• Tidak ada hasil yang ditemukan

947a7 Modul 10 Kebutuhan Air

N/A
N/A
ADIEB AHSANTI 1

Academic year: 2024

Membagikan "947a7 Modul 10 Kebutuhan Air"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya validasi dan penyempurnaan Modul Kebutuhan Air sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Perencanaan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT). Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang Sumber Daya Air.

Modul Kebutuhan Air disusun dalam 6 (enam) bab yang terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami kebutuhan air dalam perencanaan JIAT. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih menekankan pada partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.

Bandung, Nopember 2017 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Deskripsi Singkat ... 2

1.3 Tujuan Pembelajaran ... 2

1.3.1 Hasil Belajar ... 2

1.3.2 Indikator Hasil Belajar ... 2

1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok... 2

BAB II PENGERTIAN DAN JENIS IRIGASI ... 4

2.1 Pengertian Irigasi ... 4

2.2 Jenis Irigasi ... 5

2.2.1 Irigasi Permukaan ... 5

2.2.2 Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation) ... 8

2.2.3 Irigasi Pancaran (Sprinkle Irrigation) ... 8

2.2.4 Irigasi Tetes (Drip Irrigation) ... 13

2.3 Latihan ... 16

2.4 Rangkuman ... 16

2.5 Evaluasi ... 16

BAB III JENIS TANAMAN IRIGASI AIR TANAH ... 18

3.1 Umum ... 18

3.2 Jenis Tanaman ... 19

3.3 Latihan ... 22

3.4 Rangkuman ... 22

3.5 Evaluasi ... 22

BAB IV POLA TATA TANAM IRIGASI AIR TANAH ... 24

4.1 Arti Pola Tata Tanam ... 24

4.2 Bentuk Pola Tata Tanam ... 24

4.2.1 Pola Tata Tanam Setahun ... 24

4.2.2 Pola Tata Tanam Lebih dari Setahun ... 28

4.3 Pemilihan dan Pengaturan Pola Tata Tanam ... 28

(4)

4.4 Latihan ... 1

4.5 Rangkuman ... 1

4.6 Evaluasi ... 1

BAB V ANALISA KEBUTUHAN AIR ... 3

5.1 Analisa Kebutuhan Air Tanam ... 3

5.1.1 Jenis Tanaman ... 3

5.1.2 Keadaan Medan Tanah ... 4

5.1.3 Sifat Tanah ... 4

5.1.4 Cara Pemberian Air ... 4

5.1.5 Pengolahan Tanah ... 4

5.1.6 Iklim ... 5

5.1.7 Waktu Penanaman ... 5

5.1.8 Keadaan Saluran dan Bangunan ... 5

5.1.9 Tujuan Pemberian Air ... 5

5.2 Kebutuhan Air Irigasi ... 6

5.3 Analisa Kebutuhan Air Tanaman Padi ... 7

5.4 Kebutuhan air tanaman Padi Metode SRI ... 10

5.5 Cara pemberian dan kebutuhan air tanaman High Value Crops (HVC) ... 13

5.6 Irigasi Spinkler ... 26

5.7 Penentuan Sprinkler ... 30

5.8 Kebutuhan Total Dynamic Head (THD) ... 32

5.9 Perhitungan Kapasitas Pompa ... 37

5.10 Penentuan Sumber Energi ... 37

5.11 Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan ... 39

5.12 Latihan ... 40

5.13 Rangkuman ... 40

5.14 Evaluasi ... 40

BAB VI PENUTUP ... 42

6.1 Simpulan ... 42

6.2 Tindak Lanjut ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

GLOSARIUM ... 46

KUNCI JAWABAN ... 48

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Pola Tata Tanam Setahun ... 25

Tabel 4.2. Analisa Pendapatan Petani di Daerah Irigasi Sumur Pompa Tanon MK 1980 (Jenis Tanaman Kacang Tanah) ... 33

Tabel 4.3. Analisa Pendapatan Petani di Daerah Irigasi Sumur Pompa Tanon MK 1980/1981 (Jenis Tanaman Kedelai) ... 34

Tabel 4.4. Analisa Pendapatan Petani di Daerah Irigasi Sumur Pompa Tanon MK 1980/1981 (Jenis Tanaman Padi) ... 35

Tabel 5.1. Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan ... 9

Tabel 5.2. Jadwal pemberian air Padi-SRI/Periode tanam/ha ... 12

Tabel 5.3. Harga Kv Untuk Penampang Pengaliran Berbentuk Lingkaran ... 18

Tabel 5.4. Nilai Kc Untuk Berbagai Nilai D2/D1 ... 19

Tabel 5.5. Koefisien Kehilangan kb Pada Belokan Pipa ... 20

Tabel 5.6. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial ... 21

Tabel 5.7. Perhitungan Curah Hujan Efektif ... 22

Tabel 5. 8 Waktu Penyiraman Tanaman Tomat Sesuai Dengan Periode Pertumbuhan ... 24

Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Kehilangan Energi ... 25

Tabel 5.10. Hasil perhitungan ETo ... 28

Tabel 5.11. ETc Berdasarkan Fase Pertumbuhan Jagung ... 29

Tabel 5. 12 Pedoman untuk Menentukan Diameter Pipa ... 32

Tabel 5. 13 Perhitungan Kehilangan Tekanan Akibat Friksi ... 34

Tabel 5. 14 Perhitungan Kehilangan Tekanan Akibat Sambungan ... 35

Tabel 5. 15 Koefisien Reduksi Multioutlet (F) ... 38

Tabel 5. 16 Approximate Application Efficiency ... 38

Tabel 5. 17 Koefisien Resistensi (Kr) ... 39

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Irigasi Permukaan ... 7

Gambar 2.2. Irigasi Bawah Permukaan ... 8

Gambar 2.3. Irigasi Siraman Sederhana Pakai Ebor ... 9

Gambar 2.4. Irigasi Siraman Cara Modern ... 9

Gambar 2.5. Irigasi Tetes (1)... 15

Gambar 2.6. Irigasi Tetes (2)... 15

Gambar 4.1. Sistim Tanam Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah ... 27

Gambar 4.2. Sistim Tanam Surjan ... 27

(7)

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi

Modul Kebutuhan Air ini terdiri dari empat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas pengertian dan jenis irigasi. Kegiatan belajar kedua membahas jenis tanaman irigasi air tanah. Kegiatan belajar ketiga membahas pola tanam irigasi air tanah. Kegiatan belajar keempat membahas uji analisa kebutuhan air.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.

Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami pumping test. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul ini.

Persyaratan

Dalam mempelajari modul pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik materi yang merupakan dasar dari Perencanaan JIAT. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu Pengukuran Topografi JIAT.

Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/ Fasilitator, adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.

Alat Bantu/ Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/

Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/ proyektor, Laptop, white board dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/ atau bahan ajar.

(8)

Tujuan Kurikuler Khusus

Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta diharapkan mampu melaksanakan kegiatan perencanaan uji analisa kebutuhan air.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi ketersediaan air saat ini pada dasarnya sangatlah terbatas.

Sementara itu, karena adanya pertambahan penduduk yang cepat dan adanya perkembangan pendapatan penduduk serta perkembangan diluar sektor pertanian, menyebabkan kebutuhan air semakin besar, baik secara kuantitatif dan kualitatif. Dengan demikian persaingan antar sektor dalam penggunaan air semakin kompetitif.

Pemanfaatan air permukaan, seperti sungai, danau, waduk, embung dan lain-lain telah lama dilakukan masyarakat. Namun demikian, karena kebutuhannya belum proporsional dibandingkan dengan kesediaannya terutama di musim kemarau, maka sering kali tanaman yang dibudidayakan pada periode tersebut mengalami kekeringn. Berdasarkan fakta empirik tersebut, maka perlu dipikirkan alternatif lain untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dari sumber air yang lain. Air tanah merupakan salah satu pilihan sumber air yang dapat dikembangkan untuk pertanian.

Pemanfaatan air tanah untuk irigasi, dikenal dengan jaringan irigasi air tanah (JIAT) telah lama dikembangkan oleh pemerintah melalui Kementerian PUPR hampir diseluruh provinsi di Indonesia. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari sumur dan instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah termasuk bangunan di dalamnya. Pembangunan jaringan irigasi air tanah memerlukan tenaga-tenaga ahli yang mengerti di dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan jaringan irigasi air tanah.

Dalam mengembangkan kompetensi manajerial dan teknis SDM Kementerian PUPR serta aparatur sipil negara (ASN) maka Pusdiklat SDA dan Konstruksi menetapkan strategi peningkatan kapasitas dan kompetensi melalui pendidikan, pelatihan, seminar, kursus dan penataran untuk mendukung pencapaian kinerja pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat.

