
Filling Receiving
RM
Pre- cooking Draining
Medium Filling Seaming
Retorting Cooling Incubation Packaging
and Labelling
Hal Penting pada proses pengalengan 1. Kemasan
✓ Bahan : kaleng, wadah kaca, laminated pouches
(plastik/aluminium)
✓ Kondisi kemasan
✓ Kebersihan kemasan
(kontaminasi kotoran/debu
selama penyimpanan dan
transportasi)
2. Tahap Pre-Cooking
Melakukan pemanasan pendahuluan jaringan pangan, dengan tujuan :
✓ Inaktifasi enzim
✓ Mengurangi jumlah mikroba awal
✓ Mengeluarkan cairan dan lemak dari produk
✓ Koagulasi protein
✓ Membentuk tekstur produk
✓ Mengeluarkan udara yang terperangkap dalam jaringan pangan mengurangi oksidasi dan terbentuknya headspace yang baik
✓ Meningkatkan suhu bahan : kecukupan suhu pasteurisasi/
sterilisasi
Hal penting yang harus diperhatikan adalah : - Berat produk
- Suhu produk
- Headspace (yg dikhawatirkan adalah breaking)
3. Tahap Pengisian
4. Tahap Seaming
✓ Kemasan harus tertutup rapat
( hermetically sealed ) dan kedap udara untuk mencegah recontamination (dari luar)
✓ Penutupan kaleng (double seam) harus benar dan dilakukan pengecekan
periodically
✓ Proses Exhausting :
▪ menghilangkan sebagian besar udara dan gas sebelum kaleng ditutup)
▪ Memberikan kondisi vakum
▪ Mengurangi terjadinya kebocoran karena tekanan kaleng terlalu tinggi (saat pemanasan)
▪ Mengurangi proses pengkaratan dan
reaksi oksidasi
a. Proses Venting
Pengeluaran udara yang terkurung di dalam retort
b. Come Up Time/CUT (Waktu menaikkan suhu untuk mencapai suhu sterilisasi) :
Waktu yang dibutukan untuk menaikkan suhu retort pada suhu yang ditentukan (mis. ±116°C) dan tekanan yang diinginkan (mis. 0.8 kg/cm2)
5. Tahap Retorting
▪ Mencegah terjadinya over cooking pada produk yang dikalengkan
▪ Menghindari pembusukan termofilik (cold shock)
▪ Hal penting :
✓ Kualitas air pendingin (potable water)
✓ Kondisi sanitasi-hygiene setelah proses retorting
6. Tahap Cooling
7. Tahap Inkubasi
Untuk melihat kondisi seaming dan kondisi fisik kaleng (indikasi kerusakan
produk : mis. Penggembungan, kebocoran)
Faktor kritis yang menentukan proses pengalengan :
1. Wadah/kaleng tertutup secara hermetis Pengisian dan penutupan kaleng harus benar) 2. Perlakuan pemanasan yang cukup
Tercapainya sterilisasi komersial 3. Penanganan kaleng yang baik
Sebelum, selama dan setelah pemanasan untuk memastikan bahwa integritas sambungan dan penutup tetap terjaga
Integritas sambungan dan penutupan merupakan faktor penting, karena :
Selalu ada kemungkinan bahwa bakteri akan masuk
kembali dan mencemari produk yang telah disterilisasi
A--Water line.
B--Steam line.
C--Temperature control.
D--Overflow line.
E1--Drain line.
E2--Screens.
F--Check valves.
G--Line from hot water storage.
H--Suction line and manifold.
I--Circulating pump.
J--Petcocks.
K--Recirculating line.
L--Steam distributor.
M--Temperature-controller sensor.
N--Temperature-indicating device sensor.
O--Water spreader.
P--Safety valve.
Q--Vent valve for steam processing.
R--Pressure gage.
S--Inlet air control.
T--Pressure control.
U--Air line.
V--To pressure control instrument.
W--To temperature control instrument.
X--Wing nuts.
Y1--Crate support.
Y2--Crate guides.
Z--Constant flow orifice valve.
Z1--Constant flow orifice valve used during come-up.
Z2--Constant flow orifice valve used during cook.
51
Suatu proses pengolahan yang mengoptimalkan proses termal sehingga dapat membunuh sebagian besar mikroba yang bersifat patogen biasanya
menggunakan suhu di bawah 100
0C
Masih terdapat mikroba, sehingga daya tahan simpan singkat
Tujuan pasteurisasi :
1. Membunuh semua bakteri patogen yang umum pada bahan pangan
2. Memperpanjang daya tahan simpan dengan jalan mematikan bakteri dan menginaktifkan enzim
PASTEURISASI
52