• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Comparative Study of Gendered Terms 'Perempuan ... - UI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "A Comparative Study of Gendered Terms 'Perempuan ... - UI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

310 In KBBI, "perempuan" is also defined as a synonym of "wanita", but "wanita" has the additional meaning of "adult woman", so they are not actually synonyms. We then searched the word list for "betina", "perempuan" and "wanita" to determine their occurrence in the large, diverse and modern corpus of Malay texts and obtain their frequency. From the above findings, the rise of "wanita" to prominence appears to be a recent event.

It appears that the frequencies of 'perempuan' and 'wanita' in both corpora are more or less of the same order of magnitude, with 'perempuan' being much more frequently used than. If we compare these results (using the result TM-MCP, since this is the larger corpus) with those from MM-DBP, we find that 'wanita' is used much more frequently than. Reflecting the growing and significant role 'wanita' plays in society as opposed to 'perempuan', these changes in turn give rise to the positive connotative meanings of gendered terms.

Right Collocates of ‘wanita’

Conlusion

Kuasa Media terhadap Representasi dan Negosiasi Identitas Kelompok Difabel: Sebuah Analisis Naratif Program

Televisi Lentera Indonesia Disabilitas tanpa Batas

  • Pendahuluan
  • Metode
  • Diskusi dan Pembahasan
  • Representasi dan Streotipe Kelompok Difabel Dalam Tayangan Lentera Indonesia
  • Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana tayangan-tayangan tersebut merepresentasikan kelompok difabel dan bagaimana kelompok difabel menegosiasikan identitasnya melalui bentuk naratif dalam tayangan televisi. Untuk memahami representasi dan negosiasi identitas kelompok difabel dalam acara Lentera Indonesia “Disabilities Without Borders”, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis naratif De Fina, yaitu pada tataran skematik dan interaksi identitas. Dari hasil analisis diketahui bahwa tayangan “Disabilitas Tanpa Batas” menunjukkan representasi, negosiasi identitas dan stereotipe kelompok difabel.

Kemudian saya juga ingin menyebarkan rasa saling pengertian di antara mereka (.) ITALICS tidak boleh ↑ semua orang merasa terasing dari ITALICS karena keadaan. Karena mereka mayoritas, mereka memiliki kekuatan untuk memberikan identitas melalui bahasa kepada kelompok minoritas seperti kelompok difabel. Ketidakberdayaan dan penerimaan mereka terhadap istilah tersebut tersirat dalam "Anda dapat menyebut perbedaan kami dengan lantang ↑ ITALICS kerdil (.) tuli ITALICS (.) dinonaktifkan ITALICS (.) autisme ITALICS (.) apapun ↑".

Meski distereotipkan sebagai tidak sempurna dan tidak normal, kelompok penyandang disabilitas dalam tayangan ini mencoba menunjukkan bahwa mereka juga memiliki harapan dan keberanian. Kesadaran diskriminasi adalah kesadaran bahwa kelompok difabel sering menjadi sasaran prasangka, perlakuan tidak adil dan prasangka negatif dari masyarakat sekitar. Selain kesadaran akan diskriminasi yang berasal dari kelompok difabel itu sendiri, bagian ini juga menggambarkan kesadaran akan diskriminasi yang ternyata sudah mulai dimiliki oleh orang lain.

Kebanggaan orang lain merupakan indikasi bahwa kelompok difabel telah diakui dan diterima di masyarakat dan negosiasi identitas berhasil bagi mereka dalam artian mereka tidak perlu dikasihani, melainkan karena mereka bangga terhadap diri mereka sendiri. Keberadaan Waduk Saguling dianggap oleh masyarakat sebagai sumber bencana↑(.) Memang belum ada penelitian resmi KURSUS(.) namun jumlah kecacatan= mulai merebak sekitar tahun 1985(.) KURSUS -tahun ketika reservoir mulai↑ berfungsi, apapun penyebabnya KURS Menurut saya masyarakat harus lebih peka↑ ini adalah masalah nyata↑ dan KURSUS harus mengatasinya bersama. Gerakan aktivisme di sini merupakan upaya menegosiasikan identitas kelompok penyandang disabilitas dengan menekankan pada aspek kemandirian anak penyandang disabilitas.

Penekanan pada kata “daya pancar” dan “potensi diri”. dapat menunjukkan bahwa kelompok penyandang cacat kini dengan percaya diri merekonstruksi identitas mereka. Nyatanya, cerita ini tidak hanya memperlihatkan negosiasi identitas kelompok difabel dari sudut pandang kelompok difabel, tetapi juga dari sudut pandang orang lain di luar kelompoknya. Mereka tidak lagi merekonstruksi identitasnya dari dikotomi normal dan abnormal, tetapi dari makna hidup.

