• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS REVIEW “ISU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA” DISUSUN OLEH

N/A
N/A
hikma gazvia

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS REVIEW “ISU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA” DISUSUN OLEH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Mata Kuliah : Psikologi Keluarga

Dosen Pengampu : - Dr. Haerani Nur, S.Psi., M.Si - Wilda Ansar, S.Psi., MA

TUGAS REVIEW

“ISU KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA”

DISUSUN OLEH Hikma Gazvia Batariola

200701501079 Kelas A

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022

(2)

A. Gambaran Isu

Radhitya, Nurwati, dan Irfan (2021) menyatakan bahwa dalam UUD Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan setiap perbuatan terhadap seseorang khususnya perempuan, yang berakibat adanya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologis, seksual, atau penelantaraan rumah tangga yang juga termasuk ancsman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan bahkan perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga.

Lestari (2005) mengemukakan bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak, harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau anca~an kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan (torture, other cruel, inhuman and degrading treatment).

Alimi & Nurwati (2021) juga mengemukakan bahwa persentase kasus kekerasan yang terdaftar pada SImfoni Kementrian Perlindungan Perempuan dan Anak menyatakan bahwa sampai pada tahun 2021 terdapat 20,4 % kasus kekerasan yang terjadi pada laki-laki dan 79,6 % kasus kekerasan terjadi pada perempuan. Radhitya, Nurwati, dan Irfan (2021) juga menyatakan bahwa pada bulan Maret 2020 tingkat kasus kekerasan dengan korban perempuan sebanyak 14 orang dan laki-laki sebanyak 4 orang.

Santoso (2019) mengemukakan bahwa adapun bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga, diantaranya:

1) Kekerasan fisik 2) Kekerasan seksual

3) Penelantaraan rumah tangga 4) Kekerasan psikis

(3)

B. Faktor Penyebab Timbulnya KDRT

Buaton, Maulita, dan Kristiawan (2018) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab dalam KDRT, diantaranya:

1. Faktor ekonomi, seperti masalah penghasilan suami sehingga seringkali menjadi pemicu pertengkaran yang berakibat terjadinya kekerasan fisik serta penelantaran rumah tangga.

2. Faktor perselingkuhan, yang berujung pada kekerasan fisik dan penelantaran ekonomi. Kekerasan fisik dapat terjadi karena antara pelaku dan korban selalu berdebat atau bertengkar karena adanya perselingkuhan dari salah satu atau kedua belah pihak sama-sama berselingkuh dengan orang lain. Begitu juga dengan penelantaran rumah tangga yang terjadi akibat adanya perselingkuhan yaitu pelaku sering kali meninggalkan rumah tanpa alasan, sehingga tidak bertanggung jawab pada hidup orang-orang dalam lingkup rumah tangganya.

3. Faktor perilaku, perialku yang buruk seseorang seperti memiliki sifat tempramen yang tinggi, kasar berbicara, mudah marah, suka main judi, pemabuk dan mudah tersinggung, pencemburu, dan sifat tersebut dapat dengan cepat terpengaruh untuk melakukan kekerasan terhadap orang-orang di sekelilingnya, serta nafsu tinggi yang menyebabkan tindak asusila terhadap anak atau pembantu maupun yang ada dalam lingkup rumah tangga yang menetap.

C. Dampak

Santoso (2019) mengemukakan bahwa KDRT berdampak luas bagi keluarga misalnya cacat, trauma, stres, timbul konflik bahkan pembunuhan, serta bagi anak dapat mengganggu proses tumbuh kembang. Ia juga menambahkan bahwa dampak KDRT terhadap perempuan dibedakan menjadi dua, diantaranya:

1) Dampak jangka pendek, dimana berdampak secara langsung seperti luka fisik, cacat, kehamilan, hilangnya pekerjaan, dan lain-lain.

(4)

2) Dampak jangka panjang, dimana berdampak dikemudian hari bahkan berlangsung seumur hidup seperti mengalami gangguan psikis (kejiwaan), hilangnya rasa percaya diri, mengurung diri, trauma, munculnya rasa takut hingga depresi, kesehatan reproduksi, perubahan pola pikir, emosi, dan ekonomi keluarga.

Mardiyati (2015) juga mengemukakan bahwa terdapat beberapa dampak yang muncul sebagai reaksi dari kasus trauma kekerasan yang dialami anak, diantaranya:

1) Agresif, seperti anak sering memukul

2) Murung atau depresi, seperti anak memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan terjadi penurunan berat badan. Anak juga akan menraik diri dari lingkungannya yang menjadi sumber trauma. Anak akan menjadi pribadi yang murung, pendiam, dan kurang ekspresif.