(10)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 2 Untuk tujuan meningkatkan kemampuan ketrampilan teknis aparatur sipil negara (ASN) bidang Ke-PU=an di bidang irigasi air tanah maka Pudiklat SDA dan Konstruksi melaksanakan penyusunan modul pelatihan perencanaan jaringan irigasi air tanah (JIAT) untuk menghasilkan SDM bidang SDA dan Konstruksiyang kompeten dan berintegritas dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur bidang SDA dan Konstruksi yang handal.

1.2 Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai pengertian dan jenis irigasi, jenis tanaman irigasi air tanah, pola tanam irigasi air tanah, dan analisa kebutuhan air yang disajikan dengan cara ceramah dan tanya jawab.

1.3 Tujuan Pembelajaran 1.3.1 Hasil Belajar

Setelah mengikuti semua kegiatan pembelajaran dalam mata pelatihan ini, peserta diharapkan mampu melaksanakan kegiatan perencanaan uji analisa kebutuhan air.

1.3.2 Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu:

a) Menjelaskan tentang pengertian dan jenis irigasi dengan baik.

b) Menjelaskan tentang jenis tanaman irigasi air tanah dengan baik.

c) Menjelaskan tentang pola tata tanam irigasi air tanah dengan baik.

d) Menjelaskan tentang analisa kebutuhan air tanah untuk perencanaan JIAT dengan baik.

1.4 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

a) Materi Pokok 1: Pengertian dan Jenis Irigasi 1) Pengertian Irigasi

2) Jenis Irigasi

(11)

3) Irigasi Pancaran 4) Irigasi Tetes 5) Latihan 6) Rangkuman 7) Evaluasi

b) Materi Pokok 2: Jenis Tanaman Irigasi Air Tanah 1) Umum

2) Jenis Tanaman 3) Latihan

4) Rangkuman 5) Evaluasi

c) Materi Pokok 3 : Pola Tanam Irigasi Air Tanah 1) Arti Pola Tanam

2) Bentuk Pola Tata Tanam

3) Pemilihan dan Pengaturan Pola Tata Tanam 4) Latihan

5) Rangkuman 6) Evaluasi

d) Materi Pokok 4 : Analisa Kebutuhan Air 1) Analisa Kebutuhan Air Tanah

2) Kebutuhan Air Irigasi

3) Analisa Kebutuhan Air Tanaman Padi 4) Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan 5) Latihan

6) Rangkuman 7) Evaluasi

(12)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 4

BAB II

PENGERTIAN DAN JENIS IRIGASI

2.1 Pengertian Irigasi

a) Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang: Irigasi disebutkan bahwa Irigasi adalah penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak.

b) Menurut Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air tahun 2009, irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuatan bangunan air untuk menunjang usaha pertanian, termasuk didalamnya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

c) Irigasi secara umum didefinisikan sebagai pemberian air ke bawah tanah untuk keperluan penyediaan kadar air tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (V.E Hansen et. al, 1986). Jadi irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk:

1) Menambahkan air ke dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman.

2) Menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek.

3) Mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

4) Mencuci atau mengurangi garam dalam tanah 5) Melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah 6) Mengurangi bahaya pembekuan.

d) Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1985) ada 3 jenis cara pemberian air irigasi yaitu:

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian dan jenis irigasi dengan baik

(13)

1) Continuous Irrigation (irigasi kontinyu) yaitu pemberian air irigasi secara kontinyu selama periode irigasi.

2) Intermittent Irrigation (irigasi terputus-putus), yaitu pemberian air irigasi secara terputus-putus dengan interval waktu tertentu.

3) Return Flow Irrigation (irigasi aliran balik) yaitu pemberian air irigasi dengan aliran balik dari air yangtersisa di bagian atas.

2.2 Jenis Irigasi

Irigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk mengairi lahan pertanian.Irigasi sudah dikenal sejak jaman peradaban manusia dulu seperti Mesir, Mesopotamia, Cina, dan lainnya. Pada dasarnya irigasi dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya (danau/ sungai) menuju lahan pertanian. Di era modern ini sudah berkembang berbagai macam jenis metode irigasi untuk lahan pertanian. Ada 4 jenis irigasi yang banyak ditemui saat ini yaitu:

a) Irigasi permukaan (surface irrigation)

b) Irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation) c) Irigasi pancaran (sprinkle irrigation)

d) Irigasi tetes (drip irrigation) 2.2.1 Irigasi Permukaan

Irigasi permukaan merupakan jenis irigasi paling kuno dan pertama di dunia. Irigasi ini dilakukan dengan cara mengambil air langsung dari sumber air terdekat kemudian disalurkan ke area permukaan lahan pertanian mengggunakan pipa/ saluran/ pompa sehingga air akan meresap sendiri ke pori-pori tanah. Sistem irigasi ini masih banyak dijumpai di sebagian besar masyarakat Indonesia karena tekniknya yang praktis.

Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik dengan atau lining maupun melalui pipa dengan head rendah. Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi permukan relatif lebih kecil daripada irigasi curah

(14)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 6 maupun tetes kecuali bila diperlukan pembentukan lahan, seperti untuk membuat teras (Soemarto, 1999).

Sistem irigasi permukaan (Surface irrigation), khususnya irigasi alur (Furrow irrigation) banyak dipakai untuk tanaman palawija, karena penggunaan air oleh tanaman lebih efektif. Sistem irigasi alur adalah pemberian air di atas lahan melalui alur, alur kecil atau melalui selang atau pipa kecil dan megalirkannya sepanjang alur dalam lahan (Michael,1978).

Untuk menyusun suatu rancangan irigasi harus diadakan terlebih dahulu survei mengenai kondisi daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan jenis-jenis tanah pertanian, bagi bagian-bagian yang akan diirigasi dan lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya (Suyono dan Takeda, 1993).

Suatu daerah irigasi permukaan terdiri dari susunan tanah yang diairi secara teratur dan terdiri dari susunan jaringan saluran air dan bangunan lain untuk mengatur pembagian, pemberian, penyaluran, dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui saluran primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan bangunan bagi dan atau sadap terser ke petak sawah dalam satuan petak tersier. Petak tersier merupakan petak-petak pengairan/ pengambilan dari saluran irigasi yang terdiri dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier tergantung pada topografi dan kondisi lahan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak berbeda. Apabila terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil akan membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier diantaranya adalah, di tanah datar:

200-300 ha, di tanah agak miring: 100-200 ha dan di tanah perbukitan: 50- 100 ha (Anonim, 2007).

Terdapat beberapa keuntungsn menggunakan irigasi furrow.

Keuntungannya sesuai untuk semua kondisi lahan, besarnya air yang mengalir dalam lahan akan meresap ke dalam tanah untuk dipergunakan oleh tanaman secara efektif, efisien pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan sistem irigasi genangan (basin) dan irigasi galengan (border) (Michael,1978).

(15)

Untuk menyusun suatu rancangan irigasi terlebih dahulu dilakukan survey mengenai kondisi daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan jenis-jenis tanaman pertaniannya, bagian-bagian yang diairi dan lain-lain untuk menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya (Sosrodarsono dan Takeda, 1987).

Sistem irigasi permukaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas (tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan. Dalam hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang rendah karena penggunaan air tidak terkontrol.

Sistem irigasi permukaan lainnya adalah peluapan dan penggenangan secara terkendali. Cara yang umum digunakan dalam hal ini adalah dengan menggunakan bangunan penangkap, saluran pembagi saluran pemberi, dan peluapan ke dalam petak petak lahan beririgasi. Jenis bangunan penangkap bermacam-macam, diantaranya adalah (1) bendung, (2) intake, dan (3) stasiun pompa

Gambar 2.1. Irigasi Permukaan

(16)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 8 2.2.2 Irigasi Bawah Permukaan (Sub Surface Irrigation)

Irigasi bawah permukaan adalah irigasi yang dilakukan dengan cara meresapkan air ke dalam tanah dibawah zona perakaran tanaman melalui sistem saluran terbuka maupun dengan pipa bawah tanah. Pada sistem ini air dialirkan dibawah permukaan melalui saluran-saluran yang ada di sisi- sisi petak sawah. Adanya air ini mengakibatkan muka air tanah pada petak sawah naik. Kemudian air tanah akan mencapai daerah penakaran secara kapiler sehingga kebutuhan air akan dapat terpenuhi. Syarat untuk menggunakan jenis sistem irigasi seperti ini antara lain:

a) Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi.

b) Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1,5 meter – 3 meter.

c) Permukaan tanah relatif sangat datar.

d) Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah.

e) Organisasi pengaturan air berjalan dengan baik.

