• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Zulia Nur Syahbani 1910422045 Konservasi Genetika Penyu Hijau

Zulia Nur Syahbani

Academic year: 2023

Membagikan "A Zulia Nur Syahbani 1910422045 Konservasi Genetika Penyu Hijau"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BIOKONSERVASI

OLEH

ZULIA NUR SYAHBANI 19101422045

KELAS A

DOSEN PENGAMPU : Dr. SYAIFULLAH ZOELKIAR

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2021

(2)

Konservasi Genetika Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Indonesia merupakan wilayah migrasi enam dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia. Juga lokasi peneluran (nesting site) dari penyu lekang (Lepidichelys olivaceae), penyu belimbing (Dermochelys coriaceae), penyu pipih (Natator depressus), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Semua jenis penyu di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri LHK No 106 tahun 2018 termasuk satwa dilindungi. Penyu Hijau, sesuai dengan status konservasi The World Concervation Union (IUCN) merupakan satwa yang terancam punah (Fajar, 2020)

Penyu laut merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat pesisir. Selain berperan diranah sosial dan ekonomi, penyu laut juga merupakan salah satu faktor penyangga ekosistem kehidupan perairan. Pada sebagian masyarakat pesisir, penyu dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi kehidupannya. Apabila pemanfaatan penyu tidak dilakukan dengan bijaksana, maka hal ini dapat menyebabkan penurunan populasi secara permanen (Adnyana, 2004).

Penyu laut telah lama menjadi sasaran perburuan manusia, mulai dari penyu betina dewasa yang merayap menuju pantai, telur-telurnya yang ada di dalam sarang sampai penyu dewasa yang berada di laut lepas. Alasan utama kegiatan perburuan satwa ini pada umumnya karena nilai ekonomis satwa tersebut. Konsumsi telur dan daging semakin hari semakin meningkat dan hasil kerajinan karapas yang indah dan mahal harganya banyak dijajakan di lokasi-lokasi rekreasi seperti di tempat rekreasi pantai kawasan pulau Bali dan tempat rekreasi pantai lainnya di Indonesia (Priyono, 1989).

Penyu Hijau adalah salah satu anggota keluarga penyu yang paling intensif dieksploitasi. Daging dan telurnya merupakan sumber protein yang digemari masyarakat pesisir. Pemanfaatan penyu Hijau di Indonesia telah melewati sejarah yang panjang. Mitos yang berkembang tentang khasiat daging dan telur penyu ini mendorong permintaan penyu Hijau semakinmeningkat dari tahun ke tahun (Pramoto, 2004). Bali merupakan konsumen terbesar penyu Hijau. Pemanfaatan penyu Hijau oleh masyarakat Bali adalah untuk memenuhi tiga kepentingan yaitu kebutuhan ritual keagamaan, perdagangan tidak sah untuk konsumsi serta kepentingan pelepas-liaran tukik (Adnyana dkk., 2010). Akibat dari tindakan eksploitasi ini adalah penurunan populasi penyu secara drastis hingga mencapai 80% dibandingkan dengan jumlah populasi pada 15 tahun sebelumnya (Adnyana, 2005; Dermawan dan Adnyana, 2003).

(3)

Namun bertentengan dengan mitos yang ada, nyata daging penyu tidak layak dimakan karena usia penyu cukup panjang dan kemungkinan mengandung sejumlah kandungan logam dari pakan yang dimakannya di lautan. Puluhan warga Mentawai, Sumatera Barat keracunan usai menyantap daging penyu saat pesta adat (punen) di Desa Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Minggu (18/2/18). Dari puluhan orang keracunan itu, tiga meninggal dunia, 16 korban masih menjalani perawatan intensif di Balai Kesehatan Desa Taileleu dan dua orang di Puskesmas Siberut Barat Daya (Suryani, 2020)

Telur penyu pun sangat digemari oleh masyarakat dan kerap dijual harga yang terjangkau.

Perdagangan terbuka telur penyu di Kalimantan diperkirakan mencapai nilai Rp 4,2 Milyar/

tahun dengan harga rata – rata setiap butir telur Rp 3.500. Beralih ke pesisir selatan Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Cilacap pun terjadi hal demikian. Telur penyu jadi objek perdagangan bagi masyarakat. Endog Pasiran merupakan nama yang kerap digunakan untuk menyebut telur penyu oleh masyarakat setempat. Telur-telur penyu dijual seharga Rp2.000 hingga Rp5.000 per butirnya (Luthfi, 2021).

Berbegai upaya konservasi telah dilakukan untuk menjaga kelestarian penyu Hijau mulai dari membuat penangkaran penyu hingga upaya terkini dengan analisis DNA. Mithocondrial DNA atau DNA mitokondria (mtDNA) merupakan materi genetik yang diturunkan secara maternal.

MtDNA dapat digunakan sebagai penanda genetik dan dalam studi genetika populasi penyu laut, mtDNA dapat digunakan untuk menentukan asal dari perkembangan penyu muda yang ditemukan pada habitat pakan, habitat perkembangan dan sepanjang jalur migrasinya (Bass et al., 2000; Bowen et al., 1996; Lahanas et al. 1998; Luke et al., 2004). Sumber-sumber alternatif untuk analisis DNA bisa didapatkan dari beberapa sumber seperti darah, rambut, kotoran, urine, air liur, dan tulang (Ang et al., 2020).

