• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Usia Lanjut

N/A
N/A
Skripsi 1211

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Usia Lanjut"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019 Hubungan Inkontinensia Urin Dengan Depresi Pada Usia Lanjut

Isnaeni, Mahyar Suara Stikes Abdi Nusantara Jakarta

ABSTRACT

Latar Belakang : Inkontinensia urin adalah salah satu masalah usia lanjut yang memerlukan penanganan yang tepat. Inkontinensia urin merupakan penyebab terjadinya depresi dan isolasi.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan inkontinensia urin dengan depresi pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskritif analitik, dengan rancangan korelasi dan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening dan yang masuk kriteria inklusi sebanyak 50 orang, dengan sampel sebanyak 50 responden yang diambil secara total sampling.pengambilan data menggunakan survei, dengan instrumen berupa kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis chi square (X2).

Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan depresi pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening, yang ditunjukkan dengan nilai hasil uji statistik diperoleh P value = 0.012 berarti p < 0.05. Responden yang mengalami inkontinensia urin mempunyai resiko 7.733 kali untuk mengalami depresi dibandingkan dengan usia lanjut yang tidak mengalami inkontinensia urin.

Kesimpulan dan saran : Terdapat hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan depresi pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi usia lanjut tentang inkontinensia urin dan depresi dan usia lanjut tidak khawatir apabila mengalami masalah tersebut.

Kata kunci : Inkontinensia Urin, Depresi, Usia Lanjut

PENDAHULUAN

Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia. Sama seperti periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang, bahwa proses menua ditandai dengan perubahan fisik dan psikologi tertentu. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh (Nugroho, 2015).

Secara demografi, tahun 2000 diperkirakan jumlah usila meningkat menjadi 9,99 % dari seluruh penduduk Indonesia (22.272.700 jiwa) dengan umur

harapan hidup 65-70 tahun dan tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09 % (29.120.000 lebih) dengan umur harapan hidup 70-75 tahun (Nugroho, 2015).

Sedangkan menurut Bondan (2015) tahun 2002 jumlah usia lanjut di Indonesia berjumlah 16 juta dan diperkirakan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,57% penduduk.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN tahun 2015 jumlah penduduk di DKI Jakarta sebanyak 471.043 juta jiwa, terdapat 38.459 juta jiwa (21,83%) lansia (http://aplikasi.bkkbn.go.id, diperoleh 2 Desember 2015). Peningkatan populasi usia

(2)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019 lanjut dapat diikuti dengan meningkatnya

masalah kesehatan fisik maupun masalah psikososial pada lansia. Salah satu masalah kesehatan fisik yang terjadi pada lansia yaitu Inkontinensia Urin. Menurut Graber dkk (2015) inkontinensia urin merupakan pengeluaran urin secara tidak disadari.

Adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk dan meningkatkan umur harapan hidup manusia. Selain itu jumlah penduduk usia lanjut cenderung akan bertambah lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang berusia lanjut diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2015).

Kebijakan pemerintah dibentuk selama masa ‘Great Society’ pada tahun 1960-an, yang membuat program untuk usia lanjut seperti Medicare ( Asuransi kesehatan dari pemerintah Amerika bagi lansia yang tidak mampu), Medicaid (asuransi kesehatan bagi masyarakat yang tidak mampu), dan Layanan Older American Act, telah dikaji ulang untuk mempertimbangkan keefektifan dan implikasi fiscal dalam masyarakat usila

yang tumbuh dengan cepat (Stanley &

Beare, 2015).

Berbagai Upaya telah dilakukan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian usia lanjut.

Pelayanan kesehatan, sosial telah dikerjakan pada berbagai tingkatan yaitu di tingkat individu usila, kelompok usila, keluarga, Panti Sosial Tresna Werda (PSTW), Sasana Tresna Werda (STW), sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama (sekunder), sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjut (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada usia lanjut (Maryam et al., 2015).