Gambar 2.2. Irigasi Bawah Permukaan 2.2.3 Irigasi Pancaran (Sprinkle Irrigation)

Irigasi Sprinkler (Sprinkler or spray Irrigation) adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang diirigasi dengan menggunakan pipa yang bertekanan melalui nozzle. Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi:

(17)

a) System permanent (Fixed/solid set),

b) Portable dan semi portable (hand move atau mechanical move), c) Traveling irrigator (gun atau boom), center pivot atau linear move.

Irigasi Sprinkler adalah suatu system irigasi yang fleksibel dimana selain dapat digunakan untuk menyiram tanaman juga dapat digunakan untuk pemupukan pengobatan dan untuk menjaga kelembaban tanah dan mengontrol kondisi iklim agar sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Adopsi dari system sprinkler ini tergantung pada keuntungan ekonomis dan lingkungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan system irigasi yang lain. Sistem sprinkler sekarang ini digunakan untuk berbagai jenis tanaman terutama komoditas yang bernilai tinggi seperti buah-buahan, sayuran dan digunakan pada berbagai jenis lahan dan topografi.

Gambar 2.3. Irigasi Siraman Sederhana Pakai Ebor

Gambar 2.4. Irigasi Siraman Cara Modern

(18)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 10 Keuntungan Irigasi Sprinkler

Sistem irigasi sprinkler cocok untuk semua jenis tanah apabila application rate- nya sesuai dengan kapasitas inflitrasi tanahnya. Termasuk juga pada lahan marginal yang memiliki kapasitas infitrasi atau kapasitas menyimpan air yang rendah.

a) Dapat mengontrol pemberian air pada tanaman sehingga dapat mengurangi tingkat pertumbuhan tanaman yang vegetatif dan memperbesar peluang tanaman untuk tumbuh secara generatif dimana akan meningkatkan produktivitas hasil panen.

b) Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai dengan jenis tanaman, tenaga kerja yang tersedia dan penghematan energy.

c) Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui system irigasi

d) Dapat digunakan untuk mengontrol iklim bagi pertumbuhan tanaman e) Dapat menjaga tanah tetap lembut agar cocok bagi pertumbuhan

seedling (persemaian)

f) Mempercepat perkecambahan dan penentuan panen Kerugian Sistem Sprinkler

a) Memerlukan biaya investasi yang tinggi

b) Keseragaman distribusi air dapat terus menurun seiring dengan waktu c) Angin sangat berpengaruh atas keseragaman distribusi air

d) Dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan penyakit tanaman.

e) Dapat merusak tanaman muda pada saat air disiramkan Jenis-Jenis Sistem Sprinkler

Sistem sprinkler dapat diklasifikasikan menjadi system permanent (Fixed/solid set), portable dan semi portable (hand move atau mechanical move), traveling irrigator (gun atau boom), center pivot atau linear move.

a) Sistem Permanent (Fixed/ Solid Set)

Solid Set Sistem adalah sebuah system Irigasi Sprinkler dimana jaringan pipa dan sprinkler ditempatkan secara permanent pada lahan.

Biasanya jarak antar pipa sama dengan jarak antar sprinkler sehingga

(19)

menimbulkan jarak yang bujur sangkar (square spacing). Pipa dapat dikubur di dalam tanah (biasanya PVC atau besi) atau dapat juga berjenis alumunium dan dapat dipindahkan.

b) Portable dan Semi Portable (Hand Move Atau Mechanical Move), 1) Hand Move system

System portable yang paling simple adalah digerakkan atau dipindah dengan tangan. Terdiri dari satu pompa, pipa utama dan pipa lateral dilengkapi dengan rotary sprinkler dengan jarak 9-24 m setiap bagian. Pipa lateral biasanya berdiameter 50 mm s/d 125 mm, dapat diangkat atau dipindahkan dengan mudah. Cara operasinya pipa lateral dipindah dari satu bagian ke bagian lain dengan tenaga manusia dengan melepas sambungan pada pipa utama. Berpindahnya pipa lateral tergantung pada set time. Untuk areal yang lebih luas dapat digunakan lebih dari satu pipa lateral.

2) Side Roll Sistem

Side roll atau biasa disebit juga Wheel roll seperti terlihat pada gambar, terdiri dari sebuah lateral, biasanya panjangnya 1,25 mil;

Pipanya berperan seperti sebuah poros sumbu. Pipa berdiamater antara 4-5 inci.; dan roda berdiameter 4-10 kaki. System ini mampu mengairi lahan seluas 60x90 kaki. Setelah selesai mengairi satu set, mesin akan menindahkan roda ke set berikutnya. Sprinkler diletakkan diatas connector yang memungkinkannya tetap berada diatas ketika roda berputar. System ini tidak direkomendasikan untuk topografi lahan yang mempunyai kemiringan lebih dari 5 persen

c) Traveling Big Gun

Sistem Traveling Big Gun menggunakan sprinkler berkapasitas besar (diameter 3/4 sampai 1,5 inci) dan bertekanan besar (90 -125 PSI) untuk melemparkan air ke tanaman (radius 175-350 kaki). Traveling big guns dapat terdiri dari pipa hard hose dan selang fleksibel. Pada system selang yang keras, selang polietilen keras di pasang pada rel atau trailer. Trailer ini berada ditengah ataupun diujung lahan. Gun ditempatkan diujung selang kemudian selang ditarik ke ujung lahan.

(20)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 12 Selang ini kemudian ditarik oleh rel mengitari lahan. Pada flexible hose system, gun dipasang pada sebiah kereta. Sebuah pipa fleksibel yang tersambung dengan mainline mengisi air ke gun.

d) Center Pivot atau Linear Move 1) Center Pivot

Pada system ini mesin yang digunakan terdiri dari pipa lateral dari baja galvanisyang berputar dalam satu sumbu dari luas areal yang diairi. Pipa lateral mensuport airdari ketinggian 3 m diatas tanah dipegang oleh frame baja dan kabel-kabel. Jarak antara frame rata- rata 30 m, panjang pipa lateral bervariasi 150-600 m.air disuplai ke pusat pivot melalui pipa utama menyilang lapangan atau dari sumur yang berlokasi dekat pivot, kemudian didistribusi melalui swivel joint ke lateral dan sprinkler. Ketika mengairi, pipa lateral berputar secara kontinyu. Pembasahan radius lapangan bisa mencapai 100 ha, tergantung juga panjang pipa lateral yang ada. Satu putaran membutuhkan 1- 100 jam tergantung dari letak puncak air yang dipakai. Lambatnya putaran pipa lateral berarti lebih banyak air yang digunakan.

2) Linear Move

Sistem irigasi Linear Move (sering disebut juga lateral move) dibangun dengan cara yang sama seperti center pivot.

Perbedaannya adalah menara bergerak pada kecepatan dan arah yang sama. System ini dirancang untuk mengairi petak lapangan berbetuk persegi yang bergerak secara kontinyu. Salah satu cara untuk mengairi areal yang luas umumnya dikonstruksi melalui center pivot yang mensupport pipa lateral di atas tanaman melalui tower yang tersedia. Air dapat disuplai dari suatu fleksibel hose atau dari saluran sepanjang tepi atau ditengah-tengah lapangan. Pipa lateral digerakkan dengan motor yang ada pada setiap tower dan dikontrol sama seperti pada center pivot.

(21)

2.2.4 Irigasi Tetes (Drip Irrigation)

Irigasi tetes adalah suatu sistem pemberian air melalui pipa/selang berlubang dengan menggunakan tekanan tertentu, dimana air yang keluar berupa tetesan-tetesan langsung pada daerah perakaran tanaman. Tujuan dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanaman tanpa harus membasahi keseluruhan lahan, sehingga mereduksi kehilangan air akibat penguapan yang berlebihan, pemakaian air lebih efisien, mengurangi limpasan, serta menekan/mengurangi pertumbuhan gulma (Hansen, 1986) Ciri- ciri irigasi tetes adalah debit air kecil selama periode waktu tertentu, interval (selang) yang sering, atau frekuensi pemberian air yang tinggi, air diberikan pada daerah perakaran tanaman, aliran air bertekanan dan efisiensi serta keseragaman pemberian air lebih baik. Menurut Michael (1978) unsur-unsur utama pada irigasi tetes yang perlu diperhatikan sebelum mengoperasikan peralatan irigasi tetes adalah :

a) Sumber air, dapat berupa sumber air permanen (sungai, danau, dan lain-lain), atau sumber air buatan (sumur, embung dan lain-lain) b) Sumber daya, sumber tenaga yang digunakan untuk mengalirkan air

dapat dari gaya gravitasi (bila sumber air lebih tinggi daripada lahan pertanaman), dan untuk sumber air yang sejajar atau lebih rendah dari pada lahan pertanaman maka diperlukan bantuan pompa. Untuk lahan yang mempunyai sumber air yang dalam, maka diperlukan pompa penghisap pompa air sumur dalam.

c) Saringan, untuk mencegah terjadinya penyumbatan meke diperlukan beberapa alat penyaring, yaitu saringan utama (primary filter) yang dipasang dekat sumber air, sringan kedua (secondary filter) diletakkan antara saringan utama dengan jaringan pipa utama.