Kearifan Lokal Masyarakat Kota Serang dalam Pengobatan Tradisional: Kajian Berprespektif Dialektologi

SIMPULAN

Segitiga isoglos dan dialektometri menunjukkan 2 titik, Desa Tinggar, Kecamatan Curug dan Desa Nyapah, Kecamatan Walantaka, merupakan wilayah yang menggunakan dialek Sunda. Berdasarkan daftar pertanyaan tentang pengertian penyakit dan pengobatan diketahui bahwa khazanah pengobatan tradisional di Kota Serang sangat kaya sehingga perlu digali lebih dalam lagi. Kajian ini menunjukkan bahwa terdapat dua konsep penyakit dan pengobatan tradisional yang digunakan di Kota Serang, yaitu konsep Jawa dan Sunda.

Dialektologi berperan dalam menjelaskan persebaran dan persebaran kosa kata penyakit, nama tanaman obat, dan cara pengobatannya. Misalnya, dialektologi dapat berkontribusi pada Kementerian Kesehatan dalam penyusunan buku pedoman pengobatan tradisional dan upaya pendokumentasian kosakata tanaman obat keluarga dalam bentuk kamus atau kamus bergambar.

Reviewing the Method of Speaker Verification in Indonesia as the Provision of Linguistic Evidence: A Study in Forensic

Linguistics

  • Introduction
  • Method
  • Results and Discussion
  • Conclusion

The data is derived from Indonesian speech sounds from two (2) telephone conversations with Speakers LR (f;21) and MR (m;23) in the first call; Speakers DS (f;22) and RD (m;22) in the second. The main purpose of the comparison is to find out who is really speaking in the recorded telephone conversation. To review the method in the Indonesian FSV system, I take a close look at F0 in the data used as discriminatory potential.

Of the four speakers participating in the phone calls in the simulation for a corruption case, RD is treated as a suspect. Figures 1 and 2 illustrate the acoustic characteristics of the word rancangan pronounced by Speaker RD in K and Uk samples, respectively. F0 contours as the physical correlates to the speaker's pitch are shown in blue lines in the second window in Talk view.

Since the speech sounds are uttered by the same speaker, it is assumed that the pitch values ​​of RD's speech in the K and Uk samples will match. However, when analyzing the tone of its mean and standard deviation (SD) of the 20 words spoken by RD in samples K and Uk, only a few values ​​were found to match (see Figure 3). Analyzing the height of the minimum and maximum values, as shown in Figure 4, it was also found that the maximum values ​​in the Uk samples did not match their corresponding K values.

The result indicates that the pitch in the data can be categorized as 'very strong evidence against' the fact that the K and Uk samples were derived from the same speaker (LR<0.0001). From the results in one-way ANOVA and LR approach, it can be deduced that F0 cannot be used as a discriminating potential in the experimental data. In the experimental data, although the speech data is derived from the same speaker (RD), only few values ​​in pitch analysis of its mean and SD in K and Uk samples agree.

Furthermore, using one-way ANOVA and LR approach, the study demonstrates that F0 cannot be used as a discriminative potential in the data.

Figure 1: Acoustic features of RD’s word rancangan in K sample.
Figure 1: Acoustic features of RD’s word rancangan in K sample.

Prosodi pada Autism Spectrum Disorder dan Asperger Syndrome

Tri Wahyu Retno Ningsih

Metode Penelitian

  • Teknik penjaringan data
  • Teknik analisis data

Penelitian ini merupakan penelitian fonetik eksperimental atau penelitian model fonetik eksperimental yang diturunkan dari analisis sinyal suara (pendekatan bottom-up). Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahwa ciri-ciri prosodik penutur yang mengalami gangguan disfungsional dan penutur yang mengalami gangguan merupakan indikasi adanya gangguan prosodik. Data rekaman yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan data tentang karakteristik prosodik dari setiap kalimat.

Pada tahap ini, data yang direkam dipindahkan ke format digital berupa gelombang suara, kemudian ucapan yang akan dianalisis dipilih.

Hasil Penelitian dan Diskusi

  • Eksperimen pada Subjek AS
  • Eksperimen pada Subjek ASD
  • Diskusi

Kisaran nada pada percobaan 1 adalah 46,9 Hz, dihitung dari pengurangan nilai F0 maksimum hingga nilai F0 minimum. Pada Eksperimen 3, subjek menghasilkan ujaran tanya yang panjang atau ujaran tanya pada Eksperimen 3 lebih panjang daripada ujaran tanya pada Eksperimen 2. Analisis akustik pada Eksperimen 3 memberikan informasi bahwa durasi terpanjang terdapat pada suku kata -ru (kedua dari belakang, sebesar 0,305 sc.