Penyakit yang sering menyerang para usia lanjut bukan karena penuaan itu sendiri, tetapi dikarenakan adanya perubahan dalam komposisi tubuh dan penurunan fungsi organ. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah mengidentifikasi usia lanjut sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2015).

Masalah pada usia lanjut, yang sering memerlukan perawatan segera adalah

“empat besar”yang meliputi: imobilisasi,

(3)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019 ketidakstabilan, gangguan mental dan

inkontinensia (Watson, 2015). Salah satu dari masalah usia lanjut yang memerlukan penanganan yang tepat adalah inkontinensia urine. Inkontinensia urine bukan merupakan tanda-tanda normal penuaan. Inkontinensia urine selalu merupakan suatu gejala dari masalah penyakit fisik yang tidak dipermasalahkan oleh usila (Stockslages &

Schaeffer, 2015).

Survey inkontinensia dilakukan oleh Divisi Geriatiri Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada 208 orang usila dilingkungan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) di Jakarta (2012) mendapat angka kejadian inkontinensia urin tipe stress sebesar 32,2 %. Survey inkontinensia urin yang dilakukan di Poliklinik Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (2013) terdapat 179 pasien geriatri di dapat angka kejadian inkontinensia urin stres pada laki-laki sebesar 20,5% dan perempuan sebesar 32,5%. Penelitian di Poliklinik Geriatri RS Dr. Sardjito Yogyakarta mendapat angka prevalensi inkontinensia urin 14,74%

(Setiati cit Aru. W., 2015).

Alasan utama terjadinya ketidakstabilan kandung kemih pada usia lanjut adalah terdapat beberapa kerusakan persarafan yang mengakibatkan seseorang

tidak mampu mencegah kontraksi otot kendung kemih secara efektif (otot detrusor) dan mungkin juga dipersulit oleh masalah lain, seperti keterbatasan gerak atau konfusi, keinginan untuk miksi yang datang sangat cepat (Watson, 2015).

Apabila seorang usia lanjut mengalami inkontinensia mereka cenderung mengurangi minum. Hal ini selain mengganggu keseimbangan cairan yang sudah cenderung negatif pada usia lanjut juga dapat mengakibatkan menurunnya kapasitas kandung kemih dan selanjutnya akan memperberat keluhan inkontinensianya (Darmojo & Martono, 2015).

Inkontinensia tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya, karena menganggap bahwa masalah tersebut merupakan masalah yang memalukan atau tabu untuk diceritakan, kekidaktahuan mengenai masalah inkontinensia urine, dan menganggap bahwa kondisi tersebut merupakan penyebab terjadinya depresi dan isolasi suatu yang wajar terjadi pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. (Setiati cit Aru. W., 2015).

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasi masalah inkontinensia urine, baik bersifat nonfarmakologis maupun terapi obat dan pembedahan jika diketahui dengan tepat jenis atau tipe

(4)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019 inkontinensianya. (Setiati cit Aru. W.,

2015). Sedangkan menurut Nugroho (2015) masalah inkontinensia urine biasanya dipengaruhi oleh masalah psikososial antara lain; kesepian, merasa diasingkan, kehilangan orang-orang terdekat, saudara, family, karena dapat menyebabkan depresi apabila inkontinensia tidak teratasi dengan baik.

Data prevalensi depresi pada usia lanjut di Indonesia di peroleh dari ruang rawat akut geriatrik dengan kejadian depresi sebanyak 76,3%. Didapatkan depresi ringan sebanyak 44,1% sedangkan depresi sedang sebanyak 18%, depresi berat sebanyak 3,2%

(Setiati cit Aru.W., 2015).

Depresi pada usia lanjut, sering salah didiagnosis atau diabaikan. Sejumlah faktor yang menyebabkan keadaan ini, mencakup fakta bahwa pada usia lanjut, depresi dapat disamarkan atau tersamarkan oleh gangguan fisik lainnya (Stanley & Beare, 2015).