Dewasa ini keberhasilan tumbuh tanaman cendana di lahan kritis savana kering NTT dirasakan masih rendah (kurang dari 20%). Hal ini disebabkan pada awal penanaman di lapangan cendana belum beradaptasi dengan baik karena masalah kondisi tanahnya marginal dan kekurangan air.

Masalah kekurangan air akibat curah hujan yang rendah, waktunya pendek dan turunnya tidak teratur adalah salah satu masalah krusial yang dihadapi setiap tahun. Untuk menangani masalah ini maka teknik pengairan secara

(22)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 14 konvensional dengan irigasi tetes perlu diterapkan agar tanaman cepat beradaptasi dengan lingkungan sehingga pertumbuhannya meningkat.

Pemanfaatan irigasi tetes dengan menggunakan wadah yang murah dan mudah didapat di lokasi penanaman seperti bambu, botol air mineral dan pot tanah serta pemanfaatan air embung, mata air, dan sungai.

Irigasi tetes adalah teknik penambahan kekurangan air pada tanah yang dilakukan secara terbatas dengan menggunakan tube (wadah) sebagai alat penampung air yang disertai lubang tetes di bawahnya. Air akan keluar secara perlahan -lahan dalam bentuk tetesan ke tanah yang secara terbatas membasahi tanah. Lubang tetes air dapat diatur sedemikian rupa sehingga air cukup hanya membasahi tanah di sekitar perakaran.

Menurut Hansen (1986) kegunaan dari Irigasi tetes adalah:

a) Untuk menghemat penggunaan air tanaman.

b) Mengurangi kehilangan air yang begitu cepat akibat penguapan dan infiltrasi.

c) Membantu memenuhi kebutuhan air tanaman pada awal penanaman sehingga juga akan meningkatkan pemanfaatan unsur hara tanah oleh tanaman.

d) Mengurangi stresing atau mempercepat adaptabilitas bibit sehingga meningkatkan keberhasilan tumbuh tanaman.

e) Melakukan pemanenan air hujan lewat wadah irigasi tetes secara terbatas sehingga dapat digunakan tanaman.

f) Sistem irigasi tetes memang konsep pemanfaatan air tanaman yang belum popular. Namun, sistem ini telah membumi di belahan bumi lain.

Orang asing telah menginsyafi seberapa banyak porsi air minum yang bisa mengobati dahaga yang dirasakan tanaman. Tanaman diberi

“minum” secukupnya. “Jika kelebihan air, nutrisi yang mesti diserap tanaman bisa hanyut. Andai kebanyakan air pun batang tanaman bisa membusuk. Jadi, jangan menyiram tanaman sampai tampak seperti kebanjiran,”

Konsep taman kota maupun taman keluarga dianjurkan memakai sistem ini.

Tanaman cukup ditetesi air sesuai porsi yang diperlukannya. Cara ini bukan

(23)

hanya membantu tanaman tak sampai kelebihan mengonsumsi air. “Sistem ini pun lebih bernilai ekonomis.

Sistem yang digunakan adalah dengan memakai pipa-pipa dan pada tempat-tempat tertentu diberi lubang untuk jalan keluarnya air menetes ke tanah. Perbedaan dengan sistem pancaran adalah besarnya tekanan pada pipa yang tidak begitu besar. Gambar dibawah ini memberikan Ilustrasi mengenai sistem irigasi tetes

Gambar 2.5. Irigasi Tetes (1)

Gambar 2.6. Irigasi Tetes (2)

(24)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 16 2.3 Latihan

1. Uraikan kelebihan dan kekurangan sistim irigasi sprinkler!

2. Uraikan kelebihan dan kekurangan sistim irigasi tetes!

3. Uraikan kelebihan dan kekurangan irigasi air tanah!

2.4 Rangkuman

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuatan bangunan air untuk menunjang usaha pertanian, termasuk didalamnya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Ada 4 jenis irigasi yang banyak ditemui saat ini yaitu: Irigasi permukaan (surface irrigation), Irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation),Irigasi pancaran (sprinkle irrigation) dan Irigasi tetes (drip irrigation).

2.5 Evaluasi

1. Irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk:

a. Menambahkan air ke dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman.

b. Menyediakan jaminan panen pada saat musim kemarau yang pendek.

c. Mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman.

d. Semua benar

2. 3 jenis cara pemberian air irigasi yaitu:

a. Uncontinuous Irrigation

b. Intermittent Irrigation (irigasi terputus-putus) c. Back Flow Irrigation

d. Semua benar

3. Jenis irigasi yang banyak ditemui saat ini yaitu:

a. Irigasi permukaan (surface irrigation)

b. Irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation) c. Irigasi pancaran (sprinkle irrigation)

d. Semua benar

(25)
(26)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 18

BAB III

JENIS TANAMAN IRIGASI AIR TANAH

3.1 Umum

Penggunaan air tanah untuk irigasi relative lebih mahal bila dibandingkan dengan air permukaan.Hal ini konskwensi logis karena air tanah harus diangkat kepermukaan dengan memompa. Sedangkan pompa digerakkan dengan motor penggerak yang membutuhkan bahan bakar minyak (solar).

Biaya operasi dan pemeliharaan cukup mahal, namun tidak dibarengi dengan kenaikan harga hasil komoditi pertanian yang signifikan. Kondisi ini mengakibatkan hal yang dilematis bagi petani, disatu pihak petani membutuhkan air irigasi namun dilain pihak petani dihadapkan pada kondisi ketidak mampuan untuk membayar iuran atau biaya operasional pompa.

Disini dituntut kejelian petani bersama pengurus P3A.

Ada empat hal yang kiranya dapat dipakai sebagai jalan keluarnya, yaitu:

a) Memilih dengan cermat jenis tanaman yang diusahakan b) Mengatur pola tata tanam

c) Senantiasa meningkatkan produktivitas usaha tani d) Efisiensi penggunaan air tanah untuk irigasi.

Pada awalnya pembangunan prasarana pembangunan irigasi airtanah merupakan bagian dari upaya swasembada beras. Pada areal sawah tadah hujan yang semula satu kali tanaman padi diupayakan untuk dapat ditanami padi sebanyak dua kali dalam setahun. Namun dalam perkembangannya, dengan semakin mahalnya biaya operasi dan pemeliharaan (O & P) sumur pompa tanpa diikuti dengan naiknya harga padi di tingkat usaha tani, kinerja sumur pompa tidak sesuai dengan yamh diharapkan atau menurun.

Penanaman padi yang kedua sebaiknya dilakukan secara selektif dan diusahakan secara bergilir maksimal satu blok dalam setahun.

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan tentang jenis tanaman irigasi air tanah dengan baik.

(27)

Selanjutnya pemilihan jenis tanaman yang diusahakan setelah padi yang pertama, dipilih berdasarkan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (high value crop) adalah:

a) Tanaman yang dipilih adalah tanaman yang memberikan keuntungan yang lebih besar dari tanaman padi.

b) Kultur teknis atau cara bercocok tanam tanaman tersebut telah dikuasai petani.

c) Hasil pertanian dapat diserap oleh pasar

Disamping kriteria tersebut tentunya kesesuaian lahan dan iklim harus menjadi perhatian yang utama.

3.2 Jenis Tanaman

Beberapa jenis tanaman yang dapat direkomendasikan untuk irigasi air tanah adalah sebagai berikut:

a) Jagung

Kultur teknis tanaman jagung sudah amat dikuasai petani. Tanaman ini cocok ditanam pada semua jenis tanah, dan dengan telah memasyarakatnya jenis-jenis jagung hibrida produktivitas tanaman jagung dapat ditingkatkan. Kebutuhan akan komoditi jagung menunjkkan trend yang meningkat sehingga aspek pemasaran bukan merupakan hambatan fluktuasi harga juga tidak terlalu besar. Ketersediaan pupuk di lapangan kadang-kadang menjadi kendala.

b) Kedelai

Kebutuhan kedelai untuk memenuhi konsumsi masyarakat cukup besar.