Sampel-sampel ini biasanya diperoleh dari hasil barang bukti sitaan maupun dari populasi satwa liar di alam. Hasil ekstraksi dari feses, urin maupun darah akan menghasilkan sumber DNA berupa marka genetik, kemudian dilanjutkan dengan analisis DNA untuk mengetahui kode genetik dari satwa tersebut. Dari kode inilah akan menghasilkan sejumlah data akurat terkait besaran populasi, perbandingan jenis kelamin, pemetaan kelompok kekerabatan, data terkait keberagaman genetik dari populasi dan upaya manajemen pemanfaatan satwa liar untuk konservasi berkelanjutan (Rahmadi, 2019).

(4)

Studi-studi terkait komposisi genetik sebagai dasar pengelolaan konservasi jenis khususnya penyu Hijau, diharapkan mencakup lebih banyak daerah peneluran dan daerah pakan utamanya di Indonesia, serta keterkaitannya satu dengan yang lain guna mengetahui pola penyebaran;

sebagai dasar untuk melakukan proteksi terhadap habitat pakan dan peneluran; sebagai dasar penyususnan kebijakan konservasi serta menjadi dasar bagi pelaksanaan kerjasama antar negara terkait konservasi penyu Hijau (Cahyani, 2007)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I.B.W. 2003. Ekowisata Penyu Laut: Harmoni Ekonomi dan Ekologi. Bali- Indonesia.

Adnyana, I.B.W. 2004. Turtle Trade in Bali: A Retrospective, Current Situations and Future Challenges for its Control. Bali-Indonesia.

Adnyana, I.B.W., IGNK Mahardika, Iramsyah, R. Andar, Mursalin. 2005. Survei Pendahuluan Komposisi Penyu Hijau dan Penyu Sisik di Ruaya Pakan Pulau

Adnyana, I.B.W., Creusa Hitipeuw, IGBN Trilaksana, I.M. Damriyasa, I.M. Jaya Ratha. 2010.

Sigi Pemanfaatan dan Perdagangan Penyu di Bali serta Rekomendasi pengentasannya.

Laporan untuk program Konservasi Penyu WWF Indonesia, Mei 2010.

Ang, A., Roesma, D. I., Nijman, V., Meier, R., Srivasthsan, A., & Rizaldi. (2020). Fecal DNA to the rescue: Shotgun sequencing of non-invasive samples reveals two subspecies of Southeast Asian primates to be Critically Endangered species. Nature Research.

https://doi.org/10.1038/s41598- 020-66007-8

Bass, A.L., W.N. Witzell. 2000. Demographic composition of immature green turtles (Chelonia mydas) from the east central Florida coast: evidence from mtDNA markers.

Herpetologica 56:357–367.

Bowen, B.W., and J.C. Avise. 1996. Conservation genetics of marine turtles. p.190-237. in:

J.C. Avise and J.L. Hamrick (Editors). Conservation Genetics: Case Histories from Nature. Chapman and Hall. New York.

Cahyani, Ni Kadek dkk. 2007. Identifikasi Jejaring Pengelolaan Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) Melalui Penentuan Komposisi Genetik Dan Metal Tag Di Laut Sulu Sulawesi. Indonesia Sea Turtle Project.

IUCN Red List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org.

Lahanas P.N., K.A. Bjorndal, A. B.Bolten, S.E. Encalada, M.M. Miyamoto, R.A. Valverde, and B.W. Bowen. 1998. Genetic composition of a green turtle feeding ground population:

evidence for multiple origins. Mar Biol 130:345–352

Luthfi, Widhi. 2021. Melihat Status dan Upaya Konservasi Penyu di Indonesia. Good News From Indonesia. Melihat Status dan Upaya Konservasi Penyu di Indonesia (goodnewsfromindonesia.id). Diakses 13 desember 2021

Pramoto, Erna W. 2004. Evaluasi Kebijakan Perlindungan Penyu Hijau Di Indonesia. Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga. Sukabumi.

Priyono, Agus. 1989. Pengelolaan Habitat dan Satwa Penyu Laut. Media Konservasi. Volume II (2).

Rahmadi, R. (2019). Pentingnya Analisis DNA Untuk Perangi Kejahatan Satwa Liar.

https://www.mongabay.co.id/2019/01/04/pentingnya-analisis-dna-untuk-perangi kejahatansatwa-liar/amp/.

Suryani, Luh De. 2020. Sebanyak 36 Ekor Penyu Hijau Kembali Hendak Diperdagangkan.

Mongabay.id. Sebanyak 36 Ekor Penyu Hijau Kembali Hendak Diperdagangkan - Mongabay.co.id : Mongabay.co.id. Diakses 13 desember 2021

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Yayasan Penyu Laut Indonesia dan WWF Indonesia berupa pengamatan 310 ekor penyu hijau (Chelonia mydas) di ruaya pakan perairan

Penelitian ini akan memberikan hasil berupa data jenis dan struktur vegetasi, serta karakteristik habitat penyu hijau yang dapat dijadikan referensi bagi

Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh pemberian jenis pakan berbeda terhadap pertumbuhan tukik penyu hijau diperlukan untuk mengetahui pakan yang tepat dan

Pada gambar dijelaskan bahwa penyu hijau (Chelonia mydas) yang mendarat ke pantai dan melakukan peneluran terjadi setiap bulan, rata-rata penyu mendarat pada periode berbeda adalah

Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa secara genetik penyu Hijau hasil tangkapan liar dari Nusa Tenggara Barat sebagian besar merupakan penyu Hijau yang

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas peneluran Penyu Hijau (Chelonia mydas) lebih banyak ditemukan pada sektor dengan keadaan lingkungan bervegetasi dengan

Pengelolaan Wisata Pantai Berbasis Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) di Pangumbahan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA dan

Kajian ini diharapkan akan memberikan masukan kepada pengelolan Taman Nasional Meru Betiri untuk lebih baik dalam melakukan kegiatan konservasi Penyu Hijau