Depresi ini adalah masalah besar yang mempunyai konsekuensi medis, sosial, dan ekonomi. Hal ini menyebabkan penderitaan bagi usila dan keluarganya, memperburuk kondisi medis dan membutuhkan sisitem pendukung yang mahal (Setiati cit Aru W., 2015).

Individu yang depresi bisa menjadi asosial, menarik diri dari interaksi sosial,

keluarga dan teman, serta hobi. Mereka menjadi anhedonia/anhedonistik, kehilangan rasa senang dari aktivitas yang menyenangakan sebelumnya, Selain itu pikiran bunuh diri akan muncul (Videbeck, 2015).

Pada studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Januari 2018 di di Posyandu Melati II Jatibening peneliti memperoleh hasil bahwa dari 10 orang usia lanjut yang berhasil di wawancarai, didapatkan 6 orang mengalami gejala depresi seperti menurunnya nafsu makan, cepat lelah, menurunnya semangat dan merasa kesepian, selanjutnya 5 orang diantaranya mengalami gejala inkontinensia urin, mereka mengatakan sering terbangun pada malam hari hanya untuk buang air kecil, merasa kandung kemihnya penuh walaupun sudah berkalikali buang air kecil, merasa terganggu dengan hal tersebut.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2015).

Rancangan penelitian ini adalah korelasi yaitu bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada,

(5)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019 berapa eratnya hubungan serta berarti atau

tidak hubungan itu (Arikunto, 2015).

Pendekatan waktu yang digunakan adalah secara cross sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2015).

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Notoadmodjo,

2015). Populasi pada penelitian ini adalah usia lanjut yang tercatat di Posyandu Melati.

Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan ada atau dijumpai dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2015). Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah usia lanjut yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebesar 50 usia lajut.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

1.1 Karakteristik Responden

Tabel 1 : Distribusi frekuensi jenis kelamin pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening 2018

No Jenis kelamin F %

1 Laki-laki 23 46

2 Perempuan 27 54

Total 50 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 23 orang (46%), sedangkan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 27 orang (54%).

1.2 Inkontinensia Urin

Tabel 2 Distribusi frekuensi inkontinensia urin pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening 2018

Inkontinensia urin

F %

Inkontinensia urin

18 36

Tidak

inkontinensia urin

32 64

Total 50 100

(6)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa responden yang mengalami inkontinensia urin berjumlah 18 orang (36%), sedangkan responden yang tidak mengalami inkontinensia urin berjumlah 32 orang (64%).

1.3 Depresi

Tabel 3 : Distribusi frekuensi depresi pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening 2018

Depresi F %

Depresi 11 22

Tidak depresi 39 78

Total 50 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden yang mengalami depresi berjumlah 11 orang (22%), sedangkan responden yang tidak mengalami depresi berjumlah 39 orang (78%).

2. Analisis Bivariat

1.1 Hubungan Inkontinensia Urin Dengan Depresi

Tabel 4 Distribusi frekuensi hubungan inkontinensia urin dengan depresi pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening 2018

Inkontinensia urin

Depresi

Total

OR P

Depresi Tidak

depresi (95% CI) Value

N % N % N %

Inkontinensia

urin 8 16 10 20 18 36

7.733 (1.710- 34.974)

0.012 Tidak

inkontinensia urin

3 6 29 58 32 64

Total 11 22 39 78 50 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 18 (36%) responden yang mengalami inkontinensia urin terdapat 8 (16%) orang yang mengalami depresi dan 10 (20%) orang yang tidak mengalami depresi. Sedangkan dari 32 (64%) responden yang tidak mengalami

(7)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019

inkontinensia urin terdapat 3 (6%) orang yang mengalami depresi dan 29 (58%) orang yang tidak mengalami depresi.

Hasil uji statistik diperoleh P value = 0.012 berarti p < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan inkontinensia urin dengan depresi pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening periode Februari tahun 2016. Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan hubungan dilakukan dengan melihat nilai OR. Hasil penghitungan dengan komputer didapatkan nilai OR = 7.733 (1.710-34.974) artinya responden yang mengalami inkontinensia urin mempunyai resiko 7.733 kali untuk mengalami depresi dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami inkontinensia urin.

PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilakukan pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih fokus. Namun demikian dalam pelaksanaan dilapangan masih ada kekurangan atau keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:

Pengambilan data hanya berdasarkan isian kuisioner bukan dengan observasi, sehingga responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang sudah disediakan.

Item pernyataan yang digunakan untuk mengungkap faktor inkontinensia urin sangat sedikit, sehingga masih ada kemungkinan indikator-indikator lain yang mungkin dapat digunakan untuk mengungkap faktor inkontinensia urin. Pada usia lanjut yang kurang kooperatif sulit untuk melakukan komunikasi terutama pada responden yang tidak bisa membaca, bahasa yang ditulis tidak sama dengan bahasa yang

dikatakan sehingga peneliti membantu untuk mengisi kuesioner.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Responden sebanyak 50 orang di peroleh data terbanyak 27 responden (54%) berjenis kelamin perempuan, dan sebanyak 32 responden (64%) tidak mengalami inkontinensia urin, serta sebanyak 39 responden (78%) tidak mengalami depresi. Terdapat hubungan yang signifikan antara inkontinensia urin dengan depresi pada usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening, yang ditunjukkan dengan nilai hasil uji statistik diperoleh P value = 0.012 berarti p < 0.05, dengan nilai OR 7,733.

Hendaknya mempelajari kejadian inkontinensia urin dan depresi, sehingga

(8)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019 ketika peristiwa itu terjadi tidak kaget dan

menyebabkan depresi lagi, serta ikut kegiatan yang dapat membantu mengurangi inkontinensia urin seperti senam kegel. Hal ini diharapkan akan meminimalisasi depresi yang berlebih pada usia lanjut. Dengan demikian pada usia yang cukup tua, yaitu lebih dari 60 tahun, seseorang tidak mudah mengalami depresi yang disebabkan inkontinensia urin. Hendaknya sering mengadakan penyuluhan tentang inkontinensia urin, sehingga tidak banyak anggota usia lanjut yang mengalami depresi akibat inkontinensia urin, serta memfasilitasi penyediaan sarana seperti pampers. Dengan demikian kegiatan usia lanjut di Posyandu Melati II Jatibening dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari depresi yang berlebih.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bratanegara. 2012. Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan.

Posbindu Lansia di Kelurahan Karasak Kota Bandung. Jurnal Keperawatan Vol. 1 No. 1.

Darmojo. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:

FKUI.

Dharma, Kusuma Kelana, 2011, Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta, Trans Info Media.

Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek.

Jakarta: EGC.

Ghufron & Risnawita. 2016. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Madia.

Hidayat, Alimul AA. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock. 2009. Psikologi

Perkembangan.Jakarta: Erlangga.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Keliat, B.A.. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2017. Analisis Lansia di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kozier, B. Erb. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Kristyaningsih. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia.

www.dianhusada.ac.id/, Diakses 12 Agustus 2018.

Nugroho. 2010. Keperawatan Gerontik.

Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC.

Rahayu. 2010. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Respon Sosial Pada Lansia Di Desa Sukaraja Lor

Kecamatan Sukaraja.

http://eprints.undip.ac.id/, Diakses 12 Agustus 2018.

(9)

Jurnal Antara Kebidanan Vol. 2 No. 3 Tahun 2019 Romadlani. 2013. Hubungan Dukungan

Keluarga Dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Lansia di Kelurahan Bambankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang.

http://jurnal.unimus.ac.id/, Diakses 12 Agustus 2018.

Stuart & Laraia. 2011. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suprajitno. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi pendahuluan di SDN Pasindangan 01 Kab Cirebon yang telah dilakukan pada tanggal 17 Januari 2022 melalui observasi yang dilakukan kepada pihak SDN Pasindangan

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada 18-20 November 2020 di Universitas Kusuma Husada Surakarta, diambil secara acak sejumlah 10 mahasiswa yang