Kebutuhan kedelai hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga masih tergantung import, kondisi ini sebetulnya merupakan peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di jenis tanah medium sampai ringan dan di daerah dengan curah hujan yang tidak terlalu basah. Kendala dalam mengembangkan tanaman kedelai yaitu masalah ketersediaan bibit unggul di tingkat usaha tani.

c) Kacang tanah

Kebutuhan kacang tanah juga menunjukkan trend yang meningkat sejalan dengan berkembangnya industry makanan yang berbahan baku

(28)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 20 kacang tanah. Tanaman kacang tanah telah lama diakrabi petani. Harga juga tidak menunjukkan fluktuasi yang besar. Jenis-jenis unggul lokal juga mempunyai karakteristik dan segmen pasar merupakan khas dimasing-masing daerah. Tanaman ini cocok dikembangkan diareal sumur pompa dengan jenis tanah medium sampai sedang.

d) Kacang hijau

Kebutuhan kacang hijau juga cukup besar di masyarakat yaitu di samping konsumsi langsung rumah tangga, juga kebutuhan industri makanan olahan dengan berbahan baku kacang hijau. Tanaman ini juga relative sedikit membutuhkan air. Fluktuasi harga juga tidak terlalu besar dan tahan untuk disimpan. Kendala yang dihadapi terutama adalah masalah bibit dengan produktifitas tinggi.

e) Semangka

Tanaman semangka merupakan komoditi padat moda yaitu dibutuhkan biaya produksi yang besar. Biaya produksi tersebut terutama untuk biaya sarana produksi bibit, pupuk dan obat-obatan. Disamping itu usaha tani semangka membutuhkan ketekunan dan keahlian. Harga komoditi semangka menunjukkan fluktuasi yang besar. Waktu panen amat menentukan tingkat harga jual yang akanditerima petani. Sehingga waktu tanam harus diperhitungkan secara cermat. Pengusahaan dengan skala luas cukup beresiko dari segi pemasaran hasil. Mengingat komoditi ini tidak terlalu lama bisa disimpan.

f) Melon

Seperti halnya tanaman semangka, tanaman melon juga membutuhkan perlakuan yang intensif dengan biaya usaha tani yang cukup besar yaitu untuk bibit, pupuk dan obat-obatan disamping biaya untuk tenaga kerja.

Waktu panen juga akan menentukan harga jual yang diterima petani, karena harga komoditi ini mempunyai fluktuasi harga yang besar.

Kecermatan dalam memilih waktu tanam akan menentukan keberhasilan usaha tani dan disamping itu iklim juga akan sangat berpengaruh.

Penanaman dalam skala luas mempunyai risiko besar.

(29)

g) Bawang merah.

Bawang merah merupakan komoditi dengan permintaan yang cukup besar. Komoditi ini telah diusahakan di areal sumur pompa di beberapa daerah pengembangan antara lain didaerah KediriJawa Timur, di daerah Sape-Bima NTB serta di beberapa daerah di Jawa Tengah. Tanaman ini juga membutuhkan biaya produksi yang besar dan pengusahaan yang intensif.Waktu panen juga menentukan harga jual yang diterima petani, karena fluktuasi harga juga cukup besar.

h) Cabai

Komoditi tanaman cabai mempunyai fluktuasi yang amat besar. Harga akan melonjak drastic pada saat tertentu yaitu menjelang hari raya keagamaan dimana komoditi ini melonjak permintaannya. Namun saat tersebut harga komoditi ini anjlok di pasaran. Kendala bibit tidak terlalu banyak dijumpai dan kultur teknisnya cukup dikuasai petani. Pemilihan waktu tanam akan amat menentukan keberhasilan ekonomisnya. Faktor iklim juga amat berpengaruh keberhasilan usaha tani.

i) Tembakau

Tanaman tembakau merupakan tanaman industry yang terkaiterat dengan industry rokok. Darisegi pemasaran hasil, petani sebagai produsen daun tembakau berada pada posisi yang lemah berhadapan dengan pihak pabrik rokok sebagai pembeli. Harga sepenuhnya ditentukan pihak pembeli. Sering terjadi harga daun basah amat rendah sehingga merugikan petani mengingat biaya produksi tanaman tembakau cukup besar terutama untuk biaya tenaga kerja. Kualitas daun tembakau sangat dipengaruhi iklim sehingga usaha tani tembakau merupakan usaha tani yang sarat dengan spekulatif. Tembakau banyak diusahakan di areal sumur pompa di daerah Madura (Jatim) dan Lombok (NTB).

j) Sayur-sayuran

Pemanfaatan air tanah untuk irigasi tidak hanya dilakukan di tanah sawah, di NTT banyak sumur pompa yang semula untuk memenuhi kebutuhan air baku dimanfaatkan pula untuk keperluan irigasi di pekarangan. Jenis tanaman yang diusahakan umumnya jenis sayur-sayuran seperti sawi,

(30)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 22 terong, kangkung, mentimun atau kobis. Produksi sayuran ini dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan local serta di pasarkan di pasar kota terdekat.

Secara signifikan berdampak positif bagi ekonomi keluarga petani dan akan menambah kemampuan petani untuk membayar beaya OP sumur pompa.

3.3 Latihan

1. Apakah kendala utama dalam mengembangkan High Value Crops di lahan Sumur Pompa? Jelaskan!

2. Uraikan pentingnya peranan P3AT dalam pengelolaan irigasi air tanah!

3. Penguatan dan pemberdayaan apa yang sekiranya penting diberikan kepada P3AT?

3.4 Rangkuman

Pada areal sawah tadah hujan yang semula satu kali tanaman padi diupayakan untuk dapat ditanami padi sebanyak dua kali dalam setahun.

Namun dalam perkembangannya, dengan semakin mahalnya biaya operasi dan pemeliharaan (O & P) sumur pompa tanpa diikuti dengan naiknya harga padi di tingkat usaha tani, menyebabkan kinerja sumur pompa tidak optimal.

Selanjutnya pemilihan jenis tanaman yang diusahakan setelah padi yang pertama, dipilih berdasarkan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (high value crop) dengan harapan income petani dapat maksimal dan mempunyai kemampuan untuk membiayai OP Irigasi Air Tanah.

3.5 Evaluasi

1. Tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (high value crop) adalah:

a. Tanaman yang dipilih adalah tanaman yang memberikan keuntungan yang lebih besar dari tanaman padi.

b. Kultur teknis atau cara bercocok tanam tanaman tersebut telah dikuasai petani.

c. Hasil pertanian dapat diserap oleh pasar d. Semua benar

(31)

2. Upaya yang kiranya dapat dipakai sebagai jalan keluar tingginya beaya OP Sumur Pompa adalah:

a. Memilih dengan cermat jenis tanaman yang diusahakan b. Mengatur pola tata tanam

c. Efisiensi penggunaan air tanah untuk irigasi.

d. Semua benar

3. Untuk membantu petani Sumur pompa sebaiknya petani diberikan subsidi:

a. Subsisdi Gaji operator

b. Subsisi BBM dan gaji operator c. Subsidi pupuk dan oabt-obatan d. Tidak diberi subsidi

(32)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 24

BAB IV

POLA TATA TANAM IRIGASI AIR TANAH

4.1 Arti Pola Tata Tanam

Arti pola tanam (cropping pattern) adalah pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu lahan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Sesuai dengan pengertian di atas maka ada tiga hal yang penting diperhatikan dalampola tata tanam yaitu jenis tanaman, suatu lahan dan suatu kurun tertentu.

Yang dimaksud dengan jenis tanaman adalah tanaman semusim atau tanaman setahun (annual Crop) seperti padi, jagung kacang-kacangan, kedelai, ketela pohon, tebu dan sebagainya.

Suatu lahan adalah bidang tanah yang terbatas dalam satu petak, satu batas pemilikan tanah, satu batas petak tersier atau dalam satu daerah irigasi yang mendapat air dari satu sumber air.

Suatu kurun waktu tertentu adalah batas waktu tertentu yaitu misalnya setahun, dua tahun atau tiga tahun. Mulai dari permulaan sampai berakhirnya batas waktu dari suatu kurun waktu tersebut merupakan suatu siklus tanam, sehingga kurun waktu berikutnya akan merupakan ulangan dari siklus tata tanam sebelumnya.

4.2 Bentuk Pola Tata Tanam

Ada 2 bentuk pola tata tanam yang utama yaitu:

a) Pola tata tanam setahun

b) Pola tata tanam lebih dari setahun 4.2.1 Pola Tata Tanam Setahun

Pola tata tanam setahun adalah pengaturan jenis tanaman yang ditanam di suatu lahan tertentu selama setahun. Tanaman yang ditanam biasanya berumur pendekdan diusahakan 3 kali atau 4 kali setahun. Bentuk-bentuk pola tata tanam seperti ini dapat dilihat pada table 4.1.

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan tentang pola tata tanam irigasi air tanah dengan baik.