3) Mudah menangis

4) Melakukan tindakan kekerasan pada orang lain, hal ini dapat terjadi karena anak melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Anak akan belajar dari pengalamannya kemudian bereaksi sesuai yang ia dapatkan dan pelajari.

D. Strategi Untuk Mengatasi Atau Mencegah KDRT

Badruzaman (2020) menyatakan bahwa upaya perlindungan yang dapat dilakukan untuk mengatasi KDRT, yaitu:

1. Penyediaan tenaga kesehatan, pekerja sosial dan pembimbing rohani.

2. Melakukan pendekatan sosial budaya.

3. Dengan memberikan pendidikan untuk menanamkan pemahaman akan hak-hak asasi manusia, penghormatan kepada sesama dengan pengembangan budaya anti kekerasan.

(5)

4. Perlindungan oleh advokat diberikan dalam bentuk konsultasi hukum, melakukan mediasi dan negosiasi di antarapihak termasuk keluarga korban dan keluarga pelaku (mediasi), dan mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam sidang pengadilan (litigasi), melakukan koordinasi dengan sesama penegakhukum, relawan pendamping, dan pekerja sosial (kerja sama dan kemitraan).

5. Pemerintah dan masyarakat perlu segera membangun rumah aman (shelter) untuk menampung, melayani dan mengisolasi korban dari pelaku KDRT.

Sutiawati & Mappaselleng (2020) menyatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah KDRT, diantaranya:

1. Upaya preemetif, seperti menanamkan nilai/norma pada setiap orang.

2. Upaya preventif, seperti menghilangkan kesempatan untuk melakukan kejahatan dengan melakukan pelatihan bagi pendamping korban KDRT, pembentukan shelter warga, pembentukan Perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat (PATBM) dan forum anak, pembentukan tim rekasi cepat, paralegal anak.

3. Upaya represif, yang dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. Seperti polisi melaksanakan penyidikan, menetapkan tersangka, dan menetapkan tindak pidana serta ancaman pidananya.

E. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang baik dalam bentuk fisik, seksual, dan psikis terhadap individu lainnya khususnya dalam keluarga yang biasanya terjadi pada perempuan dan anak. Faktor utama penyebab adanya KDRT yaitu

(6)

faktor ekonomi yang rendah dalam rumah tangga. Dampak KDRT sendiri akan berdampak ke keluarga khususnya korban kekerasan dimana ia akan mengalami trauma dan depresi. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya KDRT yaitu dengan memberikan pendidikan untuk menanamkan pemahaman akan hak-hak asasi manusia, penghormatan kepada sesama dengan pengembangan budaya anti kekerasan.

F. Refleksi

Setelah saya mempelajari materi yang disampaikan oleh dosen disertai mereview materi isu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang saya telusuri di beberapa artikel jurnal, saya mendapatkan banyak sekali pemahaman dan mengerti mengenai bentuk-bentuk kekerasan yang terjadi, apa-apa saja penyebabnya, bagaimana dampak KDRT pada korban, dan bagaimana untuk mecegah KDRT dengan melakukan beberapa strategi.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Alimi, R., Nurwati, N. (2021). Faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan. Jurnal Pengabdian dan Penelitian Masyarakat (JPPM), 2(1), 20-27.

Badruzaman, D. (2020). Keadilan dan kesetaraan gender untuk para perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Journal of Tahkim, 3(1), 103-124.

Buaton, R., Maulita, Y., Kristiawan, A. (2018). Korelasi faktor penyebab tindak kekerasan dalam rumah tangga menggunakan data mining algoritma a priori. Jurnal Media Infotama, 14(1), 21-30.

Lestari, D. (2005). Kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan. Jurnal Hukum & Pembangunan, 35(3), 367-385.

Mardiyati, I. (2015). Dampak trauma kekerasan dalam rumah tangga terhadap perkembangan psikis anak. Jurnal Studi Gender dan Anak, 1(2), 26-29.

Radhitya, T. V., Nurwati, N., & Irfan, M. (2020). Dampak pandemi Covid-19 terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 2(2), 111-119.

Santoso, B. A. (2019). Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap perempuan: Perspektif pekerjaan sosial. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 10(1), 39-57.

Sutiawati, S., Mappaselleng, N. F. (2020). Penanggulangan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di kota makassar. Jurnal Wawasan Yuridika, 4(1), 17-30.

Referensi

Dokumen terkait

Isu-Isu dalam Pengasuhan Masalah Pengasuhan Anak-anak memiliki dampak negatif dalam kepuasan pernikahan orang tuanya Ayah tidak menghabiskan waktu yang cukup dengan anak-anak