Nilai ekskursi pada percobaan 3 adalah nilai P1 atau nada awal 272,8 Hz dan nada akhir 208,5 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa subjek pada Eksperimen 3 tidak mampu membuat pola kecenderungan dalam tuturan tanya spontan. Dalam percobaan yang dilakukan pada AS, rata-rata F0 (frekuensi fundamental) untuk loudspeaker AS ditemukan antara 183,32 Hz hingga 298,42 Hz.

Rentang nada pada Eksperimen 1, 2, dan 3 menunjukkan hasil yang berbeda secara signifikan, terutama pada Eksperimen 2 dan 3. Rentang nada penutur Amerika menunjukkan bahwa mereka tidak dapat membuat variasi nada atau menghasilkan variasi nada yang sempit. Berdasarkan hasil pengukuran tonal range antara speaker ASD dan ASD dapat dijelaskan bahwa speaker ASD menghasilkan variasi nada yang tidak stabil karena variasi nada yang dihasilkan dapat berupa variasi nada sempit atau variasi nada lebar dan berbeda dengan speaker ASD.

Nilai deviasi pengeras suara AS menunjukkan pola yang tidak stabil karena pada percobaan 3 dari 470 ditemukan redaman nada yang cukup tinggi. Dalam eksperimen ini, penutur bahasa Amerika cenderung menghasilkan nada-nada dengan nilai yang lebih tinggi daripada eksperimen lainnya. Ini mungkin berarti bahwa penutur AS dan ASD tidak dapat menentukan ucapan akhir atau ada kecenderungan untuk menekankan nada akhir ucapan tersebut.

Selain itu, hasil observasi penutur AS menunjukkan bahwa proses perkembangan gramatikal dan proses fonologis pada subjek mengalami keterlambatan.

Gambar 2. Nilai ekskursi pada eksperimen 1
Gambar 2. Nilai ekskursi pada eksperimen 1

Simpulan

Untuk speaker dengan ASD, hasil ekskursi tidak menunjukkan banyak perbedaan nada karena cenderung menghasilkan nada yang monoton dan datar. Berdasarkan semua hasil analisis akustik, dapat dijelaskan bahwa tuturan spontan yang dihasilkan oleh ASD dan AS berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dengan menghitung fitur prosodi seperti pitch, span, infleksi dan durasi.

Dari segi kualitatif, hal mendasar yang ditemukan pada kedua peneliti tersebut adalah kecenderungan produksi bahasa ekspresif yang lebih sulit. Saat menghasilkan ucapan, AS berbicara lebih jelas daripada ASD, tetapi fluktuasi nada tidak dikontrol. Berbeda dengan penutur ASD, temuan ASD ini menunjukkan bahwa gangguan ASD disebabkan oleh ToM yang lemah, yang membuat penutur ASD tidak dapat menanggapi atau memahami ucapan lawan bicaranya.

Contohnya adalah ketika ASD diajak berkomunikasi secara spontan dan informasi datang bersamaan, prosodi tidak diproses atau dianggap tidak penting. Sementara itu, produksi ujaran pada AS lebih baik daripada ASD, namun tetap menunjukkan betapa sulitnya AS untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya. Orang-orang terdekatnya masih menganggap produksi prosodi dalam AS tidak lazim, karena AS cenderung memberikan tekanan yang tidak wajar pada tuturan yang dihasilkannya.

Dari hasil analisis akustik terlihat bahwa kedua speaker mengalami gangguan dalam pembentukan titinada, sulit melakukan gerakan titinada, sulit menciptakan variasi titinada yang stabil dan ada kecenderungan untuk memperpanjang durasi nada. suku kata akhir atau penyataan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat gangguan produksi prosodi pada dua peneliti yaitu penutur AS dan ASD. Karakteristik bicara dan prosodik remaja dan orang dewasa dengan autisme yang berfungsi tinggi dan sindrom Asperger.

New York, NY: Prentice-Hall, Inc. Vincent.J., Heuven, Van en Zanten, E.v. 2007) “Prosody in Indonesian languages”, Leiden University Center for Linguistics, http://lotos.library.uu.nl/publish/articles/000213/.

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Administratif Kota Serang
Tabel 1. Contoh Kosakata Medan Makna Penyakit
Tabel 3 . Contoh Kosakata Medan Makna Cara Pengobatan
Tabel  4  berikut    berisi  contoh  nama  penyakit,  tanaman,  dan  cara  pengobatan  sebagai  usaha  pendokumentasian  untuk  langkah  awal  pembuatan  kamus  atau  kamus  bergambar  tentang penyakit dan tanaman obat tradisional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sreekumar Center for Development of Digital Libraries CDDL, Indian Institute of Management Kozhikode IIMK, IIMK Campus P.O., Calicut – 673570, Kerala, INDIA {[email protected]} Phone