(33)

Tabel 4.1. Pola Tata Tanam Setahun

NO MH MK I MK II MK III/MH

1 Padi Padi - -

2 Padi Padi Palawija -

3 Padi Palawija Palawija -

4 Padi Palawija Palawija Pupuk hijau

5 Padi Palawija Sayuran Sayuran

6 Padi Sayuran Palawija -

7 Padi Sayuran Sayuran Sayuran

8 Padi Tembakau Palawia -

9 Padi Padi + tumpang sari Palawija -

Keterangan:

MH = Musim Hujan MK = Musim Kering

Tanaman padi pada umumnya memerlukan air banyak dari mulai pengolahan tanah, penanaman maupun fase pertumbuhannya, karena itu pada musim hujan (musim tanam pertama) dari Nopember sampai Maret termasuk diprioritaskan.

Setelah musim tanam I selesai (panen), dilanjutkan dengan penanaman tanaman ke II (musim kemarau I) dan April sampai Juli. Pada musim tanam ke II ini tanaman yang ditanam adalah beraneka ragam seperti padi, palawija, sayuran, tembakau baik ditanam secara sendiri-sendiri maupun secara kombinasi berbagai jenis tanaman pada suatu lahan tertentu. Pokoknya pemilihan jenis atau kombinasi jenis tanaman yang ditanam sangat tergantung dari cukupnya persediaan air irigasi setempat.

Setelah musim tanam ke II selesai dilanjukan dengan musim tanam ke III (musim kemarau II) dari Juli sampai Oktober. Tanaman pada musim tanam ke III inijuga sangat tergantung dari cukupnya persediaan air irigasi.

(34)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 26 Walaupun air cukup sebaiknya tidak ditanam padi guna menjaga kesuburan tanah serta untuk mencegah berkembangnya hama serta penyakit tanaman.

Tanaman sayuran biasanya berumur pendek yakni I sampai 2 bulan sehingga seelah tanaman musim tanam III habis dipanen kemungkinan lahan masih mengalami masa bero (kosong) selama 1 sampai 2 bulan berikutnya.

Bilamana perlu lahan ini masih dapat ditanami lagi dengan tanaman sayuran atau pupuk hijau (musim tanam ke IV). Contoh pola tanam setahun dapat dilihat pada diagram I.

Sistem Tanam Tumpangsari dan Sistim Surjan:

Sistim tanam tumpangsari adalah penanaman berbagai jenis tanaman pada suatu lahan tertentu dalam kurun waktu yang relatif sama. Jadwal waktu bertanamnya adalah dapat bersamaan atau dapat pula berlainan waktu yaitu menunggu salah satu tanaman tumbuh dahulu, baru kemudian disela-sela tanaman tadi ditanami dengan tanama lain.

Demikian pula waktu panennya dapat bersamaan dan dapat pula berlainan waktu. Hal tersebut tergantung dari umur tanaman yang bersangkutan. Umur tanaman tumpangsari ini berkisar 3 – 7 bulan.

Di Indonesia contoh-contoh tanaman tumpangsari ini misalnya terdapat di daerah Gunung Kidul. Di daerah ini tanaman utamanya adalah padi gogo sedang tanaman-tanaman lainnya yang ditumpangsarikan pada tanaman padi antara lain terdiri dari kedelai, kacang tanah, kacang hijau, jagung, ketela pohon dan sayur-sayuran.

Sedang diluar irigasi sumur pompa setelah tanaman tumpangsari selesai dipanen, tanah mengalami bero.

(35)

Gambar 4.1. Sistim Tanam Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah Sistem tanam surjan adalah penanaman berbagai jenis tanaman pada suatu lahan dimana bidang permukaan tanahnya diatur sedemikian rupa sehingga ada bagian-bagian yang lebih tinggi dan ada bagian-bagian yang lebih rendah. Bagian tanah yang lebih tinggi dibuat sejajar dengan bagian tanah yang lebih rendah. Pada bagian tanah yang lebih rendah biasanya ditanami padi sawah dan ikan, sedangkan bagian tanah yang lebih tinggi ditanami dengan tanaman palawija dan sayuran.

Gambar 4.2. Sistim Tanam Surjan

Contoh tanaman seperti ini terdapat di daerah persawahan pasang surut di Kaimantan Selatan.

(36)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 28 4.2.2 Pola Tata Tanam Lebih dari Setahun

Disamping pola tata tanam dengan siklus satu tahun, terdapat pula pola tata tanam dengan siklus waktu 2 atau 3 tahun. Hal ini disebabkan oleh adanya tanaman yang berumur panjang, misalnya tanaman tebu berumur ±16 bulan.

Disamping itu dengan maksud untuk menjaga kesuburan tanah, sebelum kembali ke tanaman utama padi diselingi dulu dengan beberapa kali atau beberapa jenis tanaman palawija.

Seperti diketahui bahwa tanaman kacang-kacangan maupun pupuk hijau dapat menyuburkan tanah karena bertambahnya bahan organic dantanaman tersebut dantanaman tersebut dapat menghisap unsur-unsur nitrogen dari udara.

4.3 Pemilihan dan Pengaturan Pola Tata Tanam

Ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pilihan dan pengaturan pola tata tanam.

Faktor tersebut meliputi:

a) Jenis tanah

b) Ketinggian daerah diatas muka laut c) Jenis dan umur tanaman

d) Kondisi air e) Kondisi iklim f) Kondisi social g) Kondisi ekonomi

h) Kebijaksanaan pemerintah

Ke delapan faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Jenis Tanah

Terutama ditentukan oleh keadaan texture tanahnya yaitu: keadan komposisi atau perbandingan dari pada kandungan pasir, lempung dan liat dari tanah yang bersangkutan. Umumnya pada tanah-tanah yang texturnya ringan yaitu tanah lempung berpasir lebih mudah diadakan variasi tanaman dari pada tanah yang texturnya berat, yaitu misalnya tanah gromosol. Faktor tanah lainnya adalah derajat keasaman (pH) tanah.

(37)

b) Ketinggian Daerah Diatas Muka Laut

Ketinggian daerah diatas muka laut terutama ada hubungannya dengan temperature dan kelembaban udara. Sebagai contoh: tanaman kol yang dapat tumbuh baik pada daerah yang tinggi (pegunungan).

c) Jenis dan Umur Tanaman

Biasanya lebih disukai tanaman yang berumur pendek, sehingga penyusunan pola tata tanam dapat diatur untuk memperbesar intensitas tanaman. Misalnya dengan tanaman padi genjah (padi berumur pendek) pada musim hujan, maka sisa waktu pada musim kemarau lebih panjang sehingga dapat ditanami dua kali tanaman padi. Dengan demikian intensitas tanaman diharapkan dapat ditingkatkan.

d) Kondisi Air

Terutama ditentukan oleh persediaan air irigasi dan drainase tanah.

Pada tanah yang drainasenya jelek, akan lebih sulit untuk mengatur pola tata tanam dengan tanaman palawija, karena tanaman palawija pada umumnya memerlukan drainase yang baik

Debit air sumur pompa dapat juga mempengaruhi pola tata tanam. Tanah yang mendapat air irigasi sumur pompa adalah tanah yang kekurangan air irigasi terutama pada musim kemarau.

Tanah ini tadinya hanya ditanami sekali atau dua kali dalam setahun, setelah mendapat air pompa akan dapat dirubah menjadi tiga kali atau lebih dalam setahun.

e) Kondisi Iklim

Dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari hujan, temperature udara, kelembaban, intensitas penyinaran matahari dan angin akan mempengaruhi pola tata tanam.

Adanya periode hujan bisa mempengaruhi unsur-unsur iklim lainnya seperti temperaur udara, kelembaban, penyinaran matahari dan arah angin. Dalam perencanaan pola tata tanam, periode hujan tahunan yang terdiri dari bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering ini perlu diperhatikan. Hal ini dimaksudkan agar tanaman yang ditanam petani

(38)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 30 tidak mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh faktor perubahan iklim. Misalnya tanaman tembakau akan mengalami kegagalan bila ditanam/ dipanen pada bulan-bulan basah.

f) Kondisi Sosial

Kebiasaan petani setempat an tersedianya kesempatan kerja akan mempengaruhi pola tata tanam.

Kebiasaan petani menanam tanaman tertentu kadang-kadang sulit untuk merubahnya dengan tanaman lain meskipun hasilnya jauh lebih tinggi.

Misalnya kebiasaan petani menanam padi akan menyulitkan bilamana diubah menjadi tanaman palawija. Untuk menciptakan suatu lapangan keja, perlu diperhatikan perencanaan pola tata tanam sepanjang tahun.

g) Kondisi Ekonomi

Yang sangat mempengaruhi pola tata tanam adalah pemasaran dan fluktuasi harga.

h) Kebijaksanaan Pemerintah

Kebijaksanaan pemerintah di bidang pangan termasuk salah satu factor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan perencanakan pola tata tanam. Kebijaksanaan pemerintah inibiasanya diasarkan atas kebutuhan pokok penduduk dan penghematan devisa Negara di bidang pangan.

Sebagai contoh kebijaksanaan pemerintah RI pada pelita I adalah peningkatan produksi beras, maka tanaman pangan yang diutamakan pada saat itu adalah padi. Hingga saat ini produksi padi masih merupakan tanaman pokok yang dianjurkan pemerintah guna mengurangi pengeluaran devisa Negara di bidang impor beras.

Dengan adanya kedelapan factor yang berpengaruh di atas menyebabkan kemungkinan adanya perbedaan pola tata tanam antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Namun yang penting diperhatikan dalam merekomendasikan pola tata tanam adalah agar diatur dengan baik sehingga dicapai penggunaan tanah dan air yang paling efisien serta peningkatan produksi pertanian.

(39)

Tanaman utama yang dianjurkan pada daerah irigasi sumur pompa adalah tanaman yang sedikit menggunakan airirigasi tetapi dapat berproduksi tinggi (optimum). Tanaman seperti ini adalah tanaman padi yang tahan terhadap kekurangan air, palawija, sayuran, tembakau, tanaman jeruk dan lain-lain.

Tanaman padi yang tahan terhadap kekurangan air antara lain jenis IR 36.

Tanaman palawija seperti jagung, ketela rambat, kedelai, kacang tanah, kacang-kacangan, semangka dan sebagainya. Tanaman sayuran seperti terong, sawi, bawang merah, kacang panjang dan sebagainya.

Beberapa bentuk pola tata tanam dapat dianjurkan di daerah irigasi sumur pompa seperti terlihat dibawah ini:

a) Padi – Padi – Palawaja.

b) Padi – Palawija – Palawija c) Padi – Tembakau – Palawija

d) Padi – Palawija – Palawija – Sayuran e) Padi – Palawija – Palawija – Pupuk hijau f) Padi – Tumpangsari – Palawija

Beberapa jenis tanaman perdagangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dapat juga ditanam di daerah irigasi sumur pompa seperti jeruk, kapas dan lain-lain.

Pemilihan jenis maupun kombinasi jenis tanaman di atas harus dilakukan berdasarkan penelitian dengan memperhitungkan efisiensi penggunaan air irigasi sumur pompa tanpa mengabaikan keuntungan maksimum yang dapat diperoleh. Di sini daya guna air irigasi sumur pompa perlu ditekankan dikarenakan pengoperasian pompa memerlukan biaya eksploitasi yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan air irigasi yang berasal dari bending/

dam atau waduk.

Tentunya tanaman yang akan ditanam ini telah dipilih terlebih dahulu berdasarkan keuntungan-keuntungan maksimum yang dapat diperoleh.

Jenis atau kombinasi tanaman yang menguntungkan ini perlu diuji/diselidiki oleh Dinas Pertanian/ P2AT/ DPU Pengairan ataupun oleh petani sendiri dalam bentuk percobaan atau pengalaman.

(40)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 32 Hal ini diperlukan dikarenakan tanaman jenis atau kombinasi jenis tanaman yang menguntungkan daerah lainnya. Untuk mengetahui jenis tanaman atau kombinasi jenis tanaman yang menguntungkan di daerah irigasi sumur pompa, perlu diadakan analisa usaha tani.

Contoh analisa usaha tani setiap tanaman dapat dilihatpada table 4.2, 4.3, dan 4.4 yang diperoleh dari daerah irigasi sumur pompa Sub P2AT Madiun – Solo.

Pola tata tanam di daerah tersebut terdiri dari:

Padi – Padi – Palawija (kedelai dan kacang tanah) Padi – Palawija – Palawija (kedelai dan kacang tanah)

Padi yang ditanam adalah jenis IR 36. Dari table 4.2, 4.3, dan 4.4 dapat diketahui bahwa tanaman yang banyak menguntungkan (meningkatkan pendapatan petani) adalah tanaman padi dan kacang tanah sedang kedelai hasilnya agak kurang.

Uraian yang lebih detail mengenai pola tata tanam dan teknik bercocok tanam terdapat dalam uraian teknis pada masing-masing Proyek Pengembangan Air Tanah seperti P2AT Jawa Timur, Jawa tengah, DIY, Lombok dan Bali.

(41)

Tabel 4.2. Analisa Pendapatan Petani di Daerah Irigasi Sumur Pompa Tanon MK 1980 (Jenis Tanaman Kacang Tanah)

No URAIAN

Sebelum ada pompa (1979) Sesudah ada pompa (1980)

Unit/Ha Unit harga Rp Harga (Rp) Unit/Ha Unit harga Rp Harga (Rp)

1 Areal 56, 3 Ha 112, 6 Ha

2 Bibit 120 kg 350,- 42.000,- 120 kg 350,- 42.000,-

3

Pupuk Urea TSP Gandasil

17 kg 45 kg 0,7 kg

70,- 70,- 3.500,-

1.190,- 3.150,- 2.450,-

24 kg 63 kg 0,9 kg

70,- 70,- 3.500,-

1.680,- 4.410,- 3.150,-

4 Obat-obatan 0, 75 lt 1.250,- 93,- 1, 1 lt 1.250,- 1.375,-

5 Tenaga kerja 135 md 750,- 101.250,- 149 md 750,- 111.750,-

6 Ipeda l 1.500,- 1.500,- l 1.500,- 1.500,-

7 Biaya produksi/Ha Biaya produksi

152.478,- 8.584.511,-

165.865,- 18.676.399,- 8 Produksi/Ha

Produksi seluruhnya 1.650 kg 260,- 429.000,- 24.152.700,-

2.330 kg 260,- 605.800,-

68.213.080,- 9 Biaya EP Irigasi

Pompa

678.900,-

10

Pendapatan/Ha Pendapatan seluruhnya

276.522,- 15.568.189,-

433.906,- 48.857.816,-

Sumber: Laporan Tahunan Sub P2AT Madiun – Solo

Kenaikan pendapatan /Ha = (Rp. 48.857.816, - - Rp. 15.568.189,-): 112, 6 = Rp. 295.645,- Keterangan: kg = kilogram, Md = mandays, Lt = liter

(42)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 34

Tabel 4.3. Analisa Pendapatan Petani di Daerah Irigasi Sumur Pompa Tanon MK 1980/1981 (Jenis Tanaman Kedelai)

No URAIAN

Sebelum ada pompa (1979) Sesudah ada pompa (1980)

Unit/Ha Unit harga Rp Harga (Rp) Unit/Ha Unit harga Rp Harga (Rp)

1 Areal 106, 5 Ha 471, 1 Ha

2 Bibit 50 kg 400,- 20.000,- 50 kg 400,- 20.000,-

3

Pupuk TSP Gandasil

30 kg 1 kg

70,- 3.500,-

2.100,- 3.500,-

40 kg 1

70,- 3.500,-

2.800,- 3.500,-

4 Obat-obatan 1, 5 l 1.250,- 1.875,- 2 lt 1.250,- 2.500,-

5 Tenaga kerja 90 md 750,- 67.500,- 115 md 750,- 86.250,-

6 Ipeda l 2.175,- 2.175,- 1 2.175,- 2.175,-

7 Biaya produksi/Ha Biaya produksi

- -

97.159,- 10.356.190

117.225,- 55.224.690,- 8 Produksi/Ha

Produksi seluruhnya

570 kg 300,- 171.000,-

18.228.600,-

810 kg 300,- 243.000,-

9 Biaya EP Irigasi Pompa - 114.796,-

10 Pendapatan/Ha

Pendapatan seluruhnya

73.850,- 7.872.410,-

54.067.675,-

Sumber: Laporan tahunan Sub P2AT Madiun-Solo 1980/1981

Kenaikan pendapatan /Ha = (Rp. 54.067.675, - - Rp. 7.872.410,-):471, 1 = Rp.98.058,- Keterangan: kg = kilogram

Md = mandays Lt = liter

(43)

Tabel 4.4. Analisa Pendapatan Petani di Daerah Irigasi Sumur Pompa Tanon MK 1980/1981 (Jenis Tanaman Padi) No URAIAN

Sebelum ada pompa (1979) Sesudah ada pompa (1980)

Unit/Ha Unit harga Rp Harga (Rp) Unit/Ha Unit harga Rp Harga (Rp)

1 Areal 267 HA 267 Ha

2 Bibit 30 175,- 5.250,- 30 kg 180,- 5.400,-

3

Pupuk Urea TSP

300 kg 100 kg

70,- 70,-

21.000,- 7.000,-

300 kg 100 kg

70,- 70,-

21.000,- 7.000,-

4 Obat-obatan 3 lt 1.250,- 2.5000,- 2 lt 1.250,- 2.500,-

5

Tenaga kerja Hewan Mansia

30 ps 250 md

1.000,- 700,-

30.000,- 175.000,-

30 ps 250 md

1.250,- 850,-

37.500,- 212.500,-

6 Ipeda l 1.650,- 1.650,- 1 1.650,- 1.650,-

7 Biaya produksi/Ha Biaya produksi

242.400,- 66.902.400,-

287.550,- 79.363.800,- 8 Produksi/Ha

Produksi seluruhnya

5.150 kg 85,- 437.750,-

20.819.000,-

7.549 kg 95,- 717.155,-

197.934.780,-

9 Biaya EP Irigasi Pompa 701.025

10 Pendapatan/Ha

Pendapatan seluruhnya

427.065,- 117.869.940,- Sumber: Laporan tahunan Sub P2AT Madiun - Solo 1980/ 1981

Kenaikan Pendapatan /Ha = (Rp. 117.869.940,- - Rp. 53.916.600,-): 267 = Rp. 231.715,- Keterangan: kg = kilogram

Md = mandays Lt = liter

(44)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 1 4.4 Latihan

1. Uraikan yang melatar belakangi dikembangkannya irigasi Air Tanah di Indonesia!

2. Uraikan mengapa Pola Tata Tanam di areal Irigasi Air Tanah perlu diatur!

3. Kendala apa yang sekiranya akan dihadapi dalam mengatur Pola Tata Tanam di lahan sumur pompa?

4.5 Rangkuman

Arti pola tanam (cropping pattern) adalah pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu lahan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pilihan dan pengaturan pola tata tanam. Faktor tersebut meliputi: Jenis tanah, Ketinggian daerah diatas muka laut, Jenis dan umur tanaman, Kondisi air, Kondisi iklim, Kondisi sosial dan Kondisi ekonomi.

4.6 Evaluasi

1. Irigasi Air Tanah masih relevant untuk dikembangkan karena : a. Air tanah jumlahnya masih besar

b. Banyak areal tadah hujan yang tidak terjangkau oleh air permukaan c. Air Tanah mudah diperoleh

d. Pemanfaatan air tanah tidak menimbulkan dampak lingkungan 2. Pola Tata tanam adalah :

a. Pengaturan penanaman dalam satu wilayah desa

b. Pengaturan penanaman satu atau beberapa jenis tanaman dalam satu areal layanan irigasi dalam kurun waktu tertentu

c. Pengaturan jenis tanaman dalam satu areal layanan irigasi pada musim kemarau

d. Pengaturan jadwal tanam di musim penghujan

(45)

3. Pola Tata Tanam di lahan Irigasi Air Tanah sebaik nya dilaksanakan pada saat :

a. Saat akan dilaksanakan Pengeboran Sumur

b. Saat Perencanaan atau desain awal konstruksi JIAT c. Saat akan dioperasikannya sumur

d. Pola Tata Tanam tidak perlu diatur

(46)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN 3

BAB V

ANALISA KEBUTUHAN AIR

5.1 Analisa Kebutuhan Air Tanam

Untuk menghitung dan memperkirakan berapa banyak air yang dikonsumsi oleh tanaman diperlukan analisis yang cermat dan teliti terhadap data-data pendukung yang tersedia yakni seperti data: iklim, lingkungan daerah irigasi, jenis tanaman dan pola tanam, jenis tanah, data curah hujan dan data-data meteorologi lainnya.

Data iklim yang utama diperlukan untuk menghitung atau memperkirakan besarnya air yang dikonsumsi oleh tanaman antara lain ialah data:

temperatur udara, kadar lengas, penyinaran matahari dan awan, kecepatan angin dan tekanan uap air. Data iklim dipergunakan untuk memperkirakan besarnya penguapan dari permukaan tanah dan tanaman (evaporation and transpiration). Kebutuhan air irigasi di analisis berdasarkan kebutuhan air tanaman (di lahan) dan kebutuhan air pada bangunan pengambilan (di bendung).

Banyaknya air yang diperlukan untuk berbagai tanaman, masing-masing daerah dan masing-masing musim adalah berlainan. Hal ini tergantung dari beberapa faktor antara lain jenis tanaman, sifat tanah, keadaan tanah, cara pemberian air, pengelolaan tanah, iklim, waktu tanam, kondisi saluran dan bangunan, serta tujuan pemberian air.

5.1.1 Jenis Tanaman

Kebutuhan air untuk berbagai jenis tanaman tidak sama, ada tanaman yang hanya memerlukan air sedikit untuk pertumbuhannya, ada juga tanaman yang akan tumbuh dengan baik kalau tanahnya selalu digenangi air dan pemberian airnya untuk jangka waktu tertentu harus dilakukan terus menerus seperti halnya tanaman padi sawah. Selanjutnya ada tanaman yang sesudah menghisap air dari dalam tanah tidak memerlukan air yang mengalir diatas

Indikator Hasil Belajar:

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan tentang analisa kebutuhan air tanah untuk perencanaan JIAT dengan baik.

(47)

tanah, dan sebaliknya ada tanaman yang tidak dapat menghisap air yang agak dalam dibawah permukaan tanah. Pada umumnya tanah harus selalu dalam keadaan basah yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dari jenis-jenis tanaman.

5.1.2 Keadaan Medan Tanah

Untuk kemiringan medan tanah agak besar, air yang dialirkan diatasnya relatif akan cepat hilang mengalir ke tempat-tempat yang lebih rendah, dengan demikian air tidak atau kurang ada kesempatan untuk meresap ke dalam tanah untuk membasahi tanah tersebut. Untuk pembasahan yang sama pada tanah-tanah yang kemiringannya besar akan memerlukan air yang lebih banyak daripada tanah yang datar.

5.1.3 Sifat Tanah

Tekstur tanah mempuntai pengaruh yang besar akan kemampuan tanah di dalam menahan air, jadi akan menentukan kapasitas kapiler tanah. Bilamana tanah mempunyai butir-butir yang seragam, jadi teksturnya beraturan, maka liang reniknya mempunyai volume yang tidak ditentukan oleh besarnya butir.

Permeabilitas tanah banyak dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah, juga oleh alur-alur pembajakan, akar-akar tumbuh-tumbuhan, lubang-lubang cacing atau keaktifan jenis makhluk yang terdapat di dalam tanah.

Memelihara permeabiltas tanah pertanian yang baik untuk sesuatu jenis tanaman akan menjamin hasil baik produksi tanaman.

5.1.4 Cara Pemberian Air

Cara pemberian air kepada tanaman yang memerlukannya akan mempengaruhi banyaknya air irigasi yang diperlukan. Pada sistim irigasi yang baik dengan adanya saluran pembawa dan pembuang akan membutuhkan air irigasi yang lebih banyak. Cara pemberian air secara bergiliran (rotasi) akan menghemat pemberian air irigasi dari pada dengan cara terus menerus.

5.1.5 Pengolahan Tanah

Cara pengolahan tanah untuk tanaman merupakan hal penting yang perlu mendapat perhatian. Pengolahan tanah untuk keperluan penanaman padi di

Gambar

Gambar 2.1. Irigasi Permukaan
Gambar 2.2. Irigasi Bawah Permukaan  2.2.3  Irigasi Pancaran (Sprinkle Irrigation)
Gambar 2.4. Irigasi Siraman Cara Modern
Gambar 2.3. Irigasi Siraman Sederhana Pakai Ebor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan lama pemberian air sampai 12 jam (14 tetes/menit) menggunakan irigasi tetes dengan pemberian kompos sampah kota mampu menurunkan

Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan dan analisis data untuk mengetahui efisiensi keseragaman irigasi tetes (drip irrigation), dengan memakai emiter dari filter

Dengan metode ini sistem pemberian larutan nutrisi dapat dilakukan secara manual atau irigasi tetes (“drip irrigation”) dengan frekuensi 3-5 kali per hari, tergantung pada

Perubahan Pola Penyebaran Kadar Air Media Arang Sekam dan Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat Pada Pemberian Air Secara Sinambung dan Terputus-Putus Dengan Irigasi Tetes..

Hasil pengukuran debit emiter irigasi tetes pada pertanaman pisan Cavendish di PT Nusantara Tropical Farm pada saat pemberian air irigasi dengan metode penyiraman silang

Pengkajian penerapan irigasi tetes dengan parameter kajian meliputi (i) efisiensi penggunaan air irigasi, (ii) Pola pemberian air; (iii) usahatani, serta (iv) prediksi

Produktivitas air tanaman semangka dengan cara irigasi tetes emiter tali yang terendah adalah pada perlakuan selang waktu pemberian air 1 hari (difisit 0%) sebesar 128 kg/m 3

Irigasi tetes (Trickle Irrigation) pemberian air pada tanaman secara langsung baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah melalui tetesan secara sinambung dan perlahan di